Anda di halaman 1dari 13

JURNAL

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC)


PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA
(PPPK)

Oleh:

Nama : EFRI SASKI, S.Pd.


NIP : 198911022022211002
Jabatan : GURU TEKNIK KENDARAAN RINGAN
Unit Kerja : SMKN 1 TELUK KUANTAN

PEMERINTAH PROVINSI RIAU


TAHUN 2023
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. Wawasan kebangsaan dan nilai-nilai bernegara


1. Wawasan Kebangsaan
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi
cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan
menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan pengakuan atas
Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol atau lambang negara
yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup
menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan cenderung berkembang
menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya oleh bangsa lain yang cenderung
meningkat dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
2. Nilai-Nilai Bela Negara
Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang
dilandasi oleh semangat untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut
tidak selalu dengan mengangkat senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan
kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi RI. Sebagai aparatur Negara,
ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam pengabdian sehari-hari.
Bela negara dilakukan atas dasar kesadaran warga negara serta keyakinan pada
kekuatan sendiri yang ditubuh kembangkan melalui usaha Bela Negara
Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional
Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi.
Usaha BelaNegara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam
upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan
dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan
nasional.
3. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik
dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini
dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi
muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma
dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang
memberi kerangka dasar hukum sistem penyelengagaran negara pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek
ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut
UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945)
merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia. Atas dasar itu, penyelenggaraan negara harus
dilakukan untuk disesuaikan dengan arah dan kebijakan penyelenggaraan negara yang
berlandaskan Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan
UUD1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar
belakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar
dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat. Norma-norma
dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan
berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan UUD 1945 tersebut
yang terdiri dari empat (4) alinea.
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan
utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta
norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi
norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara
Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan
aspek sumber daya manusianya.
B. Analisis Isu Kotemporer
1. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. “perubahan itu mutlak dan kita akan jauh tertinggal jika
tidak segera menyadari dan berperan serta dalam perubahan tersebut”. Perubahan yang
diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja, namun lebih dari pada itu,
perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik untuk
memuliakan manusia atau humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).Hanya
manusia dengan martabat dan harkat hidup yang bisa melakukan perbuatan yang
bermanfaat dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur, serta mencegah dirinya melakukan
perbuatan tercela. Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS
perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundangundangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
2. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society),
dan Dunia (Global). Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa
semua bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut
akan menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan
global ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun
pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Oleh karena itu,
pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan strategis pada tataran makro
merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap globalisasi, demokrasi, desentralisasi, dan daya saing
Nasional.
Dalam konteks globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif
maupun negatifnya, perkembangan demokrasi yang akan memberikan pengaruh dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan politik Bangsa Indonesia, desentralisasi dan otonomi
daerah perlu dipahami sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan
negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata diseluruh pelosok Tanah Air,
sehingga pada akhirnya akan membentuk wawasan strategis bagaimana semua hal
tersebut bermuara pada tantangan penciptaan dan pembangunan daya saing nasional
demi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
lingkungan pergaulan dunia yang semakin terbuka, terhubung, serta tak berbatas.
3. Isu Stategis Kontemporer
Isu yang menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi yang
terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu,
kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba
merupakan salah satu isu lainnya yang mengancam kehidupan bangsa. Bentuk
kejahatan lain adalah kejahatan saiber (cyber crime) dan tindak pencucian uang (money
laundring). Bentuk kejahatan saat ini melibatkan peran teknologi yang memberi
peluang kepada pelaku kejahatan untuk beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi
identitasnya dan penyebarannya bersifat masif.
Perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh
yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan
berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika
sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan
pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis
kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme atau terorisme, money
laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech,
dan Hoax, dan lain sebagainya.
C. Kesiapsiagaan Bela Negara
1. Pengertian Kesiapsiagaan Bela Negara
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengankata kesiapsiagaan yang
berasal dari kata: Samapta, yangartinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga
dalamsegala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan
bahwa makna kesamptaan sama dengan makna kesiapsiagaan.Selanjutnya menurut
Sujarwo (2011:4) Samapta yang artinyasiap siaga.Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwakesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang
dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial
dalam menghadapi situasi kerja yang beragam.
2. Kesiapsiagan Bela Negara Dalam Latsar PPPK
Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalahkesiapsiagan CPNS atau
CPPPK dalam berbagaibentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan
aktvitasbaik fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuandari Bela Negara
dalam mengisi dan menjutkan cita-citakemerdekaan.Adapun berbagai bentuk
kesiapsiagaan dimaksud adalahkemampuan setiap CPNS untuk memahami dan
melaksanakankegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalampelaksanaan kegiatan
keprotokolan yang di dalamya meliputipengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk
kemampuanbaris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatanapel), tata
tempat, dan tata penghormatan yang berlaku diIndonesia sesuai peraturan perundangan-
undangan yangberlaku.
3. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
Apabila kegiatan kesiapsiagaan belanegara dilakukan
dengan baik, maka dapat diambil manfaatnya antara lain:
a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain;
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan;
c. Membentuk mental dan fisik yang tangguh;
d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri;
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building;
f. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu;
g. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama;
h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan;
i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin;
j. Membentukperilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian
antar sesama.
AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR ASN
A. Berorientasi Pelayanan
Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer
sudah dapat terpenuhi,melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu
layanan yang diberikan dapat melebihi harapancustomer. Layanan hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baikdari hari ini(doing
something better and better).” Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai
yangterdapatdalamCore ValuesASN BerAKHLAK yangdimaknaibahwa setiapASN
harusberkomitmenmemberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul
ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimanapun dua nperilaku Berorientasi
Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN diinstansi
tempatnya bertugas,yangterdiri dari:
1. Memahamidanmemenuhikebutuhanmasyarakat;
2. Ramah,cekatan,solutifdandapatdiandalkan;dan
3. Melakukanperbaikantiadahenti.
Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warganegaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Sebagai klien masyarakat,birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat.
B. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorangmendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu
yang sangat penting, tetapi tidak mengetahuibagaimana cara mencapainya. Dalam banyak
hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang atau
organisasi yang memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi;
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang miliknegara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
3. KemampuanmenggunakanKewenanganjabatannyadengan berintegritas tinggi;
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik
bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi,
Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan
Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.
C. Kompeten
1. Pengembangan Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38
Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
a. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,keterampilan, dan sikap atau
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik
berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
b. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau
perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin
danatau mengelola unit organisasi; dan
c. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama,
suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan. Pendekatan
pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk
kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai,
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) jam pelajaran bagi ASN dan maksimal
24 jam pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan
dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan
pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
2. Perilaku Kompeten
a. Berkinerja yang BerAkhlak:
 Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja;
 Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik;
 Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku
BerAkhlak.
b. Meningkatkan kompetensi diri:
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah keniscayaan;
 Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut
juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet;
 Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network;
 Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar atau konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN
bekerja atau tempat lain;
 Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur
diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar
organisasi.
c. Membantu Orang Lain Belajar:
 Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk
morning tea atau coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
 Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
 Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumenkerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya kedalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan
dan diambil (Knowledge Repositories).
 Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Accessand Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya atau pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksi pengalaman (lessons learned).
d. Melakukan kerja terbaik:
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi,
baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang
melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan
apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
D. Harmonis
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja
dengan sesama kolega danpihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih
luas. Semoga kita semua dapat menerapkan danmeciptakan keharmonisan tersebut
bersama kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan publik, dankehidupan
bermasyarakat.
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi
sebuah tantangan bahkanancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah
menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan
kedaerah yang amat sempit yang sewaktu biasa menjadi ledakan yang akan mengancam
integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disa dari
pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan
dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ikamerupakan perwujudan kesadaran
persatuan berbangsa tersebut. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain
dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat.Adapun Kode Etik Profesi dimaksud kanuntuk mengatur tingkah laku atau
etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuantertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu. Oleh karena itu,
denganditerapkannya kodeetik AparaturSipilNegara,perilakupejabatpublikharusberubah:
1. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
2. Kedua, berubah dari wewenang menjadi peranan;
3. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah;
E. Loyal
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah atau janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN sebagaimana
ketentuan perundang-undangangan yangb erlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN
untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentu kandalam peraturan
perundangu-ndangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2021 tentang DisiplinA SN.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran
bagaimanapan dua perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh
setiap ASN diinstansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesamaASN, pimpinan instansi dan negara;serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
F. Adaptif
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan
sumberdaya manusia yang berkualitas. Disektor publik, budaya adaptif dalam
pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan
kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga
pemerintahan antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;
2. Mendorong jiwa kewirausahaan;
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan
individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuh kembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Didalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan
untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal,seperti diantaranya
tujuan organisasi.
G. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting ditengah tantang global yang dihadapi saat
ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020)
mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi disemua
kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta
mobilitas dan fleksibilitas. Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada
pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai
tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh
aktor, pemerintah dan sebaliknya. Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG
tidak hanyamerupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi
juga penekanan pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua
pengertian diatas, dapat diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan
dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama,dan mencakup
keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.
Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga sering disamakan atau minimal
disandingkan dengan konsep policyintegration, policycoherence, cross-cuttingpolicy-
making, joined-upgovernment, concerned decision making, policy coordination atau cross
government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep tersebut,
terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal
maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar
sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan
yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan
(whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan
pada pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga
penyatuan yangterjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang
relevan.
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan atau Pejabat
Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan disuatu instansi
pemerintahan yang membutuhkan.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PPPK UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA
SMART GOVERNANCE SEUSAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
A. SMART ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas
dan aplikasi yang tersediapada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan
solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat
Indonesia hingga tahun 2020 tercatatt inggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini
melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit
setiap harinya. Bahkan menuruthasil survei Asosiasi Penyelenggara JasaI nternet
Indonesia (APJII) tahun2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat
Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar
dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi
Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk
salingmelindungi hak digital setiap warga negara. Guna mendukung percepatan
transformasi digital, ada 5 langkahyang harusdijalankan,yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital;
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital disektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuansosial, sektor pendidikan, sektorkesehatan,
perdagangan, sektor industri,sektor penyiaran;
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan;
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital;
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya;
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana
menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi
digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentangsumber informasi itu,
kepentingan produsennya, dan cara-cara dimana ia mewakili dunia dan memahami
bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengankekuatan sosial, politik dan ekonomi
yang lebih luas.Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa
rata-rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey harus diperkuat.
Penguatanliterasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait
percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan
kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
1. Kecakapan digital,
2. Budaya digital,
3. Btika digital, dan
4. Keamanan digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis
dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga
Negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputihak dan kewajiban) untuk
melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan,
yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di
Indonesia. Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang multicultural dan plural dalam
banyak aspek. Pemahaman multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya
pendidikan sejak dini. Apalagi, kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para
digitalnative (warga digital) yang lebih banyak ‘belajar’ dari media digital. Meningkatkan
kemampuan membangun mindfulnesscommunication tanpa stereotip dan pandangan
negative adalah juga persoalan meningkatkan kemampuan literasi media dalam konteks
budaya digital.
B. Manajemen ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen
PNS meliputi penyusunandan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua,dan
perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian
kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan
pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara,
lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif
dikalangan PNS dengan Manajemen ASN memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan danlatihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama
2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak
lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama
dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.
Jabatan Pimpinan Tinggihanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Pegawai ASN
berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN RepublikIndonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik
profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan
keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah Sengketa
Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administratif.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etikaprofesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumberdaya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya,
Pegawai ASN terdiri atas:
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja(PPPK)
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik untuk menjalankan kedudukannya
tersebut,maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1. Pelaksana kebijakan publik
2. Pelayan publik
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik
dapatmeningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan hak nyamaka ASN juga berkewajiban
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode
etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UUASN
menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik
dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi danjangkauan penginformasian
kepada masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi.Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai
visi dan misinya.

Anda mungkin juga menyukai