Anda di halaman 1dari 61

NAMA : ERNAWATI, S. Pd.

SD

NIP : 198603182022212032

RINGKASAN MOOC PPPK


AGENDA 1 MODUL 1 : WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan

A. Fakta-Fakta Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia


1. 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan
organisasi pergerakan nasional pertama yang menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan
Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah
internasional.
2. Sebagaimana Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 28 OKtober untuk pertamakalinya
ditetapkan menjadi Hari Sumpah Pemuda. Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari
Sumpah Pemuda dilatarbelakangi Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober 1928.
3. Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). PPKI terbentuk pada 7 Agustus
1945.
4. Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan

B. Pengertian Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

C. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara


1. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan
sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa Pancasila
merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-
dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan.
Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa, Pancasila
juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai
pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan
pokok bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945
oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada masa
itu
Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut
Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada siang perdana mereka
tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan Bhinna- Ika-
Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara
keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan negara
Republik Indonesia.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari
persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi
tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia
luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
D. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan sarana
pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan
kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
1. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera
Negara adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat
persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas
berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran
sama.
2. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi
negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945.
3. Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang
Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Garuda
memiliki sayap yang masing- masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor
berbulu 19, dan leher berbulu 45.
4. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lagu
Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang
digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
E. Manajemen Pemerintahan Negara

F. Struktur Kelembagaan Negara


G. Sankri

Bela Negara
A. Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
B. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan SumberDaya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
1. cinta tanah air
2. sadar berbangsa dan bernegara
3. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
4. rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. kemampuan awal Bela Negara
C. Pembina Kesadaran Bela Negara Lingkup Pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan,
dan/atau pelatihan kepada warga negara guna dalam rangka memberikan
pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna
menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela
Negara.
1. Indikator Cinta Tanah Air
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruhruang wilayah Indonesia
b. Jiwa dan raganya banggasebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadapbangsa dan negaranya
d. Menjaga nama baik bangsadan negara
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dannegara
f. Bangga menggunakan hasil
g. produk bangsa Indonesia
2. Indikator Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasikemasyarakatan, profesi maupun
politik
b. Menjalankan hak dan kewajibannyasebagai warga Negara sesuai
dengan peraturanperundang- undangan yang berlaku
c. Ikut serta dalam pemilihan umum
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang
e. terbaik bagi bangsa dan negaranya
f. Berpartisipasi menjaga kedaulatan
g. bangsa dan negara
3. Indikator Setia Pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara
a. Paham nilai-nilai dalam
b. Pancasila Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupansehari-hari
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsadan negara
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilaiPancasila
e. Yakin dan percaya bahwaPancasila sebagai dasar negara
4. Indikator Rela Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara
a. Bersedia mengorbankan waktu,tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dannegara
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macamancaman
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat,bangsa dan negara
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan
5. Indikator Kemampuan Awal Bela Negara
a. Memiliki kecerdasan emosionaldan spiritual serta intelejensia
b. Senantiasa memelihara jiwa danraga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoaatas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan YangMaha Esa
d. Gemar berolahraga
e. Senantiasa menjaga kesehatannya
D. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Bagi ASN
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
alinea ke-4 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat
persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
AGENDA 1 MODUL 2 : ANALISIS ISU KONTEMPORER

Perubahan Lingkungan Strategis


A. Konsep Perubahan
Perubahan mulai saat ini kita harus bergegas menentukan bentuk masa depan, jika
tidak maka orang (bangsa) lain yang akan menentukan masa depan (bangsa) kita.
Perubahan yang diharapkanterjadi bukannya sesuatu yang ―berbeda‖ saja, namun lebih
daripada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik
untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).
B. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya
sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level
lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
C. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal
manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia
merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide),
kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Modal Intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan
mengelola perubahan organisasi melaluipengembangan SDMnya.
2. Modal Emosional
Kemampuan lainnya dalam menyikapi perubahan ditentukan oleh kecerdasan
emosional. Setiap PNS pasti bekerja dengan orang lain dan untuk orang lain.
Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan menentukan kesuksesan PNS dalam
melaksanakan tugas.
3. Modal Sosial
Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. (rasa
percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota
dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas).
4. Modal ketabahan (adversity)
Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997). Ketabahan adalah modal
untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
sebuah organisasi birokrasi. Berdasarkan perumpamaan pada para pendaki gunung,
Stoltz membedakan tiga tipe manusia: quitter, camper dan climber.
5. Modal etika/moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip
universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan kita
atau dengan kata lain adalah kemampuan membedakan benar dan salah. Ada empat
komponen modal moral/etika yakni:
a. Integritas (integrity)
b. Bertanggung-jawab (responsibility)
c. Penyayang (compassionate)
d. Pemaaf (forgiveness)
6. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua modal insani
yang dibahas sebelumnya, Badan yang tidak sehat akan membuat semua modal di
atas tidak munculdengan maksimal.

Isu-Isu Strategis Kontemporer


A. Isu-Isu Strategis Kontemporer
1. Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi beserta revisinya melalui UndangUndang Nomor 20 tahun 2001.
Secara substansi Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai
modus operandi tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas
pengertian pegawai negeri sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan
kepada orang perorang tetapi juga padakorporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang
dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana
Mati, Pidana Penjara, dan Pidana Tambahan.
2. Narkoba
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari
bahasa Yunani yaitu ‖Narke‖ yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-
apa. Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata ‖Narcissus‖
yang berarti jenis tumbuh- tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang
tidak sadarkan diri. Narkotika danObat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa
digunakan oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua istilah tersebut dapat
menimbulkan kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya dengan
istilah narkotika yang mengandung arti obat-obatan jenis narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti
telah meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
3. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan
kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup,
fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau
gangguan keamanan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkanResolusi
60/288 tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi
empat pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu : 1) pencegahan
kondisi kondusif penyebaran terorisme; 2) langkah pencegahan dan memerangi
terorisme; 3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatanperan sistem PBB; dan 4) penegakan hak
asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai dasar
pemberantasan terorisme.
4. Money Loundring
―Money laundering‖ dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas
pencucian uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti
perkata) karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang
populer, bukan berarti uang tersebut dicuci karena kotor seperti sebagaimana
layaknya mencuci pakaian kotor.
5. Proxy War
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan
saat ini yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara
maupun aktor non negara. Kepentingan nasional negara negara besar dalam
rangka struggle for power dan power of influence mempengaruhi hubungan
internasional.
6. Kejahatan Mass Communication
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono
Reksodiprojo menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik
di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung
dalam peperangan karena melibatkan ‗proxy‘ atau kaki tangan.

Teknik Analisis Isu


Memahami Isu Kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan
masalah-masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan
kesadaran publik.
AGENDA 1 MODUL 3 : KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara Dalam Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

A. Konsep Kesiapsiagan Bela Negara


Suatu keadaan siap siaga yang dimiliki seseorang baik secara fisik, mental maupun
sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan
sikap dan sikap secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang
dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 untuk menjaga, merawat dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
B. Kesiapsiagan Bela Negara Dalam Latsar CPNS
Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk
memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam
pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata
upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan
apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
C. Manfaat Kesiapsiagaaan Bela Negara
Manfaatnya Kesiapsiagaan Bela Negara:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturankegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesamarekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotismesesuai dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut olehindividu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalammelaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulianantar sesama.

Kemampuan Awal Bela Negara


Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik
secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan
(kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non
fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang
mengandungnilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
A. Kemampuan Awal Bela Negara
1. Kesehatan Jasmani dan Mental
Kesehatan jasmani menjadi bagian dari definisi sehat dalam Undang-Undang
Kesehatan No. 36 tahun 2009. Artinya Anda dikatakan sehat salah satunya adalah dengan
melihat bahwa jasmani atau fisik Anda sehat. Kesehatan jasmani mempunyai fungsi yang
penting dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Semakin tinggi kesehatan jasmani seseorang,
semakin meningkat daya tahan tubuh sehingga mampu untuk mengatasi beban kerja yang
diberikan.
2. Kebugaran Jasmani dan Olahraga
Sebagai Aparatur Sipi Negara, anda tidak hanya membutuhkan jasmani yang sehat, tetapi
juga memerlukan jasmani yang bugar. Kebugaran jasmani ini diperlukan agar dapat
menjalankan setiap tugas jabatan Anda dengan baik tanpa keluhan. Kebugaran jasmani
setiap orang berbeda- beda sesuai dengan tugas/profesi masing-masing, tergantung dari
tantangan fisik yang dihadapinya.
3. Etika, Etiket dan Moral
a. Etika
Kata ‗etika‘ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan seperti yang dikutip oleh Agoes dan Ardana (2009)
merumuskan sebagai berikut:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dantentang hak dan kewajiban
moral (akhlak)
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan denganakhlak
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatugolongan atau masyarakat
b. Etiket
Etiket berasal dari beberapa bahasa. Namun dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
diberikan beberapa arti dari kata ―etiket‖, yaitu :
1) Etiket (Belanda ―etiquette‖) adalah secarik kertas kecil yang ditempelkan pada
kemasan barang-barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang
barang itu.
2) Etiket (Perancis ―etiquette‖) adalah adat sopan santun atau tata krama yang perlu
selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
c. Moral
‗moral‘ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan
hanya bahasa asalnya saja yaitu ‗etika‘ dari bahasa Yunani dan ‗moral‘ daribahasa
Latin (Kanter dalam Agoes dan Ardana, 2011).
Sedangkan, ‗Moralitas‘ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada
dasarnya sama dengan ‗moral‘, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang
―moralitas suatu perbuatan‖, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya
perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk.
4. Serta Kearifan Lokal.
kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di
tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan.
Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan
yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan
manusia. Kemudian Kearifan Lokal pun dapat berupa karya terbarukan yang dihasilkan
dari pelajaran warga setempatterhadap bangsa lain di luar daerahnya.
Rencana Aksi Bela Negara
Dengan Mengacu dalam Modul Utama Pembinaan Bela Negara tentang Implementasi
Bela Negara yang diterbitkan oleh Dewan Ketahanan Nasional Tahun 2018, disebutkan
bahwa Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-elemen pemaknaan yang mencakup: 1)
rangkaian upaya-upaya bela negara; 2) guna menghadapi segala macam Ancaman,
Gangguan, Hambatan, dan Tantangan; 3) dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara, 4) yang diselenggarakan secara selaras, mantap, sistematis, terstruktur,
terstandardisasi, dan massif; 5) dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku
usaha; 6) di segenap aspek kehidupan nasional; 7) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, 8) serta
didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan Makmur sebagai
penggenap Nilai- Nilai Dasar Bela Negara, 9) yang dilandasi oleh keinsyafan akan anugerah
kemerdekaan, dan; 10) keharusan bersatu dalam wadah Bangsa dan Negara Indonesia, serta;
11) tekad untuk menentukan nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri.
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergisetiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan
pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
Sebagai bentuk yuridis dalam modul pembelajaran Agenda Bela Negara ini yang
tertuang dalam Inpres No. 7 Tahun 2018 mengamanatkan setiap K/L dan Pemda untuk
melaksanakan program-program Aksi Nasional Bela Negara yang aplikatif sesuai dengan
spesifikasi, tugas dan fungsinya masing-masing
AGENDA 2 MODUL 1 : MODUL BERORIENTASI LAYANAN

Berorientasi Pelayanan
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratifyang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
A. Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu:
1. kepentingan umum
2. kepastian hukum
3. kesamaan hak
4. keseimbangan hak dan kewajiban
5. keprofesionalan
6. partisipatif
7. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
8. keterbukaan
9. akuntabilitas
10. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
11. ketepatan waktu
12. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan
B. Prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
1. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yang dibutuhkan masyarakat, pemerintah
perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
hasilnya.
2. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan akses bagiwarga negara untuk mengetahui segala
hal yang terkait dengan pelayanan publik.
3. Responsi
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajibmendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya.
4. Tidak diskriminatif.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara
satu warga negara dengan warga negara yang lain..
5. Mudah dan Murah
Pelayanan layanan yang mereka butuhkan, harus diterapkan prinsip mudah, artinya
berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi.
Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan
tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara.
6. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang
hendak dicapainya.
7. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh
warga negara
8. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan
sumber daya manusia yang dibiayaioleh warga negara melalui pajak yang mereka
bayar.
9. Berkeadilan
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi
kelompok rentan dan mampumenghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
C. Membangun Budaya Pelayanan Prima
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan
pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat,
pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang
terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan
prima didasarkan pada implementasistandar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas
yaitu:
1. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas
2. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat
3. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik
4. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan
masyarakat
5. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,
fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana
prasarana
6. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.
D. ASN Sebagai Pelayan Publik
Dalam pasal 10 UU ASN, Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sabagai perekat dan pemersatu bangsa. Adapun tugas ASN yaitu:
1. Melaksanakan kewajiban publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
2. Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
3. Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Pasal 34 UU Pelayanan publik, tentang penyelenggaraan pelayanaan publik, yatu :
1. Adil
2. Cermat
3. Santun dan Ramah
4. Tegas
5. Profesional
6. Tidak mempersulit
7. Patuh
8. Menjunjung tinggi nilai akuntabilitas dan integritas
9. Tidak membocorkan dokumen rahasia
10. Tidak menyalahgunakan sarpas
11. Terbuka
12. Tidak memberikan info salah
13. Tidak menyalahgunakan informasi
14. Sesuai keputusan
15. Tidak menyimpang dari prosedur
Hal fundamental mengenai pelayanan publik :
1. Pelayanan public merupakan hak warga negara sebagai amanat konstusi
2. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara
3. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal strategis bagi
kemajuan di masa akan datang
4. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan
perlindungan bagi warga negara (proteksi)

E. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN


ASN Sebagai Profesi Berlandaskan Pada Prinsip Sebagai Berikut :

F. Perilaku Core Value ASN BerAKHLAK


G. Satu Core Values ASN

H. Pentingnya Pelayanan Prma

Tujuan utama dari Nilai Dasar ASN adalah a. Menjadi dasar pembentukan peraturan
internal tentang kewajiban masuk kerja b. Menjadi pedoman perilaku bagi para ASN dan
menciptakan budaya kerja yang mendukung tercapainya kinerja terbaik c. Menjadi
pertimbangan pimpinan unit kerja dalam menentukan rekanan dalam proyek strategis d.
Menjadi instrumen pengukuran kinerja ASN oleh masyarakat
AGENDA 2 MODUL 2 : MODUL AKUNTABEL

Akuntabilitas
A. Pengertian Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/ organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah
kewajiban untuk mempertanggung jawabkan segalatindak dan tanduknya sebagai pelayan
publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakankepadanya. Amanah seorang
ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core
Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritastinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barangmilik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Bagan 1 Tingkatan Akuntabilitas

B. Aspek-Aspek Akuntabilitas
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan(Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihakantara individu/kelompok/institusi
dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan
arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi
untuk mencapai hasil yang maksimal.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan
kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh
individu/ kelompok/ institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses
yang telah dilakukan.
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences)
Akuntabilitas menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan
konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atausanksi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountabilityimproves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang
bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah
hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sejak
C. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yangberlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggung jawaban
laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (perandemokrasi)
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan (peran konstitusional)
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1. akuntabilitas vertikal (vertical accountability)
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas
yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepadapemerintah pusat, pemerintah
pusat kepada MPR
2. akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas horizontal adalah pertanggung jawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke samping"
kepada parapejabat lainnya dan lembaga negara.
D. Tingkatan Akuntabilitas
1. Akuntabilitas Personal mengacu pada nilai-nilaiyang ada pada diri seseorang seperti
kejujuran,integritas, moral dan etika.
2. Akuntabilitas Individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan
kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan
3. Akuntabilitas Kelompok mengacu pada Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan
atas kerjasama kelompok.
4. Akuntabilitas Organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai.
5. Akuntabilitas Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna
layanan, dan pembayar pajak yangmemberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerjanya.

Panduan Perilaku Akuntabel


A. Akuntabilitas dan Integritas
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara
sebagai dua aspek yang sangatmendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun,
integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayanpublik untuk dapat berpikir
secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik
terhadap amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat
diartikan secara berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku
yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem
penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger
prints, ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website
yang dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
adalah:
1. kepemimpinan
2. transparansi
3. integritas
4. tanggung jawa (responsibilitas)
5. keadilan
6. kepercayaan
7. keseimbangan
8. kejelasan
9. konsistensi
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan
hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu
pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan
integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir dan budaya
antikorupsi.
Akuntabel Dalam Konteks OrganisasiPemerintahan
A. Transparansi dan Akses Informasi
Ketersediaan informasi publik telah memberikanpengaruh yang besar pada berbagai
sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu
ini adalah perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan
diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(selanjutnya disingkat: KIP).
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu
panduan atau pegangan yang harus dipatuhi olehpara pelayan publik atau birokrat untuk
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat
berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya
lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntunganpribadi) dan
non-keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau
orang lain).
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat
mengadopsi langkah-langkah yangdiperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
1. Penyusunan Kerangka Kebijakan
2. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan
3. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan
4. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.
AGENDA 2 MODUL 3 : KOMPETEN

Tantangan Lngkungan Strategis


A. Dunia VUCA
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai
kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan
teknologi itu sendiri.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secarabertanggung jawab, efektif,
dan efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah
b. Membantu orang lain belajar
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
4. Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology
b. Pancasila, Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia
kepadaNegara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah
c. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara
d. Menjaga rahasia jabatan dan negara
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas
c. Bertindak proaktif
7. Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersamanilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuktujuan bersama.
Kebijakan Pembangunan Aparatur
Prinsip Pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada
perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial
lainnya yang bersifat subyektif. Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang
berkelas dunia (world class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien.
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut
meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.

Pengembangan Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar KompetensiASN, kompetensi meliputi:
1. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapa
diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan
2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang
Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk
kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta
nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil
pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.

Perilaku Kompeten
A. Berkinerja yang BerAkhlak:
1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi,kompetensi, dan kinerja.
2. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
3. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
B. Meningkatkan kompetensi diri:
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
2. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut denganHeutagogi atau disebut juga sebagai
teori ―net-centric‖, merupakan pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama
dari Internet.
3. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network.
4. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau
tempat lain.
5. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri
dalam interaksidengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
C. Membantu Orang Lain Belajar:
1. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning
tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
2. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam ―pasar pengetahuan‖
atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
3. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja
seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
4. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam
bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessonslearned).
D. Melaksankan Tugas Baik:
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan
kecenderungan setiap organisasi, baik instansi
pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai
perubahan lingkungan dan karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknyatidak dilepaskan dengan apa
yang menjadi terpenting
dalam hidup seseorang.
AGENDA 2 MODUL 4 : HARMONIS

KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA INDONESIA

Keaneka Ragaman Bangsa dan Budaya


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau, nama yang
biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020,
Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia juga dikenal karena
kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya alam
berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh Indonesia.
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia terdiri dari
berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri
atas bangsa asli pribumi. Secara lebih spesifik, suku bangsa Jawa adalahsuku bangsa terbesar
dengan populasi mencapai 42% dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional
Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"),
A. Nasionalisme Kebangsaan
1. Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan
konsepsekuler tentang otonomi manusia.
2. Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa
merupakan sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah manusia dan
memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa kini.
3. Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa bangsa
bisaditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam
perspektifprimordialis dan perspektif modernis, bangsa modern bukanlah sesuatu yang
baru, karena dia muncul sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya.
4. Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan
AnthonySmith (1986)‗ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut
diatas. Aliran etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18,
merupakan sebuah spesies baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus
dimengerti dalam jangka panjang.
B. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman
1. Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain.
Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap
perbedaanini dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat.
2. Konflik antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan atau
agama berbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain,
atau antara kelompok dalam agama tertentu.
3. Konflik antara yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Pertentangan
ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda
berdasarkan ras.
4. Konflik antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat atau
golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat
dibedakan atas dasarpekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
C. Dampak Konflik
1. Suasana Bekerja dan Lingkungan Tidak Nyaman
2. Pekerjaan terbengkalai
3. Kinerja Buruk
4. Layanan Kepada Masyarakat Tidak optimal
D. Pentingnya Suasana Harmonis
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Dasar-dasar
penegakan nilai Etika ASN :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauhtidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
E. Etika ASN sebagai Individu, dalam Organisasi, dan Masyarakat
1. Perubahan Mindset: Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; Kedua, merubah
dari ‘wewenang‘ menjadi ‘peranan‘; Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah
amanah, yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
2. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan: Toleransi , Empati, Keterbukaan terhadap
perbedaan
F. Upaya Mewujudkan Suasana Harmonis
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN,
tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut. a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas c. Mempererat persatuan
dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
G. Peran ASN Harmonis
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS
dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan.
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
H. Budaya Harmonis
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah. Realita
lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga mengikutinya.
Ibarat baterai yang digunakan untuk menggerakkan motor atau mesin suatu masa akan
kehabisan energi dan perlu di „charge‟ ulang.
Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara terus
menerus. Mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari jenjang terbawah
sampai yang paling tinggi, memelihara suasanaharmonis, menjaga diantara personil dan
stake holder. Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan
meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi habit/kebiasaan dan menjadi budaya
hidup harmonis di kalangan ASN dan seluruh pemangku kepentingannya.
AGENDA 2 MODUL 5 : LOYAL
Konsep Loyal
Loyal adalah berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
A. Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang Jadi Penyebabnya Pentingnya Nilai
Loyal.
1. Faktor Internal
Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World
Class Government).
Karena pentingnya sifat dan sikap ini, maka banyak ketentuan yang mengatur perihal
loyalitas ASN ini (akan dibahas lebih rinci pada bab-bab selanjutnya), diantaranya
yang terkait dengan bahasan tentang:
a. Kedudukan dan Peran ASN
b. Fungsi dan Tugas ASN
c. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
d. Kewajiban ASN
e. Sumpah/Janji PNS
f. Disiplin PNS
2. Faktor eksternal
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus dihadapi oleh
segenap sektor baik swasta maupun pemerintah.
B. Makna Loyal dan Loyalitas
1. Pengertian Loyal
Loyal didefinisikan sebagai ―giving or showing firm and constant support or allegiance
to a person or institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan
yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)‖.
Organisasi ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur
loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
C. Loyal dalam Core Values ASN
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
menyelenggarakan Peluncuran CoreValues dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara
(ASN). Peluncuran ini bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62. Core Values
ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi Pemerintah sebagaimana
diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding
Aparatus Sipil Negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untukmengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau
hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
2. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia.
3. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam
berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme,
finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih
baik dan efisien.
4. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta
tanah air atau bangsa dan negara.
5. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun
tenaga sebagai perwujudankesetiaan, cinta, kasih saying dan hormat.

D. Membangun Perilaku Loyal


1. Dalam Konteks Umum
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi, ada beberapa hal dapat dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala
2. Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Tujuan Nasional adalah Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan
bangsa, Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tesebut diperlukan ASN yang senantiasa
menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil,
serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri,
seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar
para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan
lainnya dibutuhkan langkah- langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan
Wawasan Kebangsaan.
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera
3. Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan
yang kuat sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara dan mampu
mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa berlandaskan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat,
setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa dan negara.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa :
a. menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan
negaradi atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
b. menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
c. bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri
d. mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiaban antara sesama
manusia dan sesama bangsa
e. menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; dan 6) mengembangkan
sikap tenggang rasa.

Pedoman Perlaku Loyal

A. Panduan Perilaku Loyal


1. Memegang Teguh Idelogi Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah. ASN
sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar sebagaimana
termuat pada Pasal 4 UU ASN. Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat
diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah
c. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
d. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
sebagaimana tertuang dalam Pasal 5, Ayat 2 UU ASN. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN yang dapat
diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
a. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan
c. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secarabertanggung jawab,
efektif, dan efisien.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam Pasal 23 UU ASN yang
dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
2. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan
Perilaku Loyal yang kedua ini diantaranya:
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
c. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
d. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
e. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun
f. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
g. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
h. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai
i. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
j. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karier

3. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara


Sementara itu, Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan
Perilaku Loyal yang ketiga ini diantaranya: memelihara dan menjunjung tinggi
standar etika yang luhur.
Sedangkan beberapa Kode etik dan Kode Perilaku ASN yang dapat
diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang ketiga ini diantaranya:
a. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
b. Memberikan informasi secara benar dan tidakmenyesatkan kepada pihak lain
c. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan
d. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi.
B. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara sebagai berikut:
1. Cinta Tanah Air, dengan contoh aktualisasi sikap dan perilaku sebagai berikut :
a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c. Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang wilayah
Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari berbagai ancaman.
d. ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah
masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa
Indonesia.
e. Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan mengambil
pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan serta berusaha untuk selalu
menunjukkan sikap kepahlawanan dengan mengabdi tanpa pamrih kepada Negara
dan bangsa.
f. Selalu menjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap tindakan dan tidak
merendahkan atau selalu membandingkan Bangsa Indonesia dari sisi negatif
dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia
g. Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan Negara
melalui ide-ide kreatif dan inovatif.
h. Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam mendukung tugas sebagai ASN.
i. Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri terbaik bangsa
(olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik perorangan
maupun kelompok yang bertugas membawa nama Indonesia di kancah
internasional.
j. Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah air sebagai
pilihan pertama dan mendukung perkembangannya.
k. Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan Negara
melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna mewujudkan kemandirian bangsa sesuai
dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.
l. Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam mendukung tugas sebagai ASN Penggunaan produkproduk asing
hanya akan dilakukan apabila produk tersebut tidak dapat diproduksi oleh Bangsa
Indonesia.
m. Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri terbaik bangsa
(olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik perorangan
maupun kelompok yang bertugas membawa nama Indonesia di kancah
internasional.
n. Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah air sebagai
pilihan pertama dan mendukung perkembangannya.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara, dengan contoh aktualisasisikap dan perilaku sebagai
berikut:
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik, baik
tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya pemilihan
umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional,
professional, akuntabel, efektif dan efisien.
f. Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugasdan fungsi ASN.
g. Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi menjaga
kedaulatan bangsa dan negara.
h. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara, dengan contoh aktualisasi
sikap dan perilaku sebagai berikut:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yangluhur.
d. Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
e. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai- nilai Pancasila di
tengah kehidupan sehari-hari.
f. Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatusesuai fungsi ASN.
g. Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan
dalam konteks kekinian
h. Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasila merupakan
dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup bangsa.
i. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
j. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara, dengan contoh aktualisasi sikap dan
perilaku sebagai berikut:
k. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
l. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa
dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
m. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai macam
ancaman.
n. Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi pionir
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional.
o. Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi yang
penuh dengan kesulitan.
p. Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan sia-sia.
4. Kemampuan Awal Bela Negara, dengan contoh aktualisasisikap dan perilaku sebagai
berikut:
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
d. Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup sehat serta
menjaga keseimbangan dalamkehidupan sehari-hari
f. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
g. Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup sehat serta
menjaga keseimbangan dalamkehidupan sehari-hari.
h. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
i. Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga sebagai gaya
hidup.
j. Senantiasa menjaga kesehatannya

Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah

1. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS


Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon PNS pada saat
diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Dimana dalam bunyi
sumpah/janji tersebut mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya
dipahami dan diimplementasikan oleh setiap PNS yang merupakan bagian atau
komponen sebuah organisasi pemerintah.
2. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai- nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan (loyalitas), ketenteraman, keteraturan, dan ketertiban. Sedangkan Disiplin
PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
3. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan
ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari
Organisasi Pemerintah.
4. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal
dalam kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari
organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
AGENDA 2 MODUL 6 : ADATIF

Mengapa Adaptif
Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan
tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis,
kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan
lain sebagainya.
A. Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks dan
terus berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek administrasi publik, proses-
proses kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan.
Perubahan lingkungan strategis ini menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Tidak ada
satu pun negara ataupun pemerintahan yang kebal akan perubahan ini, pun demikian dengan
Indonesia. Negara-negara di dunia juga dihadapkan pada persoalan global dalam bidang
keamanan dan perdamaian dunia. Kasus-kasus seperti terorisme, radikalisme, konflik regional
dan sebagainya.
B. Kompetensi di Sektor Publik

Seluruh bentuk kompetisi di atas akan memaksa dan mendorong pemerintah baik
di tingkat nasional maupun daerah dengan motor birokrasinya untuk terus bersaing dan
beradaptasi dalam menghadapi setiap perubahan lingkungan yang terjadi. Adaptasi
menjadi kata kunci bagi negara untuk dapat menjadi kompetitif.

C. Komitmen Mutu
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja ASN di
sektornya masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan penyesuaian dengan berbagai
tuntutan pelayanan terbaik yang diinginkan oleh masyarakat.
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalammenyelenggarakan pelayanan,
serta literasi publik atas kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-faktor yang
mendorongkomitmen mutu yang lebih baik.
Dalam hubungan itu, maka efektivitas, efisiensi, inovasi dan mutu menjadi kata kunci
bagi ASN agar berkomitmen dalam memberikan pelayanan yang terbaik. Konsekuensi penting
darikomitmen mutu ini adalah bahwa ASN harus memastikan pelayanan publik terselenggara
sebaik mungkin dengan cara apapun, sekalipun harus melakukan perubahan, penyesuaian atau
―adaptasi‖ tentunya.
D. Perkembangan Teknologi

E. Tantangan Praktek Administrasi Publik


Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan
karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity. Indonesia dan
seluruh negara di duniatanpa kecuali menghadapi tantangan yang relatif sama pada aras global,
dengan perubahan lingkungan yang berkarakteristik VUCA, yaitu:
1. Volatility
Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dan tak terduga.
2. Uncertainty
Masa depan penuh dengan ketidakpastian.
3. Complexity
Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya.
4. Ambiguity
Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami.
Memahami Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidupuntuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. adaptasi merupakan
kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Organisasi maupun individu dituntut
untuk menyesuaikan diridengan apa yang menjadi tuntutan perubahan.
A. Kreativitas dan Inovasi
Pada umumnya istilah kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan satu sama lain.
Sebuah inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya
kreativitas, inovasi akan sulit hadir dan diciptakan.
Kreativitas juga dipandang sebagai sebuah proses pencarian hal-hal baru dalam
menyelesaikan atau menghadapi suatu masalah. Ini artinya bahwa kreativitas merupakan
kegiatan dengan tujuan untuk menyelesaikan persoalan yang muncul.
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:
1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide
atau gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak kombinasi
dari ide-ide yang berbeda
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan
kedalaman dan komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide atau
gagasan yang dimunculkan.
B. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership).

9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK yang perlu


menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya, yaitu:
1. Purpose
Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai..
2. Cultural values
Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional yang sesuai
dengan karakteristik tugas dan fungsinya
3. Vision
Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam kerangka pikir dan
diterjemahkan dalam kerangka kerja
4. Corporate values
Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilaikorporat juga menjadi
fodasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam organisasi.
5. Coporate strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi- strategi yang lebih
operasional.
6. Structure
Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di
organisasi.
7. Problem solving
Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dalam
organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi perubahan.
8. Partnership working
Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan partnership maka
organisasi dapat belajar, bermitra dan saling menguatkan dalam penerapan budaya
adaptif
9. Rules
Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan tidak bisa
dihindari
C. Adaptif Sebagai Nilai dan Budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan.
Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermindari kemampuan
respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan. Mengutip dari Management Advisory
Service UK4, maka ―An Adaptive(Corporate) Culture is one that enables the organisation
to adapt quickly and effectively to internal and external pressures for change‖. Ini
menjelaskan bahwa budaya adaptif bisa menjadi penggerak organisasidalam melakukan
adaptasi terhadap perubahan-perubahan internal maupun eksternal.
Untuk memastikan agar organisasi terus mampu memiliki pengetahuan yang mutakhir,
maka organisasi dituntut untuk melakukan lima disiplin, yaitu:
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery)
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama
(shared vision)
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi
ingin wujudkan (mental model)
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning)
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking)
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara
lain sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2. Mendorong jiwa kewirausahaan
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.

Panduan Perilaku Adaptif


Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapilingkungan yang
bercirikan ancaman VUCA. Johansen (2012) mengusulkan kerangka kerja yang dapat
digunakan untuk menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision,
Understanding, Clarity, Agility. Johansen menyarankan pemimpin organisasi melakukan
hal berikut:
1. Hadapi Volatility dengan Vision
a) Terima dan rangkul perubahan sebagai bagian dari lingkungan kerja Anda yang
konsta dan tidak dapat diprediksi.
b) Buat pernyataan yang kuat dan menarik tentang tujuan dan nilai tim, dan
kembangkan visi bersama yang jelas tentangmasa depan.
2. Hadapi Uncertainty dengan Understanding
a) Berhenti sejenak untuk mendengarkan dan melihat sekeliling.
b) Jadikan investasi, analisis dan interpretasi bisnis, dan competitive
intelligence (CI) sebagai prioritas, sehingga Anda tidak ketinggalan.
c) Tinjau dan evaluasi kinerja Anda. Pertimbangkan dengan baik langkah yang akan
Anda lakukan.
d) Lakukan simulasi dan eksperimen dengan situasi, sehingga melatih Anda untuk
bereaksi terhadap ancaman serupa di masa depan.
3. Hadapi Complexity dengan Clarity
a. Berkomunikasi secara jelas dengan tim Anda.
b. Kembangkan tim dan dorong kolaborasi.
4. Hadapi Ambiguity dengan Agility
a. Dorong fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan ketangkasan.
b. Pekerjakan dan promosikan orang-orang yang berhasil di lingkungan VUCA.
c. Dorong karyawan Anda untuk berpikir dan bekerja di luar areafungsional mereka.
d. Hindari memimpin dengan mendikte atau mengendalikan mereka.
e. Kembangkan ―budaya ide‖.

A. Perilaku Adaptif Individual


Selain berlaku pada lembaga/organisasi, perilaku adaptif juga berlaku dan
dituntut terjadi pada individu. Individu atau sumber dayamanusia (SDM) yang adaptif
dan terampil kian dibutuhkan dunia kerjaataupun industri yang juga semakin
kompetitif.
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) harus selalu adaptif atau mampu
menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan. Contonya, di masa pandemi Covid-19 saat
ini, ASN sejatinya tampil di depan dalamhal pelayanan masyarakat, terutama ASN yang
berada pada garda terdepan pelayanan publik seperti tenaga kesehatan (nakes).

B. Panduan Membangun Organisasi Adaptif


Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagiinstansi pemerintah
agar dapat menghasilkan kinerja terbaik dalam memberikan pelayanan publik. Organisasi
adaptif baik di sektor publik maupun bisnis dapat dibangun dengan beberapa preskripsi
yang kurang lebih sama, yaitu antara lain:
1. Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri
2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
3. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif
Untuk membangun sebuah organisasi yang adaptif, yang dapatterus berkembang
dan survive meski berada di lingkungan yang terusberubah perlu konsep dan strategi
sebagai berikut:
1. Landscape
Adaptif erat hubungannya dengan kemampuan untuk berubah dan terus berupaya
antisipatif. Untuk mengetahui kapan seharusnya organisasi berubah, seorang eksekutif
atau pemimpin bisnis harus melakukan survey pada jangkauan, bentangan yang ada
pada pandangan bisnis mereka.
2. Learning
Perusahaan yang sukses menciptakan sebuah kultur adaptif adalah yang tidak hanya
sekedar mendorong setiap individunya untuk terus belajar, nanmun juga men-share-
nya. Dengan upaya pembelajaran terus-menerus ini, perusahaan akan mampu merespon
lebih cepat pada perubahan kondisi market. Upaya learning erat hubungannya dengan
knowledge management yang sangat dibutuhkan sebuah organisasi yang ingin terus
berkembang dan survive. Karena pembelajaran ini akan meningkatkan kreativitas dan
produktivitas anggota yang otomatis berpengaruh pada reliability organisasi.
3. Leadership
Mengelola sebuah organisasi yang adaptif memerlukan visidan skill nontradisional.

Adaptif Dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu,
organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Bentuk
pemerintahan ini juga menyediakan pendekatan kolaboratif fleksibel berbasis
pembelajaran untuk mengelola ekosistem yang disebut sebagai "pengelolaan bersama
adaptif".

A. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis (DynamicGovernance)


Kerangka Sistem Dynamic GovernanceSumber: Neo & Chen, 2007

Pada kerangka di atas, dapat dilihat bahwa hasil yang diinginkan,


pemerintahan yang dinamis, ditunjukkan di sebelah kanan dapat dicapai ketika
kebijakan adaptif dijalankan. Dasar dari pemerintahan yang dinamis adalah budaya
kelembagaan suatu negara,
B. Pemerintah Sebagai Organisasi yang Tangguh
Di masa lalu seruan untuk ketahanan (ketangguhan) adalah undangan tersirat,
namun persuasif, untuk transformasi bebas dari krisis yang melanda. Namun saat ini,
ketika kita hampir keluar dari krisis ekonomi terdalam sejak Depresi tahun 1930-an,
ketahanan telah mengambil urgensi yang sama sekali baru, dan istilah itu juga harus
memperoleh makna baru. Di dunia baru ini, ketahanan akan kembali berarti kapasitas
untuk bertahan dalam jangka panjang — tidak hanya kesulitannya.

Studi Kasus Adaptif


A. Aplikasi Peduli Lindungi
Kondisi pandemik membuat pemerintah berupaya mencari solusi paling
efisien untuk memastikan mobilitas penduduk dapat terpantau dan dikendalikan
dengan baik. PeduliLindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu
instansi pemerintah terkait dalam melakukan pelacakan untuk menghentikan
penyebaranCoronavirus Disease (COVID-19).

B. Kasus Ponsel Blackberry dan Nokia


Merk ponsel Blackberry pernah merajai pasar ponsel di era 2000 an, sebagai
produk high-end. Penggunanya memiliki kesan dan kepuasan yang sangat tinggi,
karena spesifikasi dan teknologi yang ditawarkan sangat bagus pada masanya. Saat
ini Blackberry sudah tidak lagi diproduksi dan tidak bermain di segmen pasar
tradisionalnya. Selain muncul banyak pesaing dari merk lain, termasuk naiknya
ppularitas layanan pesan instan baru seperti whatsapp yang lebih menarik pengguna
untuk beralih dari BBM. Perusahaan Blackberry mundur dari pasar, karena
mengetahuibahwa masyarakat pengguna handphone lebih menyukai telepon seluler
yang berbasis android dan iOS. Konsumen perlahan mulaimeninggalkan Blackberry,
karena merk lain menawarkan lebih banyak fitur dan kemudahan.
Kedua kasus Blackberry dan Nokia menjadi pelajaran penting mengenai
bagaimana organisasi membutuhkan perubahan dan adaptasi terhadap
lingkungannya. Kesalahan dalam membaca
perubahan lingkungan dan kesalahan dalam merespon perubahan tersebut
akan membawa akibat fatal bagi kelangsungan bisnisperusahaan. Kesuksesan masa
lalu hanya menjadi milestone yang pada akhirnya harus dijadikan lecutan untuk
mencari dan menciptakan kesuksesan berikutnya.
AGENDA 2 MODUL 7 : KOLABORATIF
Konsep Kolaborasi

A. Definisi Kolaborasi
Definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan collaborative
governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming
to become more competitive by developing shared routines”.
definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu dijelaskan yaitu
collaborative governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa ― Collaborative
governance ―sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksisaling
menguntungkan antar aktor governance .
B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi.
Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup
kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria pentinguntuk kolaborasi yaitu:
1. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau Lembaga
2. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate
3. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‗dikonsultasikan‘ oleh agensi public
4. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
5. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik)
6. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen
Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu
membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola
stuktur horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide.
Selain itu, Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta
menggerakan pemanfaatan berbagaisumber daya untuk tujuan bersama.
Gambar Kerangka Pikir dalam melakukan Assessment Tata Kelola Kolaborasi
Ansen dan Gash 2012 p 550) menjelaskan terkait model collaborative governance.
Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses
tersebutterdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue,commitment to process,
pemahaman bersama, serta pengambangan outcome antara.

C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan


1. Mengenal Whole-of-Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik.
2. Pengertian WoG
WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai:
“[it] denotes public service agencies working across portfolio boundaries to
achieve a shared goal and an integrated government response to particular issues.
Approaches can be formal and informal. They can focus on policy development,
program management and service delivery” (Shergold & others, 2004).
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana
instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya
kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG
juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan
sebaliknya.
Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah

A. Panduan Perilaku Kolaboratif


Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018),
organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai
berikut:
1. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami danperlu terjadi
2. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka
3. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan)
4. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai
5. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik
6. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong
7. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan
Ansen dan gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses yang harus dilalui
dalam menjalin kolaborasi yaitu:
1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholdermitra kolaborasi
2. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh
3. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan;sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama
4. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama
5. Menetapkan outcome antara.

B. Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkanbahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
\
1. Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa ―Penyelenggaraan pemerintahan yang
melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan
melalui kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali
ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang- undangan‖
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan
di suatu instansi pemerintahan yang membutuhkan.
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan
b. Penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan
c. Dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya
sendiri
d. Apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik,
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai
dokumen yang diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya;
dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya,
peralatan, dan fasilitas yang besar dan tidak mampuditanggung sendiri oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut.
Dalam hal pelaksanaan Bantuan Kedinasan menimbulkan biaya, maka beban yang
ditimbulkan ditetapkan bersama secara wajar oleh penerima dan pemberi bantuan dan
tidak menimbulkan pembiayaan ganda. Yang dimaksud dengan ―secara wajar‖ adalah
biaya yang ditimbulkan sesuai kebutuhan riil dan kemampuan penerima Bantuan
Kedinasan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat menolak memberikan Bantuan
Kedinasan apabila:
a. mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan pemberi bantuan
b. surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai denganketentuan peraturan
perundangundangan bersifat rahasia; atau
c. ketentuan peraturan perundang-undangan tidak memperbolehkan pemberian
bantuan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang
melaksanakan urusan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah, menyelenggarakan fungsi
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya
b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya
AGENDA 3 MODUL 1 SMART ASN
Literasi Digital
A. Literasi Digital
1. Percepatan Transformasi Digital
Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih banyak informasi, komputasi,
komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk kolaborasi baru di
dalam jaringan dengan aktor yang terdiversifikasi.
Karakteristik Transformasi Digital

Karakteristik Keterangan

Dorongan Masyarakat dan tren industri; keputusan organisasi.

Entitas Target Organisasi, platform, ekosistem, industri, masyarakat.

Jangkauan Transformasi dapat bersifat mendalam dan memiliki


implikasi di luar jaringan nilai langsung organisasi(misalnya,
masyarakat, pelanggan).
Sarana Kombinasi teknologi digital (misalnya analitik, seluler,dan
aplikasi).

Hasil yang Proses bisnis diubah dan fokus model bisnis organisasi
Diharapkan diubah; dalam beberapa kasus proses bisnis dioptimalkan.

Lokus Eksternal (pertama): terletak di luar organisasi.


ketidakpastian Internal (kedua): terletak di dalam organisasi.

5 visi Presiden untuk Indonesia:


1. Pembangunan infrastruktur
2. Pembangunan SDM
3. Keterbukaan Investasi
4. Reformasi Birokrasi
5. Penggunaan APBN fokus & tepas sasaran

Lima arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:


1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri,sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan
pembiayaan transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya (Oktari,
2020)

2. Pengertian Literasi Digital


Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi,
dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013). Affordance berarti
alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru, berpikir dengan cara baru,
mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis hubungan baru dan menjadi tipe
orang baru. Affordance dalam literasi digital adalahakses, perangkat, dan platform digital.
Sementara pasangannya yaitu kendala (constraint), mencegah kita dari melakukan hal-hal
lain, berpikirdengan cara lain, memiliki jenis lain dari hubungan. Constraint dalam literasi
digital bisa meliputi kurangnya infrastruktur, akses, dan minimnya penguatan literasi
digital (Jones dan Hafner, 2012). Menurut Jones dan Hafner (2012), literasi disini bukan
sekadar cara untuk membuat makna, tetapi juga cara berhubungan dengan orang lain dan
menunjukkan siapa kita.
Seiring tumbuhnya inovasi TIK di Indonesia, literasi digital pun menjadi bagian
penting dalam kurikulum, sehingga menjadi penting untuk diketahui konsep literasi digital
dengan kompetensinya. Kompetensi adalah keterampilan yang dapat dipahami sebagai
disposisi yang memungkinkan seseorang untuk mengatasi tuntutan situasional tertentu
(Klieme dan Leutner, 2006).
Kompetensi dari Badan Siber dan Sandi Negara, dijabarkan dalamtabel berikut ini:
Kompetensi Literasi Digital dari Badan Siber danSandi Negara (Monggilo, Z.M.Z dkk.,
2020)

No. Kompetensi Keterangan

1 Kelola Data Mengakses dan mengevaluasi data dan informasidari


Informasi media digital secara cermat dan bijak.
2 Komunikasi Berkomunikasi dan berkolaborasi secara etis dengan
dan Kolaborasi warganet lainnya.
3 Kreasi Konten Menyunting dan memproduksi konten digital untuk
tujuan baik.
4 Keamanan Melindungi privasi dan keamanan diri dari berbagai
Digital ancaman digital.
5 Partisipasi dan Memanfaatkan media digital untuk berdaya dan
Aksi bernilai lebih secara bersama-sama.

Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4 kompetensi yaitu


a. Kecakapan menggunakan media digital (digital skills)
b. Budaya menggunakan digital (digital culture)
c. Etis menggunakan media digital (digital ethics)
d. Aman menggunakan media digital (digital safety).
3. Peta Jalan Literasi Digital
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat digital
yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat digital
meliputi aktivitas, penggunaanaplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital. Pemerintah
digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital. Sementara itu, ekonomi
digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, danriset inovasi digital.
Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan terwujudnya Indonesia
Digital Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu dari ITU, IMD, dan
Katadata.
a. International Telecommunication Union (ITU) → ICT Development Index
b. Institute of International Management Development (IMD) → IMDDigital
Competitiveness Ranking
c. Katadata Insight Center → Status Literasi Digital Indonesia Survei di 34
Provinsi
4. Lingkup Literasi Digital
Dalam mencapai target program literasi digital, perlu diperhitungkan estimasi jumlah
masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses internet berdasarkan data dari APJII
dan BPS. Identifikasi Target User dan Total Serviceable Market penting untuk menentukan
target spesifik program literasi digital.
a. Tantangan Kesenjangan Digital
Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital (digital divide) juga
menjadi hal yang perlu dipahami. Kesenjangan digital merupakan konsep yang telah
lama ada. Pada awal mulanya, konsepkesenjangan digital ini berfokus pada kemampuan
memiliki (ekonomi) dan mengoperasikan perangkat digital (komputer) dan akses
(Internet).
b. Penguatan Literasi Digital
Beberapa Program Penguatan Literasi Digital di Indonesia Sehingga lingkup
literasi digital berfokus pada pengurangan kesenjangan digital (digital divide) dan
penguatan literasi digital. Kedua hal ini terkait erat dengan peta penguatan literasi digital
dari Presiden dan Gerakan Literasi Digital dari Kominfo.
5. Implementasi LIterasi Digital
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana yang
baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret menerapkan
transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di Indonesia
telah dilakukan.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata
skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi
digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan surveiharus diperkuat. Penguatan literasi
digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait
percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan
kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
a. kecakapan digital,
b. budaya digital,
c. etika digital
d. dan keamanan digital.

Pilar Literasi Digital


Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi yang termasuk
dalam pilar-pilar literasi digital. Poros pertama, yaitu domain kapasitas ‗single–kolektif‘
memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai kemampuan individu untuk
mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk
berfungsi sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal. Sementara itu, poros berikutnya
adalah domain ruang ‗informal–formal‘ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam
penerapan kompetensi literasi digital.
A. Etika Bermedia Digital
1. Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari
2. Etika tradisional adalah etika berhubungan secara langsung/tatap muka yang
menyangkut tata cara lama, kebiasaan, dan budaya yang merupakan kesepakatan
bersama dari setiap kelompok masyarakat, sehingga menunjukkan apa yang pantas
dan tidak pantas sebagai pedoman sikap dan perilaku anggota masyarakat.
3. Etika kontemporeradalah etika elektronik dan digital yang menyangkut tata cara,
kebiasaan, dan budaya yang berkembang karena teknologi yang memungkinkan
pertemuan sosial budaya secara lebih luas dan global.
4. Ada dua hal penting saat berinteraksi di dunia digital.
a. penghargaan pada diri sendiri akan menjaga kepentingan kita di dunia digital.
Kita akan bijak mengekspos diri kita melalui pesan yang kita buat dan bagikan.
b. Kedua, penghargaan pada orang lain bisa kita lihat contoh penerapan prinsip
tersebut pada media sosial.
Tujuan Bahasan Interaksi Bermakna di Ruang Digital

Tujuan Penjelasan

Mengetahui cara berinteraksi, partisipasi, dan Dapat mengidentifikasi berbagai cara


kolaborasi di ruang digital berinteraksi,partisipasi, dan kolaborasi
di berbagai platformdigital.

Memahami ragam peraturanyang berlaku Dapat menganalisis interaksi,


ketikaberinteraksi, partisipasi, dankolaborasi partisipasi, dan kolaborasi di berbagai
di ruang digital. platform digital yang sesuai dan yang
tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku


yang menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi
landasan yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka maupun
melalui kegiatan dalam jaringan (daring).
B. Budaya Bermedia Digital
Bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku yang
menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi landasan
yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka maupun melalui
kegiatan dalam jaringan (daring).
Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang berbudaya dan
bermartabat. Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi budaya digital, maka
budaya baru yang terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang berkarakter dan
warga digital yang memiliki nilai-nilai kebangsaan untuk memperkuat bangsa dan
negaranya.
Budaya Digital dan Penguatan Karakter
Sebagai bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan perilaku yang
menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya menjadi landasan
yang kuat dalam bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka maupun melalui
kegiatan dalam jaringan (daring).
Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di Dunia Digital
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara
otomatis dirinya telah menjadi warganegara digital.
Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dimasukkan dalam kerangka
literasi digital dapat diklasifikasikan menjadi dua pokok besar, yaitu:
a.Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan
Kecakapan Digital Dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa dan Bernegara.
Adapun kompetensi yang dibutuhkan adalah Cakap Paham.
b. Internalisasi (Penerapan) Nilai-Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di Ruang
Digital. Adapun kompetensi yang dibutuhkan adalah Cakap Produksi, Cakap
Distribusi, Cakap Partisipasi dan Cakap Kolaborasi.
Setelah mampu mengamalkan beberapa poin di atas, maka kita bisa menjadi warga
digital yang Pancasilais, yaitu:
a. Berpikir kritis; Berpikir kritis melatih kita untuk tidak sekedar sharing, namun
mempertimbangkan apakah konten yang akan kita produksi dan distribusikan
selaras dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
b. Meminimalisir Unfollow, Unfriend dan Block untuk menghindari Echo Chamber
dan Filter Bubble: Sangat penting kiranya melatih kematanganbermedia. Salah
satunya adalah dengan belajar untuk tidak mudah memutuskan pertemanan
(unfollow, unfriend, block atau blokir) di media sosial dan media percakapan
online.
c. Gotong Royong Kolaborasi Kampanye Literasi Digital: Menjadi warga digital
yang Pancasilais berarti memiliki inisiatif untuk berpartisipasi dan berkolaborasi
aktif dalam aktivitas dan komunitas digital.
Digitalisasi Kebudayaan dan TIK
Budaya digital yang akan kita pelajari bersama ini akan memberi wawasan
kritis tentang tantangan dan peluang sosial, politik, dan ekonomi yang ditimbulkan
oleh teknologi digital itu sendiri. Melalui media, termasuk media digital, gagasan
masyarakat tentang kehidupan disampaikan kepada masyarakat luas.
Cintai Produk dalam Negeri
Potensi Indonesia bukan saja bertitik tolak pada jumlah penduduknya tapi
hasil-hasil karya anak bangsa yang sebenarnya banyak dilirik kalangan mancanegara.
Seperti contoh batik, songket, ulos, kain tenun dan lain sebagainya termasuk barang
aksesoris, perhiasan, tas, sepatu dan lain-lain. Aneka karya anak bangsa itu dilirik
karena pengerjaannya masih berbasis pekerjaan tangan manusia bukan pabrik.
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara
ekonomi (Siswanto 2017 dalam Astuti dan Prananingrum, 2021).
Hak-Hak Digital
Hak Digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara
untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital.
Hak Digital terdiri dari hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi, dan hak untuk
merasa aman.
C. Aman Bermedia Digital
Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitas digital.
Misalnya ketika kita melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang
terkoneksi dengan jaringan internet padakeseharian kita, sehingga dalam menggunakan
perangkat digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat digital yang kita
miliki.
Proteksi Perangkat Digital
Pemahaman mengenai proteksi perangkat digital harus dimiliki oleh pengguna
perangkat seperti telepon pintar, tablet, dan komputer karena aktivitas penggunaan
perangkat tersebut sangat rentan dan memiliki banyak risiko yang kemudian bisa terjadi
dikemudian hari. Risiko lainnya yang mungkin saja terjadi pada perangkat digital yang
kita miliki jika tidak diproteksi dengan benar adalah kegiatan mengakses data dan
dokumen pribadi yang bisa dilakukan oleh orang yang paham teknologi dan informasi.
Jenis Fitur Proteksi Perangkat keras (kiri) dan perangkat lunak (kanan)
(Adikara dan Kurnia, 2021)

Perlindungan Identitas dan Data Pribadi Digital


Sebagai pengguna platform digital, kita pasti menyimpan dan mengelola identitas
digital dan data pribadi ke dalam platform tersebut. Persoalannya, perlindungan terhadap
identitas digital dan data pribadi ini masih jadi persoalan di berbagai belahan dunia
(Sammons & Cross, 2017dalam Adikara dan Kurnia, 2021).
Jenis Identitas Digital

Berbeda dengan identitas di dunia nyata, identitas digital bukanlahsuatu kesatuan


karakteristik melainkan gabungan beragam identitas parsial (Monggilo, dkk, 2020, dalam
Adikara dan Kurnia, 2021). Artinya ada identitas digital yang sama dengan identitas kita di
dunia nyata, ada yang berbeda.
Awas Penipuan di Dunia Digital
Penipuan daring memanfaatkan seluruh aplikasi pada platform media internet untuk
menipu para korban dengan berbagai modus. Penipuan jenis ini menggunakan sistem
elektronik (komputer, internet, perangkat telekomunikasi) yang disalahgunakan untuk
menampilkan upaya menjebak pengguna internet dengan beragam cara. Strateginya
biasanya dilakukan secara bertubi-tubi tanpa diminta dan sering kali tidak dikehendaki oleh
korbannya (Sitompul, 2012; Elsina, 2015 dalam Adikara dan Kurnia, 2021).
Lindungi Rekam Jejak Digital
Dalam aktivitas sehari-hari, setiap dari kita secara sadar atau tidak sadar telah
meninggalkan banyak jejak di dunia maya. Penggunaan teknologi yang melekat dengan
kehidupan sehari- hari kita juga telah meningkatkan kejahatan di maya dengan mengakses
perangkat lunak, gawai, dan terlebih menyambungkan diri kita dengan internet, kita telah
memberikan akses pada pihak lain untuk mengetahui kebiasaan kita sehari-hari.
Jejak digital dikategorikan dalam dua jenis, yakni jejak digital yangbersifat pasif dan
jejak digital yang bersifat aktif.
1. Jejak digital pasif adalah jejak data yang kita tinggalkan secara daring
dengan tidak sengaja dan tanpa sepengetahuan kita.
2. Jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita kirimkan di
internet atau di platform digital. Contohnya seperti mengirim email,
mempublikasikan di media sosial, mengisi formulir daring, dan lain
sebagainya.
D. Cakap Bermedia Digital
Lanskap Digital
Pemahaman terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari kompetensi
literasi digital. Dunia digital merupakan lingkungan yang tidak asing bagi banyak dari
kita. Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagaiperangkat keras dan
perangkat lunak. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga
tidak bisa lepas satu sama lain.
Jenis Perangkat Digital (Wempen, 2015 dalamMonggilo dan Kurnia 2021) :
Komputer Desktop, Notebook, Netbook, Tablet dan Telepon Pintar.
Mesin Pencarian Informasi
Mesin pencarian informasi adalah situs yang memiliki kemampuanuntuk mencari
halaman situs web di internet berdasarkan basis data dengan bantuan kata kunci. Google,
Yahoo, Bing, Baidu, dan Yandex adalahbeberapa jenis mesin pencarian informasi yang
populer di dunia.
Aplikasi Percakapan dan Medsos
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dariperkembangan
teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang memiliki kaitan
dengan berbagai aspek (Sun, 2020 dalam Monggilo dan Kurnia 2021). Aplikasi
percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan. Aplikasi percakapan
menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi daring, terlebih di masa
pandemi COVID-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga
akses pada aplikasi percakapan sangat tinggi.
Dompet Digital, Lokapasar, dan Transaksi Digital
Transaksi digital cenderung lebih aman dilakukan bilamana penjual bergabung
dengan lokapasar yang sudah menyediakan metode pembayaran resmi. Salah satunya
dengan memanfaatkan fitur dompet digital.

Implementasi Literasi Digital Dan Implikasinya


a. Lanskap Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat
keras dan perangkat lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk
jaringan sosial, surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya. Fungsi
perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu
sama lain.
b. Mesin Pencarian Informasi, Cara Penggunaan dan Pemilahan DataDunia
Digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas
dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi
bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari.
Dalam menggunakan internet, salah satu aktivitas yang sering kita lakukan
adalah menggunakan mesin pencarian informasi untukmenunjang kegiatan. Hasil
survei yang dikeluarkan oleh Hootsuite dan We are Social di tahun 2020
menunjukkan bahwa Google menempati peringkat pertama sebagai mesin pencarian
informasi yang paling banyak diakses.
c. Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari
perkembangan teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang
memiliki kaitan dengan berbagai aspek (Sun, 2020).
d. Aplikasi Dompet Digital, Loka Pasar (marketplace), dan TransaksiDigital
Sejak kemunculannya di kehidupan kita, beragam aktivitas sosial, ekonomi,
dan politik yang kita lalui tidak terlepas dari koneksi internet. Anggaran untuk
internet selalu diprioritaskan bahkan cenderung semakin besar (APJII, 2020).
Contohnya saja dalam transaksi jual beli. Dengan koneksi internet, kita tak harus
datang ke toko luring.
e. Etika Berinternet (Nettiquette)
Di mana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung, artinya dimanapun kita
berada kita tetap harus menghormati aturan yang berlaku. Pepatah di atas sudah
sering kita dengar dari semenjak kita masih kecil hingga sekarang ya, tentunya ini
dapat menjadi pegangan agarkita tidak salah langkah dalam menjaga sikap dan
perilaku di dalammasyarakat, tidak terkecuali ketika berinteraksi di dalam ruang
digital bersama dengan masyarakat digital.
f. Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi, Perundungan, dan Konten
Negatif Lainnya
Konten negatif yang membarengi perkembangan dunia digital tentu
menyasar para pengguna internet, termasuk di Indonesia. Konten negatif atau
konten ilegal di dalam UU Nomor 19/2016 tentang Perubahan Atas UU Nomor
11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

g. Pengetahuan Dasar Berinteraksi, Partisipasi, dan Kolaborasi di Ruang Digital


yang Sesuai dengan Kaidah Etika Digital dan Peraturanyang Berlaku
Sekarang zamannya kolaborasi, bekerja menghasilkan karya bersama, tidak sendiri-
sendiri. Sehingga, dapat menghasilkan karya yangkreatif dan orisinil. Hal ini dipicu
oleh penggunaan dunia digital yang semakin masif serta karakteristik media digital
sebagai web 2.0, yaitu media yang digunakan dengan cara kolaborasi dan berbagi
data antara individu.
h. Berinteraksi dan Bertransaksi secara Elektronik di Ruang Digital Sesuai
dengan Peraturan yang Berlaku
Jika volume dan nilai transaksi uang elektronik di Indonesia meningkat. Maka kita
sebagai pengguna media digital harus bijak dan waspada dalam bertransaksi, karena
apabila tidak, akan dapat berdampak negatif bagi kita ketika melakukan transaksi
daring di sosial media
i. Fitur Proteksi Perangkat Keras
Kita tahu bahwa sebuah sistem komputer berisi perangkat keras seperti prosesor,
monitor, RAM dan banyak lagi, dan satu hal yang sistemoperasi memastikan bahwa
perangkat tersebut tidak dapat diakses langsung oleh pengguna. Pada dasarnya,
perlindungan perangkat keras dibagi menjadi 3 kategori: perlindungan CPU,
Perlindungan Memori, dan perlindungan I/O.
j. Proteksi Identitas Digital dan Data Pribadi di Platform Digital
Pertama, sebagai pengguna platform digital, kita bisa menggunakan
identitas asli atau samaran, namun kita wajib bertanggung jawab atas pilihan
tersebut. Pastikan juga hanya menampilkan identitas digital yang ―aman‖. Hindari
untuk menampilkan identitas digital yang seolah aman tapi tidak seperti tanggal
lahir kita dan nama ibu kandung. Sebab, identitas tersebut biasanya digunakan
dalam transaksi perbankan yang tentu hanya kita saja yang boleh
menggunakannya. Kedua, pastikan keamanan surat elektronik kita sebagai
identitas digital utama yang kita gunakan untuk mengakses berbagai platform
digital dengan secara rutin memastikan sandi diperbaharui.
k. Penipuan Digital
Kemajuan teknologi internet memudahkan berbagai hal mulai dariberbagi
informasi hingga proses jual beli barang atau jasa melalui berbagai macam
aplikasi. Namun demikian, terdapat oknum-oknum yangmemanfaatkan kemajuan
teknologi tersebut dengan melakukan kejahatan siber/kejahatan digital.
l. Rekam Jejak Digital di MediaDua Sisi Jejak Digital
Penyalahgunaan jejak digital adalah pemanfaatan jejak digital secara
negatif. Netsafe mencatat beberapa hal negatif yang muncul dari penyalahgunaan
jejak digital yang paling sering dilaporkan oleh pengguna Imternet.
m. Minor Safety (Catfishing)
Istilah catfish mulai muncul dari sebuah tayangan dokumenter asalAmerika
Serikat berjudul sama yang diproduseri oleh Henri Joost dan Ariel Schulman pada
2010 tentang para korban yang memiliki hubungan dengan seseorang yang
memiliki identitas fiktif - identitas yang tidak pernah ada di dunia nyata (Van
Dijck, 2013).
n. Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan
Kecakapan Digital dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa, dan Bernegara
Internet saat ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi semuaorang, tidak
terkecuali masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu negara yang terletak di
wilayahAsia Pasifik, Indonesia merupakan negara dengan populasi muda di antara
negara-negara di dunia.
o. Digitalisasi Kebudayaan melalui Pemanfaatan TIK
Beragam sajian dalam bentuk foto, video, maupun tulisan, saat ini tersebar
di semua lini media digital kita. Pada tahapan ini, kita sebenarnya sudah punya
modal untuk memproduksi konten budaya dalam kehidupansehari-hari.
p. Mendorong Perilaku Mencintai Produk dalam Negeri dan KegiatanProduktif
Lainnya
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara
secara ekonomi. Siswanto (2017). Bela negara dimaksudkan sebagai upaya untuk
menumbuhkan semangat patriotisme dan cinta tanah air kepada seluruh warga
negara Indonesia. (Akmadi, 2017). Artinya bela negara adalah langkah-langkah
untuk membangun nilai-nilairela berkorban untuk Indonesia.
q. Digital Rights (Hak Digital Warganegara)
Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara
untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskanmedia digital.
Hak Digital meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk
merasa nyaman. Hak harus diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab
digital, meliputi menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan
nasional atau atau ketertiban masyarakat atau kesehatan atau moral publik.
AGENDA 3 MODUL 2 : MANAJEMEN ASN
Manjamen ASN
A. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
1. Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untukmenghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilaidasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawaisehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras denganperkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan public
b. Pelayan public
Perekat dan pemersatu bangsa Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan
bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK
yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut :
Hak PNS dan PPPK
PNS PPPK
Gaji, tunjangan, dan fasilitas Gaji dan tunjangan

Cuti Cuti
Jaminan pensiun dan jaminan hari tua; -
Perlindungan Perlindungan
Pengembangan kompetensi Pengembangan Kompetensi

Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:


a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabatpemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab;
menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
f. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan; dan
g. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode
etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab,dan berintegritas tinggi
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
e. melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan
f. menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara
g. menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,
dan efisien
h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
i. memberikan informasi secara benar dan tidakmenyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
j. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain
k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN
l. melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN
B. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN
Pengelolaan SDM harus selalu berkaitan dengan tujuan dan sasaran organisasi
(strategic alignment), dalam konteks ini aktivitas dalam pengelolaan SDM harus mendukung
misi utama organisasi. Pengelolaan SDM memotivasi dan juga meningkatkan produktivitas
pegawaidalam melaksanakan tugasnya sehingga mampu berkontribusi pada pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi. Organisasi membutuhkan pegawai yang jujur, kompeten dan
berdedikasi.
Sistem merit yang berdasarkan pada obyektivitas dalam pengelolaan ASN menjadi
pilihan bagi berbagai organisasi untuk mengelola SDM. Kualifikasi, kemampuan,
pengetahuan dan juga ketrampilan pegawai yang menjadi acuan dalam pengelolaan ASN
berdasar sistem merit menjadi fondasi untuk memiliki pegawai yang kompeten dan bahagia‟
dalam organisasi karena mereka memiliki kepercayaan diterapkannya keadilan dalam
organisasinya.
a. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam
pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau
untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subyektif seperti
afiliasi politik, etnis, dan gender. Obyektifitas dilaksanakan pada semua tahapan dalam
pengelolaan SDM (rekruitmen,pengangkatan, penempatan, dan promosi). Sistem ini
biasanya disandingkan dengan spoil sistem, dimana dalam penerapan manajemen SDM-
nya lebih mengutamakan pertimbangan subyektif.
Pasal 1 tentang Ketentuan Umum memuat cakupan sistem merit dalam pengelolaan
ASN: ― Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur,
atau kondisi kecatatan‖.
Pasal 93: Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.
Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan
dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana
kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
C. Mekanisme Pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktek
dalam mengelola aspekmanusia atau sumber daya manusia dalam organisasi.
1. Majemen PNS dan PPPK
a. Manajemen PNS
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan. Manajemen PNS pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah
pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan
perlindungan.
c. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
d. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak
kehilangan status sebagai PNS.
e. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa
korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
f. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah
g. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative

Anda mungkin juga menyukai