Anda di halaman 1dari 50

JURNAL

MOOC PPPK
Massive Open Online Course
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja

DISUSUN OLEH

Nama : HENDRI PERMADI, S.Pd.


NIP : 198009142022211004
Gelombang :X
Angkatan : 189
NDH : 10
Jabatan : Ahli Pertama – Guru Seni Budaya
Unit Kerja : SMKN4 GARUT

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUPLIK INDONESIA


PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
MATERI KEBIJAKAN

MATERI I

Video Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara, Dr. Adi Suryanto, M.Si

Indonesia menyongsong Indonesia Emas 2045. Era revolusi industry 4.0


menuntut kita supaya cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Pondasi
penting mewujudkan Smart ASN melalui Latsar sebagai bekal menghadapi
tantangan dunia yang semakin kompleks. MOOC dapat dimanfaatkan untuk
belajar yang tidak terbatas pada interaksi fisik. Namun dapat dilakukan secara mandiri
dan dikembangkan dalam skema pembelajaran kolaboratif, aktualisasi dan penguatan
secara klasikal. MOOC diharapkan dapat menjadi learning platform bagi ASN
secara nasional untuk mencetak ASN yang unggul dan kompeten untuk
menuju birokrasi berkelas dunia dan menuju Indonesia Emas 2045.

M A T E R I II

Sambutan Deputi Bidang Kebijakan BANGKOM ASN LAN RI DR. Muhammad


Taufiq DEA Kebanggaan sebagai ASN karena dapat melayani Bangsa Indonesia. Penguasaan
Core Value bagi ASN dan employer yang dikenal dengan singkatan BerAKHKLAK :
1. Berorientasi Pelayanan
2. Akuntabel
3. Kompeten
4. Harmonis
5. Loyal
6. Adaptif
7. Kolaboratif
Kata kunci : Kempuan berinovasi

Penguasaan Core Value dan penguasaan literasi digital (SMART ASN) Selamat
belajar dan semangat mengembangkan diri supaya menjadi ASN yang unggul dan
mendukung daya saing bangsa

MATERI III

MANAJEMEN PENYELENGGARA PPPK


Sambutan Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan
Kompetensi ASN LAN RI, Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm.

Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan PPPK dituntut belajar mandiri pada materi


MOOC. Pembelajaran dibagi 3.
1. Sikap perilaku Bela Negara
2. Nilai-nilai rol value dalam penyelenggaraan pemerintah
3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintah.
AGENDA I

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

SEJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan


Indonesia terbangun dari serangkaian proses panjang yang didasarkan pada
kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta
mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945. Awal bangkitnya perjuangan
Bangsa Indonesia yaitu dengan terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta
tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia
(STOVIA) menggagas sebuah rapat kecil yang diinisiasi oleh Soetomo. Rapat
kecil tersebut sesungguhnya menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional
menuju Indonesia Merdeka. Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 dari
hasil Kongres Pemuda II dihasilkan kesepakatan berupa 3 kausal yang
menjadi dasar Sumpah Pemuda. Pergerakan-pergerakan sebagaI upaya bangsa
Indonesia mendapatan pengakuan kemerdekaan Negara Indonesia terus berlanjut
hingga pada puncaknya tanggal 17 Agustus 1945 diproklamasikan
kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta setelah
mendapatkan desakan dari PPKI dan para pemuda. Setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia perjuangan masih tetap dilakukan untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

WAWASAN KEBANGSAAN

Pengertian: cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola


kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera. Tujuan bagi
ASN: supaya para peserta memiliki cara pandang sebagai warga negara
yang berwawasan kebangsaan dan sebagai wujud dedikasi abdi negara.

EMPAT KONSESUS DASAR

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam


arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila
ini dipertegas dalam UU No. 12 Tahun2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya
setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Undang-Undang Dasar 1945

Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-
norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma
hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem penyelengagaran negara
pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup
aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
Bhinneka Tunggal Ika

Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan


BhinnaIka-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab
meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya
satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Apabila ditinjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan


Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945
belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik
Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu
PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus1945 telah melengkapi persyaratan
berdirinya 16 negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat
Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara.
Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan
tujuannya.

Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia


merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang
menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan manifestasi
kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam
keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaturan tentang bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia diatur di dalam bentuk UU
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

NILAI-NILAI BELA NEGARA

A. Umum
Agresi Militer II Belanda yang berhasil meguasai Ibukota Yogyakarta dan
menawan Soekarno Hatta tidak meluruhkan semangat perjuangan Bangsa
Indonesia. Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan baik
dengan hard power (peranggerilya) maupun soft power (Pemerintahan
darurat) di Kota Buktinggi. Yang menjadi sejarah Bela Negara, semua negara
dan bangsa memiliki ancamannya masing-masing, termasuk Indonesia sehingga
dibutuhkan kewaspadaan dini untuk mencegah potensi ancaman menjadi
ancaman. Dengan sikap dan perilaku yang didasarkan pada kesadaran bela negara
dan diaktualisasikan oleh ASN tujuan nasional dapat tercapai.

B. Sejarah Bela Negara


Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr.H. Susilo
Bambang Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela
Negara. Dengan pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari
bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal tersebut terbentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan
kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
bela Negara serta dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam
bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara
yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.

C. Ancaman
Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa, usaha dan kegiatan, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri dapat mengancam seluruh aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara baik aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun
aspek pertahanan dan keamanan.

D. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini sesungguhnya adalah kewaspadaan setiap warga negara
terhadap setiap potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal
dari segala potensi ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik sosial.
Peserta Latsar CPNS diharapkan mampu mewujudkan kepekaan, kesiagaan, dan
antisipasi dalam menghadapi berbagai potensi ancaman. Kewaspadaan dini
diimplementasikan dengan kesadaran temu dan lapor cepat (Tepat Lapat) yang
mengandung unsur 5W+1H (When,What, Why, Who, Where dan How) kepada
aparat yang berwenang. Setiap potensi ancaman di tengah masyarakat dapat
segera diantisipasi segera apabila warga Negara memiliki kepedulian terhadap
lingkungannya, memiliki kepekaan terhadap fenomena atau gejala yang
mencurigakan dan memiliki kesiagaan terhadap berbagai potensi ancaman.

E. Pengertian Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
ancaman.

F. Nilai Dasar Bela Negara


Nilai Dasar Bela Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019
tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara
Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
1. cinta tanah air;
2. sadar berbangsa dan bernegara;
3. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
4. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. kemampuan awal Bela Negara.

Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan


Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau
pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku
serta menanamkan nilai dasar Bela Negara.
Indikator Nilai Dasar Bela Negara
Indikator cinta tanah air.
Indikator sadar berbangsa dan bernegara.

Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN


Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia
Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara
dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang
diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan
dan kepentingan nasional, dengan sikap dan perilaku meliputi :
1. Cinta tanah air bagi ASN
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN
5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bentuk Negara kesatuan yang disepakati oleh para pendiri bangsa dan
kemudian ditetapkan berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
juga memiliki makna pentingnya kesatuan dalam sistem penyelenggaraan Negara.
Perspektif sejarah Negara Indonesia mengantrakan pada pemahaman betapa
pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa yang didasarkan pada prinsip-prinsip
persatuan dan kesatuan bangsa dan nasionalisme. Kebijakan publik dalam format
keputusan dan/atau tindakan administrasi pemerintahan (SANKRI) memiliki
landasan idiil yaitu Pancasila landasan konstitusionil , UUD 1945 sebagai sistem
yang mewadahi peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun
2014 tentang aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang No.27 yang berlaku secara efektif mulai tanggal 8 Agustus
1942. Menurut Undang– Undang ini maka tata pemerintahan daerah pada jaman
tersebut yang berlaku di tanah Jawa dan Madura, kecuali Kooti (Swapraja),
susunan pemerintah daerahnya terbagi atas Syuu (Karesidenan), Si (Kota), Ken
(Kabupaten), Gun (Kawedanan), Sen (Kecamatan) dan Ku (Desa). Aturan-aturan
tentang tata pemerintahan daerah terdahulu tidak berlaku lagi, kecuali aturan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta aturan yang berlaku buat Kooti.
Kemudian dalam Undang-Undang No.28 tanggal 11 Agustus 1942 diberikan
aturan mengenai pemerintahan Syuu dan Tokubotu-Si. Sedangkan mengenai
ketentuan tentang Kooti disebutkan pada bagian penjelasan kedua Undang-
Undang tersebut yang menerangkan tentang kedudukan Kooti Surakarta dan
Yogyakarta yang dianggap mempunyai keadaan istimewa, akan ditetapkan aturan
tata pemerintahan yang bersifat istimewa juga.
Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 Oktober 1945, yang
meningkatkan maka kedudukan Komite Nasional menjadi badan legislatif yang
berkedudukan sejajar dengan DPR. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November
1945 tersebut, telah membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan
negara. Perubahan tersebut adalah perubahan Kabinet Presidensiil menjadi
Kabinet Parlementer, yang berarti Menteri-menteri tidak bertanggungjawab kepada
Presiden melainkan kepada parlemen.
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag antara Pemerintah Belanda
dengan pemerintah Indonesia pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949. Hasil
KMB tersebut adalah bahwa Kerajaan Belanda harus memulihkan kedaulatan atas
wilayah Indonesia kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS),
sedangkan kekuasaan pemerintahan akan diserahkan pada tanggal 27 Desember
1949 di Jakarta. Pada saat itulah negara Indonesia berubah menjadi negara federal
yangterdiri dari 16 negara bagian. Dengan demikian, menurut Ismail Sunny
(1977) sejak saat itu, Negara Indonesia resmi berubah dari negara kesatuan
menjadi negara serikat dengan konstitusi RIS (KRIS) 1949 sebagai Undang-
Undang Dasar.
Pada tanggal 19 Mei Tahun 1950 telah disepakati bersama untuk
mewujudkan kembali negara kesatuan dengan memberlakukan Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950. Dengan UU Federal No. 7 Tahun 1970,
ditetapkanlah UUDS 1950 berdasarkan pasal 190 KRIS 1950 untuk kemudian
menjadi UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mulai berlaku efektif
sejak tanggal 17 Agustus Tahun 1950. Dalam Undang-Undang Dasar tersebut,
tanpak bahwa pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara berada ditangan
rakyat.
Tanggal 5 Juli Tahun 1959 dikeluarkanlah Dekrit Presiden yang berisi
pemberlakuan kembali UUD 1945, membubarkan Konstituante dan tidak
memberlakukan UUDS 1950. pada masa UUDS 1950, administrasi negara tidak
dapat tumbuh dalam suatu wadah yang penyelenggaraan negaranya tidak
mengindahkan normanorma hukum dan asas-asas hukum yang hidup berdasarkan
falsafah hukum atau ideologi, yang berakar kepada faham demokrasi dan
berorientasi kepada penyelenggaraan kepentingan masyarakat.
Puncak kekacauan terjadi pada saat Partai Komunis Indonesia (PKI)
menjalankan dominasi peranannya di bidang pemerintahan yang diakhiri dengan
pengkhianatan total terhadap falsafah Pancasila dan UUD 1945 pada tanggal 30
September Tahun 1965. Kondisi ini memaksa Presiden RI saat itu yaitu Soekarno
untuk mengeluarkan “Surat Perintah 11 Maret” yang ditujukan kepada Letnan
Jenderal. Soeharto dengan wewenang sangat besar dalam usaha untuk
menyelamatkan negara menuju kestabilan pemerintahan.
Keinginan untuk pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen telah
dituangkan dalam bentuk yuridis dalam Pasal 2 Tap MPRS No. XX Tahun 1966
dengan Pancasila sebagai landasan atau sumber dari segala sumber hukum. Untuk
mewujudkan keinginan tersebut, telah ditetapkan beberapa ketentuan antara lain
tentang Pemilihan tetap satu, tak ada kebenaran yang mendua”. Frasa inilah yang
kemudian diadopsi sebagai semboyan yang tertera dalam lambing negara Garuda
Pancasila. Semangat kesatuan juga tercermin dari Sumpah Palapa Mahapatih
Gajahmada. Sumpah ini berbunyi: Sira Gajah Mahapatih Amangkubhumi tan
ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun
amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring
Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti
palapa". Terjemahan dari sumpah tersebut kurang lebih adalah: Beliau Gajah
Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika
telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika
mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Makna Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara

Dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Dalam kitab itu ada tulisan
berbunyi “BhinnekaTunggal Ika tan hana dharma mangrwa”, yang berarti
“berbeda- beda tetapi tetap satu, tak ada kebenaran yang mendua”. Frasa
inilah yang kemudian diadopsi sebagai semboyan yang tertera dalam lambing
negara Garuda Pancasila.
Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 adalah inisiatif original
dan sangat jenius yang ditunjukkan oleh kalangan pemuda pada masa itu.
Peristiwa inilah yang membentuk dan merupakan kesatuan psikologis atau
kejiwaan bangsa Indonesia.
Tanggal 18 Februari 1960 dalam Undang-Undang No. 4/Prp/1960 tentang
Perairan Indonesia. Konsep Wawasan Nusantara sendiri diakui dunia
internasional pada tahun 1978, khususnya pada Konferensi Hukum Laut di
Geneva. Dan puncaknya, pada 10 Desember 1982 konsep Wawasan Nusantara
diterima dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-
Bangsa, atau lebih dikenal dengan UNCLOS (United Nations Convention on the
Law of the Sea), yang kemudian dituangkan dalam Undang-Undang No. 17
Tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS Dengan penegasan batas kedaulatan
secara kewilayahan ini, maka ide kesatuan Indonesia semakin jelas dan nyata

B e n t u k Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun


1945

Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik”. Ini berarti bahwa Organisasi Pemerintahan Negara
Republik Indonesia bersifat unitaris, walaupun dalam penyelenggaraan
pemerintahan kemudian terdesentralisasikan.

Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang
senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang
mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi makna dan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa
gotong- royong, musyawarah dan lain sebagainya. Tahap-tahap pembinaan
persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut:
1. Perasaan senasib.
2. Kebangkitan Nasional
3. Sumpah Pemuda
4. Proklamasi Kemerdekaan

Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa


1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia
3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
4. Prinsip Wawasan Nusantara
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.

Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri
secara berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya,
nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman
pada masa Hitler.
Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara
sendiri dan menggap semua bangsa sama derajatnya
Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(“UU AP”) yang diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014, memuat perubahan
penting dalam penyelenggaran birokrasi pemerintahan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan;
2. Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi;
3. Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam
menjalankan tugasnya

LANDASAN IDIIL : PANCASILA


Rumusan nilai nilai dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI


1. Kedudukan UUD 1945
2. Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms)

Kerangka berdirinya suatu negara Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang


dapat dirinci dalam 4 (empat) hal :
1. Norma dasar berupa cita-cita luhur atau visi bangsa Indonesia
2. Norma dasar yang ditetapkan Undang Undang Dasar (UUD)
3. Norma dasar tentang Bentuk Negara yang demokratis
4. Norma dasar berupa Falsafah Negara Pancasila

Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai
berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PENUTUP

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia


merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang
menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan manifestasi
kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam
keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan adalah petunjuk tentang tingkah laku yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan. Sedangkan Peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga Negara atau pejabat yang
berwenang dan mempunyai kekuatan mengikat.
Kerukunan dalam kehidupan dapat mencakup 4 hal, yaitu: Kerukunan
dalam rumah tangga, kerukunan dalam beragama, kerukunan dalam mayarakat,
dan kerukunan dalam berbudaya. Indonesia yang sangat luas ini terdiri dari
berbagai macam suku, ras, dan agama serta sangat rawan akan terjadinya konflik
pertikaian jika seandainya saja setiap pribadi tidak mau saling bertoleransi.
AGENDA I
ANALISIS ISU KONTEMPORER

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk
menjalankan profesinya sebagai ASN dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar;
b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab
pada pelayanan publik; d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas; dan e) profesionalitas jabatan. Implementasi terhadap prinsip-prinsip
tersebut diwujudkan dengan meningkatan kepedulian dan partisipasi untuk
meningkatkan kapasitas organisasi dengan memberikan penguatan untuk
menemu-kenali perubahan lingkungan strategis secara komprehensif pada diri
setiap PNS.
Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu
memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publikyang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangundangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa


persyaratan berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan
sikap dan perilaku yang mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas,
mengakui dan memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan berbicara
berdasarkan data, menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta
menghargai integritas pribadi.
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam sikap
dan perilaku bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong,
menunjukkan respek dan membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak
dan tidak arogan, serta tidak bersikap diskriminatif atau melecehkan orang
lain.
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan
perilaku belajar terus menerus, semangat memberi kontribusi melebihi
harapan, dan selalu berjuang menjadi lebih baik.
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk
kesadaran diri, keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu
mengendalikan diri, menunjukkan kemampuan bekerja sama, memimpin,
dan mengambil keputusan, serta mampu mendengarkan dan memberi
informasi yang diperlukan.
5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai
profesinya sebagai PNS, menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku
buruk tehadap masyarakat yang dilayani maupun rekan kerja, berpakaian
sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung tinggi etika-moral PNS.

BAB II PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS

A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia.
B. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat
level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam
melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu,
keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
C. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep
modal manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap
bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk
pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
1. Modal Intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan
peluang dan mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan
SDMnya.
2. Modal Emosional
Kemampuan lainnya dalam menyikapi perubahan ditentukan oleh
kecerdasan emosional. Setiap PNS pasti bekerja dengan orang lain dan
untuk orang lain. Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan
menentukan kesuksesan PNS dalam melaksanakan tugas, kemampuan
dalam mengelola emosi tersebut disebut juga sebagai kecerdasan emosi
3. Modal Sosial
Sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka.
a. Kesadaran Sosial (Social Awareness) yaitu Kemampuan berempati
terhadap apa yang sedang dirasakan oleh orang lain, memberikan
pelayanan prima, mengembangkan kemampuan orang lain, memahami
keanekaragaman latar belakang sosial, agama dan budaya dan
memiliki kepekaan politik.
b. Kemampuan sosial (Social Skill) yaitu, kemampuan mempengaruhi
orang lain, kemampuan berkomunikasi dengan baik, kemampuan
mengelola konflik dalam kelompok, kemampuan membangun tim
kerja yang solid, dan kemampuan mengajak orang lain berubah.

4. Modal ketabahan (adversity)


Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997). Ketabahan
adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi. Berdasarkan
perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe
manusia: quitter, camper dan climber. 1. Quitter yakni orang yang bila
berhadapan dengan masalah memilih untuk melarikan diri dari masalah
dan tidak mau menghadapi tantangan guna menaklukkan masalah. Orang
seperti ini akan sangat tidak efektif dalam menghadapi tugas kehidupan
yang berisi tantangan. Dia juga tidak efektif sebagai pekerja sebuah
organisasi bila dia tidak kuat. 2. Camper adalah tipe yang berusaha tapi
tidak sepenuh hati. Bila dia menghadapi sesuatu tantangan dia berusaha
untuk mengatasinya, tapi dia tidak berusaha mengatasi persoalan. Camper
bukan tipe orang yang akan mengerahkan segala potensi yang dimilikinya
untuk menjawab tantangan yang dihadapinya. 3. Climber yang memiliki
stamina yang luar biasa di dalam menyelesaikan masalah. Tipe orang ini
adalah pantang menyerah, sesulit apapun situasi yang dihadapinya.
Climber adalah pekerja yang produktif bagi organisasi tempat dia 16
bekerja. Orang tipe ini memiliki visi dan cita-cita yang jelas dalam
kehidupannya. Kehidupan dijalaninya dengan sebuah tata nilai yang
mulia, bahwa berjalan harus sampai ke tujuan.

5. Modal etika/moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-
prinsip universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai,
tujuan, dan tindakan kita atau dengan kata lain adalah kemampuan
membedakan benar dan salah. Ada empat komponen modal moral/etika
yakni:
1. Integritas (integrity), yakni kemauan untuk mengintegrasikan nilai-nilai
universal di dalam berperilaku yang tidak bertentangan dengan kaidah
perilaku etis yang universal.
2. Bertanggung-jawab (responsibility) yakni orang-orang yang
bertanggung-jawab atas tindakannya dan memahami konsekuensi dari
tindakannya sejalan dengan prinsip etik yang universal.
3. Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan
merugikan orang lain
4. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang pemaaf. Orang yang memiliki
kecerdasan moral yang tinggi bukanlah tipe orang pendendam yang
membalas perilaku yang tidak menyenangkan dengan cara yang tidak
menyenangkan pula.

6. Modal Kesehatan (kekuatan)


Fisik/Jasmani Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung
manifestasi semua modal insani yang dibahas sebelumnya, Badan yang
tidak sehat akan membuat semua modal di atas tidak muncul dengan
maksimal. Oleh karena itu kesehatan adalah bagian dari modal manusia
agar dia bisa bekerja dan berpikir secara produktif. Tolok ukur kesehatan
adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik adalah; tenaga
(power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength), kecepatan
(speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koor dinasi
(coordination), dan keseimbangan (balance)
BAB III. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER

A. Korupsi
1. Sejarah Korupsi Dunia
Pasca perang dunia kedua, dimana terdapat fenomena mewabahnya
korupsi yang menandai periode pasca perang pada masa kemerdekaan
negara-negara Asia dari pemerintahan kolonial barat. Beberapa gejala
umum tumbuh suburnya korupsi disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Membengkaknya urusan pemerintahan sehingga membuka peluang
korupsi dalam skala yang lebih besar dan lebih tinggi;
b. Lahirnya generasi pemimpin yang rendah marabat moralnya dan
beberapa diantaranya bersikap masa bodoh;
c. terjadinya menipulasi serta intrik-intrik melalui politik, kekuatan
keuangan dan kepentingan bisnis asing

2. Sejarah Korupsi Indonesia


Penjelasan korupsi di Indonesia dibagi dalam dua fase, yaitu: fase pra
kemerdekaan (zaman kerajaan dan penjajahan) dan fase kemerdekaan
(zaman orde lama, orde baru, dan orde reformasi hingga saat ini) yang
diuraikan sebagai berikut:
a. zaman kerajaan,
b. zaman penjajahan
c. zaman modern

3. Memahami Korupsi Secara etimologis


Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea:
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Kata
“corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih
tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/ korruptie”
(Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan,
keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan yang
buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang
Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:
Faktor Individu
1. Sifat tamak,
2. Moral yang lemah menghadapi godaan,
3. Gaya hidup konsumtif,
Faktor Lingkungan
1) Faktor Lingkungan Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan
lingkungan. Lingkungan kerja yang korup akan memarjinalkan orang yang
baik, ketahanan mental dan harga diri adalah aspek yang menjadi
pertaruhan. Faktor lingkungan pemicu perilaku korup yang disebabkan
oleh faktor di luar diri pelaku, yaitu:
A. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi diantaranya:
a. Masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya
dibarengi dengan sikap tidak kritis dari mana kekayaan itu didapatkan.
b. Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi. Anggapan
umum, korban korupsi adalah kerugian negara. Padahal bila negara
merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga, karena proses
anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan
korupsi.
c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap
perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Bahkan seringkali
masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari
dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas dengan peran aktif masyarakat. Pada umumnya berpandangan
bahwa masalah korupsi adalah tanggung jawab pemerintah semata.
e. Aspek ekonomi, dimana pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam
rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak
dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang
untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial
budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat. Negara yang sangat kaya, banyak
sumber kekayaan alamnya, namun jika penguasanya korup dimana sumber
kekayaan yang dijual kepada pihak asing, harga-harga barang pokok semakin
membumbung tinggi bahkan terkadang langka diperedaran atau di pasaran karena
ditimbun dan dimonopoli. Akibatnya banyaknya terjadi kemiskinan dan kematian
di sana-sini. Contoh lain adanya bantuan-bantuan yang diselewengkan, dicuri
oleh orang-orang korup sehingga tidak sampai kepada sasarannya. Ini sangat
memprihatinkan sehingga masyarakat semakin sinis terhadap ketidakpedulian
pemerintah, yang akhirnya membawa efek yang sangat luas kepada sendi-sendi
kehidupan hingga munculnya ketidak percayaan kepada pemerintah.

Membangun Sikap Antikorupsi


1) Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-orang di
lingkungan sekitar untuk bersikap jujur, menghindari perilaku korupsi,
contoh: tidak membayar uang lebih ketika mengurus dokumen
administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak membeli SIM, dsb.
2) Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak atau
melanggar hak orang lain dari hal-hal yang kecil, contoh: tertib lalu lintas,
kebiasaan mengantri, tidak buang sampah sembarangan, dsb.
3) Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan bisnis
maupun hubungan bertetangga;
4) Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan
korupsi contoh: diperas oleh petugas, menerima pemberian/hadiah dari
orang yang tidak dikenal atau diduga memiliki konflik kepentingan, dsb

B. Narkoba
a. Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
Pengertian Di kalangan masyarakat luas atau secara umum dikenal istilah
Narkoba atau Napza, dimana keduanya istilah tersebut mempunyai
kandungan makna yang sama. Kedua istilah tersebut sama-sama digunakan
dalam dunia obat-obatan atau untuk menyebutkan suatu hal yang bersifat
adiktif, yaitu dapat mengakibatkan ketergantungan (addiction) apabila
disalahgunakan atau penggunaannya tidak sesuai dosis yang dianjurkan
oleh dokter.
b. Tindak Pidana Narkoba
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 Tentang Narkotika atau UN
Single Convention on Narcotic Drugs 1961 dan diamandemen dengan
protocol 1972. Menghadapi permasalahan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika yang cenderung terus meningkat dan belum ada payung
hukum sebagai dasar pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
c. Membangun Kesadaran Anti Narkoba
Situasi dan kondisi yang terus berkembang, global, regional, dan nasional
yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika, psikotropika, dan prekursor narkotika merupakan masalah besar
yang dihadapi seluruh bangsa di dunia, terutama negara miskin. Masing-
masing negara telah berusaha menjawab Ancaman, Gangguan, Hambatan,
dan Tantangan tersebut dengan berbagai pendekatan, metode, dan cara
sesuai dengan situasi dan kondisi serta sitem dan cara pemerintah

C. Terorisme dan Radikalisme


1. Terorisme
Umum Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era
global saat ini. Dalam merespon perkembangan terorisme di 65 berbagai negara,
secara internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi
60/288 tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi
empat pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu: 1) pencegahan kondisi
kondusif penyebaran terorisme; 2) langkah pencegahan dan memerangi
terorisme; 3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan 4) penegakan hak
asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai dasar
pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB juga telah menyusun High-Level Panel
on Threats, Challenges, and Change yang menempatkan terorisme sebagai salah
satu dari enam kejahatan yang penanggulangannya memerlukan paradigma baru.
Di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana
Terorisme Bab III Pasal 6 tertulis: “Setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang
bersifat missal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan
harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau
fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun.”

2. Radikal dan Radikalisme


Umum Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a
concerted attempt to change the status quo (David Jarry, 1991). Pengertian ini
mengidentikan term radikal dengan nuansa yang politis, yaitu kehendak untuk
mengubah kekuasaan. Istilah ini mengandung varian pengertian, bergantung
pada perspektif keilmuan yang menggunakannya. Dalam studi filsafat, istilah
radikal berarti “berpikir secara mendalam hingga ke akar persoalan”. Istilah
radikal juga acap kali disinonimkan dengan istilah fundamental, ekstrem, dan
militan. Istilah ini berkonotasi ketidaksesuaian dengan kelaziman yang berlaku.

a. Perkembangan Radikalisme
1. Analisis Regional dan Internasional Transformasi gerakan terorisme dulu
diyakini bergeser dari sifatnya yang internasional, ke kawasan (regional)
dan akhirnya menyempit ke tingkat nasional, bahkan lebih lokal di suatu
negara. Organisasi Al-Qaeda yang bersifat internasional, misalnya,
mendapat sambutan hangat dari kalangan garis keras di Asia Tenggara
yang kemudian memunculkan Jamaah Islamiyah Asia Tenggara. Tidak
lama berselang, Jamaah Islamiyah juga mendapat sambutan dari
berbagai kelompok di negara-negara Asia Tenggara. Bahkan, dalam
beberapa kasus, aktivitas terorisme sudah bergerak sendiri-sendiri
dengan memanfaatkan sel-sel jaringan yang sangat kecil dan tidak lagi
berhubungan secara struktural. Semuanya bergerak sendiri-sendiri dan
melakukan aktivitas terorisme di tempat masing- masing. Model
pergeseran ini masih dapat dipahami ketika melihat kasus terorisme di
Amerika Serikat (Twin Tower), atau Indonesia (Bom Bali atau Ritz
Carlton).
2. Analisis Nasional Aksi terorisme merupakan sebuah fenomena global
yang termasuk ke dalam kategori kejahatan luar biasa (extraordinary
crime). Data yang diperoleh dari “US State Department Country Report
on Terrorism 2011” menyebutkan bahwa dalam kurun 2011 telah
terjadi sejumlah 10.000 aksi serangan teror di 70 negara yang
mengakibatkan 12.500 korban meninggal dunia. Aksi teror ini
dilakukan oleh berbagai macam pelaku (baik kelompok maupun
individu) yang beroperasi di Timur Tengah, Afrika, Amerika Utara,
Amerika Selatan, Eropa, Asia Selatan, dan Asia Tenggara termasuk
Indonesia.
Ragam Radikalisme Radikalisme memiliki berbagai keragaman, antara
lain: 1. Radikal Gagasan: Kelompok ini memiliki gagasan radikal, namun
tidak ingin menggunakan kekerasan. Kelompok ini masih mengakui Negara
Kesatuan Republik Indonesia. 2. Radikal Milisi: Kelompok yang terbentuk
dalam bentuk milisi yang terlibat dalam konflik komunal. Mereka masih
mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Radikal Separatis:
Kelompok yang mengusung misi-misi separatisme/ pemberontakan. Mereka
melakukan konfrontasi dengan pemerintah. 4. Radikal Premanisme:
Kelompok ini berupaya melakukan kekerasan untuk melawan kemaksiatan
yang terjadi di lingkungan mereka. Namun demikian mereka mengakui
Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Lainnya: Kelompok yang
menyuarakan kepentingan kelompok politik, sosial, budaya, ekonomi, dan
lain sebagainya. 6. Radikal Terorisme: Kelompok ini mengusung cara-cara
kekerasan dan menimbulkan rasa takut yang luas. Mereka tidak mengakui
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ingin mengganti ideologi negara
yang sah dengan ideologi yang mereka usung.

b. Membangun Kesadaran Antiterorisme Pencegahan


Unsur utama yang bisa melakukan pencegahan aksi teror adalah
intelijen. Penguatan intelijen diperlukan untuk melakukan pencegahan lebih
baik. Sistem deteksi dini dan peringatan dini atas aksi teror perlu dilakukan
sehingga pencegahan lebih optimal dilakukan. Pakar intelijen, Soleman B
Ponto, menyebutkan bahwa unsur pembentuk teror ada sembilan. Mantan
Kepala BAIS ini menyebutkan bahwa sembilan unsur tersebut adalah
pemimpin, tempat latihan, jaringan, dukungan logistik, dukungan keuangan,
pelatihan, komando dan pengendalian, rekrutmen, serta daya pemersatu.
Teror akan terjadi jika sembilan unsur tersebut bertindak.
Intelijen, Aparat intelijen yang dikoordinasikan oleh Badan Intelijen
Negara (Keppres No. 6 Tahun 2003), yang telah melakukan kegiatan dan
koordinasi intelijen dan bahkan telah membentuk Joint Analysist Terrorist
(JAT) upaya untuk mengungkap jaringan teroris di Indonesia.
TNI dan POLRI, Telah meningkatkan kinerja satuan anti terornya.
Namun upaya penangkapan terhadap mereka yang diduga sebagai jaringan
terorisme di Indonesia sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku masih
mendapat reaksi kontroversial dari sebagian kelompok masyarakat dan
diwarnai berbagai komentar
Pemulihan
Struktur organisasi BNPT yang relevan untuk membangun kesadaran
antiterorisme adalah Direktorat Deradikalisasi di bawah kedeputian I Bidang
Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi.

D. Money Laundring
1. Pengertian
Pencucian Uang Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa
Indonesia adalah aktivitas pencucian uang. Terjemahan tersebut 117 tidak bisa
dipahami secara sederhana (arti perkata) karena akan menimbulkan perbedaan
cara pandang dengan arti yang populer, bukan berarti uang tersebut dicuci karena
kotor seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor. Oleh karena itu,
perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya money laundering dalam
perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan. pencucian uang adalah suatu
perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari hasil tindak
pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari
aktivitas yang sah.
2. Sejarah Pencucian Uang
Sejak tahun 1980-an praktik pencucian uang sebagai suatu tindak kejahatan
telah menjadi pusat perhatian dunia barat, seperti negara- negara maju yang
tergabung dalam G-8, terutama dalam konteks kejahatan peredaran obat-obat
terlarang (narkotika dan psikotropika). Perhatian yang cukup besar ini muncul
karena besarnya hasil atau keuntungan yang dapat diperoleh dari kejahatan
terorganisir dari penjualan obat-obat terlarang tersebut.
3. Pencucian Uang Sebelum dan Sesudah Abad ke-20
Kebanyakan orang berpendapat bahwa pembajak laut atau perompak dalam
menyembunyikan harta kekayaan harta hasil kejahatan biasanya dengan cara
menggali tanah dan mengubur harta kekayaan hasil rampokannya di suatu tempat
yang aman. Memang mengubur harta karun bukanlah rencana yang buruk untuk
beberapa alasan, setidaknya tidak seorang pun --bahkan kapten pembajak
sekalipun dapat mengetahui harta kekayaan dimana hasil rampokan itu
dikuburkan.
Dalam rangka merespon berbagai hal di atas, tujuh tahun kemudian UU No. 8
Tahun 2010 disahkan pada tanggal 22 Oktober 2010 oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai upaya menjawab beberapa tantangan yang
dihadapi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang yang
dilakukan sejak 2003. Adapun materi UU tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP- TPPU) tersebut terdiri
atas beberapa hal yang sangat substansial sebagai berikut:
1. Redefinisi pengertian/istilah dalam konteks tindak pidana pencucian uang,
antara lain definisi pencucian uang, transaksi keuangan yang mencurigakan,
dan transaksi keuangan tunai;
2. Penyempurnaan rumusan kriminalisasi TPPU;
3. Pengaturan mengenai penjatuhan sanksi pidana dan sanksi administratif;
4. Perluasan pengertian yang dimaksudkan dengan pihak pelapor (reporting
parties) yang mencakup profesi dan penyedia barang/jasa (designated non-
financial business and professions/DNFBP);
5. Penetapan jenis dan bentuk pelaporan untuku profesi atau penyedia barang
dan jasa;
6. Penambahan jenis laporan PJK ke PPATK yakni International Fund Tran

E. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)


1. Pengantar Sejarah DeFleur & DeFleur (2016),
Membagi perkembangan komunikasi massa dalam lima tahapan revolusi
dengan penggunaan media komunikasi sebagai indikatornya, yaitu (1)
komunikasi massa pada awalnya zaman manusia masih menggunakan tanda,
isyarat sebagai alat komunikasinya, (2) pada saat digunakannya bahasa dan
percakapan sebagai alat komunikasi, (3) saat adanya tulisan sebagai alat
komunikasinya, (4) era media cetak sebagai alat komunikasi, dan (5) era
digunakannya media massa sebagai alat komunikasi bagi manusia.
Perkembangan tahapan ini menunjukkan bahwa media merupakan elemen
terpenting dalam sebuah bentuk komunikasi. Dalam perkembangannya media
massa adalah sarana yang menjadi tempat penyampaian hasil kerja aktivitas
jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan.

2. Bentuk Tindak Kejahatan dalam Komunikasi Massa


Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam
komunikasi massa. Hal ini karena komunikasi massa melibatkan manusia
sebagai pengguna, dan terutama publik luas sebagai pihak kemungkinan
terdampak. Beberapa tipe kejahatan yang Calhoun, Light, dan Keller (1995)
menjelaskan adanya empat tipe kejahatan yang terjadi di masyarakat, yaitu:
a. White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)
Kejahatan ini merujuk pada tindakan melawan hukum yang
dilakukan oleh kelompok orang dengan status sosial yang tinggi, termasuk
orang yang terpandang atau memiliki posisi tinggi dalam hal pekerjaannya.
Contohnya penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan, manipulasi
data keuangan sebuah perusahaan (korupsi), dan lain sebagainya.
b. Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)
Tipe kejahatan ini tidak menimbulkan penderitaan secara langsung
kepada korban sebagai akibat datindak pidana yang dilakukan. Namun
demikian tipe kejahatan ini tetap tergolong tindak kejahatan yang bersifat
melawan hukum. perjudian, mabuk-mabukan, dan hubungan seks yang
tidak sah tetapi dilakukan secara sukarela.
c. Organized Crime
(Kejahatan Terorganisir) Kejahatan ini dilakukan secara terorganisir
dan berkesinambungan dengan dukungan sumber daya dan menggunakan
berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan (biasanya lebih
ke materiil) dengan jalan menghindari hukum. Contohnya penyedia jasa
pelacuran, penadah barang curian, perdagangan anak dan perempuan untuk
komoditas seksual atau pekerjaan ilegal, dan lain sebagainya.
d. Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)
Kejahatan ini dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan
menaikkan keuntungan dan menekan kerugian. Tipe kejahatan korporasi
ini terbagi lagi menjadi empat, yaitu kejahatan terhadap konsumen,
kejahatan terhadap publik, kejahatan terhadap pemilik perusahaan, dan
kejahatan terhadap karyawan.

BAB IV TEKNIK ANALISIS ISU

A. Memahami Isu Kritikal


Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan mengenal
pengertian isu. Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang
diartikan sebagai masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
isu adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas
asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas desus.

B. Teknik-Teknik Analisis Isu


1. Teknik Tapisan Isu
Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan sebagai berikut:
a. Mind Mapping
Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan
menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk
membentuk kesan (DePorter, 2009: 153). Mind mapping merupakan
cara mencatat yang mengakomodir cara kerja otak secara natural.
b. Fishbone Diagram Mirip dengan mind mapping, pendekatan fishbone
diagram juga berupaya memahami persoalan dengan memetakan isu
berdasarkan cabang-cabang terkait
AGENDA I
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki
oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi
kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara
ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi
oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Rumusan nilai bela
negara :
1. Rasa Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia kepada Pancasila sebagai ideologi Negara
4. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Mempunyai kemampuan awal Bela Negara
6. Semangat ungtuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal
bela negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan
dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga
kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara
menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang
mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat. Dengan
demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela
negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani
maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai
kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap
warga negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan
negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-elemen pemaknaan yang
mencakup:
Rangkaian upaya-upaya bela negara; guna menghadapi segala macam
Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan; dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara, yang diselenggarakan secara
selaras, mantap, sistematis, terstruktur, terstandardisasi, dan massif;
dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha; di segenap
aspek kehidupan nasional; sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, serta
didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan
Makmur sebagai penggenap Nilai-Nilai Dasar Bela Negara, yang dilandasi
oleh keinsyafan akan anugerah kemerdekaan, dan; keharusan bersatu
dalam wadah Bangsa dan Negara Indonesia, serta; tekad untuk menentukan
nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri.
Kemampuan melakukan aktivitas jasmani dengan keluwesan dalam
menggerakkan bagiantubuh dan persendian d. Latihan, Bentuk Latihan, dan
Pengukuran Kesiapsiagaan Jasmani 1) Latihan Kesiapsiagaan Jasmani Latihan
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai proses memaksimalkan segala daya
untuk meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik melalui proses yang
sistematis, berulang, serta meningkat dimana dari hari ke hari terjadi penambahan
jumlah beban, waktu atau intensitasnya. Tujuannya latihan kesiapsiagaan jasmani
adalah untuk meningkatkan volume oksigen (VO2max) di dalam tubuh agar
dapat dimanfaatkan untuk merangsang kerja jantung dan paru-paru,sehingga kita
dapat bekerja lebih efektif dan efisien.
Setiap orang yang akan latihan kesiapsiagaan jasmani harus dapat
menyesuaikan dengan tingkat kesegaran yang dimilikinya dan harus berlatih di
zona yang cocok, aturannya adalah dengan menghitung denyut nadi maksimal.
rekuensi latihan erat kaitannya dengan intensitas dan lamanya latihan, hal ini
didasarkan atas beberapa penelitian yang dapat disimpulkan bahwa: 4x latihan
perminggu lebih baik dari 3x latihan, dan 5x latihan sama baik dengan 4x latihan.
Salah satu ukuran yang digunakan untuk mengukur kesiapsiagaan jasmani
diantaranya mengukur daya tahan jantung dan paru paru dengan protokol tes lari
12 menit, metode ini ditemukan dari hasil penelitiannya Kenneth cooper, seorang
flight surgeon yang disebut dengan metode cooper.
Salah satu rumus yang sering digunakan untuk mengukur berat badan
ideal, adalah rumus Brocca: BB Ideal = (TB-100) - 10% (TB-100) 61 Hasil
pengukuran yang ada dalam batas toleransi adalah hingga 10% dari berat badan
ideal, kelebihan hingga 10% dapat dikategorikan kegemukan, dan diatas 20%
adalah obesitas. Di bawah ini terdapat beberapa gejala yang umum bagi
seseorang yang terganggu kesiapsiagaan mentalnya, gejala tersebut dapat dilihat
dalam beberapa segi, antara lain pada segi:
1) Perasaan : Yaitu adanya perasaan terganggu, tidak tenteram, rasa gelisah, tidak
tentu yang digelisahkan, tapi tidak bisa pula mengatasinya (anxiety); rasa takut
yang tidak masuk akal atau tidak jelas yang ditakuti itu apa (phobi), rasa iri,
rasa sedih, sombong, suka bergantung kepada orang lain, tidak mau
bertanggung jawab, dan sebagainya. Sikap Perilaku : Pada umumnya sikap
perilaku yang ditunjukkan tidak wajar seperti kenakalan, keras kepala, suka
berdusta, menipu, menyeleweng, mencuri, menyiksa orang, menyakiti diri
sendiri, membunuh, dan merampok, yang menyebabkan orang lain menderita
dan teraniaya haknya
2) Kesehatan Jasmani: Kesehatan jasmani dapat terganggu bukan karena adanya
penyakit yang betulbetul mengenai jasmani itu, akan tetapi rasa sakinya dapat
ditimbulkan akibat jiwa yang tidak tenteram, penyakit yang seperti ini disebut
psychosomatic.
Di antara gejala pada penyakit ini yang sering terjadi adalah; sakit kepala,
lemas, letih, sesak nafas, pingsan, bahkan sampai sakit yang lebih berat seperti;
lumpuh sebagian anggota jasmani, kelu pada lidah saat bercerita, dan tidak bisa
melihat (buta), atau dengan kata lain penyakitjasmani yang tidak mempunyai sebab-
sebab fisik sama sekali. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi
dapat diartikan sebagai: (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut diwaktu
singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis, seperti kegembiraan,
kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif.
Sedangkan menurut Crow & Crow (Efendi dan Praja, 1985:81)
mengatakan, bahwa emosimerupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri
individu yang berfungsi atau berperan sebagai inner adjustment, atau penyesuaian
dari dalam terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan
individu tersebut. Apabila ditinjau dari psikologi analisa, maka emosi dapat
dijelaskan secara berbeda-beda, karena ada dua hal yang mendasari pengertian
emosi menurut psikologi analisa, yaitu: 1) Naluri kelamin “sexual instinct”, yang
oleh Freud disebut juga “libido”, yaitu merupakan motif utama dan fundamental
yang menjadi tenaga pendorong pada bayi-bayi baru lahir.2) Naluri terdapat pada
ego,ini adalah lawan dari libido, yang menganut prinsip kenyataan, karena
mengawasi dan menguasai libido dalam batasbatas yang dapat diterima oleh
lingkungan.
Menurut Devies dan rekan-rekannya, bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri dan orang lain, dan
menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir serta perilaku
seseorang.
Dalam rangka memanage hubungan sosial tersebut, seseorang harus
memiliki kemampuan sebagai inspirator, mempengaruhi orang lain, membangun
kapasitas, katalisator perubahan, kemampuan memanage konflik, dan mendorong
kerjasama yang baik dengan orang lain atau masyarakat.
Otak emosional dipengaruhi oleh amygdala, neokorteks, sistem limbik,
lobus prrefrontal dan hal-hal yang berada pada otak emosional, dan Faktor
Eksternal yakni faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau
mengubah sikap pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan,
secara kelompok, antara individu dipengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga
dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik
cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
Sedangkan menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional, yaitu: faktor psikologis, faktor pelatihan emosi dan faktor
pendidikan 1) Faktor psikologis Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri individu.
Kata ‘etika’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan seperti yang dikutip oleh Agoes dan Ardana (2009)
merumuskan sebagai berikut: a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk,
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); b. Kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak; c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.
Ada juga beberapa pengertian etika lainnya seperti yang dikutip oleh
(Agoes dan Ardana 2011), sebagai berikut: a. Menurut David P. Baron, etika
adalah suatu pendekatan sistematis dan penilaian moral yang didasarkan atas
penalaran, analisis, sistesis, dan reflektif; b. Menurut Lawrence, Weber, dan Post,
etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar dan salah.
Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak
dan berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental, bagaimana kita
berpikir dan bertindak terhadaporang lain dan bagaimana kita inginkan mereka
berpikir dan bertindak terhadap kita. Dengan demikian, etika dapat juga
disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan
kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma
kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang
berlaku dalam suatu golongan, kelompok, dan masyarakat serta pada institusi formal
maupun informal (Erawanto,2013) 2.
Dari sekian banyaknya istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan
kata etiket ini, maka dapat kita pahami bahwa etiket ini sebagai bentuk aturan
tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama, sopan santun, dan tata
cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan cara yang baik, patut,
dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan komunikasi, hubungan
baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan bagi seorang ASN yang profesional yaitu:
a) Berpenampilan yang rapi dan menarik (very good grooming) b) Postur tubuh yang
tepat (correct body posture) c) Kepercayaan diri yang positif (confidence) d)
Keterampilan komunikasi yang baik (communication skills) Sejalan dengan hal
tersebut, siapapun ASN, baik pria maupun wanita, maka kewajiban untuk
menunjukkan bentuk tubuh (posture) dan sikap tubuh (gesture) serta penampilan
terbaik dalam berpakaian sangat mutlak dan utama (the first dan foremost).
Dengan memiliki penampilan dan sikap tubuh yang baik dan tepat akan
mampu melahirkan dan menumbuhkan kepercayaan diri yang positif sehingga
mampu memacu dan mengembangkan diri untuk belajar dan menambah
kompetensi pribadi dalam segala hal sesuai dengan tuntutan tugas dan pekerjaan.
Adapun beberapa tata cara yang perlu diperhatikan adalah:
a) Sebaiknya duduk dengan tegak ditempat yang pantas, terutama pada acara
resmi;
b) Pada saat duduk, maka sebaiknya kita berdiri apabila ada orang yang lebih tua
atau patut dihormati mendatangi atau mengajak bicara;
c) Bagi Pria, sebaiknya duduk dengan postur tubuh yang tegak dan posisi kaki
tidak boleh terbuka lebih lebar daripada lebar bahu;
d) Bagi wanita, selain duduk dengan postur tubuh yang tegak, posisi kaki
ditekuk dengan kedua paha rapat tidak boleh terbuka lebar.
Selanjutnya, cara yang pantas memperkenalkan orang lain adalah:
a) Yang lebih muda kepada yang lebih tua;
b) Yang lebih rendah jabatanya kepada yang lebih tinggi jabatannya;
c) Pria diperkenalkan kepada wanita;
d) Berilah keterangan tentang orang yang anda perkenalkan.
Dalam berbicara maupun pada saat terlibat dalam percakapan, ada baiknya
untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Sikap tenang;
b) Kontak mata;
c) Jangan suka memotong pembicaraan;
d) Jangan cepat memberi pernyataan; salah, bukan begitu;
e) Jangan bertanya kepada seorang wanita terutama orang asing mengenai:
usia, status menikah atau anak;
f) Percakapan yang menarik yaitu; musik, hobby, peristiwa aktual, olahraga;
g) Jangan bergosip;
h) Pujian dengan senyum dan terima kasih;
i) Jangan menguraikan kesulitan pribadi atau mengeluh tentang penyakit;
j) Bila lawan bicara pemalu, buka pembicaraan tentang hobby, keluarga atau
halyang menarik;
k) Tiga kalimat ajaib (Three Magic Words) yaitu tolong, terima kasih, dan
maaf.
Dengan menjaga sikap dan cara yang baik dan benar akan menimbulkan
kehangatan serta komunikasi yang baik dengan lawan bicara kita, sehingga dapat
memudahkan kita dalam melakukan pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-
hari. Adapun manfaat dari pengetahuan mengenai Table Manners adalah
Mengetahui dan memahami bagaimana seharusnya makan dan minum yang baik
dan benar sesuai tata cara pergaulan internasional, sehingga dapat mengangkat
harkat dan martabat dari seseorang untuk menciptakan hubungan yang baik dan
harmonis dengan siapapun juga.
Selain itu, dalam hubungan diplomatik, terdapat beberapa manfaat lain dari
suatu jamuan (PPN, 2005): a) Negosiasi, lobi, dan untuk mengetahui sikap/posisi
kebijakan pemerintah negara lain terhadap suatu permasalahan untuk kepentingan
negaranya; b) Memperoleh infomrasi aktual mengenai permasalah aktual yang
sedang berkembang; c) Menyampaikan keinginan dalam urusanyang memerlukan
pendapat dan saran dari berbagai pihak; dan d) Menampilkan atau
mempromosikan cita rasa dan kebudayaan bangsa.
Ketika mengadiri acara jamuan formal, maka sangat perlu untuk
memahami etiket dan tatacara yang berlaku secara universal untuk menghindari
hal-hal yang dapat merusak suasana dalam jamuan, mempermalukan dan merusak
citra diri sendiri maupun citra bangsa. Dalam hal etiket jamuan, ada beberapa hal
yang sangat penting yang semestinya dipahami dan dilaksanakan untuk
menunjang kelancaran acara jamuan yang dihadiri.
Terkait dengan konsep kearifan lokal penyusun mengambil sumber dari
Buku Modul Utama Pembinaan Bela Negara tentang Konsepsi Bela Negara (pada
bagian yang membahas tentang kearifan lokal) yang diterbitkan oleh Dewan
Ketahanan Nasional Tahun 2018 yang dijadikan sebagai referensi utama oleh
seluruh Kementerian dan Lembaga dalam menyusun Modul Khusus sesuai tugas,
fungsi dan kekhasan masing-masing dalam rangka Rencana Aksi Nasional Bela
Negara sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana
Aksi NasionalBela Negara Tahun 2018-2019.
Prinsip Kearifan Lokal Kearifan lokal yang melekat pada setiap bangsa di
dunia ini mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat;
apakah dari satu suku atau gabungan banyak suku di daerah tempat tinggal suatu
bangsa. Urgensi Kearifan Lokal Keberadaan bentuk-bentuk kearifan lokal bagi
masyarakat setempat yang membuatnya adalah identitas atau jati diri bagi
mereka; yang tidak dimiliki oleh masyarakat lain dalam wujud yang mutlak sama
persisnya; baik jika ditinjau dari dimensi bahasa, tempat pembuatan, nilai
manfaat dan penggunaan bentuk kearifan lokal itu di dalam lingkungan
masyarakat. Dengan mengacu dalam Modul Utama Pembinaan Bela Negara
tentang Implementasi BelaNegara yang diterbitkan oleh Dewan Ketahanan
Nasional Tahun 2018, disebutkan bahwa Aksi Nasional Bela Negara memiliki
elemen-elemen pemaknaan yang mencakup: 1) rangkaian upaya- upaya bela
negara; 2) guna menghadapi segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan
Tantangan; 3) dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, 4) yang
diselenggarakan secara selaras, mantap, sistematis, terstruktur, terstandardisasi,
dan massif; 5) dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha; 6)
di segenap aspek kehidupan nasional; 7) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, 8)
serta didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan
Makmur sebagai penggenap Nilai- Nilai Dasar Bela Negara, 9) yang dilandasi
oleh keinsyafan akan anugerah kemerdekaan, dan; 10) keharusan bersatu dalam
wadah Bangsa dan Negara Indonesia, serta; 11) tekad untuk menentukan nasib
nusa, bangsa, dan negaranya sendiri.
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap
warga negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan
negara yang berdaulat, adil, dan makmur. Pengertian Baris Berbaris Pengertian
Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan
kerjasama antar peserta Latsar, salah satu dasar pembinaan disiplin adalah latihan
PBB, jadi PBB bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat
menunjang pelayanan yang prima pula, juga dapat membentuk sikap,
pembentukan disiplin, membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan lain
sebagainya. Pemerintah Indonesia secara resmi menjelaskan pengertian
“Protokol” dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1987 tentang Protokol yang
menjelaskan bahwa pengertian protokol adalah“serangkaian aturan dalam acara
kenegaraan atau acara resmi yang meliputi aturan mengenai tata tempat, tata
upacara dan tata penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatannya atau
kedudukannya dalam Negara, Pemerintah atau masyarakat”.
Selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan susunan
ketatanegaran yang berubah dan juga perkembangan global, maka kemudian UU
No 8 tahun 1987 tersebut disempurnakan melalui Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2010 tentang Keprotokolan yang memberikan penjelasan bahwa
“Keprotokolan “ adalah : “serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan
dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata
Upacara,dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang
sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau
masyarakat.” Perubahan istilah dari protokol menjadi keprotokolan ini dapat jelas
terlihat bahwa protokol yang sebelumnya hanya memiliki makna “sempit” dan
kaku sebagai serangkaian aturan, maka ketika terjadi perubahan istilah menjadi
keprotokolan maka maknanya akan menjadi lebih “luas” sebagai serangkaian
kegiatan yang tidak lepas dan harus menyesuaikan dengan segala aturan tertulis
maupun tidak tertulis yang berhubungan dalam dunia keprotokolan itu sendiri.
Hari-hari besar Nasional ditetapkan dengan Keputusan Presiden; Hari
Pendidkan Nasional, Hari Kebangkitan Nasional, HUT Proklamasi Kemerdekaan
RI, Hari Kesaktian Pancasila, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan Hari
Ibu; b. Upacara Bendera Pada Acara Kenegaran; ialah upacara bendera dalam
acara keNegara dalam rangka peringatan Hari Ulah Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia yang diselenggarakan di Halaman Istana Merdeka Jakarta; c.
Upacara Bendera Pada Acara Resmi ; ialah upacara bendera yang dilaksanakan
bukan oleh Negara, melainkan oleh Instansi Pemerintah baik tingkat pusat
maupun tingkat daerah serta oleh Lembaga Negara lainnya; dan d. Upacara
Bukan Upacara Bendera ; ialah suatu upacara yang tidak berfokus pada
pengibaran bendera kebangsaan, namun bendera kebangsaan telah diikatkan pada
tiang bendera dan diletakkanditempat sebagaimana mestinya.
Uraian Materi Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh
sejumlah pegawai/aparatur/karyawan sebagai peserta upacara, disusun dalam
barisan di suatu lapangan/ruangan dengan bentuk segaris atau bentuk U,
dipimpin oleh seorang Inspektur Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara
melakukan ketentuanketentuan yang baku melalui perintah pimpinan upacara,
dimana seluruh kegiatan tersebut direncanakan oleh Penanggung Jawab Upacara
atau Perwira Upacara dalam rangka mencapai tujuan upacara. Upacara dilakukan
secara tertib dan teratur menurut urut-urutan acara yang telah dilakukan dengan
gerakan- gerakan dan langkah kaki, tangan serta anggota tubuh lainya dengan
seragam dan serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentukan dalam Peraturan
Baris Berbaris (PBB). Karena upacara yang berdasarkan PBB itu membutuhkan
mental yang kuat, disiplin yang tinggi dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga
tercermin suatu kekhidmatan dari upacara itu. Berbagai macam upacara yang kita
ketahui, secara garis besar dikenal upacara umum yang biasanya dilaksanakan di
lapangan dan upacara khusus biasanya di dalam ruangan.
Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara
resmi, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1990 tentang
Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata
Penghormatan. Dalam pelaksanaan aturan tersebut merupakan Pedoman Umum
Tata Upacara Sipil yang memuat sebagai perencana dan pelaksanaan upacara
untuk menjawab apa, siapa yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata
caranya serta bentuk dan jenisnya. Sedangkan Pedoman umum pelaksanaan
upacara meliputi kelengkapan dan perlengkapan upacara, langkah-langkah
persiapan, petunjuk pelaksanaan dan susunan acaranya Pada dasarnya upacara
umum dilaksanakan di lapangan dan jumlah pesertanya lebih banyak, sedangkan
upacarakhusus di ruangan, jumlah pesertanya lebih sedikit.
Adapun pengertian Tata upacara sesuai Undangundang 9 tahun 2010
tentang Keprotokolandalam pasal 1 menjelaskan bahwa Tata Upacara adalah
aturan melaksanakan upacara dalam Acara Kenegaraan dan Acara Resmi.
Sedangkan Acara Resmi adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh
pemerintah atau lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu
dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintahan serta undangan
lain. Kehidupan di dalam masyarakat menunjukkan pentingnya kaidah dan norma
yang patut dan pantas yang harus menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga, menurut Erawanto (2013) Etika Keprotokolan dapat disimpulkan
sebagai suatu bentuk tutur, sikap, dan perbuatan yang baik dan benar
berdasarkan kaidah norma universal yang dilakukan secara sadar dalam tata
pergaulan yang berlaku pada tempat, waktu, dan ruang lingkup serta situasi
tertentu, untuk menciptakan komunikasi dan hubungan kerja sama yang positif
dan harmonis baik antar individu, kelompok masyarakat, dan lembaga/organisasi,
maupun antar bangsadan negara.
Selain itu, untuk mencapai tujuan komunikasi yang baik dan positif, maka
perlu juga untukmenghindari hal-hal yang kiranya dapat menghambat dan
merusak (noise) proses penyampaian pesan yang diinginkan. Adapun beberapa
hal yang diperlukan untuk dapat berbicara secara efektif: a. Berbicara dengan rasa
percaya diri yang kuat; b. Mempunyai persepsi yang tepat terhadap keadaan
lingkungan dan individu yang terlibat dalam interaksi tersebut; c. Dapat
menguasai situasi dan memilih topik pembicaraan yang menarik; d. Mengetahui
hasil yang diharapkan dari interaksi/perbincangan; e. Menghindari
memotong/menyela pembicaraan orang lain; 89 | Kesia psiagaan BN f.
Sebaiknya tidak memberi penialain negatif sebelum mendapatkan gambaran yang
lengkap; g. Menghindari memonopoli pembicaraan atau percakapan, membual
tentang diri sendiri; h. Mengindari pembicaraan tentang hal-hal yang dapat
menimbulkan pertentangan dan pembicaraan tentang penyakit, kematian, dll.
Untuk menghindari hambatan dalam proses komunikasi, maka setiap orang
harus menghindari hal-hal yang menjadi hambatan dan gangguan dalam
komunikasi serta menguasai tipsberkomunikasi yang baik, agar pesan dan
informasi dapat tercapai dan pada akhirnya mampu menciptakan hubungan yang
harmonis dan baik antara komunikator dan komunikan. Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia, telah mengamantkan tujuan Negara
adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, oleh sebab itu maka semua warga bangsa
mempunyai kewajiban yang sama untuk mewujudkan tujuan Negara bangsa
dimaksud, tidak terkecuali bagi para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Kegiatan intelijen merupakan aktivitas intelijen yang dilaksanakan secara
rutin dan terus menerus, sementara operasi intelijen merupakan aktivitas intelijen
di luar kegiatan intelijen berdasarkan perencanaan yang rinci, dalam ruang dan
waktu yang terbatas dan dilakukan atas perintah atasan yang berwenang. 3 (tiga)
fungsi Intelijen berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
tahun 2011 tentang Intelijen Negara : a) Penyelidikan: Terdiri atas serangkaian
upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan yang dilakukan secara terencana dan
terarah untuk mencari, menemukan, mengumpulkan, dan mengolah informasi
menjadi Intelijen, serta menyajikannya sebagai bahan masukan untuk perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan.
Pada prinsipnya semua badan intelijen di dunia melaksanakan ketiga fungsi
ini secara simultan, namun dalam kegiatan/operasi intelijen salah satu fungsi
menjadi fungsi utama dan kedua fungsi lainnya mendukung fungsi yang
diutamakan didasarkan kepada kepentingan nasional yang ingin dicapai dan/atau
ancaman terhadap keamanan nasional yang harus dicegah, ditangkal dan
ditanggulangi. Kaidah lain dalam analisis intelijen adalah Forecasting (Perkiraan)
yang pada dasarnya adalah suatu olah pikir dalam memberikan perkiraan tentang
bayangan dari sebuah gambaran tentang kemungkinan perkembangan situasi
yang bisa terjadi di masa yang akan dating, yang disusun berdasarkan kaidah
Fungsi Intelijen Pengamanan (Security) Pengamanan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk mencegah dan/atau melawan
upaya, pekerjaan, kegiatan Intelijen, pihak Lawan yang merugikan kepentingan
dan keamanan nasional atau dengan kata lain Kontra Intelijen baik Kontra
Penyelidikan maupun Kontra Penggalangan, antara lain : kontra spionase, kontra
sabotase, Lawan PUS, Lawan Propaganda hingga Kontra Subversi.
Simatupang, 2017, 95), namun untuk dapat memahami tentang PUS dapat
menggunakan salah satu definisi dari William E. Daugherty yang diterjemahkan
secara bebas sebagai : “Penggunaan propaganda secara berencana dan kegiatan-
kegiatan lain yang dirancang untuk mempengaruhi pendapat-pendapat, perasaan-
perasaan, sikap-sikap dan perilaku musuh, pihak netral, pihak sekutu atau
golongan yang bersahabat di luar negeri, dengan sedemikian rupa, dalamrangka
mendukung pencapaian tujuan dan kepentingan nasional”. Yang dimaksud
dengan bencana : adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
perang, alam, ulah manusia, dan penyebab Iainnya yang dapat mengakibatkan
korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan saranaprasarana, dan fasilitas umum, serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
FKDM provinsi mempunyai tugas : 1. menjaring, menampung,
mengoordinasikan, dan mengomunikasikan data dan informasi dari masyarakat
mengenal potensi ancaman keamanan, gejala atau peristiwa bencana dalam
rangka upaya pencegahan dan penanggulangannya secara dini; dan 2.
memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bags gubernur mengenai
kebijakan yang berkaitan dengan kewaspadaan dini masyarakat.
FKDM kabupaten/kota mempunyai tugas : 1. menjaring, menampung,
mengoordinasikan, dan mengomunikasikan data dan informasi dari masyarakat
mengenal potensi ancaman keamanan gejala atau peristiwa bencana dalam rangka
upaya pencegahan dan penanggulangannya secara dini; dan 2. memberikan
rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi bupati/walikota mengenai
kebijakan yang berkaitan dengan kewaspadaan dini masyarakat.
FKDM kecamatan mempunyai tugas : 1. menjaring, menampung,
mengoordinasikan, dan mengomunikasikan data dan informasi dari masyarakat
mengenal potensi ancaman keamanan, gejala atau peristiwa bencana dalam
rangka upaya pencegahan dan penanggulangannya secara dini;dan 2. memberikan
rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi camat mengenai kebijakan
yangberkaitan dengan kewaspadaan dini masyarakat.
FKDM desa/kelurahan mempunyai tugas : 1. menjaring, menampung,
mengoordinasikan, dan mengkomunikasikan data dan Informasi dari masyarakat
mengenai potensi ancaman keamanan, gejala atau peristiwa bencana dalam
rangka upaya pencegahan dan penanggulangannya secara dini; dan 2.
memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi kepala desa/lurah
dalam penyelenggaraan kewaspadaan dini masyarakat.
Kominda kabupaten/kota mempunyai tugas : 1. merencanakan, mencari,
mengumpulkan, mengkoordinasikan, dan mengkomunikasikan informasi atau
bahan keterangan dan intelijen dari berbagai sumber mengenai potensi, gejala, atau
peristiwa yang menjadi ancaman stabilitas nasional di daerah; dan 2. memberikan
rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi unsur pimpinan daerah
kabupaten/kota mengenai kebijakan yang berkaitan dengan deteksi dini dan
peringatan diniterhadap ancaman stabilitas nasional di kabupaten/kota.
Pendanaan-pendanaan bagi penyelenggaraan Kominda di provinsi didanai
dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi,
sedangkan pendanaan bagi penyelenggaraan Kominda dl kabupaten/kota didanai
dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
Unsur Utama pertahanan nirmiliter dilaksanakan oleh K/L sebagai leading sector
dalam rangka pengelolaan dan penyelenggaraan pertahanan nirmiliter sesuai
dengan sifat dan bentuk ancaman yang dihadapi. Postur pertahanan nirmiliter
terdiri atas Unsur Utama dan Unsur Lain Kekuatan Bangsa yang disusun dan
ditata oleh K/L di luar bidang pertahanan.
Pembangunan kelembagaan pertahanan militer maupun pertahanan
nirmiliter diselenggarakan guna mewujudkan kekuatan yang terintegrasi dalam
pengelolaan pertahanan negara melalui penguatan dan penataan ulang serta
restrukturisasi kelembagaan dimana salah satunya adalah penguatan kapasitas
lembaga intelijen dan kontra intelijen untuk pertahanan negara, termasuk
pengembangan pertukaran informasi antar K/L dalam rangka peningkatan
kemampuan deteksi dini dan peringatan dini.
Dalam penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun
2011 tentang Intelijen Negara Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun dijelaskan bahwa Pembukaan 1945 alinea keempat menyebutkan bahwa
pembentukan Pemerintah Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
yang senantiasa diupayakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Sistem Kemanan Nasonal Untuk mencapai tujuan negara harus dapat
mengembangkan suatu sistem nasional yang meliputi sistem kesejahteraan
nasional, sistem ekonomi nasional, sistem politik nasional, sistem pendidikan
nasional, sistem hukum dan peradilan nasional, sistem pelayanan kesehatan
nasional, dan sistem keamanan nasional.
Keamanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang menjamin keselamatan, kedamaian, dan
kesejahteraan warga negara, masyarakat, dan bangsa, terlindunginya kedaulatan
dan keutuhan wilayah negara, serta keberlangsungan pembangunan nasional dari
segala ancaman.
Secara akademik, keamanan nasional dipandang sebagai suatu konsep
multidimensional yang memiliki empat dimensi yang saling berkaitan, yaitu
dimensi keamanan manusia, dimensi keamanan dan ketertiban masyarakat,
dimensi keamanan dalam negeri, dan dimensi pertahanan.
Ancaman memiliki hakikat yang majemuk, berbentuk fisik atau nonfisik,
konvensional ataunonkonvensional, global atau lokal, segera atau mendatang,
potensial atau aktual, militer atau nonmiliter, langsung atau tidak langsung, dari
luar negeri atau dalam negeri, serta dengan kekerasan senjata atau tanpa
kekerasan senjata. Dengan demikian, identifikasi dan analisis terhadap ancaman
harus dilakukan secara lebih komprehensif, baik dari aspek sumber, sifat dan
bentuk, kecenderungan, maupun yang sesuai dengan dinamika kondisi
lingkungan strategis.
Intelijen Negara berperan melakukan upaya, pekerjaan, kegiatan, dan
tindakan untuk deteksi dini dan peringatan dini dalam rangka pencegahan,
penangkalan, dan penanggulangan terhadap setiap hakikat ancaman yang
mungkin timbul dan mengancam kepentingan dan keamanannasional.
Adapun tujuan Intelijen Negara : adalah mendeteksi, mengidentifikasi,
menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen dalam rangka
memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan bentuk
dan sifat ancaman yang potensial dan nyata terhadap keselamatan dan eksistensi
bangsa dan negara serta peluang yang ada bagi kepentingan dan keamanan
nasional.
AGENDA II

NILAI – NILAI DASAR PNS

A. BERORIENTASI PELAYANAN

Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan


Publik adalah kegiatan atau rangkuman kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi
setiap warga dan penduduk atas barang,jasa,dan/atau pelayanan administrasi
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur
penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu:
1. Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2. Penerima pelayanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,
dan
3. kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika
lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena
dapat menumbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Untuk menjalankan fungsi tersebut,pegawai ASN bertugas untuk:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia

B. AKUNTABEL
1. Potret Layanan Publik di Indonesia
Baik sadar atau tidak, kenyataan layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan
oleh ‘oknum’ pemberi layanan untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun
kelompok. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’
untuk memberikan layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu
layanan yang lebih cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini sering
bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima layanan yang sebenarnya
tidak tepat.

2. Tantangan Layanan Publik


Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4 menyebutkan
Asas Pelayanan Publik yang meliputi:
a. kepentingan Umum,
b. kepastian hukum,
c. kesamaan hak,
d. keseimbangan hak dan kewajiban,
e. keprofesionalan,
f. partisipatif,
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. keterbukaan,
i. akuntabilitas,
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
k. ketepatan waktu, dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Undang-Undang ini dengan mantab memberikan pijakan sebuah layanan
publik, yang seharusnya dapat tercermin di setiap layanan publik di negeri ini.
Namun, sebuah aturan dan kebijakan di negeri ini kerap hanya menjadi
dokumen statis yang tidak memberikan dampat apapun ke unsur yang seharusnya
terikat. Aturan demi aturan, himbauan demi himbauan, sosialisasi demi
sosialisasi, seperti tidak memberikan dampak yang kuat ke semua pihak. Tugas
sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam proses
menjaga dan meningkatkan kualitas layanan publik. Tantangan yang dihadapi
bukan hanya di lingkungan ASN sebagai pemberi layanan, namun juga dari
masyarakat penerima layanan.

3. Keutamaan Mental Melayani


Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun
2021, “Bangga Melayani Bangsa”, menjadi udara segar perbaikan dan
peningkatan layanan publik. Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain
pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan memberikan
dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan dampak
sistemik seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus
bisa memberikan dampak serupa.

KONSEP AKUNTABILITAS
1. Pengertian Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup
beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas
berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas
memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja.

2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
 Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship).
 Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
 Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
 Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
 Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)

3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
3. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan
b. akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).

4. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
a. akuntabilitas personal,
b. akuntabilitas individu,
c. akuntabilitas kelompok,
d. akuntabilitas organisasi, dan
e. akuntabilitas stakeholder.

C. KOMPETEN

Sukses ditentukan oleh seberapa banyak tindakan yang ASN ambil dan
bukan hanya oleh seberapa banyak pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Dengan demikian dimensi emosi sukses yang diperlukan setiap ASN, antara lain,
yaitu: motivasi tinggi, kegembiraan, keyakinan, gairah, kebahagiaan, energi, dan
rasa ingin tahu denganmenghindarkan stres yang berlebihan, kekhawatiran, dan
kemarahan. Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca
World”, yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian
(uncertainty). Demikian halnya situasinya saling berkaitan dan saling
mempengaruhi (complexity) serta ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon,
2018). Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis
pada kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat
beradaptasi dengan dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan
pekerjaan.
Pada sisi lain implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses
bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu
dilakukan setiap waktu. Kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat,
dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut :
1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif,dan efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang
selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta pemerintahan yangsah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah;
c. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan
bersama

D. HARMONIS

Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan


tantangan yang besarbagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa
keuntungan dan manfaat yang antara lain berupa:
1. Dapat mempererat tali persaudaraan
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional
4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia Modul
Harmonis 15
5. Dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata sehingga para wisatawan dapat
tertarik danberkunjung di Indonesia
6. Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptakan lapangan
pekerjaan
7. Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
8. Sebagai media hiburan yang mendidik
9. Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia
10. Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang
kita miliki.
Selain memberikan manfaat tersebut keanekaragaman juga memberikan
tantangan kepada negara kita. Keberagaman bangsa Indonesia juga merupakan
tantangan berupa ancaman, karena dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah
membuat penduduk Indonesia berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi
ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan
bangsa. Hal ini nampak bagaimana dengan mudahnya bangsa kita di masa lalu di
pecah belah oleh bangsa penjajah. Beberapa potensi tantangan yang muncul dapat
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Tidak adanya persamaan pandangan antar kelompok, seperti perbedaan
tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
2. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai
tujuan.
3. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga
menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
4. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang Modul
Harmonis 16 tidak tegas atau lemah.
5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang
berlaku.
6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan
tidak sehat, tindakan kontroversial, dan pertentangan (disharmonis)
7. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupa perasaan
kelompok dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan
paling hebat sehingga mengukur kelompok lain dengan norma
kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya dalam kolompok
suku, namun juga kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik,
pendukungtim sepakbola dan sebagainya.
8. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap
suatu kelompok yangbersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok
identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya.
Kondisi atau tanda-tanda tersebut merupakan gejala yang dapat menjadi
faktor pemicu terjadinya disharmonis atau kejadian disharmonis di dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tantangan disharmonis dalam
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi beberapa kondisi sebagai berikut.
1. Disharmonis antar suku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan
suku yang lain. Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat
istiadat, budaya, sistem kekerabatan,norma sosial dalam masyarakat.
Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan
disharmonis dalam masyarakat. Modul Harmonis 17
2. Disharmonis antar agama yaitu pertentangan antar kelompok yang
memiliki keyakinan atau agama berbeda. Disharmonis ini bisa terjadi
antara agama yang satu dengan agama yang lain, atau antara kelompok
dalam agama tertentu.
3. Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras
yang lain. Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu
memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan ras.
4. Disharmonis antar golongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam
masyarakat atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok
dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal
daerah, dan sebagainya.
Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti
terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama
antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor- faktor tersebut
dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh, seharusnya
terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak, maka belum
tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan, pada
bidangmusik, sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti
pengretian yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada
urutan bunyi dan nada yang serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan.
Singkatnya Harmoni adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.
Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia)berarti terikat
secara serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara
berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat
menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh, seharusnya terdapat
harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak, maka belum tentu
orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan, pada bidang
musik, sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti pengretian
yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada urutan bunyi
dan nada yang serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya
Harmoni adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta. Dari laman
Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti terikat secara
serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai
faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat
menghasilkansuatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh, seharusnya terdapat
harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak, maka belum tentu
orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan, pada bidang
musik, sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti pengretian
yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada urutanbunyi
dan nada yang serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya
Harmoni adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.
Brian Scudamore (seorang Founder dan CEO sebuah peruahaan Brand)
menyatakan beberapa hal tentang bagaimana membangun kultur tempat kerja
yang harmonis. Suasana tempatkerja yang positif dan kondusif juga berdampak
bagi berbagai bentuk organisasi. Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk
membangun budaya tempat kerja nyaman dan berenergi positif.Ketiga hal
tersebut adalah: a. Membuat tempat kerja yang berenergi Sebagian besar
karyawan atau orang dalam organisasi menghabiskan separuh hidupnya di tempat
kerja. Untuk itu tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa agar karyawan tetap
senang dan nyaman saat bekerja. Tata ruang yang baik dan keberadaan ruang
terbuka sangat disarankan. Desain ruang terbuka dapat meningkatkan
komunikasi, hubungan interpersonal dan kepuasan kerja, sekaligus optimal
mengurangi terjadinya disharmonis yang disebabkan kurangnya komunikasi. b.
Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi Selalu ingat
dalam sebuah organisasi Anda bukan satu-satunya orang yang menjalankan alur
produktivitas. Ketika Anda sudah "mentok", ada baiknya Anda mencari ide dari
orang-orang yang berada dalam tim. Hal tersebut mampu meningkatkan
keterlibatan dan rasa memiliki karyawan dalam sebuah bisnis Modul Harmonis
25 atau organisasi. c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
Tak dapat dielakkan jika pendapatan adalah salah satu motivator terbaik di
lingkungan kerja. Demikian jugarasa memiliki. dengan membagi kebahagiaan
dalam organisasi kepada seluruh karyawan dapat meningkatkan rasa kepemilikan
dan meningkatkan antusiasme para karyawan.
Etika Publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-
nilai kejujuran,solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam
wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun
kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesuinal tertentu. Oleh
karena itu, dengan diterapkan kode etik Aparatur Sipil Negara, Perilaku pejabat
public harusberubah,
- Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
- Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
- Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah,
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting
dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentukorganisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan
analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan
dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

E. LOYAL

Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi


transformasi pengelolaanASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar)
ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai
“Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang
harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu
“Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil,
kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan
yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilakuloyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”. Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia
(loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara,
pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan
sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya
dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan
Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang
ASN dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada
bangsa dan negara.

F. ADAPTIF

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk


bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang
timbul. Dengan demikian adaptasimerupakan kemampuan mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan
makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh
perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting
bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan. ASN memiliki kemampuan
menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan
dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana
ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan
organisasi yang berkelanjutan dengan 34 Modul Adaptif lingkungannya, juga
perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Di sektor publik, budaya
adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk
memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri
penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai
berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek
kebijakan yang merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhannya. (lihat Boks kasus 1)
2. Mendorong jiwa kewirausahaan Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu
gagasan penting dari konsep reinventing government yang dipraktekkan di
Amerika Serikat. Dengan jiwa kewirausahaan ini maka pemerintah dan
birokrasi secara khusus melakukan pengelolaan sumber daya organisasi
secara efisien dan efektif layaknya organisasi bisnis memaksimalkan tata
kelola aset dan modalnya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
(lebih lanjut pelajari Boks Kasus 2)
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah Pemerintah dalam
memaksimalkan kinerja pelayanan publik maupun fungsi-fungsi lainnya
seyogyanya mampu memahami dan memaksimalkan peluang yang ada.
(Diskusikan peluang apa saja yang dapat diidentifikasi dan dimaksimalkan
pemerintah dalam menjalankan fungsinya).
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi
mitra, masyarakatdan sebagainya. Beradaptasi juga berarti kemampuan
untuk memasukan pertimbangan kepentingan dari mitra kerja maupun
masyarakat. Dalam hal ini tujuan organisasi pemerintah harus
dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan
kepentingan mitra dan masyarakat.
5. Terkait dengan kinerja instansi. Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi
dan diwujudkan ke dalam organisasi sebagai upaya meningkatkan kinerja
instansi. Budaya adaptif tidak dilakukan untuk menyerah pada tuntutan
lingkungan, tetapi justru untuk merespon dan bereaksi dengan baik kepada
perubahan lingkungan, dengan tujuan untuk mempertahankan atau
bahkan meningkatkan kinerja instansinya
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai
tujuan baik individu maupun organisasi dalam situasi apa pun. Salah satu
tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif
tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan
Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan
understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan
agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk
merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan
budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila
budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka
budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. 62 Modul
Adaptif Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

G. KOLABORATIF

Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms
aiming to become more competitiveby developing shared routines”. Sedangkan Gray
(1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though which parties
with different expertise, who see different aspects of a problem, can
constructively explore differences and find novel solutions to problems that would
have been more difficult to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga
perlu dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan
bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma
bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance .
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor
dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan
berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White,
2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan
keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi
lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan
sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance menekankan semua
aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakanmembuat persetujuan
Kolaboratif bersama dengan “berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C. de
Loe, 2012). Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk
kolaborasi yaitu:
1. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
4. '‘dikonsultasikan’oleh agensi publik;
5. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
6. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan
jika konsensus tidaktercapai dalam praktik), dan
7. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang
dapat dilakukandalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi
yaitu :
1. mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2. merencanakan aksi kolaborasi; dan
3. mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Whole of Govement (WoG ) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan. Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna
mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu. Untuk kasus Australia berfokus pada tiga hal yaitu pengembangan
kebijakan, manajemen program dan pemberian layanan.
Dari definisi ini diketahui bahwa WoG merupakan pendekatan yang
menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang
selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan
dalam pelembagaan formal atau pendekatan informal. Ansen dan gash (2012 p
550) mengungkapkan beberapa proses yang harus dilalui dalam menjalin
kolaborasi yaitu:
1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra
kolaborasi.
2. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-
sungguh;
3. Komitmen terhadap proses : pengakuan saling ketergantungan; sharing
ownership dalamproses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama
terkait permasalahan,serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5. Menetapkan outcome antara
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga
pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan,
strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan
efektif antara entitas publik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari dkk
(2019) menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menghambat
kolaborasi antar organisasi pemerintah. Penelitian tersebut merupakan studi kasus
kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam penertiban moda transportasi di
Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi mengalami
beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan
pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi
juga tidak jelas.

AGENDA III

KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. SMART ASN
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam
visi misi Presiden Jokowi untukmeningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam mengakses media digital (digital ethics),
budaya menggunakan digital (digital culture), menggunakan media digital dengan
aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media digital (digital skills).
1. Percepatan Transformasi Digital
Lima arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya (Oktari, 2020).

2. Pengertian Literasi Digital


Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi,
diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013).
Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru,
berpikir dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis
hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi digital
adalah akses, perangkat, dan platform digital.

3. Peta Jalan Literasi Digital


Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat
digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital.
Masyarakat digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan
infrastruktur digital. Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan
pengendalian sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM
digital, teknologi penunjang, dan riset inovasi digital.
Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan terwujudnya
Indonesia Digital Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu dari
ITU, IMD, dan Kata data.

4. Lingkup Literasi Digital


Dalam mencapai target program literasi digital, perlu diperhitungkan estimasi
jumlah masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses internet berdasarkan
data dari APJII dan BPS.
a. Tantangan Kesenjangan Digital
Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital (digital divide)
juga menjadi hal yangperlu dipahami. Kesenjangan digital merupakan
konsep yang telah lama ada. Pada awal mulanya, konsep kesenjangan
digital ini berfokus pada kemampuan memiliki (ekonomi) dan
mengoperasikan perangkat digital (komputer) dan akses (Internet).
b. Penguatan Literasi Digital
Di Indonesia, sejak lama sudah dilakukan upaya penguatan literasi
digital. Pada Kurikulum2006, mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi
dan Komunikasi) sempat menjadi bagian penting di bangku sekolah
menengah dan atas. Namun dihapus pada Kurikulum 2013, untuk
kemudian direstorasi di Kurikulum 2013 terbaru.

5. Implementasi Literasi Digital


Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana
yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret
menerapkan transformasi digitaldi lingkungan perguruan tinggi dan semua
tingkat sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana,
kebijakan pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum berhasil
membuat industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik,
akademi, hingga sekolah dasar dan menengah mencapai progress signifikan pada
transformasi digital pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru
memberikan dampak luar biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020).
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumberdaya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital
terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran
tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi
digital.
a. Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan, yaitu:
- Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
- Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis,
baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan,
sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
- Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
- Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
- Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan
pembiayaan transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
b. Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana
menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online.
Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili
dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan
kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
c. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan,
mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui
teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan.
Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagailiterasi
komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.
d. Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-
rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran
3,3. Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei
harus diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden
Joko Widodo.
e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo,
Siberkreasi, dan Deloittepada tahun 2020 menjadi panduan fundamental
untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam
konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital
yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
- kecakapan digital,
- budaya digital,
- etika digital
- dan keamanan digital.

B. MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggulselaras dengan
perkembangan jaman.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN
dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk
menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan
segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
Oleh karena itu dalam pembinaan karier pegawai ASN, khususnya di daerah
dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karier tertinggi.
Peran ASN untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN
berfungsi sebagai berikut:
1. Pelaksana kebijakan public;
2. Pelayan publik; dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang- undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik
dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik. ASN
berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN harus senantiasa mengutamakan dan
mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara
di atas segalanya).

C. Hak dan Kewajiban ASN


Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum,
suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum.
Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN
sebagai berikut:
PNS berhak memperoleh:
1. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2. cuti;
3. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4. Perlindungan; dan
5. Pengembangan kompetensi Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
a. Gaji dan tunjangan;
b. Cuti;
c. Perlindungan; dan
d. Pengembangan kompetensi
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa:
1. Jaminan kesehatan;
2. Jaminan kecelakaan kerja;
3. Jaminan kematian; dan
4. Bantuan hukum.

Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat


kontraktual.Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:

1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dantanggung jawab;
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan ti n d a k a n kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

D. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
5. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.
Fungsi kode etik dan kode perilaku ini sangat penting dalam birokrasi dalam
menyelenggarakanpemerintahan. Fungsi tersebut, antara lain:
1. Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewanangan agar tindakannya dinilai baik.
2. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
public/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya

E. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN

1. Uraian Materi
a. Pengantar
Pengelolaan SDM harus selalu berkaitan dengan tujuan dan sasaran
organisasi (strategic alignment), dalam konteks ini aktivitas dalam pengelolaan
SDM harus mendukung misi utama organisasi. Pengelolaan SDM/ASN
dilakukan untuk memotivasi dan juga meningkatkan produktivitas pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sehingga mampu berkontribusi pada pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi. Untuk mendapatkan profil pegawai yang
produktif, efektif dan efisien tersebut diperlukan sebuah sistem pengelolaan
SDM yang mampu memberikan jaminan “keamanan‟ dan “kenyamanan‟
bagi individu yang bekerja didalamnya.
b. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Konsep Sistem Merit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
pengelolaan ASN. Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam
manajemen SDM yang menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam
keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan
kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaanya
(kompetensi dan kinerja).
Sistem merit harus diterapkan pada semua komponen atau fungsi dalam
manajemen ASN. Semua fungsi dan komponen dalam manajemen ASN
sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 (mengatur tentang manajemen PNS)
dan pasal 93 (mengaturmanajemen PPPK) UU ASN harus menerapkan sistem
merit ini.
Pasal 55 menyebutkan bahwa “ Manajemen PNS meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier,
pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.
Pasal 93: Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan, pengadaan,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi,
pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.
c. Perencanaan
Pasal 56 menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah dalam menyusun
dan menetapkan kebutuhan pegawai harus didasarkan pada analisis jabatan dan
analisis beban kerja. Untuk mendapatkan pegawai yang tepat dibutuhkan
sebuah sistem yang transparan dan adil bagi semua orang.
d. Monitoring, Penilaian dan Pengembangan
Kegiatan monitoring pegawai didasarkan sepenuhnya untuk memastikan
bahwa pegawai digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi
kebutuhan organisasi (pegawai memberikan kontribusi pada kinerja dan
produktivitas organisasi). Disisi lain pegawai dijamin keberadaan dan
kariernya berdasarkan kontribusi yang diberikan.

F. Mekanisme Pengelolaan ASN


1. Uraian Materi
Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK,
Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi.
a. Manajemen PNS dan PPK.
1) Manajemen PNS
Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
2) Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan
perlindungan.
b. Penetapan Kebutuhan
Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan
Presiden. Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan
jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
c. Pengadaan
Pengadaan calon PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan pada Instansi Pemerintah. Pengadaan calon PPPK dilakukan
melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi,
pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK.
d. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja PPPK bertujuan menjamin objektivitas prestasi kerja
yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan pegawai yang bersangkutan. Penilaian kinerja PPPK
dilakukan berdasarkan perjanjian kerja di tingkat individu dan tingkat unit
atau organisasi dengan memperhatikan target, sasaran, hasil, manfaat yang
dicapai, dan perilaku pegawai. Penilaian kinerja PPPK dilakukan secara
objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan. PPPK yang dinilai
oleh atasan dan tim penilai kinerja PPPK tidak mencapai target kinerja yang
telah disepakati dalam perjanjian kerja diberhentikan dari PPPK.
e. Penggajian dan Tunjangan
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK.
Gaji diberikan berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko
pekerjaan.
f. Pengembangan Kompetensi
PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi.
Kesempatan untuk pengembangan kompetensi direncanakan setiap tahun oleh
Instansi Pemerintah.
g. Pemberian Penghargaan
Penghargaan dapat berupa pemberian:
1) Tanda kehormatan;
2) Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
3) Kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
h. Disiplin
Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap
PPPK serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. PPPK yang
melakukan pelanggarandisiplin dijatuhi hukuman disiplin.
i. Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja
Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat
karena:
1. Jangka waktu perjanjian kerja berakhir;
2. Meninggal dunia;
3. Atas permintaan sendiri;
4. Perampinganorganisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pengurangan pppk; atau
5. Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja yang
disepakati.
Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat
tidak ataspermintaan sendiri karena:
1. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan tindak
pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana;
2. Melakukan pelanggaran disiplin pppk tingkat berat; atau
3. Tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai dengan
perjanjian kerja.
Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan
hormat karena:
1. Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;
2. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusanpengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau
pidana umum;
3. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
4. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
atau lebih dan tindak pidanatersebut dilakukan dengan berencana.
j. Perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
1. Jaminan hari tua;
2. Jaminan kesehatan;
3. Jaminan kecelakaan kerja;
4. Jaminan kematian; dan
5. Bantuan hukum.
k. Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi
1. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan
secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi,
kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta
persyaratanlain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
2. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat
Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga) nama calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Presiden. Presiden memilih 1
(satu) nama dari 3 (tiga) nama calon yang disampaikan untuk ditetapkan sebagai
pejabatpimpinan tinggi utama dan/atau madya.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi. Panitia seleksi
memilih 3 (tiga) nama calon pejabat pimpinan tinggi pratama untuk setiap 1 (satu)
lowongan jabatan. Tiga nama calon pejabat pimpinan tinggi pratama yangterpilih
disampaikan kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian melalui Pejabat yang Berwenang. Pejabat Pembina
Kepegawaian memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) nama calon yang diusulkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan memperhatikan pertimbangan
Pejabat yang Berwenang untuk ditetapkan sebagai pejabat pimpinan tinggi
pratama.
1) Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah Pengisian jabatan
pimpinan madya di tingkat provinsi dilakukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi. Presiden
memilih 1 (satu) nama dari 3 (tiga) nama calon yang disampaikan untuk
ditetapkan sebagai pejabat pimpinan tinggi madya. Pengisian jabatan
pimpinan tinggi pratama dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi.
2) Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan
Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi,
kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan
perundang- undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)
tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan
Pimpinan Tinggihanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
Pejabat Pimpinan Tinggi yang Mencalonkan sebagai Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati/Walikota, dan Wakil Bupati/Wakil Walikota Pejabat
pimpinantinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi pratama yang akan
mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur, bupati/walikota, dan
wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis
dari PNS sejak mendaftar sebagai calon.
3) Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina
Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN.
Dalam melakukan pengawasan proses pengisian jabatan pimpinan tinggi
utama dan jabatan pimpinan tinggi madya di Instansi Pusat dan jabatan
pimpinan tinggi madya di Instansi Daerah KASN berwenang memberikan
rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal:
a. Pembentukan panitia seleksi;
b. Pengumuman jabatan yang lowong;
c. Pelaksanaan seleksi; dan
d. Pengusulan nama calon.
Dalam melakukan pengawasan pengisian jabatan pimpinan tinggi
pratama di Instansi Pusat dan Instansi Daerah KASN berwenang memberikan
rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal:
a. Pembentukan panitia seleksi;
b. Pengumuman jabatan yang lowong;
c. Pelaksanaan seleksi;
d. Pengusulan nama calon;
e. Penetapan calon; dan pelantikan.
4) Pegawai ASN yang menjadi Pejabat
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara. Pejabat negara yaitu:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Ketua, wakil ketua, dan anggota MajelisPermusyawaratan Rakyat;
c. Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan PerwakilanRakyat, Ketua, wakil
ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah;
d. Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada Mahkamah Agung
serta ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali
hakim ad hoc;
e. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi;
f. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
h. Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; Menteri dan
jabatan setingkat menteri;
i. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;
j. Gubernur dan wakil gubernur;
k. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan Pejabat negara lainnya yang
ditentukan oleh Undang- Undang.
5) Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
A. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
B. Mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
6) Sistem Informasi ASN
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN. Data
Pegawai ASN paling kurang memuat:
a. Data riwayat hidup;
b. Riwayat pendidikan formal dan non formal;
c. Riwayat jabatan dan kepangkatan;
d. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
e. Riwayat pengalaman berorganisasi;
f. Riwayat gaji;
g. Riwayat pendidikan dan latihan;
h. Daftar penilaian prestasi kerja;
i. Surat keputusan; dan kompetensi.
7) Penyelesaian Sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan secara
tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat alasan
keberatan dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang menghukum.
Banding administratif diajukan kepada badan pertimbangan ASN. Ketentuan lebih lanjut
mengenai upaya administratif dan badan pertimbangan ASN diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai