Anda di halaman 1dari 9

Resume Agenda I

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara


Pancasila sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa dan sumber dari segala
sumber hukum negara. UUD 1945 menjadi norma hukum yang memberi kerangka
dasar hukum system penyelengagaran negara pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan,
dan aspek sumber daya manusianya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan
bahwa Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya
dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan dengan Pembinaan Kesadaran
Bela Negara dengan menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.

2. Analisis Isu Kontemporer


Sebagai warga Indonesia sudah seharusnya menjujung tinggi nilai Nasionalisme
sebagai paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan suatu negara
dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Serta
mengaplikasikan dari butir-butir Pancasila dan nilai-nilai bela negara yang
merupakan sebagai pandangan hidup, maka bangsa Indonesia akan dapat memandang
suatu persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta dapat memecahkan
persoalannya dengan tepat. Tanpa memiliki suatu pandangan hidup, bangsa Indonesia
akan merasa terombang ambing dalam menghadapi suatu persoalan besar yang timbul
dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Dengan mengacu dalam Modul Utama Pembinaan Bela Negara tentang Implementasi
Bela Negara yang diterbitkan oleh Dewan Ketahanan Nasional Tahun 2018,
disebutkan bahwa Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-elemen pemaknaan
yang mencakup:

a. rangkaian upaya-upaya bela negara


b. guna menghadapi segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan
c. dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara
d. yang diselenggarakan secara selaras, mantap, sistematis, terstruktur,
terstandardisasi, dan massif
e. dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha
f. di segenap aspek kehidupan nasional
g. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berdasarkan Pancasila
dan UndangUndang Dasar 1945
h. serta didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan
Makmur sebagai penggenap NilaiNilai Dasar Bela Negara
i. yang dilandasi oleh keinsyafan akan anugerah kemerdekaan, dan
j. keharusan bersatu dalam wadah Bangsa dan Negara Indonesia, serta
k. tekad untuk menentukan nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri.

Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga negara
guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan
berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat,
adil, dan makmur.
Resume Agenda II

1. Berorientasi Pelayanan
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
1) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; dan
2) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
Karakteristik dalam memberikan pelayanan prima ditunjukkan dengan upaya
perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain: pendidikan,
pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark. Alangkah baiknya
apabila seluruh ASN dapat menampilkan kinerja yang merujuk pada nilai dasar
orientasi mutu dalam memberikan layanan kepada publik. Setiap individu aparatur
turut memikirkan bagaimana langkah perbaikan yang dapat dilakukan dari posisinya
masing-masing.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk
dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan
aspirasi dan keinginan masyarakat.

2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi
dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam,
yaitu: akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas
organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah
suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau
birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap
aparat sangat berkaitan dengan etika.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku
yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas,
perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

3. Kompeten

Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi bagian
ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar
(organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul dan
kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif,
sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.

a. Tantangan Lingkungan Strategis


Meliputi isu-isu utama terkait yaitu Dunia Vuca (dunia yang penuh gejolak dan
ketidakpastian) dan disrupsi teknologi, yang berpengaruh pada seluruh aspek
kehidupan termasuk penyesuaian pekerjaan ASN.
b. Kebijakan Pembangunan Aparatur
Dengan prinsip dasar berbasis merit (kesesuaian kualifikasi, kompetensi, kinerja,
dengan perlakuan tidak diskriminatif dari aspek-aspek subyektif seperti
kesamaan latar belakang agama, daerah, dan aspek subjektivitas lainnya),
pembangunan aparatur, serta 8 karakter ASN yang meliputi: integritas,
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
c. Pengembangan Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan 29 sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
d. Perilaku Kompeten
1) Kinerja yang BerAkhlak: Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja serta etika profesional sebagai pelayan
publik.
2) Meningkatkan kompetensi diri: diperlukan untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau
instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain. Pengetahuan juga dihasilkan
oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3) Membantu Orang Lain Belajar: Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN
pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan” atau forum terbuka
(Knowledge Fairs and Open Forums).
4) Melakukan kerja terbaik: Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan
kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta,
bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan
lingkungan dan karya manusia. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan
selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang.

4. Harmonis
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus
bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh
mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus
diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai
ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak
korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat
mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi.

5. Loyal
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK
dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting
dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab
internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari Bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan,paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan.
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama.
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala

6. Adaptif
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan –
baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan
membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi
VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan
clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi
sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang
tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi
telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN
a. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery);
b. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita- cita yang akan dicapai
bersama (shared vision);
c. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi
ingin wujudkan (mental model);
d. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning);
e. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental
silo (systems thinking).
7. Kolaboratif
Kolaborasi adalah segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampa
evaluasi.
Panduan perilaku kolaboratif pada organisasi :
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan
upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)
Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan
yang diberikan.
Resume Agenda III
1. Smart ASN
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus
tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital
dengan penuh tanggung jawab.
Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut
membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang
harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga
negara. Budaya digital hadir untuk memperkuat karakter budaya bangsa dan
menguatkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia dalam penggunaan media digital, bukan
untuk memecah belah kesatuan warna di dunia maya. Sebagai ASN dan pengguna
internet, perlu adanya pemahaman etika berinternet yaitu :
a. jangan menggunakan huruf kapital
b. apabila mengutip dari internet, kutiplah seperlunya
c. memperlakukan email sebagai pesan pribadi
d. berhati hati dalam melanjutkan email ke orang lain
e. biasakan menggunakan format plain text dan jangan sembarangan
menggunakan html
f. jangan kirim file berukuran besar melalui attachment tanpa izin terlebih
dahulu dari penerima pesan.

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.Manajemen
PPPK meliputi penetapan kebutuhan,pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan
hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.

Anda mungkin juga menyukai