Oleh :
NIP : 197901262022212004
NIK : 3306066601790003
Fungsi ASN
a. Pelaksana kebijakan publik
b. Pelayan publik
c. Perekat dan pemersatu bangsa
A. BERORIENTASI PELAYANAN
B. AKUNTABEL
C. KOMPETEN
D. HARMONIS
E. LOYAL
F. ADAPTIF
G. KOLABORATIF
A. BERORIENTASI PELAYANAN
Employee Value Proposition ASN adalah Employer Branding ASN : “Bangga
Melayani Bangsa”
Panduan Perilaku Core Values ASN BerAKHLAK sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan
Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan
Melakukan perbaikan tiada henti
2. Akuntabel
Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, serta disiplin dan
berintegritas tinggi
Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif
dan efisien
Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan
3. Kompeten
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
Membantu orang lain belajar
Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
4. Harmonis
Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
Suka menolong orang lain
Membangun lingkungan kerja yang kondusif
5. Loyal
Memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta menjaga
rahasia jabatan dan negara
6. Adaptif
Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
Bertindak proaktif
7. Kolaboratif
Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama
Fungsi dan Tugas ASN Berdasarkan Undang-Undang ASN
a. Pelaksana kebijakan publik,
Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. Pelayan publik,
Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. AKUNTABEL
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang
ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core
Values ASN Berakhlak Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
C. KOMPETEN
1. Kebijakan Pembangunan Aparatur
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut
meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
2. Pengembangan Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Tiga Perilaku Kompeten yaitu : Meningkatkan kompetensi diri, Membantu Orang Lain Belajar,
Melakukan kerja terbaik.
D. HARMONIS
1. Keanekaragaman Bangsa Dan Budaya Di Indonesia
Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia
memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di
dunia 30 juta jiwa. Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena
kondisi letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya
yang membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.
2. Pengetahuan
Semangat gotong royong juga dapat diperkuat dalam kehidupan masyarakat sipil dan
politik dengan terus menerus mengembangkan Pendidikan kewarganegaraan dan
multikulturalisme yang dapat membangun rasa keadilan dan kebersamaan dilandasi dengan
prinsip prinsip kehidupan public yang lebih partisipatif dan non diskriminatif. Ada dua
tujuan nasionalsime yang mau disasar dari semangat gotong royong, yaitu kedalam dan
keluar.
Dengan demikian, model pendidikan pluralitas dan multikultur tidak sekadar
menanamkan nilai-nilai keberagaman budaya, namun juga memperkuat nilai-nilai bersama
yang dapat dijadikan dasar dan pandangan hidup bersama.
3. Kelola dan Etika dalam Organisasi
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan hak-haknya sebagai
dampak globalisasi yang ditandai revolusi dibidang telekomunikasi, teknologi informasi,
transportasi telah mendorong munculnya tuntutan gencar yang dilakukan masyarakat kepada
pejabat publik untuk segera merealisasikan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang
baik. Pola-pola lama dalam penyelenggaraan pemerintahan sudah tidak sesuai lagi dengan
tatanan masyarakat yang telah berubah.
4. Peran ASN
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan
tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan
dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan
separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi
persatuan bangsa. a). Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan b). Memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas c). Netral dalam artian tidak memihak
kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada.
E. LOYAL
1. Konsep Loyal
a. Pengertian Loyal dan Loyalitas
Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Loyalitas adalah suatu
manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, mendukung, merasa
aman, membangun keterikatan, dan menciptakan keterikatan emosional.
Beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur
loyalitas pegawainya, antara lain:
a) Taat pada Peraturan
b) Bekerja dengan Integritas
c) Tanggung Jawab pada Organisasi
d) Kemauan untuk Bekerja Sama
e) Rasa Memiliki yang Tinggi
f) Hubungan Antar Pribadi
g) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i) Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
b. Loyal dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
c. Membangun Perilaku
Loyal 1.) Dalam Kontek
Umum
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a) Membangun rasa kecintaaan, kesetiaan setia dan loyal terhadap organisasinya.
b) Meningkatkan kesejahteraan
c) Memenuhi kebutuhan rohani
d) Melakukan evaluasi.
2.) Memantapkan Wawasan Kebangsaan
3.) Meningkatkan Nasionalisme
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa :
a) menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
b) menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
c) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri;
d) mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa;
e) menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; dan
f) mengembangkan sikap tenggang rasa.
2. Panduan Perilaku Loyal
a. Panduan Perilaku
1) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah.
2) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara .
3) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
b. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
c. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
d. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
e. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
Aktualisasi nilai-nilai pada setiap sila-sila dalam Pancasila dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Sila Ke-1 (Nilai-Nilai Ketuhanan)
b) Sila Ke-2 (Nilai-Nilai Kemanusiaan)
c) Sila Ke-3 (Nilai-Nilai Persatuan)
d) Sila Ke-4 (Nilai-Nilai Permusyawaratan)
e) Sila Ke-5 (Nilai-Nilai Keadilan Sosial)
F. ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapl
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan din Sejatinya tanpa
beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah
pada akhirnya olen perubahan lingkungan.
Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan organisasi
dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu menghadapi
permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik
adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.
G. KOLABORATIF
1. Definisi Kolaboratif
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi sampai evaluasi.
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat
dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang
2) merencanakan aksi kolaborasi
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
2. Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang
memiliki collaborative culture indikatornya salahsatunya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi.
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan
upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka.
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
3. Aspek NORMATIF Kolaboratif Pemerintahan
Terkait kerja sama daerah, berdasarkan ketentuan Pasal 363 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling
menguntungkan.
Sebagai pemimpin kolaboratif yaitu: semangat entrepreneur, membangun tata
Kelola berjejaring dan bersifat transformasional. Kepemimpinan dan tata kelola
kolaboratif ini ternyata mampu menjadi ekosistem pemerintahan untuk mengurangi angka
kemiskinan di kedua daerah yang diteliti secara signifikan. Praktik baik kepemimpinan
kolaboratif ini memiliki potensi untuk dibentuk, diperluas dan dilaksanakan di
pemerintahan daerah lainnya
MATERI AGENDA III
1. SMART ASN
2. MANAJEMEN ASN
A. SMART ASN
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif .
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media
digital saja, namun juga budaya menggunakan digital , etis menggunakan media digital , dan
aman menggunakan media digital .
International Telecommunication Union
a. Pada tahun 2017, peringkat ICT Development Index Indonesia berada di posisi 7 dari 11
negara di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Indonesia mencatat kenaikan skor yang
cukup tinggi dalam waktu 1 tahun.
b. Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena data kurang memadai.
Institute of International Management Development
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital
culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan
sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital
a. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari media konvensional ke media digital.
b. Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak
terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari
belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi.
c. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi.
Aman Bermedia Digital
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal
dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara individual, terdapat tiga
area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital.
a. Memahami berbagai konsep dan mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital.
b. Empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan digital.
c. Afektif tentang perlindungan perangkat digital.
Budaya Bermedia Digital
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal
dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara individual, terdapat tiga
area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital.
a. Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs daring,
perangkat seluler, dan lain sebagainya.
b. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas
satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi dari keduanya.
c. Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi.
Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari perkembangan
teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang memiliki kaitan dengan
berbagai aspek . Oktober 2020, aplikasi pesan terbesar masih dikuasai oleh WhatsApp.
Empat Dimensi Persiapan
Akses terhadap internet. Aplikasi percakapan dan media sosial bagaimanapun adalah
platform digital yang membutuhkan internet agar bisa beroperasi.
Syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi.
Membuat dan/atau membuka akun. Mendaftarkan akun membutuhkan data-data
pribadi, misalnya nama lengkap, nomor telepon, surel, dan lainnya. Proses inilah yang harus
diwaspadai, terutama bila data-data pribadi tersebut terhubung dengan data bank maupun
dompet digital.
Etika merupakan sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya K.Bertens. Etiket yang
didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam
masyarakat .
Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian. Hal lain yang membedakan etika dan
etiket ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak
tertulis .
B. MANAJEMEN ASN
Aparatur sipil negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat
secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Berbagai tantangan yang dihadapi
oleh aparatur sipil negara dalam mencapai tujuan tersebut semakin banyak dan berat, baik
berasal dari luar maupun dalam negeri yang menuntut aparatur sipil negara untuk
meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Birokrasi kita masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang ditandai dengan
masih rendahnya kinerja pelayanan birokrasi dan masih tingginya angka korupsi di
Indonesia.Untuk mewujudkan birokrasi yang profesional dalam menghadapi tantangan-
tantangan tersebut, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin profesional.
Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan
untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional, dan mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat, untuk itu
1. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap
belum sempura untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk dapat membangun
profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN harus jelas.
Konsep dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN Berdasarkan jenisnya, Pegawai
ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai
berikut:
a) Pelaksana kebijakan publik
b) Pelayan publik
c) Perekat dan pemersatu bangsa
Pegawai ASN bertugas :
a) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
b) Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
c) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN adalah :
PNS berhak memperoleh :
a) gaji, tunjangan, dan fasilitas.
b) cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua.
c) perlindungan, pengembangan kompetensi.
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
a) gaji dan tunjangan, cuti
b) perlindungan dan pengembangan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa:
a) jaminan kesehatan;
b) jaminan kecelakaan kerja;
c) jaminan kematian; dan
d) bantuan hukum.
4. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
a) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah.
b) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
c) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
d) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
e) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab.
f) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
g) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
h) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
a) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,dan berintegritas tinggi.
b) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
e) Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan.
f) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,
dan efisien.
h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
i) Memberikan informasi secara benar dan tidakmenyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
j) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
k) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
l) melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.
Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Konsep Sistem Merit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan
ASN. Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya objektivitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja).
Undang-undang ASN memandang bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah
aset yang harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut maka setiap ASN memiliki
kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing. Oleh
karenanya setiap ASN dimotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit
merupakan salah satu bentuk motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas
dirinya.
Pasal 93 Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.
Pelaksanaan sistem merit dalam beberapa komponen pengelolaan ASN
sebagaimana di atas khususnya dalam penyusunan dan penetapan kebutuhan
(perencanaan kebutuhan pegawai/planning), penilaian kinerja (monitoring dan
penilaian), pengembangan kompetensi, promosi, mutasi, penghargaan.
Mekanisme Pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktik
dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi
termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi,
pengembangan, penilaian dan penghargaan. UU No 5 tentang ASN secara detail
menyebutkan pengelolaan pegawai baik untuk PNS maupun PPPK seperti disebutkan
pada bagian Merit sistem.
Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK,
Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi.
Manajemen PNS
Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu : penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, jaminan pensiun dan jaminan hari tua dan perlindungan.
Manajemen PPPK, berupa : penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin,
pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan