Anda di halaman 1dari 92

RANGKUMAN MOOC

A. AGENDA I

1. WAWASAN KEBANGSAAN WAWASAN KEBANGSAAN


DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam


rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi
oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem
nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
a. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
1) Pancasila
2) Undang-Undang Dasar 1945
3) Bhinneka Tunggal Ika
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya


dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli
1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantuk dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :

1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah


indonesia ;
2) Memajukan kesejahteraan umum;
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
(Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi
negara Indonesia.)
b. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia,
Lambang Negara Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol
tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata
pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan
kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian,
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia bukan hanya sekadar merupakan pengakuan atas
Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi
simbol atau lambang negara yang dihormati dan
dibanggakan warga negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi
kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah
Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan
cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas.
Penggunaannya oleh bangsa lain yang cenderung meningkat
dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

c. Nilai-Nilai Bela Negara


1) Pengertian Bela Negara:
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku
serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai Ancaman.

2) Nilai Dasar Bela Negara

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019


tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela
Negara meliputi :
 cinta tanah air;
 sadar berbangsa dan bernegara;
 setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
 rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
 kemampuan awal Bela Negara.
d. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan

Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha,


tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan
kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara diselenggarakan di
lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan
kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang
ditujukan bagi Warga Negara yang bekerja pada : lembaga
Negara, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dan
pemerintah daerah, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, badan usaha milik negaralbadan
usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan badan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
1) Indikator nilai dasar Bela Negara
Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
a) Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang
wilayahIndonesia.
b) Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c) Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d) Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e) Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan
negara.
f) Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia

Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa.


Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
1) Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
2) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari.
3) Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan
negara.
4) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
5) Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara.
Ditunjukkannya dengan adanya sikap :

1) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya


untuk kemajuan bangsa dan negara.
2) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam
ancaman.
3) Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat,
bangsa dan Negara
4) Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami
kesulitan.
5) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranya tidak sia-sia.

Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya


dengan adanya sikap:

1) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta


intelijensia.
2) Senantiasa memelihara jiwa dan raga
3) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang
telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
4) Gemar berolahraga.
5) Senantiasa menjaga kesehatannya.

Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan


perilaku, antara lain :

1) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
2) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia sesuai peran
dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang
wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari
berbagai ancaman, seperti : ancaman kerusakan lingkungan,
ancaman pencurian sumber daya alam, ancaman
penyalahgunaan tata ruang, ancaman pelanggaran batas
negara dan lain-lain.

Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan


UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), dalam rangka
mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik
bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN


adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2. ANALISA ISU KONTEMPORER


A. Fungsi dan tugas PNS
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundang- undangan,
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas, serta
c. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

B. Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan


terhadap beberapa persyaratan berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain
dilakukan dengan menunjukkan sikap dan perilaku
yang mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas,
mengakui dan memperbaiki kesalahan yang dibuat,
fair dan berbicara berdasarkan data, menindaklanjuti
dan menuntaskan komitmen, serta menghargai
integritas pribadi.
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain
diwujudkan dalam sikap dan perilaku bersedia
menerima tanggung jawab kerja, suka menolong,
menunjukkan respek dan membantu orang lain
sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta
tidak bersikap diskriminatif atau melecehkan orang
lain.
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan
melalui sikap dan perilaku belajar terus menerus,
semangat memberi kontribusi melebihi harapan,
dan selalu berjuang menjadi lebih baik.
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain
dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri,
keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu
mengendalikan diri, menunjukkan kemampuan
bekerja sama, memimpin, dan mengambil keputusan,
serta mampu mendengarkan dan memberi informasi
yang diperlukan.
5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain
menampilkan diri sesuai profesinya sebagai PNS,
menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk
terhadap masyarakat yang dilayani maupun rekan
kerja, berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan
menjunjung tinggi etika-moral PNS.

Kesuksesansebagai PNS sebagai pelayan masyarakat, yang

terdiri atas:

1. Kesadaran Sosial (Social Awareness) yaitu


Kemampuan berempati terhadap apa yang sedang
dirasakan oleh orang lain, memberikan pelayanan
prima, mengembangkan kemampuan orang lain,
memahami keanekaragaman latar belakang sosial,
agama dan budaya dan memiliki kepekaan politik.
2. Kemampuan sosial (Social Skill) yaitu, kemampuan
mempengaruhi orang lain, kemampuan
berkomunikasi dengan baik, kemampuan mengelola
konflik dalam kelompok, kemampuan membangun
tim kerja yang solid, dan kemampuan mengajak
orang lain berubah,
a. Modal ketabahan (adversity)
Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz

(1997). Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam

kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun

kehidupan sebuah organisasi birokrasi. Berdasarkan

perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz

membedakan tiga tipe manusia: quitter, camper dan

climber.
1. Quitter yakni orang yang bila berhadapan
dengan masalah memilih untuk melarikan diri
dari masalah dan tidak mau menghadapi
tantangan guna menaklukkan masalah. Orang
seperti ini akan sangat tidak efektif dalam
menghadapi tugas kehidupan yang berisi
tantangan. Dia juga tidak efektif sebagai
pekerja sebuah organisasi bila dia tidak kuat.
2. Camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak
sepenuh hati. Bila dia menghadapi sesuatu
tantangan dia berusaha untuk mengatasinya,
tapi dia tidak berusaha mengatasi persoalan.
Camper bukan tipe orang yang akan
mengerahkan segala potensi yang dimilikinya
untuk menjawab tantangan yang dihadapinya.

Climber yang memiliki stamina yang luar


biasa di dalam menyelesaikan masalah. Tipe
orang ini adalah pantang menyerah, sesulit
apapun situasi yang dihadapinya.

3. Climber adalah pekerja yang produktif bagi


organisasi tempat dia bekerja. Orang tipe ini
memiliki visi dan cita-cita yang jelas dalam
kehidupannya. Kehidupan dijalaninya dengan
sebuah tata nilai yang mulia, bahwa berjalan
harus sampai ke tujuan.
b. Modal etika/moral
Ada empat komponen modal moral/etika yakni:
1. Integritas (integrity), yakni kemauan untuk
mengintegrasikan nilai-nilai universal di
dalam berperilaku yang tidak bertentangan
dengan kaidah perilaku etis yang universal.
2. Bertanggung-jawab (responsibility) yakni
orang-orang yang bertanggung-jawab atas
tindakannya dan memahami konsekuensi
dari tindakannya sejalan dengan prinsip etik
yang universal.
3. Penyayang (compassionate) adalah tipe
orang yang tidak akan merugikan orang
lain.
4. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang
pemaaf. Orang yang memiliki kecerdasan
moral yang tinggi bukanlah tipe orang
pendendam yang membalas perilaku yang
tidak menyenangkan dengan cara yang tidak
menyenangkan pula.
c. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
Badan atau raga adalah wadah untuk
mendukung manifestasi semua modal insani yang
dibahas sebelumnya, Badan yang tidak sehat akan
membuat semua modal di atas tidak muncul
dengan maksimal. Oleh karena itu kesehatan
adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa
bekerja dan berpikir secara produktif. Tolok ukur
kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok
ukur kekuatan fisik adalah; tenaga (power), daya
tahan (endurance), kekuatan (muscle strength),
kecepatan (speed), ketepatan (accuracy),
kelincahan (agility), koordinasi (coordination),
dan keseimbangan (balance).

B. Isu-Isu Strategis Kontemporer


PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada
pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang
kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan
bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya
setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis
terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya;
korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money
laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal
seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain
sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan berikut ini:

A. Korupsi
UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu
bentuk tindakan:
1) Melawan hukum, memperkaya diri
orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2)
2) Menyalahgunakan kewenangan karena
jabatan / kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / kedudukan yang dapat
merugikan keuangan / perekonomian Negara
( Pasal 3 )
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal
10)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)

B. Gratifikasi
Menerima gratifikasi tidak diperbolehkan karena akan

mempengaruhi setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat

yang mendapatkannya, sehingga hanya akan menguntungkan

orang yang memberikannya dan melanggar hak orang lain. Selain

itu juga akan menyebabkan seorang pejabat melakukan sesuatu

yang melampaui kewenangannya atau tidak melakukan sesuatu

yang merupakan kewajibannya dalam melayani masyarakat.


Cara yang harus dilakukan untuk
menghindar dari ancaman hukuman akibat
menerima gratifikasi adalah;
1) Melaporkan setiap pemberian yang diterima
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi;
2) Tidak menerima semua pemberian yang
dilakukan oleh orang yang patut diduga akan
mendapatkan keuntungan, akibat
kedekatannya dengan seorang pejabat;
3) Tidak menerima semua pemberian yang
berkaitan dengan jabatan yang sedang
diembannya.
C. Teknik-Teknik Analisis Isu
1. Teknik Tapisan Isu

Setelah memahami berbagai isu kritikal yang


dikemukakan di atas, maka selanjutnya perlu
dilakukan analisis untuk bagaimana memahami isu
tersebut secara utuh dan kemudian dengan
menggunakan kemampuan berpikir konseptual
dicarikan alternatif jalan keluar pemecahan isu.
Untuk itu di dalam proses penetapan isu yang
berkualitas atau dengan kata lain isu yang bersifat
aktual, sebaiknya Anda menggunakan kemampuan
berpikir kiritis yang ditandai dengan penggunaan
alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Alat bantu
penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak
jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan
dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada
kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan
Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar
terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik
artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya
secara komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu
tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya. Alat
bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan
kriteria USG dari mulai sangat USG atau tidak
sangat USG. Urgency: seberapa mendesak suatu isu
harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas
dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan.
Growth: Seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera.
2. Teknik Analisis Isu
Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan
teknik tapisan, selanjutnya dilakukan analisis secara
mendalam isu yang telah memenuhi kriteria AKPK
atau USG atau teknik tapisan lainnya dengan
menggunakan alat bantu dengan teknik berpikir
kritis, misalnya menggunakan system berpikir mind
mapping, fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis
kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya
menerapkan kemampuan berpikir hubungan sebab-
akibat untuk menggambarkan akar dari isu atau
permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif
pemecahan isu yang akan diusulkan.

Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan


sebagai berikut:
a. Mind Mapping
Mind mapping adalah teknik pemanfaatan
keseluruhan otak dengan menggunakan citra
visual dan prasarana grafis lainnya untuk
membentuk kesan (DePorter, 2009: 153). Mind
mapping merupakan cara mencatat yang
mengakomodir cara kerja otak secara natural.
Berbeda dengan catatan konvensional yang
ditulis dalam bentuk daftar panjang ke bawah.
Mind mapping akan mengajak pikiran untuk
membayangkan suatu subjek sebagai satu
kesatuan yang saling berhubungan (Edward,
2009: 63). Teknik mind mapping merupakan
teknik mencatat tingkat tinggi yang
memanfaatkan keseluruhan otak, yaitu otak kiri
dan otak kanan. Belahan otak kiri berfungsi
menerapkan fungsi-fungsi logis, yaitu bentuk-
bentuk belajar yang langkah-langkahnya
mengikuti urutan-urutan tertentu. Oleh karena
itu, otak menerima informasi secara berurutan.
Sedangkan otak kanan cenderung lebih
memproses informasi dalam bentuk gambar-
gambar, simbol-simbol, dan warna. Teknik
mencatat yang baik harus membantu mengingat
informasi yang didapat, yaitu materi pelajaran,
meningkatkan pemahaman terhadap materi,
membantu mengorganisasi materi, dan memberi
wawasan baru.

Menurut DePorter (2009:172), selain dapat


meningkatkan daya ingat terhadap suatu
informasi, mind mapping juga mempunyai
manfaat lain, yaitu sebagai berikut.

1. Fleksibel Anda dapat dengan


mudah menambahkan catatan-
catatan baru di tempat yang sesuai
dalam peta pikiran tanpa harus
kebingungan dan takut akan
merusak catatan yang sudah rapi.
2. Dapat Memusatkan Perhatian
Dengan peta pikiran, Anda tidak
perlu berpikir untuk menangkap
setiap kata atau hubungan, sehingga
Anda dapat berkonsentrasi pada
gagasan-gagasan intinya.
3. Meningkatkan Pemahaman Dengan
peta pikiran, Anda dapat lebih
mudah mengingat materi pelajaran
sekaligus dapat meningkatkan
pemahaman terhadap materi
pelajaran tersebut. Karena melalui
peta pikiran, Anda dapat melihat
kaitan-kaitan antar setiap gagasan.
4. Menyenangkan Imajinasi dan
kreativitas Anda tidak terbatas
sehingga menjadikan pembuatan
dan pembacaan ulang catatan
menjadi lebih menyenangkan. di
gunakan untuk belajar.

Dalam melakukan teknik mind mapping,

terdapat 7 langkah pemetaan sebagai

berikut.
1. Mulai dari Bagian Tengah. Mulai
dari bagian tengah kertas kosong
yang sisinya panjang dan diletakkan
mendatar. Memulai dari tengah
memberi kebebasan kepada otak
Anda untuk menyebarkan
kreativitas ke segala arah dengan
lebih bebas dan alami.
2. Menggunakan Gambar atau Foto
untuk Ide Sentral Gambar bermakna
seribu kata dan membantu Anda
menggunakan imajinasi. Sebuah
gambar sentral akan lebih menarik,
membuat Anda tetap terfokus,
membantu berkonsentrasi, dan
mengaktifkan otak.
3. Menggunakan Warna Bagi otak,
warna sama menariknya dengan
gambar. Warna membuat peta
pikiran lebih hidup, menambah
energi pemikiran kreatif, dan
menyenangkan.
4. Menghubungkan Cabang-cabang
Utama ke Gambar Pusat
Hubungkan cabang-cabang utama
ke gambar pusat kemudian
hubungkan cabang-cabang tingkat
dua dan tiga ke tingkat satu dan dua
dan seterusnya. Karena otak bekerja
menurut asosiasi. Otak senang
mengaitkan dua (atau tiga, atau
empat) hal sekaligus. Jika kita
menghubungkan cabang-cabang,
kita akan lebih mudah mengerti dan
mengingat.
Membuat Garis Hubung yang
Melengkung, Bukan Garis Lurus
Garis lurus akan membosankan
otak. Cabang-cabang yang
melengkung dan organis, seperti
cabang

5. Menggunakan Satu Kata Kunci


untuk Setiap Garis Kata kunci
tunggal memberi lebih banyak daya
dan flesibilitas kepada peta pikiran.
Setiap kata tunggal atau gambar
adalah seperti pengganda,
menghasilkan sederet asosiasi dan
hubungannya sendiri.
6. Menggunakan Gambar Seperti
gambar sentral, setiap gambar
bermakna seribu kata. Jika anda
hanya mempunyai 10 gambar di
dalam peta pikiran, maka peta
pikiran siswa sudah setara dengan
10.000 kata catatan (Buzan,
2008:15-16).
II. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

A. Definisi
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki

oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi

situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan

tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga

yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) berdasarkan. Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat,

dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik

secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,

keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh

kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari

berbagai Ancaman.
(UU No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk

Pertahan Negara).
Aksi nasional bela negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi

segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan


berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang

berdaulat, adil, dan makmur (Inpres No. 7 Tahun 2018).

Rencana Aksi Nasional Bela Negara mengamanatkan setiap K/L dan Pemda

untuk melaksanakan program-programAksi Nasional Bela Negara yang

aplikatif sesuai dengan spesifikasi, tugas dan fungsinya masing-masing dan

melibatkan seluruh komponen bangsa dan mencakup seluruh segmentasi

masyarakat. Rencana aksi latsar cpns wujud aktualisasi dari nilai-nilai Bela

Negara yang dijabarkan dalam bentuk rencana kegiatan Bela Negara yang akan

dilakukan oleh peserta baik selama on campus di lembaga diklat maupun

selama off campus di instansi tempat bekerja peserta masing.

B. Indikator Nilai Bela Negara


1. Rumusan 5 nilai negara bela Negara
a. Rasa C inta Tanah Air;
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
c. Setia k epada Pancasila Sebagai Ideologi Negara;
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara;
e. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara

2. Indikator Nilai-Nilai Bela Negara


a. Cinta Tanah AIR
b. Mencintai, menjaga dan melestarikan linkungan hidup
c. Menghargai dan menggunakan karya anak bangsa
d. Menggunakan produk dalam negeri
e. Menjaga dan memahami seluruh ruang wilayah NKRI
f. Menjaga nama baik bangsa dan Negara
g. Mengenal wilayah tanah air tanpa rasa fanatisme kedaerahan

3. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara


a. Rela menolong sesame warga masyarakat
b. Mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara
c. Menyumbangkan tenaga, pikiran, kemampuan untuk kepentingan

masyarakat, kemajuan bangsa dan Negara


d. Membela bangsa dan Negara sesuai profesi
e. Berpartisipasi aktif dan peduli dalam pembangunan bangsa dan Negara
f. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara tanpa pamrih

4. Setia kepada pancasila sebagai ideology negara


a. Menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan benar
b. Memahami dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan

sehari-hari
c. Meyakini pancasila sebagai dasar Negara
d. Menerapkan prinsip dan nilaimusyawarah mufakat
e. Menghormati dan menjunjung tinggi HAM
f. Saling membantu dan tolong menolong antar sesame sesuai nilai luhur

pancasila

5. Rela berkorban untuk bangsa dan negara


a. Rela menolong sesama warga masuarakat
b. Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
c. Menyumbangkan tenaga, pikiran, kemampuan untuk kepentingan

masyarakat, kemajuan bangsa dan negara


d. Membela bangsa dan negara sesuai profesi
e. Berpartisi aktif dan peduli dalam pembangunan masyarakat berbangsa

dan bernegara
f. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara tanpa pamrih

6. Mempunyai kemampuan awal bela negara


a. Memiliki kemampuan, integritas dan kepercayaan diri yang tinggi
b. Mempunyai kemampuan memahami dan mengidentifikasi bentuk

ancaman di lingkungan masing- masing


c. Senantiasa menjaga kesehatan sehingga memiliki kesehatan fisik dan

mental yang baik


d. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intilijensi tinggi
e. Memiliki pengetahuan tentang kearifan lokal dalam menyikapi setiap

ancaman
f. Memiliki kemampuan dalam memberdayakan kekayaan sumberdaya

alam dan keragaman hayati

III. PELAYANAN BERORIENTASI

Berorientasi Pelayanan pada peserta melalui substansi pembelajaran


yang terkait dengan bagaimana memahami dan memenuhi kebutuhan
masyarakat; ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan; serta
melakukan perbaikan tiada henti.

Tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk


memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban
memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem
pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan
pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa
publik, dan pelayanan administrative, sebagaimana tercantum dalam
Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (UU Pelayanan Publik).

Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya pelayanan yang


baik juga tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi
dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun
kerja tim di dalam internal organisasi. Fokus utama untuk
memberikan kepuasan kepada masyarakat harus menjadi prinsip
utama ASN dalam bekerja.
b. Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima. Budaya
berorientasi pada pelayanan prima harus menjadi dasar ASN
dalam penyediaan pelayanan. Berdasarkan pengertian tersebut,
dalam memberikan pelayanan prima terdapat beberapa tingkatan
yaitu: (1) memenuhi kebutuhan dasar pengguna, (2) memenuhi
harapan pengguna, dan (3) melebihi harapan pengguna,
mengerjakan apa yang lebih dari yang diharapkan
c. Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada
kemajuan organisasi, Implikasi kemajuan organisasi akan
berdampak antara lain: (1) makin besar pajak yang dibayarkan
pada negara, (2) makin bagus kesejahteraan bagi pegawai, dan (3)
makin besar fasilitas yang diberikan pada pegawai.

Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang


berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun
pelayanan yang berkualitas.
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan
masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta
menindaklanjuti pengaduan masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan
keselamatan kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur
teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja penyelenggara pelayanan public

Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam


Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk
melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas
pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan
memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif. Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka
penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi
pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan.
Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu
dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political
development) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial
(economic and social development) yang diarahkan pada
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat.
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:

a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia

ASN perlu memahami mengenai beberapa hal fundamental mengenai


pelayanan publik, antara lain:

a. ASN perlu memahami mengenai beberapa hal fundamental


mengenai pelayanan publik, antara lain:
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh
warga negara. Artinya, para birokrat penyelenggara pelayanan
publik harus paham bahwa semua fasilitas yang mereka nikmati
(gedung, peralatan, gaji bagi ASN, protokoler, dsb.) dibayar
dengan pajak yang dibayarkan oleh warga negara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai
hal-hal yang strategis bagi kemajuan bangsa di masa yang akan
datang.
d. . Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan
tetapi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga
negara (proteksi).

Berorientasi Pelayanan dapat dijabarkan dengan beberapa kriteria,


yakni:

a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk menjabarkan


pedoman perilaku sesuai dengan tujuan yang terkandung dari
masing-masing nilai. Kode etik juga terkadang dibuat untuk
mengatur hal-hal apa saja yang secara etis boleh dan tidak boleh
dilakukan, misalnya yang terkait dengan konflik kepentingan.
b. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk sebuah kode
perilaku (code of conducts) yang berisi contoh perilaku spesifik yang
wajib dan tidak boleh dilakukan oleh pegawai ASN sebagai
interpretasi dari kode etik tersebut.
c. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan menjadikan
prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan.
d. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga
berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga negara
(proteksi).

IV. AKUNTABEL
Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4 menyebutkan
Asas Pelayanan Publik yang meliputi: a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum,
c. kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f.
partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i.
akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan
waktu, dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Kentjacaraningrat dan Mochtar Lubis memiliki pandangan ciri-ciri sikap


dan mental Bangsa Indonesia secara umum: Koentjaraningrat Mochtar Lubis Lima
sikap mental bermuatan pola pikir koruptif yang merupakan warisan koloni- al yang
“hidup” dalam pola pikir manusia bangsa kita. Kelima sikap mental itu adalah:

 Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang
berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza
dan Zonke, 2017).

 Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks
Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah: • Kemampuan melaksanaan tugas
dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi •
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien • Kemampuan menggunakan
Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

A. Aspek-Aspek Akuntabilitas
 Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

 Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)


Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah
yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.

 Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers


reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan
dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.

 Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless


without consequences) Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat
berupa penghargaan atau sanksi.

 Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)


Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk
mencapai tujuan.

 Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu: •


Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); • untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); •
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
 Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas
organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability) Akuntabilitas
personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti
kejujuran, integritas, moral dan etika.
b. Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai
pemberi kewenangan.
c. Akuntabilitas Kelompok Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan
atas kerjasama kelompok.
d. Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
e. akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah
untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan
bermartabat.
B. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel
1. Kepemimpinan Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
2. Transparansi Tujuan dari adanya transparansi adalah: • Mendorong
komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok internal dan
eksternal • Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak
seharusnya dan korupsi dalam pengambilan keputusan • Meningkatkan
akuntabilitas dalam keputusan-keputusan • Meningkatkan kepercayaan dan
keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
3. Integritas Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-
undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku.
4. Tanggung Jawab (Responsibilitas) Responsibilitas institusi dan
responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban bagi setiap individu
dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan
yang telah dibuat.
5. Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya.
6. Kepercayaan Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7. Keseimbangan Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
9. Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

C. Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam Menciptakan Framework


Akuntabilitas
1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui penentuan tujuan dari rencana
strategis organisasi, mengembangkan indikator, ukuran dan tujuan kinerja,
dan mengidentifikasi peran dan tanggungjawab setiap individu dalam
organisasi.
2. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan. Cara ini dapat dilakukan melalui identifikasi program atau kebijakan
yang perlu dilakukan, siapa yang bertanggungjawab, kapan akan
dilaksanakannya dan biaya yang dibutuhkan. Selain itu, perlu dilakukannya
identifikasi terhadap sumberdaya yang dimiliki organisasi serta
konsekuensinya, apabila program atau kebijakan tersebut berhasil atau
gagal untuk dilakukan.
3. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai. Hal
tersebut penting dilakukan untuk mengetahui hambatan dari impelementasi
kebijakan atau program yang telah dilakukan.
4. Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat
waktu. Hal ini perlu dilakukan sebagai wujud untuk menjalankan
akuntabilitas dalam menyediakan dokumentasi dengan komunikasi yang
benar serta mudah dipahami.
5. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk
memperbaiki kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatankegiatan yang
bersifat korektif.

D. Konflik kepentingan

Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang


pada posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari
perusahaan atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut
memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan.

Tipe-tipe Konflik Kepentingan Ada 2 jenis umum Konflik Kepentingan:

a. Keuangan Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan


atau sumber daya aparatur) untuk keuntungan pribadi. Contoh : •
Menggunakan peralatan lembaga/ unit/ divisi/ bagian untuk memproduksi
barang yang akan digunakan atau dijual secara pribadi;
b. b. Non-Keuangan Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri
sendiri dan / atau orang lain. Contoh: • Berpartisipasi sebagai anggota panel
seleksi tanpa menggunakan koneksi, asosiasi atau keterlibatan dengan calon

Bagaimana cara mengidentifikasi konflik kepentingan • Tugas publik dengan


kepentingan pribadi Apakah saya memiliki kepentingan pribadi atau swasta yang
mungkin bertentangan, atau dianggap bertentangan dengan kewajiban publik? •
Potensialitas Mungkinkah ada manfaat bagi saya sekarang, atau di masa depan,
yang bisa meragukan objektivitas saya?

Bagaimana keterlibatan saya dalam mengambil keputusan / tindakan dilihat


oleh orang lain? • Proporsionalitas Apakah keterlibatan saya dalam keputusan
tampak adil dan wajar dalam semua keadaan? • Presence of Mind Apa konsekuensi
jika saya mengabaikan konflik kepentingan? Bagaimana jika keterlibatan saya
dipertanyakan publik? • Janji Apakah saya membuat suatu janji atau komitmen
dalam kaitannya dengan permasalahan? Apakah saya berdiri untuk menang atau
kalah dari tindakan/keputusan yang diusulkan?
Konsekuensi Kepentingan Konflik • Hilangnya/berkurangnya kepercayaan dan
stakeholders • Memburuknya reputasi pribadi atau Institusi • Tindakan in-disipliner
• Pemutusan hubungan kerja • Dapat dihukum baik perdata atau pidana

E. Perilaku berkaitan dengan Konflik Kepentingan (Conflicts of Interest):


1. ASN harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak
bertentangan dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas- tugas
resmi mereka dengan tidak memihak;
2. Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan
kepentingan pribadi atau personal, maka PNS dapat berhati-hati untuk
kepentingan umum;
3. ASN memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau
berpotensi ada di masa depan.
4. Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada pimpinan secara
tertulis, untuk mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam
mengelola situasi secara tepat;
5. ASN dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya.

F. AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN


1. Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada
berbagai sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting
yang berkaitan dengan isu ini adalah perwujudan transparansi tata kelola
keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP).
2. Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan
yang baik untuk publik. 61 Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk
memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan
yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap
aparat sangat berkaitan dengan etika.
3. Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan
sumber daya lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur
untuk keuntungan pribadi) dan non-keuangan (Penggunaan posisi atau
wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang lain).
4. Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat
mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik
Kepentingan:
5. Penyusunan Kerangka Kebijakan,
6. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
7. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
8. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan

V. MODUL KOMPETEN
A. Tantangan Lingkungan Strategis

1. Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses


bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru.
2. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap
waktu, sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja
organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran
perubahan teknologi itu sendiri.
3. Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak
sebagai berikut:

• Berorientasi Pelayanan:

a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;


b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
• Akuntabel:

a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,


cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efesien.

• Kompeten:

a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab


tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

• Harmonis:

a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;


b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

 Loyal

a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi,
dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara
 Adaptif

a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;


b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif
 Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai
tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk
tujuan bersama.

B. Kebijakan Pembangunan Aparatur

1. Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek


pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif,
seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya
yang bersifat subyektif.
2. Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter
birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), yang dicirikan
dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas
dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien
3. Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN
dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan
karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme,
wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship.
C. Pengembangan Kompetensi

1. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan


dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin

dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah

pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan

dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat

majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,

etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap

pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi

dan Jabatan.
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-
klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
4. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai,
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan
maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan
dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan
pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut
D. Perilaku Kompeten
1. Berkinerja yang BerAkhlak:

 Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan


kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
 Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi
sebagai pelayan publik.
 Perilaku etika profesional secara operasional tunduk
pada perilaku BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan.
 Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan
Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”,
merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
 Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan
konektivitas dalam basis online network.
 Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat
memanfaatkan sumber keahlian para pakar/konsultan,
yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat
ASN bekerja atau tempat lain.
 Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal
(networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar
organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
 Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria
kantor termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang
transfer pengetahuan.
 Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif
dalam “pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs
and Open Forums).
 Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung
dalam dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan
sebagainya dan memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat

dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).

 Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access


and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert
network), pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya,
dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman
(lessons learned).
4. Melakukan keja terbaik

 Pengetahuan menja karya


 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya
tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting
dalam hidup seseorang.
Pokok-pokok dan penerapan perilaku pengembangan kompetensi yaitu:
Tantangan Lingkungan Strategis, Kebijakan Pembangunan Aparatur, Kebijakan
dan Program Pengembangan Kompetensi, dan Perilaku Kompeten. Dengan
penguraian keseluruhan aspek tersebut diharapkan peserta latsar CPNS
mendapatkan pemahaman yang sama tentang perlunya komprehensivitas dalam
melakukan pengembangan kompetensi sesuai dengan dinamika lingkungan
internal dan eksternal organisasi.
Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi bagian
ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar
(organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul dan
kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan
perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.
Agar pembelajaran ini efektif dalam menguatkan perilaku kompeten, setiap peserta
latsar CPNS agar membuat Rencana Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku Kompeten di
Tempat Kerja, dengan menuangkannya dalam Formulir Agenda Rencana Tindak Lanjut
Mewujudkan Perilaku Kompeten, dalam lampiran modul ini.
VII. LOYAL
A. Konsep Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan.
Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan makna “loyalitas” sebagai berikut:

a) Kepatuhan atau kesetiaan.


b) Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada organisasi
tempatnya bekerja.
c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau sesuatu (misalnya
organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan orang tersebut.
d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan memberikan
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau sesuatu.
e) Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia, sehingga untuk
mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus dapat mempengaruhi sisi emosional
orang tersebut.
f) Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, mendukung,
merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan keterikatan emosional.
g) Merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja untuk mengikuti pihak
yang mempekerjakannya

Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk


mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN adalah sifat loyal atau setia kepada
bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan
dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan
tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena ASN
merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara,
dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau
hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
2. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti
pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah
keyakinan yang teguh.
3. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan
dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme,
finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang
lebih baik dan efisien.
4. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta
tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat
sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
5. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan
semua itu dilakukan dengan ikhlas.

B. Panduan Perilaku Loyal


a. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah

1) Memegang teguh ideologi Pancasila;

2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 serta pemerintahan yang sah;

3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan

4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.

b. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara

1) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

2) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;

3) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;

4) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;

Memberikan layanan kepada publik secara jujur,

5) tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;

6) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;

7) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;

8) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;

9) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan;


10)Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karier.

c. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara

1) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

2) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;

3) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan


jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain; dan

4) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.

Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-harinya, yaitu:

1. Cinta Tanah Air

2. Sadar Berbangsa dan Bernegara

3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara

4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara

5. Kemampuan Awal Bela Negara

C. Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan (loyalitas),
ketenteraman, keteraturan, dan ketertiban. Sedangkan Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS
untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Dampak negatif yang dapat terjadi jika seorang PNS tidak disiplin
adalah turunnya harkat, martabat, citra, kepercayaan, nama baik dan/atau mengganggu
kelancaran pelaksanaan tugas Unit Kerja, instansi, dan/atau pemerintah/negara. Oleh karena
itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat
menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik. Dalam hal ini setiap PNS
Wajib:
1) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) Melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang berwenang;
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab
6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
9) Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji PNS;
10) Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan;
11) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau
golongan;
12) Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan keamanan negara atau merugikan keuangan negara;
13) Melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
14) Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
15) Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-baiknya
16) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kompetensi;
17) Menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kecuali
penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

PNS Dilarang untuk:

a. Menyalahgunakan wewenang;
b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik kepentingan dengan
jabatan;
c. Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
d. Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau tanpa ditugaskan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian;
e. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing
kecuali ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
f. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang
baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik negara secara tidak
sah;
g. Melakukan pungutan di luar ketentuan;
h. Melakukan kegiatan yang merugikan negara;
i. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;
j. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
k. Menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaan;
l. Meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan;
m. Melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian
bagi yang dilayani;
n. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah, atau calon anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah.

IX. KOLABORATIF
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai
sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar
aktor governance.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan
fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup
kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi
tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012).
1. 6 Kriteria Penting Untuk Kolaborasi menurut Ansel dan Gash(2007:544)
a. Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
b. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
c. Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan Bukan Hanya
'‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik;
d. Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
b. Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus (Bahkan
Jika Konsensus Tidak Tercapai Dalam Praktik); Dan
c. Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen
2. 3 Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi
a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang
b. Merencanakan aksi kolaborasi;
c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
3. Proses Yang Harus Dilalui Dalam Menjalin Kolaborasi
a. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
b. Face to face Dialogue: melakukan negosiasi yang baik dan bersungguh-sungguh
c. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan
d. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama
e. Menetapkan outcome antara
4. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Dalam Kolaborasi Antar Lembaga
Pemerintah
a. Kepercayaan,
b. Pembagian kekuasaan,
c. Gaya kepemimpinan,
d. Strategi manajemen dan
e. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas
public
5. Faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah
a. Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan
b. pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi.
c. Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
A. Whole-of-Government (WoG)
Sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan
1. Keuntungan WoG
a. Outcomes-focused : Berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh K/L
sektoral secara masing-masing.
b. Boundary-spanning : Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu
instansi, tetapi lintas instansi
c. Enabling : WoG membuat pemerintah lebih mampu menangani tantangan
kebijakan yang kompleks
d. Strengthening prevention : WoG mendorong pencegahan terhadap masalah yang
e. mungkin berkembang lebih jauh
2. Bentuk WoG
a. Integrating Service Delivery (ISD) : Proses penyatuan pemberian layanan
kepada public
b. Koordinasi dan Kolaborasi : Pemerintah horizontal yang berkoordinasi atau
berkolaborasi dalam mencapai tujuan Bersama
c. Integrating and Rebalancing Governance : Kontrol politik dan otonomi
administrasi seperti di Inggris
d. Culture Change : Konsep-konsep social glue (perekat), budaya organisasi

3. Praktek WoG
a. Penguatan Koordinasi Antar Lembaga
Mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal
untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka
koordinasi dapat dilakukan lebih mudah
b. MEMBENTUK LEMBAGA KOORDINASI KHUSUS
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara melakukan
WoG
c. MEMBENTUK GUGUS TUGAS
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal, yang sidatnya tidak permanen
d. KOALISI SOSIAL
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khsus dalam
koordinasi ini
4. Tantangan Praktek WoG :
a. Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama.
Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG,
misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, di mana
terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
b. Nilai dan budaya organisasi
Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya organisasi pun
menjadi kendala manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan
kelembagaan
c. Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG.
Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu
mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM
yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
5. WoG Berdasarkan Jenis
a. Pelayanan yang bersifat adminisitratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat .

b. Pelayanan jasa
Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga
masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan,
dan lainnya
c. Pelayanan barang
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga
massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan seterusnya
d. Pelayanan regulative
Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan,
maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat

6. Berdasarkan Pola :

a. Pelayanan Teknis Fungsional


Suatu pola pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah
sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangannya
b. Pelayanan Satu Atap
Pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada satu instansi pemerintah
yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing
c. Pelayanan Satu Pintu
Merupakan pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh
suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja
pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan
d. Pelayanan Terpusat
Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang
bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya
yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan
e. Pelayanan Elektronik
Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi

X. SMART ASN
Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif
sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum
terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety.

1. Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui,


memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK
serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.Digital Skills
(Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi
digital, berada di domain ‘single, informal’.
2. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.
Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud
kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan berada pada
domain ‘kolektif, formal’ di mana kompetensi digital individu
difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-
batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung
jawabnya dalam ruang ‘negara’.

3. Digital ethics merupakan Kemampuan individu dalam menyadari,


mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan,
dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Digital Ethics (Etis Bermedia Digital) sebagai
panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa individu untuk
bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif,
informal’.
4. Digital safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan
kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagai
panduan bagi individu agar dapat menjaga keselamatan dirinya berada
pada domain ‘single, formal’ karena sudah menyentuh instrumen-
instrumen hukumpositif.

10 Kompetensi Digital untuk memudahkan kita mengelola jejak


digital.
Pertama, kemampuan mengakses sudah melekat pada setiap
orang yang secara aktif menggunakan sarana internet dalam
kehidupannya sehari-hari.

Kedua, setelah kita memiliki kemampuan kompetensi mengakses


media digital, maka pemahaman kita harus lebih diasah. Di sinilah
tahapan kompetensi memahami kita jalankan. Apabila sebelumnya kita
hanya mengetahui sedikit tentang rekam jejak digital, maka kompetensi
memahami ini membawa kita untuk mendalami dan mencari tahu lagi
lebih banyak tentang jejak digital.
Ketiga, mengetahui bentuk-bentuk rekam jejak digital
merupakan salah satu tahapan dari kompetensi menganalisis dalam
literasi digital.
Keempat, setelah kemudian kita tahu dan memahami lebih
dalam tentang jejak digital, maka kita harus mulai menyeleksi apa saja
yang kita unggah. Proses ini harus dilakukan agar kita waspada atas
setiap jejak digital yang kita tinggalkan.

Kelima, verifikasi harus kita lakukan untuk memastikan apakah


Langkah yang akan kita lakukan dapat berpotensi meninggalkan jejak
digital yang berdampak buruk atau tidak. Dengan memverifikasi
informasi yang keluar dan masuk, kita dapat memastikan bahwa
informasi yang kita sebarkan adalah informasi yang baik.

Keenam, evaluasi atas berbagai kegiatan daring kita menjadi


bagian tak terpisahkan ketika kita membahas beragam contoh kasus
yang berkaitan erat dengan jejak digital di media daring.
Ketujuh, saat ini, ketika kita mendistribusikan informasi dengan
menggunakan perangkat digital, kita juga telah meninggalkan jejak
digital. Contohnya ketika kita meneruskan pesan di WhatsApp, muncul
tanda panah yang menandakan kita meneruskan pesan.

Kedelapan, kemampuan kita dalam memproduksi rekam jejak


digital yang baik perlu untuk ditingkatkan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa jejak berupa data yang telah kita produksi akan tertinggal lama di
internet.

Kesembilan, pengetahuan yang telah kita dapatkan tentang


rekam jejak digital ini akan semakin bermanfaat bila dapat kita bagikan
pada orang lain.

Kesepuluh adalah kompetensi yang paling akhir dicapai dalam


10 kompetensi literasi digital Japelidi. Sangat sederhana, kolaborasi yang
dimaksud adalah bagaimana kita sebagai orang orang yang memiliki
rekam jejak digital, berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam rangka
partisipasi kita menjaga rekam jejak digital kita.
Gambar 3. 13 Tips Perlindungan Data Pribadi

Sumber: diolah dari Monggilo, Kurnia & Banyumurti (2020), Tirto.id.


(2019, Desember 10)
Gambar 3. 9 Infografis Etika Bermedia Digital
Gambar 3. 8 Perbedaan Etika dan Etiket Berinternet
Apa itu Hoaks
Salah satu konten negatif yang mendapat perhatian adalah hoaks.
Hoaks, sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita. KBBI mengartikan hoaks
sebagai informasi bohong. Kata ini sangat populer belakangan ini di
Indonesia. Berbagai peristiwa besar sering diiringi oleh kemunculan
hoaks, misalnya seperti peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan
kesehatan.

Berikut ini merupakan tips untuk melindungi diri dari berita hoaks menurut
LibGuides at University of West Florida ( 2021):

Gunakan kriteria berikut ini untuk mengevaluasi sumber:

1) Currency (keterbaruan informasi): Apakah informasi terkini? Bisa saja,


misalnya, di Facebook, kita akan mengklik sebuah cerita dan melihat bahwa
tanggalnya berasal dari beberapa bulan atau tahun yang lalu, tetapi teman
kita memberikan komentar emosional seolah-olah itu baru saja terjadi.
2) Relevance (relevansi): Kriteria ini berlaku jika kita mencari informasi.
Apakah informasi yang kita temukan sesuai dengan apa yang dibutuhkan?
Sudahkah kita melihat berbagai sumber sebelum memilih informasi ini?
3) Authority (Penulis): Siapa penulis/penerbit/sponsor
berita? Apakah penulis memiliki maksud tertentu di balik
tulisannya?
4) Accuracy (Akurasi/Ketepatan): Apakah informasi
didukung oleh bukti? Apakah penulis mengutip sumber
yang kredibel? Apakah informasi tersebut dapat
diverifikasi di tempat lain?
5) Purpose (Tujuan): Apa tujuan dari berita tersebut?
Provokasi? Untuk menginformasikan? Untuk menjual? Ini
dapat memberi kita petunjuk tentang bias yang mungkin
terjadi.Ada/tidaknya situs berita terkemuka lainnya
melaporkan hal yang sama
6) Ada/tidaknya situs web cek fakta telah membantah klaim
tersebut
7) Jika hanya oknum tertentu yang melaporkan klaim
tersebut, maka dalam kasus ini, mungkin diperlukan lebih
banyak penggalian.
8) Jika hanya oknum tertentu yang melaporkan klaim
tersebut, maka dalam kasus ini, mungkin diperlukan lebih
banyak penggalian.

Apa itu Perundungan di Dunia Maya (cyberbullying)?


Pernah mendengar kata cyberbullying? Di antara kita
sudah ada yang pernah mendengarnya. Kata tersebut
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai
perundungan di dunia maya. Pengertiannya, tindakan
agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap
orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental),
dengan menggunakan media digital.
Apa itu Ujaran Kebencian?
Pengertian ujaran kebencian atau hate speech adalah
ungkapan atau ekspresi yang menganjurkan ajakan untuk
mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok
orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan,
kekerasan, dan diskriminasi kepada orang atau kelompok
tersebut (Gagliardone, Gal, Alves, & Martinez, 2015).
Transaksi Elektronik
Transaksi elektronik atau dikenal sebagai transaksi daring
adalah transaksi atau pertukaran barang/jasa atau jual beli
yang berlangsung di ranah digital. Berdasarkan UU ITE No
11 tahun 2008, transaksi elektronik adalah dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan media
elektronik lainnya. Berdasarkan UU ITE persyaratan para
pihak yang bertransaksi elektronik harus dilakukan dengan
sistem elektronik yang disepakati oleh para pihak.

XII. MANAJEMEN ASN


1. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Aparatur Sipil
Negara: profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah
2. Pegawai AS: pegawai negeri sipil dan PPPK yg diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian (PPK) dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnyadan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
3. Pegawai Negeri Sipil: warga negara Indonesia yg memenuhi syarat tertentu,
diangkat sbg pegawai ASN secara tetap oleh PPK utk menduduki jabatan
pemerintahan.
4. PPPK: warga negara Indonesia yg memenuhi syarat tertentu, yg diangkat
berdasarkan perjanjian kerja utk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
5. Jabatan Pimpinan Tinggi: sekelompok jabatan tinggi pd instansi
pemerintahan
6. Pejabat Pimpinan Tinggi: Pegawai ASN yg menduduki JPT
7. Jabatan administrasi: sekelompok jabatanyg berisi fungsi dan tugas
berkaitan dgn pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.
8. Jabatan fungsional: sekelompok jabatanyg berisi fungsi dan tugas berkaitan
dgn pelayanan fungsional yg berdasarkan pd keahlian dan keterampilan
tertentu.
9. Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) adalah pejabat yg mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASNdi instansi pemerintah

Pegawai ASN, terdiri dari:

1. Pegawai negeri sipil (PNS)


2. Pegawai Pemerintah dgn perjanjian kerja (PPPK)

Penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN berdasarkan asas:

1. kepastian hukum
2. profesionalitas
3. proporsionalitas
4. keterpaduan
5. delegasi
6. netralitas
7. akuntabilitas
8. efektif dan efisien
9. keterbukaan
10. nondiskriminatif
11. persatuan dan kesatuan
12. keadilan dan kesetaraan
13. kesejahteraan

ASN sbg profesi berlandaskan pd prinsip sbb:

1. nilai dasar
2. kode etik dan kode perilaku
3. komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pd pelayanan publik;
4. kompetensi yg diperlukan ssd bidang tugas
5. kualifikasi akademik;
6. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
7. profesionalitas jabatan

Nilai dasar ASN:

1. memegang teguh ideologi Pancasila


2. setia dan mempertahankan UUD NKRI Tahun 1945 serta pemerintahan yg
sah
3. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
4. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
5. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
6. menciptakan lingkungan kerja yg nondiskriminatif
7. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yg luhur
8. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kpd publik;
9. memiliki kemampuan dlm melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
10. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun;
11. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
15. meningkatkan efektivitas sistem pemerintah yg demokratis sbg perangkat
sistem karier.

Kode etik dan kode perilaku ASN

1. melaksanakan tugasnya dgn jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas


tinggi;
2. melaksanakan tugasnya dgn cermat dan disiplin;
3. melayani dgn sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan;
4. melaksanakan tugasnya ssd ketentuan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugasnya ssd perintah atasan atau Pejabat yg Berwenang
sejauh tidak bertentangan dgn ketentuan peraturan perundang-undangan
dan etika pemerintahan;
6. menjaga kerahasiaan yg menyangkut kebijakan negara;
7. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yg memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau utk org lain;
11. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN; dan
12. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN

Kedudukan ASN

Pegawai ASN berkedudukan sbg unsur aparatur negara yg menjalankan


kebijakan yg ditetapkan oleh pimpinan instansi Pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan parpol

Peran ASN

Perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum


pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yg profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik KKN.

Fungsi Pegawai ASN:

1. pelaksanan kebijakan publik


2. pelayan publik
3. perekat dan pemersatu bangsa

Tugas ASN:
1. melaksanakan kebijakan yg dibuat Pejabat Pembina Kepegawaian ssd
ketentuan peraturan perundangundangan;
2. memberikan pelayanan publik yg profesional dan berkualitas;
3. mempererat persatuan dan kesatuan NKRI

Hak dan Kewajiban ASN

PNS berhak memperoleh:

1. gaji, tunjangan dan fasilitas;


2. cuti
3. jaminan pensiun dan jaminan hari tua
4. perlindungan;
5. pengembangan kompetensi

PPPK berhak memperoleh

1. gaji dan tunjangan;


2. cuti
3. perlindungan;
4. pengembangan kompetensi

Kewajiban ASN

1. setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan pemerintah yang sah
2. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. melaksanakan kebijakan yg dirumuskan pejabat pemerintah yg berwenang
4. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan dgn penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab.
6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun diluar kedinasan
7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan ssd ketentuan peraturan perundangundangan; dan
8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Fungsi kode etik ASN:

1. bg pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam


menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik;
2. sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya;
dan
3. etika birokrasi penting sbg panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pd masy dan menempatkan kepentingan
publik di atas kepentingan pribadi, kelompok dan organisasinya.

Sistem merit : kebijakan dan manajemen ASN yg berdasarkan pd kualifikasi,


kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dgn tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur atau kondisi kecacatan.

Sistem merit dalam manajemen ASN:

 Bagi organisasi: mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas yg saat ini


menjadi tuntutan dalam sektor publik
 Bagi ASN: menjamin keadilan dan juga menyediakan ruang keterbukaan
dalam perjalanan karir seorang pegawai.

Prinsip merit:

 keadilan dan kewajaran


 obyektif
 berbasis kinerja

Pelaksaan sistem merit dalam bbrp komponen pengelolaan ASN

 penyusunan dan penetapan kebutuhan


 penilaian kinerja
 pengembangan kompetensi, promosi, mutasi, penghargaan

Jabatan ASN terdiri atas:

1. jabatan administrasi
2. jabatan fungsional
3. jabatan pimpinan tinggi

Jabatan administrasi terdiri atas :

1. jabatan administrator;
2. jabatan pengawas
3. jabatan pelaksana
jabatan fungsional terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional
keterampilan jabatan fungsional keahlian, terdiri atas:

1. ahli utama
2. ahli madya
3. ahli muda
4. ahli pertama

jabatan fungsional keterampilan, terdiri atas:

1. penyelia
2. mahir
3. terampil
4. pemula

jabatan pimpinan tinggi, terdiri atas :

1. jabatan pimpinan tinggi utama


2. jabatan pimpinan tinggi madya
3. jabatan pimpinan tinggi pratama

Batas usia pensiun ASN:

1. pejabat adminstrasi: 58 tahun


2. pejabat pimpinan tinggi: 60 tahun
3. pejabat fungsional: ssd ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kelembagaan dan jaminan sistem merit dalam pengelolaan ASN: Komisi Aparatur
Sipil Negara (KASN) dan Kemenpan dan RB

Mekanisme pengelolaan ASN, terdiri dari:

1. Manajemen PN
2. Manajemen PPPK
3. Pengelolaan JPT
4. Organisasi dan Sistem Informasi

Manajemen PNS, terdiri dari

1. penyusunan dan penetapan kebutuhan


2. pengaddan
3. pangkat dan jabatan
4. pengembangan karier
5. pola karier
6. promosi
7. mutase
8. penilaian kinerja
9. penggajian dan tunjangan
10. penghargaan
11. disiplin
12. pemberhentian
13. jaminan pensiun dan hari tua
14. perlindungan

Manajemen PPPK, terdiri dari:

1. penetapan kebutuhan
2. pengadaan
3. penilaian kinerja
4. penggajian dan tunjangan
5. pengembangan kompetensi
6. penghargaan
7. disiplin
8. pemutusan hubungan perjanjian kerja
9. perlindungan

Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi, terdiri dari

1. Pengisian JPT
2. Pengisian JPT di Instansi Pusat
3. Pengisian JPT di Instansi Daerah
4. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi
5. Pengawasan dalam Proses Pengisian JPT
6. Pegawai ASN yg menjadi Pejabat

Organisasi: Korps Profesi Pegawai ASN, tujuan

1. pembinaan dan pengembangan profesi ASN


2. memberikan perlinduungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi
ASN Republik Indonesia thd dugaan pelanggaran sistem merit dan mengalami
masalah hukum dlm melaksanakan tugas
3. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah thd
pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi
4. menyelenggarakan usaha utk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi
ASN Republik Indonesia ssd ketentuan peraturan perundang-undangan

Pengertian SI ASN (Sistem Informasi ASN) adalah rangkaian informasi dan data mengenai
pegawai ASN yg disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dgn berbasis
teknologi. Sistem tsb diperlukan utk menjamin efisiensi, efektivitas dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN.

WHOLE OF GOVERNMENT

Whole of Government (WoG) adalah pendekatan yg mengintegrasikan upaya kolaboratif


dari instansi pemerintah utk menjadi kesatuan menuju tujuan bersama… (Menurut USIP)
agen layanan publik bekerja lintas batas utk mencapai tujuan bersama dan sbg….
(laporan APSC)

Dasar hukum WoG: UU No 30/2014 ttg Administrasi Pemerintahan. Wog: pendekatan


fungsi dlm ruang lingkup koordinasi lebih luas utk mencapai tujuan bersama dlm:

1. pembangunan kebijakan
2. manajemen program
3. pelayanan publik

mengapa perlu WoG ?

1. dorongan publik utk kinerja good governance


2. ego sental/siloisasi
3. perkembangan teknologi dan informasi
4. keberagaman

Bagaimana cara melaksanakannya?

1. respon pemerintah terintegrasi


2. menghilangkan sekat sectoral
3. kerjasama antar instansi pemerintah
4. kolaborasi
5. koordinasi
6. sinergitas
E-govermnet dpt mendukung penerapain WoG, dengan:

1. ketersediaan CIO (Chief Information Officer)


2. interoperabilitas sekotr publik (kapasitas pertukarang informasi antar sektor)
3. integrasi pelayanan onlline, persentase portal nasional yg terhubung website K/L

Konsep WoG yg telah diterapkan di Indonesia:

1. BPJS sbg wujud reformasi pembiayaan kesehatan


2. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, pemerintah mendorong sinergi
KPK-POLRI-Kejaksaan Agung;

Apa jadinya bila:

Ego sektoral dikedepankan ? Pengkotak-kotakan wewenang ? Persaingan tidak sehat ?


Tidak menerima check and balances ?

Dapat menimbulkan: Antream membludak sidang tilang, sejumlah isu perlindungan


hukum tidak terpenuhi

Konsep WoG dalam Cross Cutting Issue:

1. Gender
2. Anti korupsi
3. Lingkungan Hidup

Permasalahan klasik pelayanan publik:

1. Jenis pelayanan bagaikan hutan belantara


2. ego sektoral (silo mentality)
3. koordinasi yg tak optimal & disharmonisasi
4. akses yg terbatas
5. rendahnya partisipasi tidak adanya mekanisme pengaduan

penyalahgunaan wewenang problem utama pelayanan publik:

1. inefisiensi
2. tumpang tindih
3. ego sektoral
Perubahan mindset perlu, yaitu:

1. penguasa menjadi pelayan


2. wewenang menjadi peranan
3. jabatan adalah amanah yg harus dipertanggungjawabkan

Praktik WoG dalam pelayanan publik/WoG berdasarkan jenisnya:

1. pelayanan yg bersifat administratif: pelayanan publik yg menghasilkan berbagai


produk dokumen resmi yg dibutuhkan warga masyaratakat
2. pelayanan jasa: pelayanan yg menghasilkan berbagai bentuk jasa yg dibutuhkan
warga masy, spt : pendidikan, kesehatan ,ketenagakerjaan, perhubungan dll
3. pelayanan barang: pelayanan yg menghasilkan jenis barang yg dibutuhkan warga
masy, spt: jalan, perumahan, jaringan telepon, air bersih, listrik dll
4. pelayanan regulatif: pelayanan melalui penegakan hukum dan peraturan
maupun kebijakan publik. Pola pelayanan publik terdiri dari:
a. pola pelayanan teknis fungsional, diberikan oleh suatu instansi pemerintah
ssd bidang tugas, fungsi dan kewenangannya. WoG ini dapat dilakukan bila
pola pelayanan publik ini memiliki karakter yg sama atau keterkaitan antar
satu sektor dgn yg lainnya.
b. pola pelayanan satu atap, pola pelayanan yg terpadu pd satu instansi
pemerintah yg bersangkutan ssd kewenangan masing-masing. Pola ini
memudahkan masy pengguna ijin utk mengurus permohonan ijinnya
walaupun belum mengurangi jml rantai birokrasi ijinnya.
c. pola pelayanan satu pintu, pola pelayanan masy yg diberikan scara tunggal
oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari
unit kerja pemerintah terkait lainnya yg bersangkutan. Pada pola ini
pelayanan publik sudah disatukan dalam 1 unit pelayanan saja dan rantai izin
sudah dipangkas menjadi 1 saja.
d. pola pelayanan terpusat, dilakukan suatu instansi pemerintah yg bertindak
sbg koordinator thd pelayanan instansi pemerintah lainnya yg terkait dgn
bidang pelayanan masy yg bersangkutan.

Best practices WoG adalah inovasi pelayanan publik terbaik, contohnya di Inggris
memperkenalkan joinedup government yg berhasil memodernisasi proses-proses
penyelenggaraan pemerintahan.

Prasyarat best practices adalah:

1. adanya budaya dan filosofi baru


2. cara kerja baru
3. akuntabilitas dan insentif
4. cara baru pengembangan kebijakan, desain program dan pendekatan pelayanan

Manfaat yg dicapai WoG, adalah

 meningkatkan efisiensi, sharing info, lingkungan kerja, daya saing, akuntabilitas,


koherensi kebijakan
 mengurangi biaya, pemborosan, duplikasi pekerjaan, inkonsistensi kebijakan,
waktu penyelesaian layanan tertentu.

Dasar hukum e-government : Inpres No 3/2003

Apakah bad practice bisa menjadi best practice? Bisa, dengan :

1. berpikir divergen, bukan hanya konvergen


2. berpikir out of the box
3. capailah kemanfaatan yg lebih besar
4. capailah tujuan yg lebih baik

Tantangan praktik WoG adalah:

1. kapasitas SDM dan institusi, kapasitas SDM dan institusi-institusi yg terlibat


dalam WoG berbeda-beda.
2. Nilai dan budaya organisasi, nilai dan budaya organisasi menjadi kendala
manakala ada upaya kolaborasi sampai dgn penyatuan kelembagaan
3. Kepemimpinan, dibutuhkan kepemimpinan yg mampu mengakomodasi
perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM agar mencapai tujuan
yg telah ditetapkan

PELAYANAN PUBLIK

Dasar hukum pelayanan publik: UU No. 25/2009 Pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
Peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yg disediakan oleh penyelenggara Pelayanan
Publik.

Inti muatan UU No. 25/2009: 1.

1. mengatur hak, kewajiban dan larangan


a. hak-hak dan kewajiban masy dlm pelayanan
b. kewajiban dan larangan bagi penyelenggara pelayanan
2. partisipasi dan pemberdayaan masy, terdiri dari:
a. masyarakat diikut sertakan dalam penyusunan kebijakan, penyusunan
standar pelayanan sampai pengawasan dan pemberian penghargaan
b. masyarakat berhak menyampaikan pengaduan dan wajib utk ditangani oleh
penyelenggaran
3. kewajiban pokok penyelenggara (pemerintah), terdiri dari:
a. menyelenggarakan pelayanan prima dgn penyusunan standar pelayanan dan
pengelolaan pengaduan.
b. terdapat sanksi administratif, ganti rugi pelayanan publik, dan sanksi pidana

Kebijakan Kemenpanrb bidang pelayanan publik:

1. PermenpanRB No 15/2015 ttg pedoman standar pelayanan public


2. Permenpan RB No 14/2017 ttg pedoman survei kepuasan masyarakat thd
penyelenggaraan pelayanan public
3. PermenpanRB No 24/2014
4. PermenpanRB No 30/2014 ttg pedoman inovasi pelayanan public
5. PermenpanRB No 31/2014 ttg Mystery Shopping
 pelayanan publik pada hakekatnya pemberian pelayanan prima kpd masy yg
merupakan kewajiban aparatur negara sbg abdi masy (KepmenpanRb No
63/2003)
 pelayanan publik instansi pemerintah bermotif sosial dan politik yakni utk
menjalankan visi dan misi serta mencari dukungan suara
 pelayanan publik oleh swasta dpt bermotif sosial, tetapi lebih banyak
bermotif ekonomi (mencari keuntungan)
 pelayanan publik kepada masy dpt diberikan cuma-cuma sbg kompensasi
dari pembayaran pajak atau ditarik bayaran.
 tarif pelayanan publik pemerintah ditetapkan dengan tarif yg paling
terjangkau

Klasifikasi pelayanan publik, yaitu:

1. pelayanan administrative
2. pelayanan barang
3. pelayanan jasa
4. pelayanan regulatif

Prinsip pelayanan publik yg baik utk mewujudkan pelayanan prima:

1. Partisipatif
2. transparan
3. responsif
4. tidak diskriminatif
5. mudah dan murah
6. efektif dan efisien
7. aksesibel
8. akuntabel
9. berkeadilan

Prinsip-prinsip pelayanan publik, adalah:

1. kesederhanaan
2. kejelasan
3. kepastian waktu
4. akurasi
5. keamanan
6. tanggung jawab
7. kelengkapan sarana dan prasaran
8. kemudahan akses
9. kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
10. kenyamanan

Kualitas pelayanan publik:

1. Prosedur pelayanan, prosedur pelayanan yg dibakukan bagi pemberi dan


penerima layanan termasuk pengaduan
2. waktu penyelesaian, ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai
penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan
3. biaya pelayanan, dalam hal ini biaya/tarif layanan termasuk rinciannya yg
ditetapkan dlm proses pemberian layanan
4. produk pelayanan, hasil pelayanan yg akan diterima ssd ketentuan yg telah
ditetapkan
5. sarana dan prasarana, hrs disediakan memadai oleh penyelenggara
6. kompetensi petugas pemberi layanan, hrs ditetapkan ssdh pengetahuan,
keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yg dibutuhkan.

Prinsip-prinsip pelayanan prima, yaitu:

1. responsif thd pelanggan/memahami pelanggan


2. membangun visi misi pelayanan
3. menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan
4. pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana
memberikan pelayanan yg baik
5. memberikan apresiasi kepada pegawai
Kendalan pengembangan pelayanan prima, adalah:

1. kurangnya komitmen dari aparatur pelayanan


2. kurangnya pemahaman ttg manajemen kualitas
3. ketidakmampuan merubah kultur dan perilaku
4. kurang akuratnya perencanaan kualitas
5. kurang efektifnya program pengembangan SDM
6. Sistem dan struktur kelembagaan tidak kondusif
7. Keterbatasan sumber-sumber
8. Lemahnya sistem insentif
9. Penerapan sistem manajemen kualitas belum efektif
10. berorientasi jangka pendek
11. sistem informasi kinerja pelayanan belum dikembangkan
12. lemahnya integritas aparatur
13. berorientasi mempertahankan status quo

Langkah strategi yg dpt dilakukan dlm peningkatan pelayanan publik, yaitu:

1. membangun kesadaran melayani bagi aparatur


2. membangunkesadaran masy sbg konsumen dgn membuka kesempatan
seluas-luasnya kpd masy melalui media massa utk menyampaikan saran
dan/atau pengaduan mengenai pelayanan masyarakat
3. memberikan reward and punishment yg seimbang
4. mengadakan kompetisi pelayanan utk instansi yg memberikan pelayanan
sejenis
5. melaksanakan perbaikan mutu pelayanan publik: menciptakan standar
pelayanan umum.

Paket Kemasan pelayanan publik, terdiri dari:

1. Fasilitas penunjang : berbagai sarpras fisik (infrastruktur) yg hrs tersedia agar


dpt dselenggarakan/ditawarkan kpd masyarakat
2. Barang/jasa pelengkap: barang /material/dokumen/jasa-jasa lainnya yg hrs
disediakan, dibeli dan/atau digunakan oleh masy calon pengguna layanan
public
3. Layanan eksplisit: wujud nyata sbg substansi atau inti manfaat dari
pelayanan publik yg diterima/dirasakan oleh masyarakat
4. Manfaat tersirat/layanan implisit: manfaat scr psikologis dpt dirasakan masy
scr ekstrinsik dari suatu layanan publik yg diselenggarakan.

Pengelompokan jenis pelayanan publik dilakukan dgn melihat jenis jasa yg


dihasilkan. Jasa = setiap tindakan/perbuatan yg dpt ditawatkan oleh suatu pihak kpd
pihak lain yg bersifat tidak berwujud (intangiblle) dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu.

Jenis-jenis pelayanan umum

1. DIlihat dari pangsa pasarnya:


a. jasa kepada konsumen akhir
b. jasa kepada konsumen orgvanisasional
2. Dilihat dr tingkat keberwujudan:
a. jasa barang sewaan
b. jasa barang milik konsumen
c. jasa utk bukan barang
3. Dilihat dari keterampilan penyedua jasa:
a. pelayanan professional
b. pelayanan non-profesional
4. Dilihat dari tujuan organisasi:
a. pelayanan komersial
b. pelayanan nirlaba 26

Ada 12 (dua belas) karakteristik JASa, yaitu:

1. Pelayanan merupakan output tidak berebntuk (intangible output)


2. Pelayanan merupakan output variabel, tidak standar
3. Pelayanan tidak dapat disimpan dalam inventori, tetapi dpt dikonsumsi dlm
produksi
4. terdapat hubungan langsung yg erat dgn pelanggan melalui proses
pelayanan
5. pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan pelayanan
6. keterampilan personil diserahkan/diberikan scr langsung kpd pelanggan
7. pelayanan tidak dpt diproduksi scr massal
8. membutuhkan pertimbangan pribadi yg tinggi dari individu yg memberikan
pelayanan
9. perusahaan jasa pd umumnya bersifat padat karya
10. fasilitas pelayanan pd umumnya berada dekat lokasi pelanggan
11. pengukuran efektivitas pelayanan bersifat subyektif
12. option penetapan harga lebih rumit.

Orientasi perilaku pelayanan prima:

1. memiliki harga diri (self esteem)


2. melampaui yg diharapkan (exceed expectation)
3. berorientasi pd pembenahan (recovery)
4. memiliki wawasan ke depan (vision)
5. berorientasi pd peningkatan/perbaikan (improvement)
6. perhatian terhadap kualitas (care)
7. berorientasi pd pemberdayaan (empowerment)

Karakteristik aparatur professional

1. Melaksanakan tugas dgn trampil, kreatif dan inovatif


2. memiliki komitmen kuat thd tugas dan prgram
3. komitmen thd pelayanan public
4. bekerja berdasarkan sifat dan etika professional
5. memiliki daya tanggap (responsiveness) dan akuntabilitas
6. memiliki derajat otonomi yg penuh rasa tanggung jawab dalam membuat
keputusan, dan
7. memaksimalkan efisiensi dan kreativitas.

Prinsip-prinsip pengembangan profesionalisme dlm pelayanan publik, yaitu:

1. mengembangkan modernisasi, kualitas, efisiensi dan kepekaan


2. pendekatan yg pragmatis, bukan dogmatis
3. berorientasi pd kepuasan pelanggan (masyarakat)
4. bekerja atas dasar kemitraan dgn sektor swasta
5. mengembangkan jaringan kerja dlm pelaksanaan pelayanan public
6. kontrak karya digunakan jika output dpt ditingkatkan dgn harga lebih murah
7. sumber daya, keterampilan dan komitmen staaf adalah aset terbaik dlm
memodernisasi pelayanan umum
8. pimpinan departemen?LPND tetap bertanggung jawab thd proses
contracting out kpd pihak swasta
9. perlunya antisipasi tepat thd perubahan yg terjadi.
10. perlindungan thd pegawai tetap diutamakan dgn kompensasi yg layak
11. komunikasi yg efektif dan terus menerus adalah kunci
kesuksesanpenyempurnaan dan perubahan
12. hubungan dengan sektor swasta adalah dua arah, dgn menerapkan prinsip
keterbukaan dan kejujuran

Prinsip-prinsip pengembangan profesionalisme administrasi pelayanan public

1. meningkatkan kualitas pelayanan dgn biaya yg lebih efisien


2. justifikasi didasarkan atas dasar pertimbangan yg obyektif dan komprehensif
3. sejauh mungkin pelayanan publik diserahkan kpd sektor swasta jika memang
lebih baik dan efisien.
Etika =Ethos (bhs latin) = watak kesusilaan atau adat kebiasaan.Berkaitan
erat dgn perkataan moral
Etiket= Etiquette (bhs Prancis) = aturan sopan santun dan tata cara
pergaulan yg baik antara sesama manusia.

Perbedaan : ETIKET dan ETIKA

Etiket

- menyangkut cara suatu perbuatan hrs dilakukan manusia


- hanya berlaku pd pergaulan. Bila tidak ada saksi mata maka etiket tak
berlaku
- bersifat relatif artinya dianggap tak sopan dalam suatu kebudayaan namun
bisa saja dianggap sopan dlm kebudayaan lain.
- hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja

Etika

- tak terbatas pd cara dilakukannya suatu perbuatan


- selalu berlaku meskipun tidak ada saksi mata
- jauh lebih bersifat absolut. Prinsip-prinsipnya tidak dapat ditawar lagi.
- menyangkut manusia dari segi dalam

Harapan kepada seluruh Kementerian/Lembaga

1. meningkatkan kualitas SDM, meliputi: peningkatan kapasitas, penegakan


disiplin, peningkatan perilaku melayani, penerapan sistem penghargaan dan
sanksi
2. memperbaiki sistem dan aturan , meliputi: penyempurnaan standar
pelayanan, sistem pelayanan, dan sistem maanjemen; debirokratisasi;
penegakan hukum dan aturan; deregulasi
3. penyediaan sarpras bagi pengguna berkebutuhan khusus

Dasar-dasar etiket :

1. Politeness : sikap sopan yg hrs diperlihatkan


2. Respectful: sikap menghormati dan menghargai pihak lain scr baik dan wajar.
3. Attentive: sikap penuh perhatian
4. Cooperative: sikap suka menolong pihak yg memang membutuhkan
pertolongan
5. Tolerance: sikap tenggang rasa
6. informality: sikap ramah
7. Self control: sikap menguasai diri dan mengendalikan emosi

Praktik Etike Pelayanan

1. etiket dalam menyampaikan salam dan tegur sapa


2. etiket bersalaman/berjabat tangan
3. etiket bertamu dan menerima tamu
4. etiket bertelepon
5. etiket menangani keluhan pelanggan
a. mendengarkan dgn baik
b. biarkan mereka berbicara
c. meminta maaf dgn tulus
d. tanyakan pada mereka bagaiman anda bisa memperbaiki
e. meyakinkan mereka anda akan memperbaiki masalah
f. berterima kasih pd mereka

XIII. HABITUALIS

adalah proses pembiasaan pd atau dgn sesuatu penyesuaian spy menjadi terbiasa
(terlatih) melakukan sesuatu yg bersifat instrinsik pd lingkungan kerjanya. penciptaan
situasi dan kondisi tertentu utk membiasakan diri berperilaku sehingga terbentuk
karakter diri melalui proses internalisasi dan dipersonifikasi melalui intervensi tertentu.

Contoh konkret habituasi: Saat kepala kura-kura dibelai pertama kali, ia akan
menyembunyikan kepalanya di dalam tempurungnya, namun bila dilakukan berulang-
ulang, ia akan terbiasa dan tak lagi menganggap sbg ancaman. Habituasi: pembiasaan
dan bersifat instrinsik

Pengertian akutalisasi aktualisasi sbg intervensi agenda habituasi, aktualisasi bersifat


ekstrinsik. kemampuan yg harus dikuasai peserta pd pembelajaran:

1. isu, jml kegiatan, kualitas rencana kegiatan, relevansi rencana kegiatan dgn
aktualisasi, dan teknik komunikasi
2. melaksanakan aktualisasi yaitu kualitas pelaksanaan kegiatan, kualitas aktualisasi
dan teknik komunikasi.

Dalam merancang aktualisasi hal yg hrs diperhatikan:

1. Isu apa yg saudara temukan?


2. Kegiatan “kreatif” apa yg digagas utk dapat memecahkan isu?
3. Bagaimana tahapan kegiatannya yg perlu dilakukan dalam menyelesaikan isu scr
terukur?
4. Apakah hasil kegiatan atau tahapan kegiatan benar-benar memberikan dampak
thd penyelesaian isu?
5. Apa yg akan diaktualisasikan dlm proses pelaksanaan kegiatan dalam rangka
penyelesaian isu?
6. Bagaimana cara mengaktualisasikannya?
7. Bagaimana membuktikan bahwa telah terjadi aktualisasi dalam pelaksanaan
kegiatan?

Pengertian isu: subjek penting yg didiskusikan atau diperdebatkan orang-orang

Kemampuan menetapkan isu, yaitu:

1. Enviromental scanning, yaitu peduli thd masalah dlm organisasi dan mampu
memetakan hubungan kausalitas.
2. Problem solving, mampu mengembangkan dan memilih alternatif dan mampu
memetakan aktor terkait dan perannya masing-masing
3. Analysis, mampu berpikir konseptual (mengaitkan dgn substansi mata
pelatihan), mampu mengidentifikasi implikasi/dampak/manfaat dari sebuah
pilihan kebijakan program, tahapan kegiatan.
Contoh

Pertama, Peserta bekerja pada unit pelayanan, dan Peserta menyaksikan di ruang tunggu
terjadi antrian yang panjang setiap harinya, serta tidak ada informasi kepastian
pelayanan. Peserta memiliki gagasan agar masyarakat selama mengantri merasakan
nyaman dan disampaikan kepada pimpinan untuk; membagi ruang tunggu bagi
masyarakat perokok dan bukan perokok, memaksimalkan penempatan kursi di ruang
tunggu, membuat tulisan yang terang dan sederhana tentang jenis dan proses pelayanan
yang akan ditempatkan pada tempat-tempat strategis di ruang tunggu, dan seterusnya.

Untuk memudahkan peserta memahami penjelasantentang aktualisasi substansi


mata pelatihan agenda kedudukan dan peran PNS dalam NKRI sebagai dasar penetapan
isu dan aktualisasi substansi mata pelatihan agenda nilai-nilai dasar PNS dalam
pelaksanaan kegiatan yang akan dituangkan dalam kertas kerja rancangan aktualisasi,
harap perhatikan kedua gambar berikut ini:
TAHAPAN PEMBELAJARAN AKTUALISASI
A. Merancang Aktualisasi
Rancang aktualisasi memuat aktivitas peserta dalam hal:
a) mengidentifikasi, menyusun dan menetapkan isu atau permasalahan yang
terjadi dan harus segera dipecahkan,
b) mengajukan gagasan pemecahan isu/ masalah dengan menyusunnya dalam
daftar rencana, tahapan, dan output kegiatan,
c) mendeskripsikan keterkaitan antara isu dan kegiatan yang diusulkan dengan
substansi persfektif mata pelatihan Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan
Whole of Government, secara terpisah atau keseluruhan mata pelatihan,
baik secara langsung ataupun tidak langsung,
d) mendeskripsikan rencana pelaksanaan kegiatan dankonstribusi hasil
kegiatan yang didasari aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, serta
e) mendeskripsikan prediksi hasil kegiatan yang akan dilandasi oleh substansi
mata pelatihan agenda nilai-nilai dasar PNS terhadap pencapaian visi, misi,
tujuan organisasi, dan penguatan nilai-nilai organisasi.
B. Mempresentasikan Rancangan Aktualisasi
Komponen Utama :
1. argumentasi terhadap core isu yang dipilih bersifat aktual didukung konsep
pokok mata pelatihan pada agenda kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
yang melandasi pemilihan core isu dengan menggunaan teknik berpikir kritis
analitis dan penetapan gagasan pemecahan core isu yang dipilih, serta
prediksi level dampak (individu, unit kerja, atau cakupan yang lebih luas)
pemecahan core isu tersebut;
2. jumlah usulan-usulan inisiatif baik berupa pikiran konseptual dan/atau
kegiatan beserta pentahapan kegiatan yang mengandung unsur kreatif
sehingga menghasilkan ouput kegiatan dalam rangka memecahkan core isu
dengan mengaktualisasikan agenda nilai-nilai dasar PNS;
3. keberlangsungan inisiatif (proses dan kualitas) dengan mengelola dan
menjalankan inisiatif;
4. kontribusi hasil kegiatan atau pemecahan isu terhadap pencapaian visi, misi,
dan tujuan organisasi;
5. kontribusi hasil kegiatan atau pemecahan isu terhadap penguatan nilai-nilai
organisasi; dan
6. komitmen menyelesaikan seluruh kegiatan dalam rangka pemecahan isu
C. Melakukan Aktualisasi
Terdapat tiga aktivtas mendasar yang perlu dilakukan peserta Pelatihan Dasar
Calon PNS pada saat off campus yaitu:
1. Melakukan pendalaman terhadap core issue yang dipilih (jika
berubah/bertambah), dan dukungan konsep pokok mata pelatihan yang
melandasi pemilihan core issue dan penetapan inisiatif pemecahan core
issue yang dipilih,
2. Melakukan penerapan terhadap usulan-usulan inisiatif baik berupa pikiran
konseptual dan/atau aktivitas-aktivitas dalam rangka memecahkan core
issue tersebut, dan proses dan kualitas mengelola dan menjalankan inisitaif,
dan
3. Melakukan analisis terhadap dampak hasil inisiatif, (dampak yang terjadi
baik pada level individu, unit, atau organisasi), dan menjaga
keberlangsungan inisiatif yang telah dilakukan.
D. Melaporkan Aktualisasi
Muatan laporan aktualisasi adalah deskripsi core issue yang terjadi dan strategi
pemecahannya, proses menerapkan inisiatif gagasan kreatif yang telah
dirancang dan dilakukan yang didukung dengan dukungan bukti- bukti
pembelajaran baik berupa dokumen, notulensi, foto, rekaman, video, dsb, serta
mendeskripsikan analisis terhadap dampak dari isu yang ditimbulkan jika tidak
segera diselesaikan.
E. Mempresentasikan Laporan Aktualisasi
Komponen utama yang yang harus dipresentasikan peserta adalah:
1. konsistensi pelaksanaan kegiatan dalam rangka pemecahan isu dan aspek
kreatifnya dalam pelaksanaan kegiatan;
2. tingkat kemanfaatan pelaksanaan kegiatan dalam rangka pemecahan isu
dengan mengaktualisasikan mata-mata pelatihan yang diakui oleh
stakeholder dan/atau pimpinannya dengan didukung bukti-bukti belajar
yang relevan;
3. pemikiran konseptual kaitan aktualisasi mata-mata pelatihan dalam
penyelesaian isu terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi, serta
penguatan terhadap nilai-nilai organisasi; dan
4. khusus bagi CPNS Golongan III menyampaikan pemikiran konseptual terkait
“analisis dampak” jika nilai-nilai dasar PNS tidak dialikasikan dalam
pelaksanaan tugas dan jabatannya.

Anda mungkin juga menyukai