A. AGENDA I
terdiri atas:
climber.
1. Quitter yakni orang yang bila berhadapan
dengan masalah memilih untuk melarikan diri
dari masalah dan tidak mau menghadapi
tantangan guna menaklukkan masalah. Orang
seperti ini akan sangat tidak efektif dalam
menghadapi tugas kehidupan yang berisi
tantangan. Dia juga tidak efektif sebagai
pekerja sebuah organisasi bila dia tidak kuat.
2. Camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak
sepenuh hati. Bila dia menghadapi sesuatu
tantangan dia berusaha untuk mengatasinya,
tapi dia tidak berusaha mengatasi persoalan.
Camper bukan tipe orang yang akan
mengerahkan segala potensi yang dimilikinya
untuk menjawab tantangan yang dihadapinya.
A. Korupsi
UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu
bentuk tindakan:
1) Melawan hukum, memperkaya diri
orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2)
2) Menyalahgunakan kewenangan karena
jabatan / kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / kedudukan yang dapat
merugikan keuangan / perekonomian Negara
( Pasal 3 )
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal
10)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)
B. Gratifikasi
Menerima gratifikasi tidak diperbolehkan karena akan
berikut.
1. Mulai dari Bagian Tengah. Mulai
dari bagian tengah kertas kosong
yang sisinya panjang dan diletakkan
mendatar. Memulai dari tengah
memberi kebebasan kepada otak
Anda untuk menyebarkan
kreativitas ke segala arah dengan
lebih bebas dan alami.
2. Menggunakan Gambar atau Foto
untuk Ide Sentral Gambar bermakna
seribu kata dan membantu Anda
menggunakan imajinasi. Sebuah
gambar sentral akan lebih menarik,
membuat Anda tetap terfokus,
membantu berkonsentrasi, dan
mengaktifkan otak.
3. Menggunakan Warna Bagi otak,
warna sama menariknya dengan
gambar. Warna membuat peta
pikiran lebih hidup, menambah
energi pemikiran kreatif, dan
menyenangkan.
4. Menghubungkan Cabang-cabang
Utama ke Gambar Pusat
Hubungkan cabang-cabang utama
ke gambar pusat kemudian
hubungkan cabang-cabang tingkat
dua dan tiga ke tingkat satu dan dua
dan seterusnya. Karena otak bekerja
menurut asosiasi. Otak senang
mengaitkan dua (atau tiga, atau
empat) hal sekaligus. Jika kita
menghubungkan cabang-cabang,
kita akan lebih mudah mengerti dan
mengingat.
Membuat Garis Hubung yang
Melengkung, Bukan Garis Lurus
Garis lurus akan membosankan
otak. Cabang-cabang yang
melengkung dan organis, seperti
cabang
A. Definisi
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki
oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi
situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan
tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga
(NKRI) berdasarkan. Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat,
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
berbagai Ancaman.
(UU No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahan Negara).
Aksi nasional bela negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi
Rencana Aksi Nasional Bela Negara mengamanatkan setiap K/L dan Pemda
masyarakat. Rencana aksi latsar cpns wujud aktualisasi dari nilai-nilai Bela
Negara yang dijabarkan dalam bentuk rencana kegiatan Bela Negara yang akan
sehari-hari
c. Meyakini pancasila sebagai dasar Negara
d. Menerapkan prinsip dan nilaimusyawarah mufakat
e. Menghormati dan menjunjung tinggi HAM
f. Saling membantu dan tolong menolong antar sesame sesuai nilai luhur
pancasila
dan bernegara
f. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara tanpa pamrih
ancaman
f. Memiliki kemampuan dalam memberdayakan kekayaan sumberdaya
IV. AKUNTABEL
Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4 menyebutkan
Asas Pelayanan Publik yang meliputi: a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum,
c. kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f.
partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i.
akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan
waktu, dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang
berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza
dan Zonke, 2017).
A. Aspek-Aspek Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
D. Konflik kepentingan
V. MODUL KOMPETEN
A. Tantangan Lingkungan Strategis
• Berorientasi Pelayanan:
• Kompeten:
• Harmonis:
Loyal
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi
dan Jabatan.
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-
klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
4. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai,
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan
maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan
dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan
pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut
D. Perilaku Kompeten
1. Berkinerja yang BerAkhlak:
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau
hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
2. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti
pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah
keyakinan yang teguh.
3. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan
dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme,
finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang
lebih baik dan efisien.
4. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta
tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat
sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
5. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan
semua itu dilakukan dengan ikhlas.
5) tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
2) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-harinya, yaitu:
a. Menyalahgunakan wewenang;
b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik kepentingan dengan
jabatan;
c. Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
d. Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau tanpa ditugaskan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian;
e. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing
kecuali ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
f. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang
baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik negara secara tidak
sah;
g. Melakukan pungutan di luar ketentuan;
h. Melakukan kegiatan yang merugikan negara;
i. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;
j. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
k. Menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaan;
l. Meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan;
m. Melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian
bagi yang dilayani;
n. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah, atau calon anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah.
IX. KOLABORATIF
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai
sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar
aktor governance.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan
fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup
kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi
tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012).
1. 6 Kriteria Penting Untuk Kolaborasi menurut Ansel dan Gash(2007:544)
a. Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
b. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
c. Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan Bukan Hanya
'‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik;
d. Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
b. Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus (Bahkan
Jika Konsensus Tidak Tercapai Dalam Praktik); Dan
c. Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen
2. 3 Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi
a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang
b. Merencanakan aksi kolaborasi;
c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
3. Proses Yang Harus Dilalui Dalam Menjalin Kolaborasi
a. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
b. Face to face Dialogue: melakukan negosiasi yang baik dan bersungguh-sungguh
c. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan
d. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama
e. Menetapkan outcome antara
4. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Dalam Kolaborasi Antar Lembaga
Pemerintah
a. Kepercayaan,
b. Pembagian kekuasaan,
c. Gaya kepemimpinan,
d. Strategi manajemen dan
e. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas
public
5. Faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah
a. Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan
b. pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi.
c. Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
A. Whole-of-Government (WoG)
Sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan
1. Keuntungan WoG
a. Outcomes-focused : Berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh K/L
sektoral secara masing-masing.
b. Boundary-spanning : Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu
instansi, tetapi lintas instansi
c. Enabling : WoG membuat pemerintah lebih mampu menangani tantangan
kebijakan yang kompleks
d. Strengthening prevention : WoG mendorong pencegahan terhadap masalah yang
e. mungkin berkembang lebih jauh
2. Bentuk WoG
a. Integrating Service Delivery (ISD) : Proses penyatuan pemberian layanan
kepada public
b. Koordinasi dan Kolaborasi : Pemerintah horizontal yang berkoordinasi atau
berkolaborasi dalam mencapai tujuan Bersama
c. Integrating and Rebalancing Governance : Kontrol politik dan otonomi
administrasi seperti di Inggris
d. Culture Change : Konsep-konsep social glue (perekat), budaya organisasi
3. Praktek WoG
a. Penguatan Koordinasi Antar Lembaga
Mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal
untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka
koordinasi dapat dilakukan lebih mudah
b. MEMBENTUK LEMBAGA KOORDINASI KHUSUS
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara melakukan
WoG
c. MEMBENTUK GUGUS TUGAS
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal, yang sidatnya tidak permanen
d. KOALISI SOSIAL
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khsus dalam
koordinasi ini
4. Tantangan Praktek WoG :
a. Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama.
Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG,
misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, di mana
terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
b. Nilai dan budaya organisasi
Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya organisasi pun
menjadi kendala manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan
kelembagaan
c. Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG.
Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu
mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM
yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
5. WoG Berdasarkan Jenis
a. Pelayanan yang bersifat adminisitratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat .
b. Pelayanan jasa
Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga
masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan,
dan lainnya
c. Pelayanan barang
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga
massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan seterusnya
d. Pelayanan regulative
Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan,
maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat
6. Berdasarkan Pola :
X. SMART ASN
Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif
sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum
terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety.
Berikut ini merupakan tips untuk melindungi diri dari berita hoaks menurut
LibGuides at University of West Florida ( 2021):
1. kepastian hukum
2. profesionalitas
3. proporsionalitas
4. keterpaduan
5. delegasi
6. netralitas
7. akuntabilitas
8. efektif dan efisien
9. keterbukaan
10. nondiskriminatif
11. persatuan dan kesatuan
12. keadilan dan kesetaraan
13. kesejahteraan
1. nilai dasar
2. kode etik dan kode perilaku
3. komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pd pelayanan publik;
4. kompetensi yg diperlukan ssd bidang tugas
5. kualifikasi akademik;
6. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
7. profesionalitas jabatan
Kedudukan ASN
Peran ASN
Tugas ASN:
1. melaksanakan kebijakan yg dibuat Pejabat Pembina Kepegawaian ssd
ketentuan peraturan perundangundangan;
2. memberikan pelayanan publik yg profesional dan berkualitas;
3. mempererat persatuan dan kesatuan NKRI
Kewajiban ASN
1. setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan pemerintah yang sah
2. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. melaksanakan kebijakan yg dirumuskan pejabat pemerintah yg berwenang
4. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan dgn penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab.
6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun diluar kedinasan
7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan ssd ketentuan peraturan perundangundangan; dan
8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Prinsip merit:
1. jabatan administrasi
2. jabatan fungsional
3. jabatan pimpinan tinggi
1. jabatan administrator;
2. jabatan pengawas
3. jabatan pelaksana
jabatan fungsional terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional
keterampilan jabatan fungsional keahlian, terdiri atas:
1. ahli utama
2. ahli madya
3. ahli muda
4. ahli pertama
1. penyelia
2. mahir
3. terampil
4. pemula
Kelembagaan dan jaminan sistem merit dalam pengelolaan ASN: Komisi Aparatur
Sipil Negara (KASN) dan Kemenpan dan RB
1. Manajemen PN
2. Manajemen PPPK
3. Pengelolaan JPT
4. Organisasi dan Sistem Informasi
1. penetapan kebutuhan
2. pengadaan
3. penilaian kinerja
4. penggajian dan tunjangan
5. pengembangan kompetensi
6. penghargaan
7. disiplin
8. pemutusan hubungan perjanjian kerja
9. perlindungan
1. Pengisian JPT
2. Pengisian JPT di Instansi Pusat
3. Pengisian JPT di Instansi Daerah
4. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi
5. Pengawasan dalam Proses Pengisian JPT
6. Pegawai ASN yg menjadi Pejabat
Pengertian SI ASN (Sistem Informasi ASN) adalah rangkaian informasi dan data mengenai
pegawai ASN yg disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dgn berbasis
teknologi. Sistem tsb diperlukan utk menjamin efisiensi, efektivitas dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN.
WHOLE OF GOVERNMENT
1. pembangunan kebijakan
2. manajemen program
3. pelayanan publik
1. Gender
2. Anti korupsi
3. Lingkungan Hidup
1. inefisiensi
2. tumpang tindih
3. ego sektoral
Perubahan mindset perlu, yaitu:
Best practices WoG adalah inovasi pelayanan publik terbaik, contohnya di Inggris
memperkenalkan joinedup government yg berhasil memodernisasi proses-proses
penyelenggaraan pemerintahan.
PELAYANAN PUBLIK
Dasar hukum pelayanan publik: UU No. 25/2009 Pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
Peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yg disediakan oleh penyelenggara Pelayanan
Publik.
1. pelayanan administrative
2. pelayanan barang
3. pelayanan jasa
4. pelayanan regulatif
1. Partisipatif
2. transparan
3. responsif
4. tidak diskriminatif
5. mudah dan murah
6. efektif dan efisien
7. aksesibel
8. akuntabel
9. berkeadilan
1. kesederhanaan
2. kejelasan
3. kepastian waktu
4. akurasi
5. keamanan
6. tanggung jawab
7. kelengkapan sarana dan prasaran
8. kemudahan akses
9. kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
10. kenyamanan
Etiket
Etika
Dasar-dasar etiket :
XIII. HABITUALIS
adalah proses pembiasaan pd atau dgn sesuatu penyesuaian spy menjadi terbiasa
(terlatih) melakukan sesuatu yg bersifat instrinsik pd lingkungan kerjanya. penciptaan
situasi dan kondisi tertentu utk membiasakan diri berperilaku sehingga terbentuk
karakter diri melalui proses internalisasi dan dipersonifikasi melalui intervensi tertentu.
Contoh konkret habituasi: Saat kepala kura-kura dibelai pertama kali, ia akan
menyembunyikan kepalanya di dalam tempurungnya, namun bila dilakukan berulang-
ulang, ia akan terbiasa dan tak lagi menganggap sbg ancaman. Habituasi: pembiasaan
dan bersifat instrinsik
1. isu, jml kegiatan, kualitas rencana kegiatan, relevansi rencana kegiatan dgn
aktualisasi, dan teknik komunikasi
2. melaksanakan aktualisasi yaitu kualitas pelaksanaan kegiatan, kualitas aktualisasi
dan teknik komunikasi.
1. Enviromental scanning, yaitu peduli thd masalah dlm organisasi dan mampu
memetakan hubungan kausalitas.
2. Problem solving, mampu mengembangkan dan memilih alternatif dan mampu
memetakan aktor terkait dan perannya masing-masing
3. Analysis, mampu berpikir konseptual (mengaitkan dgn substansi mata
pelatihan), mampu mengidentifikasi implikasi/dampak/manfaat dari sebuah
pilihan kebijakan program, tahapan kegiatan.
Contoh
Pertama, Peserta bekerja pada unit pelayanan, dan Peserta menyaksikan di ruang tunggu
terjadi antrian yang panjang setiap harinya, serta tidak ada informasi kepastian
pelayanan. Peserta memiliki gagasan agar masyarakat selama mengantri merasakan
nyaman dan disampaikan kepada pimpinan untuk; membagi ruang tunggu bagi
masyarakat perokok dan bukan perokok, memaksimalkan penempatan kursi di ruang
tunggu, membuat tulisan yang terang dan sederhana tentang jenis dan proses pelayanan
yang akan ditempatkan pada tempat-tempat strategis di ruang tunggu, dan seterusnya.