Anda di halaman 1dari 31

MOOC PPPK

Massive Open Online Course


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN
KERJA
(PPPK)

Oleh :

Nama : EKO PUJI RAHAYU

NIP : 198212022023212004

Golongan : VII

Jabatan : Perawat Terampil

Instansi : RSUP DR KARIADI SEMARANG

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGERA (LAN)

TAHUN 2024
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati
diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional
(national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.
Wawasan Kebangsaan dapat diartikan juga sebagai konsepsi cara
pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara
akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara:
a. Pancasila
b. UUD 1945
c. Bhinneka Tunggal Ika
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan
negara dari berbagai ancaman.
Nilai Dasar Bela Negara:
a. Cinta tanah air
b. Sadar berbangsa dan bernegara
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi Negara
d. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
e. Kemampuan awal Bela Negara
Usaha bela negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme
warga negara dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap bela
negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi
tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
Nilai-nilai dasar ASN:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah
c. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
f. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
Fungsi ASN
a. Pelaksana kebijakan publik
b. Pelayan publik
c. Perekat dan pemersatu bangsa
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER


Isu adalah adanya atau disadarinya suatu fenomena atau kejadian yang
dianggap penting atau dapat menjadi menarik perhatian orang banyak,
sehingga menjadi bahan yang layak untuk didiskusikan. Isu kritikal secara
umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu
1. Isu saat ini (current issue)
Isu saat ini (current issue) merupakan kelompok isu yang mendapatkan
perhatian dan sorotan publik secara luas dan memerlukan penanganan
sesegera mungkin dari pengambil keputusan.
2. Isu berkembang (emerging issue)
Isu berkembang (emerging issue) merupakan isu yang perlahan-lahan
masuk dan menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari
adanya isu tersebut.
3. Isu potensial.
Isu potensial adalah kelompok isu yang belum nampak di ruang publik,
namun dapat terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian
ilmiah, analisis intelijen, dsb) yang mengidentifikasi adanya
kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan.
Berbagai isu kritikal yang dikemukakan di atas, perlu dilakukan
analisis untuk memahami isu tersebut secara utuh dan kemudian dengan
menggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan alternatif jalan
keluar pemecahan isu. Salah satu alat bantu penetapan kriteria isu yang
berkualitas adalah menggunakan teknik tapisan dengan menetapkan rentang
penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan
Kelayakan.
Selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam isu yang telah
memenuhi kriteria AKPK atau USG atau teknik tapisan lainnya dengan
menggunakan alat bantu dengan teknik berpikir kritis, misalnya
menggunakan system berpikir mind mapping, fishbone, SWOT, tabel
frekuensi, analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya menerapkan
kemampuan berpikir hubungan sebab-akibat untuk menggambarkan akar dari
isu atau permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu
yang akan diusulkan.
Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis adalah perbandingan kinerja
aktual dengan kinerja potensial atau yang diharapkan. Metode ini merupakan
alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan kinerja
perusahaan.
C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
1. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara
Secara ontologis bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku
serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif,
secara epistemologis fakta-fakta sejarah membuktikan bahwa bela
Negara terbukti mampu menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sementara secara aksiologis bela Negara diharapkan dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
“Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang
dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam
menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan
kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara”.
Rumusan 5 Nilai Bela Negara antara lain : rasa cinta tanah air, sadar
berbangsa dan bernegara, setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara,
rela berkorban untuk bangsa dan negara; mempunyai kemampuan awal
bela negara.
2. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan
lain.
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
c. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai
dengan kemampuan diri.
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun
kelompok dalam materi Team Building.
f. Membentuk iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
g. Berbakti pada orangtua, bangsa, agama.
h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam
melaksanakan kegiatan.
i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois,
tidak disiplin.
j. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar
sesama.
3. Kemampuan Awal Bela Negara
Bela negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan
warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman. Kemampuan awal bela
negara antara lain :
a. Kesiapsiagaan jasmani, merupakan kegiatan atau kesanggupan
seseorang untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih
baik dan efisien. Kesiapsiagaan jasmani bermanfaat memiliki postur
yang baik, memiliki ketahanan melakukan pekerjaan berat, dan
memiliki ketangkasan yang tinggi.
b. Kesiapsiagaan mental, merupakan kesiapsiagaan seseorang dengan
memahami kondisi mental, perkembangan mental, dan proses
menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan
perkembangan mental/jiwa (kedewasaaan)nya, baik tuntutan dari
dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
c. Menjunjung kearifan lokal, merupakan hasil pemikiran dan
perbuatan yang diperoleh manusia di tempat ia hidup dengan
lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan
lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan
perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup
di berbagai bidang kehidupan manusia.
d. Memiliki etika/ etiket dan moral.
4. Rencana Aksi Bela Negara
Aksi nasional bela negara adalah sinergi setiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan
negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
5. Indikator Nilai-nilai Bela Negara
a. Cinta tanah air, meliputi : mencintai, menjaga dan melestarikan
lingkungan hidup; menghargai dan menggunakan karya anak bangsa;
menggunakan produk dalam negeri; menjaga dan memahami seluruh
ruang wilayah NKRI; menjaga nama baik bangsa dan negara;
mengenal wilayah tanah air tanpa rasa fanatisme kedaerahan.
b. Sadar berbangsa dan bernegara, meliputi : disilpin dan tanggung
jawa terhadap tugas yang dibebankan; menghargai dan menghormati
keanekaragaman suku, agama, ras dan antar golongan;
mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan
golongan; bangga terhadap bangsa dan negara sendiri; rukun dan
berjiwa gotong royong dalam masyarakat; menjalankan hak dan
kewajiban sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
c. Setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara, meliputi :
menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan
benar; memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari; meyakini Pancasila sebagai dasar negara serta
menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara;
menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai musyawarah mufakat.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara, meliputi : rela menolong
sesama warga masyarakat yang mengalami kesulitan tanpa melihat
latar belakang sosio-kulturalnya; mendahulukan kepentingan bangsa
dan negara dari pada kepentingan pribadi dan golongan;
menyumbangkan tenaga, pikiran, kemampuan untuk kepentingan
masyarakat, kemajuan bangsa dan negara.
e. Mempunyai kemampuan awal bela negara, meliputi : memiliki
kemampuan, integritas dan kepercayaan diri yang tinggi dalam
membela bangsa dan negara; mempunyai kemampuan memahami
dan mengidentifikasi bentuk-bentuk ancaman di lingkungan masing-
masing; senantiasa menjaga kesehataannya sehingga memiliki
kesehatan fisik dan mental yang tinggi, memiliki pengetahuan
tentang kearifan lokal dalam menyikapi setiap ancaman.
Kesadaran Bela Negara mulai dikembangkan dengan sadar sebagai
bagian dari bangsa dan Negara. Bangsa yang majemuk, bangsa yang
mendapatkan kemerdekaannya bukan karena belas kasihan atau pengakuan
dari bangsa-bangsa penjajah, namun direbut dengan segala pengorbanan
seluruh rakyat, mulai dari pengorbanan harta, hingga pengorbanan jiwa dan
raga. Dari kecintaan pada tanah air, dikembangkan keinginan yang kuat untuk
berbuat yang terbaik untuk negeri. Sadar menjadi bagian dari bangsa dan
Negara akan mendorong pada tekad, sikap dan perilaku untuk menjadi warga
Negara yang baik, yang patuh dan taat pada hukum dan norma-norma yang
berlaku. Kepentingan pribadi, kelompok atau golongan harus diletakkan di
bawah kepentingan bangsa dan Negara. Dengan demikian, bangsa dan Negara
ini akan terus berjalan menuju cita-cita dan tujuan nasionalnya. Sikap dan
perilaku yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan prasyarat utama dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara.
AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR ASN

A. BERORIENTASI PELAYANAN
Employee Value Proposition ASN adalah Employer Branding ASN:
“Bangga Melayani Bangsa”
Panduan Perilaku Core Values ASN BerAKHLAK sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan
 Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
 Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan
 Melakukan perbaikan tiada henti
2. Akuntabel
 Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, serta
disiplin dan berintegritas tinggi
 Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien
 Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan
3. Kompeten
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah
 Membantu orang lain belajar
 Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
4. Harmonis
 Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
 Suka menolong orang lain
 Membangun lingkungan kerja yang kondusif
5. Loyal
 Memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
 Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara,
serta menjaga rahasia jabatan dan negara
6. Adaptif
 Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
 Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
 Bertindak proaktif
7. Kolaboratif
 Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
 Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
 Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama
Fungsi dan Tugas ASN Berdasarkan Undang-Undang ASN:
a. Pelaksana kebijakan publik,
Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. Pelayan publik,
Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Perekat dan pemersatu bangsa,
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
B. AKUNTABEL
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan
kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
Berakhlak Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi.
C. KOMPETEN
1. Kebijakan Pembangunan Aparatur
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN
dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan
karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme,
wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship.
2. Pengembangan Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin
dan/atau mengelola unit organisasi;
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku
dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi
dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
3. Perilaku Kompeten
Meningkatkan kompetensi diri:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah adalah keniscayaan.
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau
disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan
berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet.
c. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis
online network.
d. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau
instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain.
e. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang
mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi
dan atau luar organisasi.
Membantu Orang Lain Belajar:
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor
termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer
pengetahuan.
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam
“pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open
Forums).
c. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).
Melakukan kerja terbaik:
a. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap
organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis,
hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya
manusia.
b. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak
dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
D. HARMONIS
1. Keanekaragaman Bangsa Dan Budaya Di Indonesia
Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan wilayah yang luas,
Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia 30 juta jiwa. Keaneka ragaman suku bangsa itu
dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak geografis Indonesia yang
berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang
membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.
2. Pengetahuan
Semangat gotong royong juga dapat diperkuat dalam kehidupan
masyarakat sipil dan politik dengan terus menerus mengembangkan
Pendidikan kewarganegaraan dan multikulturalisme yang dapat membangun
rasa keadilan dan kebersamaan dilandasi dengan prinsip prinsip kehidupan
public yang lebih partisipatif dan non diskriminatif. Ada dua tujuan
nasionalsime yang mau disasar dari semangat gotong royong, yaitu kedalam
dan keluar.
Dengan demikian, model pendidikan pluralitas dan multikultur tidak
sekadar menanamkan nilai-nilai keberagaman budaya, namun juga
memperkuat nilai-nilai bersama yang dapat dijadikan dasar dan pandangan
hidup bersama. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya
belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan
masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Itulah
sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi
yang harmonis dalam lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat
sangat diperlukan.
3. Kelola dan Etika dalam Organisasi
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan hak-
haknya sebagai dampak globalisasi yang ditandai revolusi dibidang
telekomunikasi, teknologi informasi, transportasi telah mendorong
munculnya tuntutan gencar yang dilakukan masyarakat kepada pejabat publik
untuk segera merealisasikan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang
baik. Pola-pola lama dalam penyelenggaraan pemerintahan sudah tidak sesuai
lagi dengan tatanan masyarakat yang telah berubah.
4. Peran ASN
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki
pengetahuan tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri,
sejarah proses perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk
pula berbagai macam gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang
menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa.
a) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
c) Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau
golongan yang ada.
E. LOYAL
1. Konsep Loyal
a. Pengertian Loyal dan Loyalitas
Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Loyalitas
adalah suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk
memiliki, mendukung, merasa aman, membangun keterikatan, dan
menciptakan keterikatan emosional.
Beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a) Taat pada Peraturan
b) Bekerja dengan Integritas
c) Tanggung Jawab pada Organisasi
d) Kemauan untuk Bekerja Sama
e) Rasa Memiliki yang Tinggi
f) Hubungan Antar Pribadi
g) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i) Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
b. Loyal dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values
ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;
serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
c. Membangun Perilaku Loyal
1.) Dalam Kontek Umum
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia
(loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut
dilakukan:
a) Membangun rasa kecintaaan dan memiliki seorang pegawai
akan setia dan loyal terhadap organisasinya apabila pegawai
tersebut memiliki rasa cinta dan yang besar terhadap
organisasinya.
b) Meningkatkan kesejahteraan usaha peningkatan kesejahteraan
pegawai dapat menjadi salah satu faktor yang dapat
menumbuhkan rasa dan sikap loyal seorang pegawai.
c) Memenuhi kebutuhan rohani maksud dari pemenuhan
kebutuhan rohani adalah kemampuan organisasi untuk
memberikan hak pegawai atas hal yang tidak bersifat materi.
d) Melakukan evaluasi secara berkala dengan melakukan evaluasi
secara berkala terhadap kinerja, maka setiap pegawai dapat
mengetahui kesalahan atau kekurangannya sebagai acuan untuk
terus melakukan perbaikan dan pengembangan kinerjanya
sebagai wujud loyalitasnya.
2.) Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia
dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang
dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan
negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.
3.) Meningkatkan Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang
wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati
bangsa lain. Sedangkan Nasionalisme Pancasila adalah pandangan
atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
a) menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan serta
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan;
b) menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan
negara;
c) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
serta tidak merasa rendah diri;
d) mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
antara sesama manusia dan sesama bangsa;
e) menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; dan
f) mengembangkan sikap tenggang rasa.
2. Panduan Perilaku Loyal
a. Panduan Perilaku
1) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI
serta Pemerintahan yang Sah.
2) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan
Negara .
3) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
b. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
c. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Dampak negatif yang dapat terjadi jika seorang PNS tidak
disiplin adalah turunnya harkat, martabat, citra, kepercayaan, nama
baik dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas Unit Kerja,
instansi, dan/atau pemerintah/negara.
d. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut
merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam
konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
a) ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
b) ASN sebagai Pelayan Publik
c) ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa
e. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
Aktualisasi nilai-nilai pada setiap sila-sila dalam Pancasila dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Sila Ke-1 (Nilai-Nilai Ketuhanan)
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Ketuhanan diharapkan
bisa memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian,
melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan
diri untuk mengembangkan potensi diri sebagai ASN yang loyal
kepada bangsa dan negara guna mengelola kekayaan alam yang
diberikan Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
b) Sila Ke-2 (Nilai-Nilai Kemanusiaan)
Dengan berlandaskan pada prinsip kemanusiaan ini, berbagai
tindakan dan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan tidak sepatutnya mewarnai kebijakan dan perilaku
ASN sebagai perwujudan dari loyalitasnya pada bangsa dan
negara.
c) Sila Ke-3 (Nilai-Nilai Persatuan)
Seorang ASN yang loyal dapat mengambil peran dan
memainkan fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
d) Sila Ke-4 (Nilai-Nilai Permusyawaratan)
Demokrasi yang berciri kerakyatan berarti adanya
penghormatan terhadap suara rakyat. Sementara ciri
permusyawaratan bermakna bahwa negara menghendaki
persatuan di atas kepentingan perseorangan dan golongan.
Penyelenggaraan pemerintahan didasarkan atas semangat
kekeluargaan di antara keragaman bangsa Indonesia dengan
mengakui adanya kesamaan derajat.
e) Sila Ke-5 (Nilai-Nilai Keadilan Sosial)
Perwujudan negara kesejahteraan sangat ditentukan oleh
integritas dan mutu penyelenggara negara, disertai dukungan
rasa tanggung jawab dan rasa kemanusiaan yang terpancar dari
setiap ASN yang memiliki loyalitas tinggi. Dalam visi negara
yang hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, berlaku prinsip “berat sama dipikul, ringan sama
dijinjing”.
F. ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk
bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman
yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah
diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapl juga mengubah lingkungan
sesuai dengan keadaan (keinginan din Sejatinya tanpa beradaptasi akan
menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah
pada akhirnya olen perubahan lingkungan.
Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi
individu dan organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini
organisasi maupun individu menghadapi permasalahan yang sama, yaitu
perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik adaptif
dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.
G. KOLABORATIF
1. Definisi Kolaboratif
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek
pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi.
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga
tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata
kelola kolaborasi yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang
2) merencanakan aksi kolaborasi
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
Pengertian WoG
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau
menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas
batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai
respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
2. Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018),
organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai
berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan
perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga
dan membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus
menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau
mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam
menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari
konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap
Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas
kolaborasi antar organisasi yaitu:
(1) Kerjasama Informal;
(2) Perjanjian Bantuan Bersama;
(3) Memberikan Pelatihan;
(4) Menerima Pelatihan;
(5) Perencanaan Bersama;
(6) Menyediakan Peralatan;
(7) Menerima Peralatan;
(8) Memberikan Bantuan Teknis;
(9) Menerima Bantuan Teknis;
(10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
(11) Menerima Pengelolaan Hibah.
3. Aspek NORMATIF Kolaboratif Pemerintahan
Terkait kerja sama daerah, berdasarkan ketentuan Pasal 363
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diatur
bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat
mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.
Sebagai pemimpin kolaboratif yaitu: semangat entrepreneur,
membangun tata Kelola berjejaring dan bersifat transformasional.
Kepemimpinan dan tata kelola kolaboratif ini ternyata mampu menjadi
ekosistem pemerintahan untuk mengurangi angka kemiskinan di kedua
daerah yang diteliti secara signifikan. Praktik baik kepemimpinan
kolaboratif ini memiliki potensi untuk dibentuk, diperluas dan
dilaksanakan di pemerintahan daerah lainnya
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

A. SMART ASN
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media
digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara
produktif . Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang
bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu
bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan
persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Secara umum, literasi
digital memang sering dianggap sebagai kecakapan menggunakan internet
dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal, literasi
digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan
pada kecakapan untuk menguasai teknologi.
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan
menggunakan media digital saja, namun juga budaya menggunakan digital ,
etis menggunakan media digital , dan aman menggunakan media digital .
International Telecommunication Union
a. Pada tahun 2017, peringkat ICT Development Index Indonesia berada di
posisi 7 dari 11 negara di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Indonesia
mencatat kenaikan skor yang cukup tinggi dalam waktu 1 tahun.
b. Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena data kurang
memadai.
Institute of International Management Development
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital
skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum
literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,
menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia
digital
a. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari media konvensional
ke media digital.
b. Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan
kesempatan tak terbatas dan big data, telah mengubah perilaku
masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi,
hingga berkolaborasi.
c. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi..
Aman Bermedia Digital
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang
bersifat formal dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif.
Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib
dimiliki oleh pengguna media digital.
a. Memahami berbagai konsep dan mekanisme proteksi baik terhadap
perangkat digital maupun terhadap identitas digital dan data diri.
b. Empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan
digital bukan sekadar
c. Afektif tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan data diri
sendiri, melainkan juga menjaga keamanan pengguna lain sehingga
tercipta sistem keamanan yang kuat.
Budaya Bermedia Digital
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang
bersifat formal dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif.
Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib
dimiliki oleh pengguna media digital.
a. Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel,
situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya.
b. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga
tidak bisa lepas satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital
tanpa fungsi dari keduanya.
c. Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer
pribadi.
Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari
perkembangan teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat
menarik yang memiliki kaitan dengan berbagai aspek . Oktober 2020, aplikasi
pesan terbesar masih dikuasai oleh WhatsApp.
Empat Dimensi Persiapan
Akses terhadap internet. Aplikasi percakapan dan media sosial
bagaimanapun adalah platform digital yang membutuhkan internet agar bisa
beroperasi.
Syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi.
Membuat dan/atau membuka akun. Mendaftarkan akun membutuhkan
data-data pribadi, misalnya nama lengkap, nomor telepon, surel, dan lainnya.
Proses inilah yang harus diwaspadai, terutama bila data-data pribadi tersebut
terhubung dengan data bank maupun dompet digital.
Etika merupakan sistem nilai dan norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah
lakunya K.Bertens. Etiket yang didefinisikan sebagai tata cara individu
berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat .
Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi
dengan orang lain. Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian. Hal
lain yang membedakan etika dan etiket ialah bentuknya, etika pasti tertulis,
misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak tertulis .
B. MANAJEMEN ASN
Aparatur sipil negara mempunyai peran yang amat penting dalam
rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban
modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam
menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata,
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Berbagai tantangan yang
dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam mencapai tujuan tersebut semakin
banyak dan berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri yang menuntut
aparatur sipil negara untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam
menjalankan tugas dan fungsinya serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
Birokrasi kita masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang
ditandai dengan masih rendahnya kinerja pelayanan birokrasi dan masih
tingginya angka korupsi di Indonesia.Untuk mewujudkan birokrasi yang
profesional dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pemerintah
melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah
bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin profesional.
Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara
yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki
integritas, profesional, dan mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas bagi masyarakat, untuk itu
1. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama
ini dianggap belum sempura untuk menciptakan birokrasi yang
profesional. Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka
konsep yang dibangun dalam UU ASN harus jelas. Konsep dalam UU
No. 5 Tahun 2014 tentang ASN Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN
terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN
berfungsi sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan publik
b) Pelayan publik
c) Perekat dan pemersatu bangsa
Pegawai ASN bertugas :
a) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b) Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
c) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN adalah :
 PNS berhak memperoleh :
a) gaji, tunjangan, dan fasilitas.
b) cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua.
c) perlindungan, pengembangan kompetensi.
 Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
a) gaji dan tunjangan, cuti
b) perlindungan dan pengembangan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa:
a) jaminan kesehatan;
b) jaminan kecelakaan kerja;
c) jaminan kematian; dan
d) bantuan hukum.
4. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
a) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah.
b) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
c) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang.
d) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
e) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab.
f) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan.
g) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
h) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai
ASN:
a) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
b) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
e) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
f) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien.
h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
i) Memberikan informasi secara benar dan tidakmenyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan.
j) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
k) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
l) melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.
 Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Konsep Sistem Merit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
pengelolaan ASN. Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam
manajemen SDM yang menggambarkan diterapkannya objektivitas
dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada
pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan
pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam
pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi
seseorang dalam atau untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak
berdasarkan pertimbangan subjektif seperti afiliasi politik, etnis, dan
gender. Objektifitas dilaksanakan pada semua tahapan dalam
pengelolaan SDM (rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan
promosi). Sistem ini biasanya disandingkan dengan spoil sistem, yaitu
penerapan manajemen SDM-nya lebih mengutamakan pertimbangan
subjektif.
Undang-undang ASN memandang bahwa sumber daya manusia
(SDM) adalah aset yang harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut
maka setiap ASN memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan
kualitas diri masing-masing. Oleh karenanya setiap ASN dimotivasi
untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit merupakan salah satu
bentuk motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas dirinya.
Dalam sistem merit berbagai keputusan dalam manajemen SDM
didasari pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Dalam recruitment,
kualifikasi dan kompetensi menjadi pertimbangan seseorang untuk
menjadi pegawai ASN. Sistem CAT (computer-assisted testing) yaitu
model assessment atau penilaian dimana kandidat/ calon menjawab
pertanyaan (atau menyelesaikan latihan) dengan menggunakan komputer
(menjadi bagian dalam program komputer), mampu menjamin
transparansi, efisiensi serta efektivitas dalam rekruitmen pegawai karena
pengolahan sampai dengan pengumuman sepenuhnya berdasarkan
program dalam komputer. Intervensi dan preferensi personal dapat
dikurangi bahkan dapat dihilangkan dengan sistem ini, sehingga kita
mendapatkan calon PNS yang berkualitas.
Semua fungsi dan komponen dalam manajemen ASN sebagaimana
tercantum dalam Pasal 55 (mengatur tentang manajemen PNS) dan
pasal 93 (mengatur manajemen PPPK) UU ASN harus menerapkan
sistem merit. Pasal 55 menyebutkan bahwa “ Manajemen PNS meliputi
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian,
jaminan pensiun hari tua, dan perlindungan.
Pasal 93 Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan,
pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan
kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan
kerja, perlindungan.
Pelaksanaan sistem merit dalam beberapa komponen pengelolaan
ASN sebagaimana di atas khususnya dalam penyusunan dan penetapan
kebutuhan (perencanaan kebutuhan pegawai/planning), penilaian kinerja
(monitoring dan penilaian), pengembangan kompetensi, promosi,
mutasi, penghargaan.
 Mekanisme Pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah
kebijakan dan praktik dalam mengelola aspek manusia atau sumber
daya manusia dalam organisasi termasuk dalam hal ini adalah
pengadaan, penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan
penghargaan. UU No 5 tentang ASN secara detail menyebutkan
pengelolaan pegawai baik untuk PNS maupun PPPK seperti disebutkan
pada bagian Merit sistem.
Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen
PPPK, Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem
Informasi.
 Manajemen PNS
Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yaitu : penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
jaminan pensiun dan jaminan hari tua dan perlindungan.
 Manajemen PPPK
Berupa: penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan
perlindungan.

Anda mungkin juga menyukai