Anda di halaman 1dari 31

JURNAL MOOC PPPK

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
(PPPK)

Oleh

Nama : INSAM, S.Pd


NIP : 198104142021211001
Tempat Tanggal Lahir : Lombok Tengah, 14 April 1981
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama / Guru Mata Pelajaran
Instansi : SMP Negeri 1 Praya Barat

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA


PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBO TENGAH

TAHUN 2023
AGENDA I

MODUL 1

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA

Kesadaran berbangsa dan bernegara berarti sikap dan tingkah laku harus

sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan cita-

cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang ada dalam

Pembukaan UUD 1945) melalui:

1. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan negara Indonesia

yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang mendiami banyak pulau yang

membentang dari Sabang sampai Merauke, dengan beragam bahasa dan adat

istiadat kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam

konsep wawasan nusantara yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia

tentang diri dan lingkungannya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk menjaga

kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan perilaku yang patriotik

dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu dengan saling tolong menolong,

menciptakan kerukunan beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah

sesuai agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama dan

menjaga keamanan lingkungan.

3. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara Indonesia

yang menghormati lambang-lambang negara dan mentaati peraturan

perundang- undangan.
4. Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan

negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup

bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara

juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri

masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga

merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan

penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam

pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara

merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam

kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:

1. Cinta Tanah Air. Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita

cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan

pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua

dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan

budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga

nama baik negara kita.

2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. Kesadaran berbangsa dan bernegara

merupakan sikap kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang

selalu dikaitkan dengan cita- cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat

mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau

antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat

nasional maupun internasional.


3. Pancasila. Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh

luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah

alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam

budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat

mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.

4. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara. Dalam wujud bela negara tentu

saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya

seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk

bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan

untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui

bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga

memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama

menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi

mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama

bangsa.

5. Memiliki Kemampuan Bela Negara. Kemampuan bela negara itu sendiri

dapat diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras

dalam menjalani profesi masing- masing.

I. Beberapa Titik Penting Dalam Sejarah Bangsa Indonesia

a. 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia.

b. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional

pertama yang menggunakan istilah "Indonesia".


c. Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar

Pemuda”,yang kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”.

d. Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.

e. Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici

Harada.PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

II. 4 KONSENSUS DASAR

1. Bendera

2. Bahasa

3. Lambang negara

4. Lagu kebangsaan

III. NILAI-NILAI BELA NEGARA

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik

secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,

keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai

olehkecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia

Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara

dariberbagai Ancaman”.

Implementasi :

1. Nilai Dasar Bela Negara

a. Cinta tanah air;

b. Sadar berbangsa dan bernegara;

c. Setia pada Pancasila sebaagai ideologi negara;

d. Rela berkorban untuk bangsa dannegara; dan

e. Kemampuan awal Bela Negara.


2. Nilai-Nilai Dasar ASN

a. memegang teguh ideologi Pancasila;

b. setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;

c. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;

d. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

e. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;

f. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;

g. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;

h. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepadapublik;

i. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program

pemerintah;

j. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,

akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;

k. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;

l. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;

m. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;

n. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan

o. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yangdemokratis sebagai

perangkat sistem karier.

3. Fungsi ASN

a. pelaksana kebijakan publik;

b. pelayan publik; dan

c. perekat dan pemersatu bangsa.


B. ANALISIS ISU KONTEMPORER

Kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan lingkungan strategis dan analisis isu-isu kontemporer pada agenda

pembelajaran Bela Negara perlu didasari oleh materi wawasan kebangsaan dan

aktualisasi nilainilai bela negara yang dikontektualisasikan dalam pelaksanaan

pekerjaan sehari-hari.

Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi

dan tugasnya.

a. Menjadi ASN yang professional

b. Perubahan Lingkungan Strat

c. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis

PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang dating

dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan

berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika

sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut

menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis

terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham

radikalisme/terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi

masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya.

C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Suatu keadaan siap siaga yang dimiliki seseorang baik secara fisik,

mental maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang

dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan sikap secara ikhlas dan sadar disertai
kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 untuk menjaga, merawat dan menjamin

kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Aksi Nasional Bela Negara adalah Sinergi setiap warga negara guna

mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan dan Tantangan dengan

berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat,

adil dan makmur.

Kemampuan Awal Bela Negara

 Wujud kemampuan bela negara yakni memiliki :

 Kesehatan Jasmani dan Mental.

 Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental

 Etika, Etiket dan Mental

Evaluasi

1. Jelaskan kedudukan Pancasila dalam konteks penyelenggaraan Negara Indonesia ?

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, memiliki fungsi utama sebagai

dasar negara Indonesia. Dalam kedudukannya yang demikian Pancasila

menempati kedudukan yang paling tinggi, sebagai sumber dari segala sumber

hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional dalam tata hukum di

Indonesia.

2. Jelaskan kedudukan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam

konteks penyelenggaraan negara Indonesia ?


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan

undang- undang yang berisi aturan dasar kehidupan bernegara di Indonesia.

Kedudukan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah sebagai

hukum yang paling tinggi dan bersifat fundamental. Sebagai hukum yang

paling tinggi dan fundamental sifatnya, karena merupakan sumber legitimasi

atau landasan bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan di bawahnya.

3. Jelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 ? alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran

perjuangan (kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan

bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan). alinea II :

mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka, bersatu,

berdaulat, adil, dan makmur).alinea III : memuat petunjuk atau tekad

pelaksanaanny (menyatakan bahwa kemerdekaan atas berkat rahmat Allah

yang Maha Kuasa).alinea IV : memuat tugas negara/tujuan nasional,

penyusunan UUD 1945

4. Jelaskan kedudukan batang tubuh dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945 ?

Arti Batang Tubuh UUD 1945 ialah peraturan Negara yang memuat

ketentuan ketentuan pokok dan menjadi salah satu sumber daripada

perundang-undangan lainnya yang kemudian dikeluarkan oleh negara itu.

Batang Tubuh UUD 1945 terdiri dari :

1. 6 Bab.

2. 37 Pasal.
3. 4 pasal Aturan Peralihan.

4. 2 Ayat Aturan Tambahan.

5. Jelaskan kedudukan dan peran ASN dalam mewujudkan persatuan dan

kesatuaN Bangsa Indonesia ?

a. Kedudukan PNS dalam NKRI sebagai unsur aparatur negara yang

berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan

perekat dan pemersatu bangsa.

b. PNS melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi

pemerintah.

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Dalam menjalankan tugasnya, PNS harus bebas dari pengaruh dan intervensi

semua golongan dan partai politik. Berikut tugas PNS dan PPPK sebagai

pegawai ASN:

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.
AGENDA II

NILAI- NILAI DASAR PNS

A. BERORIENTASI PELAYANAN

Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan

Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap

warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ataupelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Agus Dwiyanto (2010:21) menawarkan alternatif definisi pelayanan publik

sebagai semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan

oleh masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa

yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan masyarakat serta

penyediaannya terkait dengan upaya mewujudkan tujuan bersama yang tercantum

dalam konstitusi maupun dokumen perencanaan pemerintah, baik dalam rangka

memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan strategis pemerintah,

dan memenuhi komitmen dunia internasional.

Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan

perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya: 1) memelihara dan

menjunjung tinggi standar etika yang luhur; 2) memiliki kemampuan dalam

melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; dan 3) memberikan layanan

kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil

guna, dan santun.

Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal

4 UU Pelayanan Publik, yaitu: a. kepentingan umum; b. kepastian hukum; c.

kesamaan hak; d. keseimbangan hak dan kewajiban; e. keprofesionalan; f.

partisipatif; g. persamaanperlakuan/tidak diskriminatif; h. keterbukaan; i.

akuntabilitas; j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan

waktu; dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.


B. AKUNTABILITAS

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau

instansi untuk memenuhi tanggjung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas

merupakan prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit

organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan

pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.

 Aspek-Aspek Akuntablitias

 Hasrat untuk mencapai Kesatuan

 Kemerdekaan, Keaslian, dan

 Kehormatan Bangsa

C. ETIKA PUBLIK

Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus

dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral

mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya

dilakukan. Kode Etik adalah aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu

kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam

bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Tuntutan Etika Publik dan Kompetensi.

Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang

anti kecurangan dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja,

yang sangat erat hubungannya dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu

keberhasilannya yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu :

1) Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi;

2) Membangun Lingkungan Organisasi Yang Kondusif:

3) Perekrutan dan Promosi Pegawai;

4).Pelatihan nilai- nilai organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan;

5) Menciptakan

Saluran Komunikasi yang Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan. Perilaku

berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif (Fraudulent and

Corrupt Behaviour): • ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi; ASN
dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktual

atau potensial untuk setiap orang atau institusinya; 56 • ASN dilarang berbuat

curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk keuntungan

pribadinya; • ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup; • ASN akan

melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka; • ASN akan memahami

dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor publik.

Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akuntabel

karena adanya kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data

yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi

dan data pemerintah lainnya.Informasi ini dapat berupa data maupun

penyampaian/penjelasan terhadap apa yang sudah terjadi, apa yang sedang

dikerjakan, dan apa yang akan dilakukan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah

akses dan distribusi dari data dan informasi yang telah dikumpulkan tersebut,

sehingga pengguna/stakeholders mudah untuk mendapatkan informasi tersebut.

Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan tersebut harus

relevant. (relevan), reliable (dapat dipercaya), understandable (dapat dimengerti),

serta comparable (dapat diperbandingkan), sehingga dapat digunakan sebagaimana

mestinya oleh pengambil keputusan dan dapat menunjukkan akuntabilitas publik.

Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta

Informasi Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information):

 ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;

 ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;

 ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;

 ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan

kreativitas;

 ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

 ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak

lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;


 ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,

kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau

manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.

D. KOMPETEN

Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter

dan tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap

waktu, sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan

tawaran perubahan teknologi itu sendiri.

Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:

1. Berorientasi Pelayanan:

a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;

b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;

c) Melakukan perbaikan tiada henti.

2. Akuntabel:

a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,disiplin dan

berintegritastinggi;

b) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,

efektif, dan efesien.

3. Kompeten:

a) Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;

b) Membantu orang lain belajar;

c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

4. Harmonis:

a) Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;

b) Suka mendorong orang lain;

c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif


5. Loyal:

a). Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik

Indonesia serta pemerintahan yang sah;

b). Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara; c. Menjaga

rahasia jabatan dan negara.

6. Adaptif:

a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;

b) Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;

c) Bertindak proaktif.

7 . Kolaboratif:

a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;

b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;

c) Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN

harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh

ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek

primodial lainnya yang bersifat subyektif. Pembangunan Apartur sesuai Rencana.

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan

menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), yang

dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas dan

tata kelola yang semakin efektif dan efisien Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang

dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini

dankedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme,

profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan

entrepreneurship.

Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku

kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan


dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun

2017 tentang Standar Kompetensi ASN. Kompetensi meliputi :

1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang

dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang

teknis jabatan;

2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang

dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit

organisasi; dan

3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku

yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman

berinteraksidengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,

perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang

harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai

dengan peran, fungsi dan Jabatan.

Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-

klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Salah satu

kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua

puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran

bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam menentukan

pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box

pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil

pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.

D. HARMONIS

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504

pulau. Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi

mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara

berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia juga dikenal karena kekayaan

sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya
alam berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan

diseluruh Indonesia antara lain :

1. Nasionalisme Kebangsaan

2. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman

3. Dampak Konflik

4. Etika ASN sebagai Individu, dalam Organisasi, dan Masyarakat

5. Upaya Mewujudkan Suasana Harmonis

6. Peran ASN Harmoni

E. LOYAL

Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi

transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class

Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN

BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal”

dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus

dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh

faktor penyebab internal dan eksternal. Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi

dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang

Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak

terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepadaNegara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).

Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi

untuk mengukurloyalitas pegawainya, antara lain:

a. Taat pada Peraturan.

b. Bekerja dengan Integritas

c. Tanggung Jawab pada Organisasi d. Kemauan untuk Bekerja Sama.

e. Rasa Memiliki yang Tinggi f. Hubungan Antar Pribadi

g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan

h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan i. Menjadi teladan bagi Pegawai lain


Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap

organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan :

a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki

b. Meningkatkan Kesejahteraan

c. Memenuhi Kebutuhan Rohani

d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir

e. Melakukan Evaluasi secara Berkala

Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara,

pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan

kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai

wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan

kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-

langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain

memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun

dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

F. ADIKTIF

Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi

dan individu didalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup,

untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga

memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri

individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu

dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi,

karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam

menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi

memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan,

perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif

sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada

diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan

kapasitaspemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut:

(a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif;

(b) Penguatan organisasi adaptif dan

(c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait membangun organisasi pemerintah

yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana Pemerintah

Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai sektornya, mereka

menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat

tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan

dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan

berpikir lintas (think across). Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010)

memperkenalkan istilah yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni

dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient organization). Pembangunan

organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi kuat

dan imajinatif: kecerdasanorganisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya

(atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

G. KOLABORATIF

Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi

kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik

etal, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an

alliance between two or more firms aiming to become more competitive by

developing shared routines”.

Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process

though which parties with different expertise, who see different aspects of a

problem, can constructively explore differences and find novel solutions to

problems that would have been more difficult to solve without the other‟s

perspective (Gray, 1989).


Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah

proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar

aktor governance .

Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan

publik Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif,

serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi

dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya.

1. Enam Kriteria Penting Untuk Kolaborasi :

a. Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;

b. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;

c. Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan Bukan

Hanya'„Dikonsultasikan‟ Oleh Agensi Publik;

d. Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;

e. Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus

(Bahkan JikaKonsensus Tidak Tercapai Dalam Praktik); dan

f. Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen

2. Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi :

a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;

b. Merencanakan aksi kolaborasi; dan

c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi

3. Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut :

a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu

terjadi;

b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan

membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan

mereka;

c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan

mengambilrisiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika

terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)

Setiapkontribusi dan pendapat sangat dihargai;

e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;

f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan

g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas

layanan yangdiberikan.

D. Aktivitas Antar Organisasi meliputi :

a. Kerjasama Informal;

b. Perjanjian Bantuan Bersama;

c. Memberikan Pelatihan;

d. Menerima Pelatihan;

e. Perencanaan Bersama;

f. Menyediakan Peralatan;

g. Menerima Peralatan;

h. Memberikan Bantuan Teknis;

i. Menerima Bantuan Teknis;

j. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan k. Menerima Pengelolaan Hibah.


AGENDA III

A. Smart ASN

Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4 kompetensi

yaitu kecakapan menggunakan media digital (digital skills), budaya

menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital

ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety). Perumusan

kerangka kerja literasi digital digunakan sebagai basis dalam merancang

program dan kurikulum literasi digital Indonesia pada tahun 2020-2024.

Kerangka kurikulum literasi digital ini juga digunakan sebagai metode

pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam

menguasai teknologi digital. Digital skill merupakan kemampuan individu

dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti

lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital

safety merupakan kemampuan user dalam mengenali, mempolakan,

menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran

perlindungan data pribadi dan keamanan.

Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai

fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk

mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi

penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat

tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-

rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap

harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet


Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas

masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola

kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut

membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan

wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital

setiap warga negara.

Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui,

memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta

sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan

Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,

memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan

Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi

kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan Kemampuan

individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,

mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)

dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan Kemampuan User

dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan

meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital

dalam kehidupan sehari-hari.

B. Lingkup Literasi Digital

Dalam mencapai target program literasi digital, perlu diperhitungkan

estimasi jumlah masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses internet

berdasarkan data dari APJII dan BPS. Identifikasi Target User dan Total
Serviceable Market penting untuk menentukan target spesifik program literasi

digital. Saat ini, tingkat penetrasi internet di Indonesia sebesar 73,7%

Gambar 1. 1 Penetrasi Internet di Indonesia

Sementara itu, persentase masyarakat Indonesia yang masih belum

mendapatkan layanan internet yaitu sebesar 26,3%.

Gambar 1. 2 Persentase Masyarakat yang Belum Mendapat Layanan Internet

Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif

sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas

mengoprerasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri

dari digital skill, digital culture, digital etnics, dan digitasl safety. Kerangka
kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat

kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.

Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar

menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi.

Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan

pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang

dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).

Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak

hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital

dengan penuh tanggung jawab.

Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi. Poros

pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang

kapasitas literasi digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi

kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi

sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal. Sementara itu, poros

berikutnya adalah domain ruang ‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang

pendekatan dalam penerapan kompetensi literasi digital. Ruang informal

ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan instrumen yang

lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok

komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai dengan pendekatan

yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih menekankan pada

kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’ Blok-blok kompetensi


semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan

domain kapasitas dan ruangnya.

Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi

literasi digital, berada di domain ‘single, informal’. Digital Culture (Budaya

Bermedia Digital) sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam konteks

keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’ di mana kompetensi digital

individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-

batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya

dalam ruang ‘negara’. Digital Ethics (Etis Bermedia Digital) sebagai panduan

berperilaku terbaik di ruang digital membawa individu untuk bisa menjadi

bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif, informal’. Digital Safety

(Aman Bermedia Digital) sebagai panduan bagi individu agar dapat menjaga

keselamatan dirinya berada pada domain ‘single, formal’ karena sudah

menyentuh instrumen-instrumen hukum positif.

B. MANAJEMEN ASN

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan

persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting

untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia

agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja

literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture,

dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai

metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam


menguasai teknologi digital. Guna mendukung percepatan transformasi digital,

ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:

a). Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.

b). Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik

di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor

kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.

c). Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan. d.

Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.

d). Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan

transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya.

Kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam

mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak

TIK sertasistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

1. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada :

 Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC).

 Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam

mencari informasi dan data,memasukkan kata kunci dan memilah

berita benar.

 Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial

untuk berkomunikasidan berinteraksi, mengunduh dan mengganti

Settings.
 Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan

ecommerce untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara

digital.

2. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada :

 Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama,

dan etika berinternet(netiquette).

 Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang

mengandung hoax dan tidaksejalan, seperti: pornografi,

perundungan, dll.

 Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di

ruang digital yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan

yang berlaku.

 Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang

di ruang digital yangsesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada :

 Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika

sebagai landasan kehidupanberbudaya, berbangsa dan berbahasa

Indonesia.

 Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak

sejalan dengan nilaiPancasila di mesin telusur, seperti perpecahan,

radikalisme, dll.

 Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam

berkomunikasi,menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika


 Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat,

menabung, mencintai produkdalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.

4. Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada :

 Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi,

fingerprint) Pengetahuandasar memproteksi identitas digital (kata sandi).

 Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari

sumber yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.

 Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform

digital dan menyadariadanya rekam jejak digital dalam memuat konten

sosmed.

 Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam

transaksi digital sertaprotokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.

Manajemen adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai

ASN yang Profesional, Memiliki Nilai Dasar, Etika Profesi, Bebas dari

Intervensi Politik, Bersih dari praktik KKN.

Kewajiban ASN meliputi :

a. setia dan taat pada Pancasila, UUD‟45, NKRI.

b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.

d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran,

Kesadaran, danTanggung Jawab.


f. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan

Dan TindakanKepada Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan.

g. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan

Rahasia Jabatan SesuaiDengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

h. Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

C. KODE ETIK DAN KODE PRILAKU ASN

a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas

tinggi.

b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.

c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan

d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika

pemerintahan.

e. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan

jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri

atau untuk orang lain.

f. memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang

memerlukaninformasi terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara

benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait

kepentingan kedinasan.

g. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.


D. KONSEP SISTEM MERIT DALAM PENGELOLAAN ASN

Pengelolaan SDM harus selalu berkaitan dengan tujuan dan sasaran

organisasi (strategic alignment), dalam konteks ini aktivitas dalam pengelolaan

SDM harus mendukung misi utama organisasi. Pengelolaan SDM/ASN

dilakukan untuk memotivasi dan juga meningkatkan produktivitas pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sehingga mampu berkontribusi pada pencapaian

tujuan dan sasaran organisasi. Organisasi membutuhkan pegawai yang jujur,

kompeten dan berdedikasi.

Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan

pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa

membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis

kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan”. Semua fungsi dan

komponen dalam manajemen ASN sebagaimana tercantum dalam Pasal 55

(mengatur tentang manajemen PNS) dan pasal 93 (mengatur manajemen

PPPK) UU ASN harus menerapkan sistem merit ini. Pasal 55 menyebutkan

bahwa “ Manajemen PNS ii meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,

pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,

mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,

pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. komponen

pengelolaan ASN sebagaimana di atas khususnya dalam penyusunan dan

penetapan kebutuhan (perencanaan kebutuhan pegawai/ planning), penilaian

kinerja (monitoring dan penilaian), pengembangan kompetensi, promosi,

mutasi, penghargaan.

Anda mungkin juga menyukai