(PPPK)
DISUSUN OLEH:
NAMA : FAHARUDIN,S.Pt
NIP : 198505222021211003
GOLONGAN : IX
TAHUN 2023
AGENDA 1 MODUL 1
BAB I. PENDAHULUAN
Wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang dilandasi akan
kesadaran dari sebagai warga dari suatu Negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945),
diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kepentingan nasional adalah
bagaimana mencapai tujuan nasional. Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi
kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan.
Kepentingan bangsa dan Negara harus ditempatkan di atas kepentingan lainnya. Agar
kepentingan bangsa dan Negara dapat selalu ditempatkan di atas kepentingan lainnya dibutuhkan
langkah-langkah konkrit, melalui:
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa
dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila, dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai ancaman.
Dalam mempertahankan NKRI, perlu dilaksanakan Pembinaan Kesadaran Bela Negara yaitu
segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan,
pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuh kembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara
diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.
a. Umum
Bentuk Negara kesatuan yang disepakati oleh para pendiri bangsa dan kemudian ditetapkan
berdasarkan UUD 945 juga memiliki makna pentingnya kesatuan dalam sistem penyelenggaraan
Negara. Perspektif sejarah Negara Indonesia mengantarkan pada pemahaman betapa pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa yang didasarkan pada prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan
bangsa dan nasionalisme. Kebijakan publik dalam format keputusan atau tindakan administrasi
pemerintahan (SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu Pancasila landasan konstitusionil , UUD
1945 sebagai sistem yang mewadahi peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5
Tahun 2014 tentang aparatur Sipil Negara.
K. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
AGENDA 1
MODUL II. ANALISIS ISU KONTEMPORER
KONSEP PERUBAHAN
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja,
namun lebih dari pada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang
lebih baik untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).
Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan
baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundangundangan.
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan sikap dan
perilaku yang mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan
memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan berbicara berdasarkan data,
menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta menghargai integritas pribadi.
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam sikap dan perilaku
bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong, menunjukkan respek dan
membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap
diskriminatif atau melecehkan orang lain.
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan perilaku belajar
terus menerus, semangat memberi kontribusi melebihi harapan, dan selalu berjuang
menjadi lebih baik.
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri,
keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri, menunjukkan
kemampuan bekerja sama, memimpin, dan mengambil keputusan, serta mampu
mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan.
5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai profesinya sebagai
PNS, menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang
dilayani maupun rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung
tinggi etika-moral PNS.
Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang selalu
menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal
yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan
tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level
lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Dengan
memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus perhatian adalah mulai
membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliki dengan memperhatikan modal insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk
modal (modal intelektual, emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan
(kekuatan) fisik/jasmani) yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja.
AGENDA 1
MODUL 3. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
BAB I. PENDAHULUAN
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam hidup
bermasyarakat sesuai peran dan profesi demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses
nation and character building. Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk menanamkan paham-
paham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia,
merupakan kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi
ancaman sebagai dampak dari dinamika perkembangan lingkungan strategis yang juga
mempengaruhi kondisi dalam negeri yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, eonomi, sosial
budaya, pertahanan, dan keamanan.
KONSEP KESIAPSIAGAAN
Kesiapsiagaan merupakan suatu siap siaga yang dimiliki seseorang baik fisik, mental,
maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Menurut KBBI berasal dari kata
bela yang artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat, menolong serta melepas dari
bahaya.
Bela negara adalah kebulatan sikap, tekad, dan perilaku warga negara yang dilakukan
secara ikhlas, sadar,dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga,
merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
A. KESIAPSIAGAAN JASMANI
Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani
- Memiliki postur yang baik
- Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat
- Memiliki ketangkasan yang tinggi
B. KESIAPSIAGAAN MENTAL
Merupakan kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental, perkembangan
mental, dan proses menyesuaikandiri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan
mental/jiwanya baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar diri sendiri, seperti
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2) Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap
dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian peserta diklat senantiasa
dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu dan secara tidak
langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab
3) Rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta terbangunnya ikatan
batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4) Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang
hakekatnya tidak lain daraipada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri.
5) Rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko
terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan
tindakan yang akan dapat merugikan kelompok
6) Aba aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang ketua/pemimpin yang ditunjuk
kepada pasukan/kelompok orang untuk dilakukan pada waktunya secara serentak atau
berturut – turut dengan tepat dan tertib.
D. KEPROTOKOLAN
Keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau kebiasan kebiasaan
mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat dicapai. Esensi dalam
tatanan tersebut antara lain mencakup :
a. Tata cara, yang menentukan tindakan yang harus dilakukan dalam suatu acara
tertentu
b. Tata krama, yang menentukan pilihan kata-kata, ucapan dan perbuatan yang sesuai
dengan tinggi rendahnya jabatan seseorang
c. Rumus-rumus dan aturan tradisi yang telah ditentukan universal didalam bangsa itu
sendiri
E. KEWASPADAAN DINI
Kemampuan kewaspadaan dini adalah kemampuan ynag dikembangkan untuk
mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer secara optimal sehingga
terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi
ancaman.
AGENDA II
BAB I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Berorientasi
Pelayanan pada peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan bagaimana
memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat; ramah, cekatan, solutif, dan dapat
diandalkan; serta melakukan perbaikan tiada henti. Pelatihan ini merupakan bagian dari
Pembelajaran Agenda II Pelatihan Dasar CPNS yang dalam penyampaiannya dapat
dilakuan secara terintegrasi dengan 6 (enam) Mata Pelatihan Agenda II yang lainnya, baik
pada fase pembejalaran mandiri, jarak jauh, maupun klasikal.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami dan menjelaskan pelayanan publik secara konseptual/teoretis
2. Memahami dan menjelaskan panduan perilaku (kode etik) nilai Berorientasi
Pelayanan, serta memberikan contoh perilaku spesifik yang kontekstual dengan
jabatan dan/atau organisasinya;
3. Mengaktualisasikan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugas jabatannya
masing-masing; dan
4. Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan Berorientasi Pelayanan secara
tepat.
C. Metodologi Pembelajaran
Metodologi pembelajaran pada setiap fase pembelajaran modul ini adalah sebagai berikut :
1. Pada Pelatihan Klasikal:
2. Pada Pelatihan Blended Learnin g :
Fase MOOC:
Fase E - learning :
1) Synchronous :
2) Asynchronous :
Fase Klasikal:
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada setiap fase pembela jaran untuk modul ini adalah sebagai
berikut:
1. Pada Pelatihan Klasikal:
Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran Agenda II Latsar CPNS
(Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS), sehingga dalam proses pembejarannya dilakukan
secara terintegrasi dengan 6 Mata Pelatihan lainnya di Agenda ini.
2. Pada Pelatihan Blended Learning
a. Fase MOOC
b. Fase E – learning, yaitu :
1) Synchronous :
2) Asynchronous :
c. Fase Klasikal:
E. Sistematika Modul
2. Berorientasi Pelayanan :
a. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
1) Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
2) Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
3) Melakukan Perbaikan Tiada Henti
b. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
BAB II
MATERI POKOK I
KONSEP PELAYANAN PUBLIK
BAB III
MATERI POKOK 2
BERORIENTASI PELAYANAN
AGENDA II
MODUL II. AKUNTABEL
BAB I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini diberikan untuk pembentukan nilai – nilai dasar akuntabilitas kepada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan pelaksanaan tugas dengan jujur,
bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi, penggunaan kekayaan dan
barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, efisien serta tidak menyalahgunakan
kewenangan jabatannnya.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu mengaktualisasikan nilai akuntabel
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai ASN.
C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran pada setiap fase pembelajaran Modul ini adalah sebagai berikut :
1. Blended learning ( self learning dan collaborative learning )
2. Micro learning ( overview video, video pembelajaran, game)
3. Studi kasus
4. Praktik di lingkungan kerja
D. Kegiatan Pembelajaran
Peserta melakukan belajar mandiri mereview isi modul dan mengeksplorasi link materi yang
direkomendasikan.
BAB II
POTRET LAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
Baik sadar atau tidak layanan publik di negeri ini kerap di manfaatkan oleh ‘oknum
pemberi layanan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Peribahasa ‘Waktu
Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk memberikan layanan spesial bagi
mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini
sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima layanan yang sebenarnya tidak
tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan, dan dipahami oleh hampir semua
pihak selama puluhan tahun.
Tugas berat sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam proses
menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan dan
payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus diakui, masih butuh
usaha keras dan komitmen yang ekstra kuat.
Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”,
menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik. Namun, mental dan pola pikir
berada di domain pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akanmemberikan
dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan dampak sistemik
seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa memberikan
dampak serupa.
BAB III
KONSEP AKUNTABILITAS
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek-Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal
berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil,
akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, Akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta
akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas
vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
BAB IV
PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara
sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun,
integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara
akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap
amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan
secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-
beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain system penilaian kinerja,
sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun
software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5)
keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses,
Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.Pengelolaan konflik kepentingan dan
kebijakan gratifikasi dapat membantu pembangunanbudaya akuntabel dan integritas di
lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun
pola pikir dan budaya antikorupsi.
BAB V
AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN
Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai
sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini
adalah Perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya
UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP).
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan
yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan
yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga
termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan non-
keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang lain).
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-
langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
Penyusunan Kerangka Kebijakan,
Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
Penyusunan Strategi Penanganan Konflik Kepentingan, dan
Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.
AGENDA II
MODUL III. KOMPETEN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Disadari isu penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk aspek
pengembangan SDM memanglah penting. Hal ini tercermin dari prioritas pembangunan
nasional jangka menengah ke 4, tahun 2020-2024.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu mengaktualisasikan nilai
kompeten dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
C. Metodologi Pembelajaran
1. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran
2. Metode: ceramah, diskusi, penugasan mandiri dan penugasan kelompok, dan
pembahasan studi kasus serta Rencana Tindak Lanjut.
3. Pemaparan Rencana Tindak Lanjut mewujudkan nilai Kompeten.
4. Evaluasi
D. Kegiatan Pembelajaran
Peserta melakukan belajar mandiri mereview isi modul dan mengeksplorasi link
materi yang direkomendasikan.
BAB II
TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai
kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan
kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
BAB III
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada
perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial
lainnya yang bersifat subyektif.
BAB IV
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
1. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi
BAB V
PERILAKU KOMPETEN
AGENDA II
MODUL IV. HARMONIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan Harmonis dalam Latsar BerAKHLAK ini mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman kepada setiap CPNS dalam Latsar ASN mengenai keberagaman berbangsa, rasa
saling menghormati, dan bagaimana menjad pelayan dan abdi masyarakat yang baik.
B. Tujuan Pembelajaran
Mata pelatihan ini bertujuan membentuk ASN yang mampu mengaktualisasikan nilai harmonis
dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya.
C. Metode pembelajaran
Pembelajaran di berikan dengan berbagai metode, meliputi paparan, ceramah, diskusi, latihan
dan studi kasus. Hal ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan ASN yang dapat menciptakan
suasana harmonis dalam lingkungan bekerja, kehidupan bernegara dan memberikan layanan
kepada masyarakat.
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Peserta setelah menerima material pembelajaran dapat melakukan belajar mandiri
membaca dan memahami isi modul.
2. Untuk Bab 2-4 Peserta dapat mengerjakan latihan soal dan tugas mandiri
3. Faslitator pada pembelajaran di kelas (baik on line ataupun offline) dapat
memaparkan dan berdiskusi di kelas mengenai pemahaman peserta terkait materi
pada Bab 2-5
4. Fasilitator menjelas kan mekanisme studi kasus dan melatih peserta mengidentifikasi
dan menganalisi permasalahan dalam studi kasus
5. Peserta melakukan praktik mandir mengerjakan studi kasus yang diberikan
6. Setelah proses pembelajaran fasilitator dapat mengevaluasi hasil proses pembelajaran.
BAB II
KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak geografis
Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang membuat beragamnya
suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.
Sejarah perjuangan bangsa menunjukkan bahawa pada masa lalu bangsa kita adalah bangsa yang
besar. Namun setelah era kejayaan kedua kerajaan besar tersebut, nusantara terpecah belah
sehingga akhirnya jatuh dalam kolonialisme negara penjajah. Perjuangan untuk menjadi bangsa
merdeka terus dilakukan pada beberapa wilayah Indonesia. Perlawanan sampai awal abad ke-20
terhadap Belanda tidak dapat terusir dari tanah air Indonesia. Kebangkitan nasional mendorong
perjuangan kemerdekaan dapat berhasil jika bangsa Indonesia Bersatu, yang gelombang nya
memuncak pada saat kongres Pemuda dengan merumuskan Sumpah Pemuda.
Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah dimiliki bangsa
Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka tunggal ika telah lama dimiliki bangsa di
nusantara. Pada masa perjuangan kemerdekaan dijelaskan, pendiri bangsa yang pertama kali
menyebut frasa Bhinneka Tunggal Ika adalah Moh Yamin.
Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan, yaitu aliran
modernis, aliran primordialis, aliran perenialis, dan aliran etno.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan budaya, sejarah
pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa, serta potensi dan
tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi
pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya,
agama dan lain-lain.
Ada dua tujuan nasionalsime yang mau disasar dari semangat gotong royong, yaitu kedalam dan
keluar.
1. Kedalam, kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku, etnis, agama yang mewarnai
kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandanga sebagai hal negative dan menjadi ancaman
yang bisa saling menegasikan.
2. Keluar, nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang memuliakan kemanuiaan
universal dengan menjunjung tinggi persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antar umat
manusia.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada
masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur
perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah sebabnya
mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang harmonis dalam
lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
BAB III
MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA DAN
MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA MASYARAKAT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta mampu memahami pentingnya nilai harmonis sesuai kode etik ASN dan menerapkan
nilai tersebut dalam melaksanakan fungsi dan peran sebagai pelayan publik.
Menciptakan suasana kondusif harmonis bukan usaha yang dilakukan sekali dan jadi untuk
selamanya. Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara terus menerus.
Menciptakan budaya harmonis di lingkungan bekerja tersebut dapat menjadi salah satu kegiatan
dalam rangka aktualisasi penerapannya.
AGENDA II
MODUL V. LOYAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan Dasar CPNS ini dilakukan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Loyal,
sehingga peserta memiliki dedikasi yang tinggi dan senantiasa mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara pada saat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai PNS. Materi-materi
Pokok yang disajikan meliputi : 1) Konsep Loyal; 2) Panduan Perilaku Loyal; dan 3) Loyal
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu mengaktualisasikan nilai loyal dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai PNS.
D. Sistematika Modul
Sistematika Modul Loyal ini adalah sebagai berikut
1. Konsep Loyal
2. Panduan Perilaku Loyal
3. Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah
BAB II
KONSEP LOYAL
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah
telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu
core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN
dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu
dari sikap setia. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku :
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan
pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala
BAB III
PANDUAN PERILAKU LOYAL
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan pada
prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-
ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya
terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara
BAB IV
LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah/janji
yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang-
undangangan yang berlaku.
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-
PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan
kedisiplinan ini dengan baik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang
ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta
perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut
merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun
sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila menunjukkan
kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang
merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota
masyarakat.
BAB V
PENUTUP
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku
loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya
bertugas, yang terdiri dari :
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan
pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
AGENDA II
MODUL VI. ADAPTIF
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai-nilai Adaptif kepada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan cepat menyesuaikan diri
menghadapi perubahan lingkungan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas,
berperilaku adaptif serta bertindak proaktif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-
tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi
yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain
sebagainya.
Dalam hal ini diperlukan perubahan cara kerja melalui adaptasi dunia industri dan sektor
terkait dengan cara beralih dari tradisi industri yang lama. Aktivitas industri yang masih
berbasis kegiatan eksploitasi sumber daya alam, khususnya minyak dan batu bara misalnya,
harus segera dialihkan ke sumber-sumber yang lebih ramah lingkungan. Adaptasi ini
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang lebih ramah terhadap
lingkungan.
C. Komitmen Mutu
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam menyelenggarakan
pelayanan, serta literasi publik atas kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-
faktor yang mendorong komitmen mutu yang lebih baik. Pegawai ASN sebagaimana
ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, yaitu “sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.”
D. Perkembangan Teknologi
Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan teknologi seperti artificial
intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big Data, otomasi dan yang lainnya. Tidak bisa
dipungkiri bahwa teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang
mengubah cara kerja birokrasi serta sektor bisnis.
F. Diskusi
A. Uraian Materi
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Soekanto (2009) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi, yakni:
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
4. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
5. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah
C. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership).
A. Uraian Materi
Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan teknis.
Dia membuat perubahan yang menantang dan mengacaukan status quo dan dia harus
meyakinkan orang-orang yang marah bahwa perubahan itu untuk kebaikan mereka sendiri dan
kebaikan organisasi” Eddie Teo, mantan Sekretaris Tetap Singapura (Neo dan Chen, 2007).
A. Uraian Materi
Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'. Masalah teknis
mudah diidentifikasi, didefinisikan dengan baik, dan dapat diselesaikan dengan
menerapkan solusi terkenal atau pengetahuan para ahli.
A. Sejarah Singkat
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantangan global yang dihadapi saat ini.
Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di
semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z,
serta mobilitas dan fleksibilitas. Morgan (2020) mengungkapkan lima tantangan yang
dihadapi yaitu new behaviour, perkembangan teknologi, tenaga kerja milenial, mobilitas
tinggi, serta globalisasi. Vielmetter dan Sell (2014) mengungkapkan tentang global mega
trend 2013 yaitu Globalization 2.0, environmental crisis, individualization and value
pluralism, the digital era, demographic change, and technological convergence. Pada tahun
2020, Berger (2020) melakukan forecasting yang lebih panjang dengan mengeluarkan
konsep tentang global mega trend untill 2050 diantaranya people and society, health and
care, environment and resources, economic and business, technology and Innovation, serta
politic and democracy. World Economic Forum (WEF) (2021) juga ambil bagian dalam
menganalisis tantangan global yang akan dihadapi yaitu adanya serangan cyber, perubahan
iklim secara global, ketimpangan digitalisasi, kegagalan iklim, adanya senjata pemusnah
masal, krisis mata pencaharian penyakit menular, serta kerusakan lingkungan yang
diakibatkan manusia.
Dibalik berbagai tantangan yang dihadapi di atas, birokrasi Indonesia masih dihadapkan
pada fragmentasi dan silo mentality. Hal tersebut oleh Caiden (2009) dianggap sebagai
patologi birokrasi. Teori parabolic yang dikenalkan oleh caiden (2009), mengungkapkan
bahwa patologi birokrasi muncul karena birokratisasi telah melampui batas optimalnya.
Formalisasi, hierarkhi, imparsonal, serta spesialisasi, merupakan elemen dari birokrasi
weberian yang apabila diterapkan pada batas optimalnya akan menciptakan keteraturan.
Namun, apabila melampui batas optimalnya akan menciptakan birokrasi yang lambat dan
memunculkan berbagai patologi birokrasi. Kolaborasi kemudian menjadi solusi dari
berbagai fragmentasi dan silo mentality.
B. Definisi Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan
bahwa kolaborasi adalah “value generated from an alliance between two or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines”.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi.
Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup kemitraan
institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1. Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau Lembaga
2. Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate
3. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi public
4. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
5. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik) Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau
manajemen.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling
menguntungkan.
Kerja sama dimaksud dapat dilakukan oleh Daerah dengan:
a. Daerah lain : Kerja sama dengan Daerah lain ini dikategorikan menjadi kerja sama
wajib dan kerja sama sukarela;
b. pihak ketiga; dan/atau
c. lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
AGENDA III
MODUL 1. SMART ASN
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah
kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang
bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu,
literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan
Proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020;
Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus
tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab. Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan,
dan kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya
bermedia digital meliputi kemampuan individdalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam
mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak TIK serta sistem operasi
digital dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan
pada:
1. Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette).
2. Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak
sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
3. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai
dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku.
4. Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
1. Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan
berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia.
2. Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai
Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
3. Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika.
4. Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat,menabung, mencintai
produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.
Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:
1. Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint) Pengetahuan
dasar memproteksi identitas digital (kata sandi).
2. Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi
AGENDA III
MODUL II. MANAGEMEN ASN
I. PENDAHULUAN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan
ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
Manajemen ASN, Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem
Informasi ASN. Diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri
dari keberatan dan banding administratif.
II. KEDUDUKAN PERAN, HAK DAN KEWAJIBAN, DAN KODE ETIK ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat
jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat
diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi
Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai
PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi
dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu
bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen
ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara
nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah.
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri
dari keberatan dan banding administratif.