Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME JURNAL MOOC PPPK 2022

Massive Open Online Course

Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja

NAMA : DECI HANDAYANI BATUBARA,S.Pd


NI PPPK : 198712072023212030
JABATAN : AHLI PERTAMA- GURU BIOLOGI
INSTANSI : KEMENTRIAN AGAMA
UNIT KERJA : MAN2 LABURA

TUGAS RESUME AGENDA I

1. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character ) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NKRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan
negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
4 (empat) Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara:
a. Pancasila
b. Undang-UndangDasar
c. Bhinneka Tunggal Ika
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat
simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi
cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan
demikian, bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan
pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol atau lambang negara yang dihormati
dan dibanggakan warga negara Indonesia.
B. Nilai Nilai Bela Negara
Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3),
nilai dasar Bela Negara meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada pancasila sebagai ideologi negara
d. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
e. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
f. kemampuan awal Bela Negara.

Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi RI. Sebagai
aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara
dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan
melalui usaha bela negara. Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme warga negara
dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran
Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.

C. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi
maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya,
setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila..
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU AP”) yang diberlakukan sejak
tanggal 17 Oktober 2014, memuat perubahan penting dalam penyelenggaran birokrasi pemerintahan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan;
2. Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi;
3. Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam menjalankan tugasnya
.

II. ANALISIS ISU KONTEMPORER

PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS

A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan peradaban manusia.
Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja, namun lebih dari pada itu, perubahan yang
diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan
manfaat bagi umat manusia).
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara signifikan telah mendorong
kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan
kode perilaku; c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan.
B. Isu Isu Strategi Kontemporer
Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilema
antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di
dalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global. Isu
lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi yang terjadi dalam sekelompok
masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu, kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi secara
umum.
Untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis (internal dan eksternal) akan memberikan pengaruh besar
terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan, sehingga dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis,
dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan
dasar analisa yang

C. Tekhnik Analisis Isu


Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu
1. Isu saat ini (current issue)
2. Isu berkembang (emerging issue), dan
3. Isu potensial.
Masing-masing jenis isu ini memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari perspektif urgensi atau waktu maupun
analisis dan strategi dalam menanganinya. Terdapat 3 (tiga) kemampuan yang dapat mempengaruhi dalam
mengidentifikasi dan/atau menetapkan isu, yaitu kemampuan Enviromental Scanning, Problem Solving, dan berpikir
Analysis.

III. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah
dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and
character building.
Ruang Lingkup Nilai-nilai Dasar Bela Negara
1) Cinta Tanah Air
2) Kesadaran Berbangsa dan bernegara
3) Yakin akan Pacasila sebagai ideology Negara
4) Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
5) Memiliki kemampuan awal bela Negara
6) Semangat untuk mewujudkan Negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama

TUGAS RESUME AGENDA II

Konsep Pelayanan Publik

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan publik, yang kemudian dikuatkan
kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu
fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
1. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang berkualitas;
2. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
3. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
4. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan masyarakat;
5. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan
infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
6. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara pelayanan publik

1.Akuntabel
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi landasan dasar dari
sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah:
1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7)
keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,
maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas
proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
2. Kompeten
Kompeten adalah kemampuan dalam melakukan dengan baik. Kompeten merupakan keterampilan yang
diperlakukan seseorang yang ditunjukkan dengan kemampuan sesuatu dengan baik dan dapat memberikan tingkat
kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik.
Panduan prilaku :
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
2. Membantu orang lain belajar
3. Melaksakan tugas dengan kualitas terbaik
3. Harmonis
Harmonis merupakan sifat kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor
tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur yaitu selaras, seimbang, adil dan makmur.
Panduan Prilaku :
1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
2. Suka menolong orang lain
3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
4. Loyal
Loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai - Nilai
dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).

Panduan Prilaku :
1. Memegang teguh ideologi pancasila UUD 1945, NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik ASN, pimpinan instansi dan negara
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
5. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan menghadapi segala
perubahan linngkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri
sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Panduan Prilaku :
1. Cepat menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan jaman
2. Terus berinovasi mengembangkan kreatifitas
3. Bertindak positif
6.Kolaboratif
Kolaboratif sering juga disebut sebagai segala aspek yang meliputi pengambilan keputusan, implementasi
sampai evaluasi. Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik Sebuah
pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling
menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya.
Panduna Prilaku :
1. Memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
2. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambahan
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama

TUGAS RESUME AGENDA III


1. SMART ASN
Literasi Digital

Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan (affordances) yang dirasakan dari
ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan
Lee, 2013). Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru, berpikir dengan cara baru,
mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam
literasi digital adalah akses, perangkat, dan platform digital. Sementara pasangannya yaitu kendala (constraint),
mencegah kita dari melakukan hal-hal lain, berpikir dengan cara lain, memiliki jenis lain dari hubungan. Constraint
dalam literasi digital bisa meliputi kurangnya infrastruktur, akses, dan minimnya penguatan literasi digital (Jones dan
Hafner, 2012).
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan:
1. Akses kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoprasikan media digital
2. Paham kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoprasikan media digital
3. Mengelola Informasi mampu mengambil data, informasi dan konten dalam lingkungan digital informasi dan
konten dalam lingkungan digital
4. Memproses Informasi mampu melakukan verifikasi sumber data, informasi informasi, dan konten digital dan
konten digital.
5. Berbagi pesan mampu berbagi data, informasi dan konten digital dengan orang lain melalui teknologi digital yang
tepat teknologi digital yang tepat.
Pilar Literasi Digital
Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para pegawai dikuasai oleh para pegawai PPPK
yang terdiri PPPK yang terdiri dari etika dari etika, budaya budaya, aman, , aman, dan cakap dalam bermedia digital
dan cakap dalam bermedia digital.
Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
1) Digital Skills (Cakap Bermedia Digital)
2) Digital Culture Culture (Budaya Bermedia Digital)
3) Digital Ethics (Etis Bermedia Digital)
4) Digital Safety (Aman Bermedia Digital)

2. MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai
dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berdasarkan
Jenisnya, pegawai ASN terdiri atas; Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK).
Hak PNS dan PPPK
Hak PNS dan PPPK yaitu diantaranya meliputi gaji, hak cuti, tunjangan, perlindungan,pengembangan kompetensi,
namun yang membedakannya hanya pada jaminan pensiun, pada PNS memiliki jaminan pensiun dihari tua, tapi tidak
dengan PPPK.
Kode etik dan Kode Perilaku ASN
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan etika pemerintah. Keterkaitan Antar Agend
KETERKAITAN SETIAP AGENDA MODUL 1,2 DAN 3

Dalam hal ini kesimpulan yang bisa di ambil dari materi sikap perilaku bela negara memiliki keterkaitan yang
erat dengan nilai-nilai ASN Ber-AKHLAK serta kedudukan dan peran ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berikut adalah penjelasan mengenai keterkaitan tersebut:
1 Keterkaitan dengan Nilai-nilai ASN Ber-AKHLAK:
a. Akhlak Mulia: Sikap Perilaku Bela Negara menuntut ASN untuk memiliki akhlak yang mulia, seperti jujur,
disiplin, dan berintegritas. Ini sejalan dengan nilai-nilai ASN Ber-AKHLAK yang mengedepankan sikap dan
tindakan yang baik serta menjunjung tinggi moralitas dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan publik.
b. Keteladanan: Sikap Perilaku Bela Negara menuntut ASN untuk menjadi teladan bagi masyarakat dalam
mengamalkan nilai-nilai nasionalisme, integritas, dan tanggung jawab. ASN Ber-AKHLAK diharapkan dapat
memberikan contoh yang baik dalam menerapkan sikap bela negara dalam kehidupan sehari-hari.
c. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara: Sikap Perilaku Bela Negara mendorong ASN untuk memiliki kesadaran
yang tinggi terhadap eksistensi dan identitas bangsa serta cinta terhadap tanah air. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai
ASN Ber-AKHLAK yang mengajarkan pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menjalankan tugas
sebagai pelayan publik.
2. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI:
a. Pelayan Publik: ASN memiliki peran sebagai pelayan publik yang melayani masyarakat dan negara. Melalui
sikap bela negara, ASN diharapkan dapat lebih mendedikasikan diri untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat dan berkontribusi pada pembangunan nasional.
b. Pelaksana Kebijakan Negara: Sebagai bagian dari administrasi pemerintahan, ASN berperan dalam
melaksanakan kebijakan negara. Dalam hal ini, sikap bela negara membantu ASN untuk melaksanakan tugas
dengan penuh tanggung jawab, kesetiaan, dan loyalitas terhadap NKRI.
c. Pengawal Persatuan dan Kesatuan: Kedudukan ASN sebagai bagian dari sistem pemerintahan mengharuskan
mereka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Melalui sikap bela negara, ASN dapat turut menjaga keutuhan
NKRI, menghindari perpecahan, dan mendukung semangat Bhinneka Tunggal Ika.
d. Pendukung Pembangunan Nasional: ASN memiliki tanggung jawab dalam mendukung pembangunan nasional.
Dengan mengamalkan sikap bela negara, ASN dapat aktif berkontribusi dalam berbagai program pembangunan
yang bertujuan memajukan negara dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian, nilai-nilai ASN Ber-AKHLAK dan peran serta kedudukan ASN dalam NKRI memiliki
kesesuaian dan kesinambungan yang kuat dengan materi Sikap Perilaku Bela Negara. Keduanya saling melengkapi dan
mendukung dalam upaya menjaga integritas, tanggung jawab, dan dedikasi ASN terhadap negara dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai