Anda di halaman 1dari 28

JURNAL

MOOC PPPK

Nama : Angga Wijaya, S.Pd


NIP : 198706222022211007
Jabatan : Guru Ahli Pertama
Unit Kerja : SMAN 1 Cikancung

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


TAHUN 2023
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan Nilai-Nilai Bela Negara


Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila , UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur dan sejahtera.
Empat konsesus dasar Berbangsa dan bernegara terdiri atas Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia
merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi
simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih.
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yanng selanjutnya disebut
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh
wilayah NKRI.
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal
Ika.
Pada Tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo
Bambang Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela
Negara.
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau

1
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan
segenap bangsa.
Kewaspadaan dini adalah kewaspadaan setiap warga Negara terhadap setiap
potensi ancaman.

2
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.
Nilai dasar bela negara meliputi cinta tanah air, sadar berbangsa dan
bernegara, setia pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk
bangsa dan negara, dan kemampuan awal bela Negara.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan
dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar bela negara.
Makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan
sifat kekeluargaan, jiwa gotong royong, musyawarah dan lain sebagainya.
Prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yang harus kita hayati serta
kita pahami lalu kita amalkan yaitu prinsip bhineka tunggal ika, prinsip
nasionalisme Indonesia, prinsip kebebasan yang bertanggungjawab, prinsip
wawasan nusantara, dan prinsip persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-
cita reformasi.
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(“UU AP”) yang diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014, memuat perubahan
penting dalam penyelanggaraan birokrasi pemerintahan diantaranya: mengenai
jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan, pejabat pemerintahan
mempunyai hak untuk diskresi, dan memperoleh perlindungan hukum dan
jaminan keamanan dalam menjalankan tugasnya.
Berdasarkan Pasar 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan

2
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

3
B. Analisis Isu Kontemporer
Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari,
menjadi bagian yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara
kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor
pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan
tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional
(Society), dan Dunia (Global).
Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda”
saja, namun lebih dari pada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah
perubahan ke arah yang lebih baik untuk memuliakan manusia/humanity
(memberikan manfaat bagi umat manusia). Hanya manusia dengan
martabat dan harkat hidup yang bisa melakukan perbuatan yang
bermanfaat dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur, serta mencegah dirinya
melakukan perbuatan tercela.
Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN No. 5 tahun
2014, setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita
ruang publik harus dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap
perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis kontemporer yang
dimaksud yaitu:
a. Korupsi;
b. Narkoba;
c. Terorisme dan Radikalisme
d. Tindak pencucian uang;
e. Proxy war; dan
f. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)

3
Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang
diartikan sebagai masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia isu adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi; kabar
yang tidak jelas asal usulnya

4
dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas desus. Masing-masing jenis
isu ini memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari perspektif urgensi atau
waktu maupun analisis dan strategi dalam menanganinya.
Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda
berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu :
a. Isu saat ini (current issue)
Merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan publik
secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari
pengambil keputusan.
b. Isu berkembang (emerging issue)
Merupakan isu yang perlahan-lahan masuk dan menyebar di ruang publik,
dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut.
c. Isu potensial
Kelompok isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat
terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis
intelijen, dsb) yang mengidentifikasi adanya kemungkinan merebak isu
dimaksud di masa depan.
Kemampuan yang dapat mempengaruhi dalam mengidentifikasi dan / atau
menetapkan isu, yaitu kemampuan Enviromental Scanning, Problem Solving, dan
berpikir Analysis.

C. Kesiapsiagaan Bela Negara


“Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang
dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam
menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai
kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi
oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat,
dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara”.

4
Kesiapsiagaanbela Negara merupakan aktualisasi dari nilai-nilai bela
Negara oleh setiap waraga Negara berdasarkan profesi yang di miliki.
Seorang ASN harus

5
mampu menyusun rencana aksi bela Negara dan melakukan kegiatan
kesiapsiagaan bela Negara.
Prilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh keinginan ASN untuk
memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap perbuatan dengan baik,
kesiapsediaan bela Negara dilakukan dengan baik akan memberikan
manfaat yang besar bagi ASN diantaranya membentuk sikap disiplin diri,
meningkatkan kerjasama, membentuk mental dan fisik yang tangguh, dll.
Beberapa hal yang dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan
kesiapsiagan bela negarayaitu kesiapsiagaan jasmani, kesiapsiagaan
mental,etika dan moral serta kearifan local. Setiap orang yang sudah
memiliki hal tersebut diatas, maka akan siap melaksanakan kesiapsiagaan
bela Negara dengan baik.
Pelaksanaan kesiapsiagaan bela Negara dapat dijalankan dengan
membuat rencana aksi, dimana rencana aksi ini terdiri dari indicator-
indikator yang harus dicapai dalam melaksnakan kesiapsiagaan bela
Negara. Rencana aksi dapat disusun dengan cara membuat susunan
rencana, setelah disusun rencana yang dibuat maka tinggal melakukan
aktualisasi di kehidupan berbangsa dan bernegara.
Implementasi dari kesiapsiagaan bela Negara dapat dilihat dari
kedisiplinan baris berbaris, adanya pelatihan keprotokolan, kewaspadaan
diri dari segal hal yang sifatnya dapat mengancam, membangun tim yang
solid dan kompak serta dengan diadakan caraka malam dan api semangat
bela Negara yang bertujuan memberikan stimulus rasa cinta tanah air yang
membara, rasa ingin membela bangsa dan Negara serta menumbuhkan
sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sehingga
kesiapsiagaan bela Negara bukan hanya dilakukan dalam hal mengangkat
senjata di tengah peperangan, melainnkan memberikan kemampuan
terbaik sesuai dengan profesi yang di miliki merupakan sikap aksi bela
Negara yang sesungguhnya.

5
AGENDA II
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. Berorientasi Pelayanan
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik
adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara
pelayanan publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan
bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam
Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

6
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Prinsip pelayanan publik yang baik adalah:


a. Partisipatif;
b. Transparan;
c. Responsif;
d. Tidak diskriminatif;
e. Mudah dan Murah;
f. Efektif dan Efisien;
g. Aksesibel;
h. Akuntabel; dan
i. Berkeadilan.

Ada Tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam


konteks ASN, yaitu:
a. Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi;
b. penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat; dan
c. kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya pelayanan yang
baik juga tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun kerja tim
di dalam internal organisasi;
b. Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima;
c. Pemberian pelayanan yang prima.
Pelayanan Prima adalah memberikan pelayanan sesuai atau melebihi
harapan pengguna layanan. Tingkatan dalam memberikan pelayanan
prima:
a. Memenuhi kebutuhan dasar pengguna;
b. Memenuhi harapan pengguna; dan

7
c. Melebihi harapan pengguna, mengerjakan apa yang lebih dari yang
diharapkan.
Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan
dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang
terdiri dari:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
c. Melakukan perbaikan tiada henti.

B. Akuntabel
Akuntabel adalah mempunyai arti dapat dipertanggung jawabkan
secara substansi akuntabel pembahasan pembentukan nilai-nilai dasar
akuntabilitas, yang terkait dengan pelaksanaan tugas dengan jujur
bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi. undang-
undang nomor 25/2009 layanan publik pasal 4 menyebutkan asas
pelayanan publik yang meliputi :
a. Kepentingan umum;
b. Kepastian hukum;
c. Kesamaan hak;
d. Keseimbangan hak dan kewajiban;
e. Keprofesionalan;
f. Partisipatif;
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. Keterbukaan;
i. Akuntabilitas;
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok Rentan;
k. Ketetapan waktu;
l. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak
mudah untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas,

8
yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui
bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering
disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang
berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan
amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan
publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan
kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi.
Adapun aspek-aspek Akuntibitas yaitu:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggungjawab

9
untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam
akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang
bertanggungjawab antara kedua belah pihak;
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah
yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan
dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam
dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu berwujud suatu
laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi
adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah);
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences) Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat
berupa penghargaan atau sanksi; dan
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber
daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap
individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif
yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.
Pada intinya Akuntibilitas sangat penting. Akuntibilitas adalah prinsip

10
dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi
sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban
laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007),
yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional); dan
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat
birokrasi, serta antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan
masyarakat.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu:
a. Akuntabilitas personal;
b. Akuntabilitas individu;
c. Akuntabilitas kelompok;
d. Akuntabilitas organisasi; dan
e. Akuntabilitas stakeholder.

C. Kompeten
Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan
menjadi bagian ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah
sebagai instansi pembelajar (organizational learning). Pada ujungnya,
wujudnya pemerintahan yang unggul dan kompetitif, yang diperlukan
dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan perubahan
lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu,
sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih
lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri
Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat diperhatikan

11
dalam Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam
poin 4, antara lain, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik)
kompeten yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubahi;
b. Membantu orang lain belajar; dan
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Perilaku kompeten ini sebagaiamana dalam poin 5 Surat Edaran
MenteriPANRB menjadi bagian dasar penguatan budaya kerja di
instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kinerja individu
dan tujuan organisasi/instansi.
1. Berkinerja yang BerAkhlak:
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja;
b. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai
pelayan public; dan
c. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku
BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah adalah keniscayaan;
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi
atau disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan
pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dari
Internet;
c. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas
dalam basis online network;
d. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit
kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain; dan
Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks),

12
yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam
organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria
kantor termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang
transfer pengetahuan;
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif
dalam “pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs
and Open Forums)
c. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung
dalam dokumen kerja seperti laporan, 54 presentasi, artikel, dan
sebagainya dan memasukkannya ke dalam repositori di mana ia
dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories); dan
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access
and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert
network), pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya,
dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman
(lessons learned).
4. Melakukan kerja terbaik:
a. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan
setiap organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta,
bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai
perubahan lingkungan dan karya manusia;
b. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak
dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang.

D. Harmonis
Keaneka ragaman suku bangsa di Indonesia disebabkan karena
kondisi letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua

13
dan samudra. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya percampuran ras,
suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang membuat beragamnya suku
bangsa dan budaya diseluruh Indonesia.
Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran
nasional yang mengandung citacita dan pendorong bagi suatu bangsa,
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan dan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan.
Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang
telah dimiliki bangsa Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka
tunggal ika telah lama dimiliki bangsa di nusantara. Bhinneka Tunggal
Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Istilah tersebut diadaptasi dari
sebuah kakawin peninggalan Kerajaan Majapahit. Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika pertama kali diungkapkan oleh Mpu Tantular dalam kitabnya,
kakawin Sutasoma.
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan
tantangan yang besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang
berupa keuntungan dan manfaat Selain memberikan manfaat tersebut
keanekaragaman juga memberikan tantangan kepada negara kita.
Keberagaman bangsa Indonesia juga merupakan tantangan berupa
ancaman, karena dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat
penduduk Indonesia berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa
menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan
dan kesatuan bangsa.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman
bangsa dan budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan
teori nasionalisme berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai
ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan

14
masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku,
budaya, agama dan lain-lain.
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian
rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang
luhur.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita
secara individu tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk
saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja
dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari
kode etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN.
Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN Penerapan
sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis yaitu
toleransi, Empati, Keterbukaan terhadap perbedaan.
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki
pengetahuan tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia
berdiri, sejarah proses perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa
termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan separatism dan berbagai
potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi
persatuan bangsa. Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana
harmonis tidak mudah. Realita lingkungan selalu mengalami perubahan
sehingga situasi dan kondisi juga mengikutinya, upaya menciptakan
budaya harmonis di lingkungan bekerja tersebut dapat menjadi salah satu
kegiatan dalam rangka aktualisasi penerapannya.

E. Loyal
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi
ASN sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku.
Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-

15
undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.
Terdapat beberapa ciri / karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada aturan;
2. Bekerja dengan integritas;
3. Tanggungjawab pada organisasi;
4. Kemauan untuk bekerjasama dengan semua anggota;
5. Rasa memiliki yang tinggi;
6. Hubungan antar pribadi yang baik dengan pegawai lain juga
pemimpinnya;
7. Kesukaan terhadap pekerjaan;
8. Keberanian mengutarakan ketidak setujuan; dan
9. Menjadi teladan bagi pegawai lain.

F. Adaftif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh
individu maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik,
seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi
antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi
dan lain sebagainya.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat
diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja
pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam
lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:
a. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;
b. Mendorong jiwa kewirausahaan; dan
c. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja

16
ASN di sektornya masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan
penyesuaian dengan berbagai tuntutan pelayanan terbaik yang diinginkan
oleh masyarakat.
Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan teknologi
seperti artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big Data,
otomasi dan yang lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi menjadi
salah satu pendorong perubahan terpenting, yang mengubah cara kerja
birokrasi serta sektor bisnis. Pada masa di mana teknologi sudah menjadi
tulang punggung seluruh business process di sektor bisnis maupun
pemerintahan, maka penggunaan metode konvensional dalam bekerja
sudah seyogyanya ditinggalkan. Peralihan ini tidak saja bertumpu pada
pembangunan infrastruktur teknologi, tetapi juga memastikan SDM,
budaya kerja, mentalitas, dan yang tidak kalah penting yaitu tingkat
aksesibilitas yang memastikan keadilan bagi warga negara untuk
mendapatkan hak pelayanan.
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk
bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau
ancaman yang timbul.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan
adaptif, bukan teknis.
Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagi
instansi pemerintah agar dapat menghasilkan kinerja terbaik dalam
memberikan pelayanan publik, yaitu antara lain:
a. Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri;
b. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
c. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif.
G. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang
dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan
tersebut. Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang
dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua kehidupan, perkembangan

17
teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan
fleksibilitas.
Jadi pada intinya semua ASN bekerja dengan satu tujuan yaitu
kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. SMART ASN

18
Kita selaku pegawai ASN harus menguasai teknologi digital dan harus
memanfaatkannya dengan baik. Dengan adanya teknologi ini kita bisa
terhubung satu sama lain tanpa harus bertatap muka dan informasi juga
dapat disebarluaskan dengan sangat cepat.
Komunikasi yang bersifat serba digital menjadikan literasi digital
sebagai salah satu kebutuhan wajib di era serba teknologi. Maka kita harus
memiliki pemahaman mengenali literasi digital, mengenali berbagai
bentuk masalah, mampu mengimplementasikan, mengaplikasikan dan
menunjukan sikap perilaku yang sesuai dengan kecakapan, keamanan,
etika, dan budaya dalam bermedia digital.
Berdasarkan arahan presiden pada poin pembangunan SDM dan
persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting
untuk meningkatkan kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang
bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu
bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Pilar yang menopang literasi digital terdiri dari etika, budaya,
keamanan dan kecakapan dalam bermedia digital.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita, baik
untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari.
Keamanan digital sangatlah penting dan harus menjadi perhatian
untuk menghindari penipuan, penbajakan perangkat, penyalahgunaan
identitas data diri. Maka kita juga harus memiliki pengetahuan yang
memadai untuk melakukan proteksi terhadap perangkat keras maupun
perangkat lunak akan membantu meningkatkan keamanan perangkat
digital yang kita gunakan.
Misalnya dengan menggunakan kata sandi kombinasi angka dan huruf
agar legih kuat, pastikan tidak ada orang lain yang tahu, rutin
menggantikan kata sandi secata berkala, pencocokan sidik jari, dan
pencocokan wajah.

19
Kita juga harus hati-hati dengan maraknya penipuan digital dengan
berbagai modus seperti penipuan mendapatkan hadiah, diskon, ketidak
sesuaian barang atau produk.

B. Manajemen ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan,pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.
1. Kedudukan ASN
a. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme;
b. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terbagi menjadi dua, yaitu PNS
(Pegawai negeri sipil) dan PPPK (Pegawai pemerintah dengan Perjanjian
Kerja); dan
c. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri, dan merupakan
satu kesatuan.
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan tersebut, maka pegawai ASN berfungsi
sebagai:
a. Pelaksana kebijakan public;
b. Pelayan public; dan
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
3. Tugas ASN
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian
sesuai ketentuan perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.

20
4. Hak ASN
Hak yang dimiliki oleh PNS Hak yang dimiliki oleh PPPK
adalah: adalah:
a. Gaji, tunjangan, dan
a. a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas
fasilitas b. b. Cuti
b. Cuti c. c. Perlindungan, dan
c. Jaminan pensiun dan hari
d. d. Pengembangan kompetensi
tua
d. Perlindungan, dan
e. Pengembangan kompetensi
Perlindungan yang dimaksud diatas adalah Jaminan kesehatan,
Jaminan kecelakaan kerja, Jaminan kematian, dan Bantuan hukum.
5. Kewajiban ASN yang tercantum dalam Undang-undang:
a. Setia, dan taat kepada Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, NKRI, dan pemerintah yag sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
f. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran,kesadaran, dan tanggung jawab;
g. Menunjukan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan
tindakan kerpada setiap orang baik didalam maupun di luar kedinasan;
h. Menyimpan rahasia jabatan, dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai ketentuan perundang-undangan; dan
i. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayan NKRI.
6. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku ASN sangat penting karena dapat

21
berfungsi sebagai pedoman atau panduan dalam melaksanakan tugas dan
sebagai standar penilaian sifat, perilaku dan tindakan birokrasi publik
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
Adapun Kode etik dan kode perilaku ASN adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
b. Melakasanakan tugas dengan cermat, dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
e. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat dan mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau orang lain;
f. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain terkait kepentingan kedinasan;
g. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
h. Menjaga agar tidak terjaid konflik kepentingan dalam melaksanakan tugas;
i. Melaasanakan tugs sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
j. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integrita
ASN;
k. Menggunakan kekayaan dan barang miliki negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien; dan
l. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
Mekanisme pengelolaan ASN dan Dasar Hukum Manajemen ASN
adalah UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara dan diatur
mulai dari pasal 55 UU ASN. Sedangkan Manajemen PNS sesuai dengan
pasal 56 UU ASN tahun 2014.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan,
penilaian kinerja, penggajian dan pengembangan kompetensi, pemberian

22
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan
perlindungan.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi pegawai ASN
Republik Indonesia. Adapun Tujuan korps profesi pegwai ASN republik
Indonesia adalah:
a. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN;
b. Mewujudkan jiwa korps sebagai pemersatu bangsa;
c. Pembinaan dan pengembangan profesi ASN;
d. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota;
e. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik instansi pemerintah
terhadap pelanggaran kode etik; dan
f. Menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejaheraann anggota.

23

Anda mungkin juga menyukai