MOOC PPPK
FORMASI TAHUN 2021
Dengan memahaami Nilai - Nilai Dasar Bela Negara dan Nilai - Nilai Dasar ASN,
diharapkan ASN dapat mengoptimalkan Fungsinya sebagai :
1. Pelaksana Kebijakan Publik
2. Pelayan Publik
3. Perekat dan Pemersatu Bangsa
2
Bertugas untuk melindungi segenap Bangsa dan Tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Memiliki Cita-cita untuk menjadi Negara Indonesia yang Merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Berdasarkan Undang-undang ASN setiap ASN perlu memahami dengan baik fungsi dan
tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017, empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan ASN dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang
tugas masing-masing, yaitu: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Berdasarkan isu-isu strategis di atas, perlu disadari bahwa Aparatur Sipil Negara dihadapkan
pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, ASN harus mampu memahami konsepsi perubahan, dan
perubahan lingkungan strategis melalui isu-isu strategis kontemporer sebagai wawasan strategis
ASN dengan menyadari pentingnya modal insani, dengan menunjukan kemampuan berpikir kritis
dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis dalam menjalankan tugas jabatan sebagai ASN
profesional pelayan masyarakat.
Pendekatan lain dalam memahami apakah isu yang dianalisis tergolong isu kritikal atau
tidak adalah dengan melakukan “issue scan”, yaitu teknik untuk mengenali isu melalui proses
scanning untuk mengetahui sumber informasi terkait isu tersebut sebagai berikut:
1. Media scanning, yaitu penelusuran sumber-sumber informasi isu dari media seperti surat
kabar, majalah, publikasi, jurnal profesional dan media lainnya yang dapat diakses publik
secara luas.
2. Existing data, yaitu dengan menelusuri survei, polling atau dokumen resmi dari lembaga
resmi terkait dengan isu yang sedang dianalisis.
3. Knowledgeable others, seperti profesional, pejabat pemerintah, trendsetter, pemimpin opini
dan sebagainya
4. Public and private organizations, seperti komisi independen, masjid atau gereja, institusi
bisnis dan sebagainya yang terkait dengan isu-isu tertentu
5. Public at large, yaitu masyarakat luas yang menyadari akan satu isu dan secara langsung
atau tidak langsung terdampak dengan keberadaan isu tersebut.
b. Teknik-Teknik Analisis Isu
a. Mind Mapping
b. Fishbone Diagram
c. Analisis SWOT
Semua ASN diharapkan mampu memahami kerangka bela negara dalam Latsar ASN dan
kemampuan awal kesiapsiagaan bela negara, menyusun rencana aksi bela negara dan melakukan
kegiatan kesiapsiagaan bela negara.
5
1. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki seseorang baik
secara fisik, mental maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan sikap secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh
jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 untuk menjaga, merawat dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Aksi Nasional Bela Negara adalah Sinergi setiap warga negara guna mengatasi segala
macam ancaman, gangguan, hambatan dan Tantangan dengan berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa
untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Rencana Aksi Bela Negara adalah wujud aktualisasi dari nilai-nilai Bela Negara yang
dijabarkan dalam bentuk rencana kegiatan Bela Negara yang akan dilakukan oleh peserta baik
selama on campus di lembaga diklat maupun selama off campus di instansi tempat bekerja peserta
masing-masing.
6
AGENDA 2
MODUL 1
BERORIENTASI PELAYANAN
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja fleksibilitas kerja,
penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara pelayanan publik.
3. ASN sebagai Pelayan Publik
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana perilaku pelaksana
pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yaitu:
MODUL 2
AKUNTABEL
9
A. PENGERTIAN AKUNTABILITAS
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core
Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien
Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
B. Aspek-Aspek Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship). Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi,
individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya.
Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif.
Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan kinerja
adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu
menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta
mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
Akuntabilitas memerlukan konsekuensi(Accountability is meaningless without consequences).
Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi.
Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) Tujuan utama dari
akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
C. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi
sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada
atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki 10
tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta antara pemerintah
yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua belah pihak tersebut memiliki ciri
antara lain: Pertama, akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari
tanggung jawabnya. Kedua, akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang
menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban, respon, rectification, dan
sebagainya). Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah dan
publik) yang dapat dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban (Mulgan 2003).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical accountability),
dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas vertikal
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Misalnya,pelaksanaan
pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik yang melibatkan tekanan dari warga.
Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan
lembaga negara. Contohnya adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan
korupsi, dan komisi investigasi legislatif.
D. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas
stakeholder.
Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika.
Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab untuk memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta
menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung jawab untuk
memenuhi tanggung jawabnya
Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam hal ini tidak ada istilah
“Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka
pembagian kewenangan dan semangat
11 Kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada
dalam sebuah institusi memainkan perana yang penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang
diharapkan.
AkuntabilitasOrganisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan
yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada
stakeholders lainnya.
Akuntabilitas Stakeholder
Akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk
mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi Pemerintah (Record
Keeping and Use of Government Information):
MODUL 3
KOMPETEN
Pengamalan nilai kompeten meliputi:
1) Pemahaman terkait Tantangan Lingkungan Strategis meliputi isu-isu utama terkait yaitu Vuca dan
disrupsi teknologi, yang berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan termasuk penyesuaian
pekerjaan ASN.
2) Setiap ASN memiliki pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya mewujudkan ASN yang
profesional dan kompeten, dengan karakteristik SMART ASN.
3) Setiap ASN memahami tentang arah kebijakan pengembangan yang berlaku di linkungan ASN,
termasuk program serta pendekatan pengembangan ASN.
4) Pengamalan nilai kompeten sebagai bagian ciri penting dalam konteks profesionalisme ASN..
Akuisisi sejumlah kompetensi dalam standar kompetensi ASN diperlukan tumbuhnya perilaku dan
kompetensi ASN yang adaptif terhadap dinamika lingkungannya. Menserasikan standar kompetensi
jabatan dan model pengembangan, dengan pendekatan pengambangan yang lebih variatif dan
individual (seperti dari klasikal kepada non klasikal), sesuai kebutuhan kesenjangan kompetensi
masing-masing pegawai, selayaknya lebih diintensifkan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017, Pasal 210 sampai dengan pasal 212,
Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan sebagai berikut:
2. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk melaksanakan
pengembangan kompetensi tertentu.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan.
MODUL 4
HARMONIS
. Setelah memperoleh pengetahuan dan pemahaman tersebut maka ASN akan mampu menunjukkan
kemampuan menciptakan suasana harmonis dilingkungan bekerja, memberikan layanan yang
berkeadilan kepada masyarakat, serta dapat menunjukkan perilaku yang beretika dan menjadi perekat
bangsa dalam segala aspek kehidupan sebagai warga Negara.
1. Memahami dan menjelaskan keanekaragaman bangsa Indonesia serta dampak, manfaat dan potensi
disharmonis di dalamnya.
2. Menjelaskan dan menerapkan nilai harmonis sesuai kode etik ASN secara konseptual teoritis yang
meliputi saling peduli dan meghargai perbedaan, serta memberikan contoh perilaku dengan
menghargai setiap orang apapun latar belakangnya, suka menolong orang lain serta membangun
lingkungan kerja yang kondusiif.
MODUL 5
LOYAL
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN
menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core
Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Nilai “Loyal” harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. 1. Faktor Loyal
Ada faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
a. Faktor Internal:
17
Sebagai upaya yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan ASN
yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
b. Faktor eksternal
Modernisasi dan globalisasi. ASN harus mampu berpikir logis, kritis, inovatif, dan terus
mengembangkan diri berdasarkan semangat nasionalisme dalam menghadapi tantangan global.
c) Kontribusi
d) Nasionalisme
e) Pengabdian
4. Membangun Perilaku Loyal
a. Dalam Konteks Umum
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala
b. Memantapkan Wawasan Kebangsaan
c. Meningkatkan Nasionalisme
18
Panduan Perilaku Loyal
a. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah.
b. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
c. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
MODUL 6
ADAPTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Alasan nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik,yaitu
Perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan
iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
Pengertian adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini
juga berlaku juga bagi individu dan organisasi dalam menjalankan fungsinya.
Kreativitas dan Inovasi
Kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan satu sama lain. Sebuah inovasi yang baik biasanya
dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi akan sulit hadir dan diciptakan.
Menginovasi sebuah barang atau proses akan memerlukan kemampuan kreatif untuk menciptakan.
B. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Organisasi adaptif esensinya adalah
organisasi yang terus melakukan perubahan, mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.
Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK, yaitu:
1. Purpose
2. Cultural values
3. Vision
4. Corporate values
5. Coporate strategy
6. Structure
7. Problem solving
8. Partnership working
9. Rules
Faktor yang mempengaruhi pilihan sentralisasi dan desentralisasi dalam proses pengambilan
keputusan adalah:
1. Perubahan dan ketidakpastian lingkungan yang lebih besar biasanya dikaitkan dengan
desentraliasasi
2. Jumlah sentralisasi atau desentralisasi harus sesuai dengan strategi pencapaian tujuan organisasi
3. Pada masa krisis atau saat diujung tanduk, wewenang dapat dipegang dengan sentralisasi pada
jabatan di level elit
Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada pembentukan budaya organisasi berkinerja tinggi,
dengan bercirikan antara lain3:
Organisasi pemerintah tidak dijamin mampu menghadapi seluruh perubahan yang terjadi sangat
cepat dan dinamis di sekitarnya, kecuali dirinya pun harus ikut serta bergerak dinamis. Yaitu yang selalu
belajar (learning organization), inovasi, dan perubahan itu sendiri.
Terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis
yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across).
Ketahanan adalah keragaman dan imajinatif, mencerminkan ancaman dan peluang lingkungan, yang
sangat penting untuk kecerdasan organisasi yang dapat ditingkatkan dengan hal- hal berikut:
1. Kemampuan untuk bertindak di bawah ambiguitas
2. Jangan pernah menerima jawaban Anda sendiri (siap) begitu saja
22
2. Aplikasi PeduliLindungi
Aplikasi ini mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling membagikan data lokasinya saat
bepergian agar penelusuran riwayat kontak dengan penderita COVID-19 dapat dilakukan.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi. Kolaborasi
meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi.
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan
bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan 23
2.Pemimpin dalam konteks kolaboratif fokus pada perekrutan perwakilan yang tepat, membantu
memulihkan ketegangan yang mungkin ada di antara mitra, mempromosikan dialog yang efektif dan saling
menghormati antara pemangku kepentingan dan menjaga reputasi kolaboratif di antara para peserta dan
pendukungnya. pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu mengarahkan kolaboratif
dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal sambil mendorong pembangunan
hubungan dan pembentukan ide.
Tiga tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi
yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
A. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
1) Mengenal Whole-of-Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan.
2) Pengertian WoG
Definisi WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai:
24
AGENDA III
MODUL 1
SMART ASN
1. Literasi digital
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi,
diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013).
Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru, berpikir
dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis hubungan baru
dan menjadi tipe orang baru.
- Indonesia Digital Nation
Masyarakat digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi
digital. Masyarakat digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan
infrastruktur digital. Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian
sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi
penunjang, dan riset inovasi digital.
- Indikator Penyusunan Peta Jalan Literasi Digital
o International Telecommunication Union (ITU) → ICT Development Index
o Institute of International Management Development (IMD) → IMD Digital
Competitiveness Ranking
o Katadata Insight Center → Status Literasi Digital Indonesia Survei di 34
Provinsi.
- Lingkup literasi digital
Lingkup literasi digital berfokus pada pengurangan kesenjangan digital (digital
divide) dan penguatan literasi digital. Kedua hal ini terkait erat dengan peta penguatan
literasi digital dari Presiden dan Gerakan Literasi Digital dari Kominfo.
- Implimentasi literasi digital.
- Kerangka Kurikulum literasi digital:
- Digital skill
- Digital culture
- Digital ethics
- Digital safety
2. Pilar literasi digital
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi digital:
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia. Bukan hanya jumlah dan aksesnya yang bertambah, durasi
penggunaannya pun meningkat drastis
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media
digital. Karakter media 25 digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan
kesempatan tak terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam
segala hal, mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi.
3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Situasi pandemi COVID-
19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi,
sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak lepas dari situasi
ketika semua orang berkumpul di media guna melaksanakan segala aktivitasnya,
tanpa batas.
Etika bermedia digital
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat
kompetensi. Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self-controlling) dalam
menghadapi jarak perbedaanperbedaan tersebut dalam menggunakan media digital, yang
disebut dengan Etika Digital. Empat prinsip etika tersebut menjadi ujung tombak self-
control setiap individu dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di
ruang digital, sehingga media digital benar-benar bias dimanfaatkan secara kolektif untuk
hal-hal positif
Cakap bermedia digital
● Berdasarkan data survei indeks literasi digital nasional 2020 (34 provinsi), akses
terhadap internet kian cepat, terjangkau, dan tersebar hingga ke pelosok (Kominfo,
2020). Dalam survei tersebut juga terungkap bahwa literasi digital masyarakat
Indonesia masih berada pada level sedang (Katadata Insight Center & Kominfo,
2020).
● Adapun indeks literasi digital yang diukur dibagi ke dalam 4 subindeks, subindeks
tertinggi adalah subindeks informasi dan literasi data serta kemampuan teknologi
(3,66), diikuti dengan subindeks komunikasi dan kolaborasi (3,38), serta informasi
dan literasi data (3,17) (Kominfo,2020).
Aman bermedia Digital
- Kognitif
- Afektif
- Konatif atau behavioral
Budaya Bermedia Digital
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal
dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara individual,
terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna
media digital.
3. Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
- Lanskap Digital Internet dan Dunia Maya
● Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs
daring,
perangkat seluler, dan lain sebagainya.
26 perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa
● Fungsi perangkat keras dan
lepas satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi dari
keduanya.
● Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi.
Komputer merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut komputer yang
didesain untuk penggunaan individu (Wempen, 2015)
- Kategori mesin Komputer
a. Computer
Terdiri dari kotak besar yang disebut unit sistem yang berisi berbagai
komponen penting agar komputer ini dapat bekerja. Kelebihan komputer desktop
ini adalah kita meningkatkan performa dan fungsi computer dengan mudah.
b. Notebook
Merupakan istilah lain dari laptop yang didesain agar bisa dilipat dan mudah
dibawa kemana-mana. Dalam perangkat keras ini sudah terdapat monitor,
keyboard, dan keypad yang merangkai jadi satu dengan unit sistemnya.
c. Netbook
Merupakan singkatan dari internet notebook. Biasanya lebih kecil ukurannya
dan kemampuannya tidak sehandal notebook. Sehingga membuat netbook
mungkin tidak dapat mengoperasikan perangkat lunak tertentu. Dari segi harga,
netbook lebih terjangkau.
d. Tablet
Komputer portabel yang terdiri dari layar sentuh dengan komponen komputer
di dalamnya. Perangkat keras ini sangat simpel dan mudah dibawa kemana-mana.
Namun, perangkat ini biasanya tidak dapat mengoperasikan beberapa aplikasi
perangkat lunak tertentu karena keterbatasan kemampuannya.
e. Telepon pintar
Perangkat telepon yang memiliki kemampuan untuk mengoperasikan berbagai
aplikasi perangkat lunak dan mengakses internet. Sama seperti tablet, telepon
pintar biasanya dilengkapi dengan layar sentuh. Telepon pintar dapat
mengoperasikan berbagai perangkat lunak namun tidak sehandal komputer
desktop atau notebook.
- Tiga tahapan kerja mesin
- Penelusuran (crawling), yaitu langkah ketika mesin pencarian informasi yang kita
akses
- menelusuri triliunan sumber informasi di internet. Penelusuran tersebut mengacu
pada kata kunci yang diketikkan.
- Pengindeksan (indexing), yakni pemilahan data atau informasi yang relevan dengan
kata kunci yang kita ketikkan.
- Pemeringkatan (ranking), yaitu proses pemeringkatan data atau informasi yang
dianggap paling sesuai dengan yang kita cari.
- Etika berinternet
● Etika merupakan sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya K.Bertens (2014:
470).
● Etiket yang didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu
lain atau dalam masyarakat (Pratama, 2014: 471).
● Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian. Hal lain yang membedakan
etika dan etiket ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode etik Jurnalistik,
sedangkan etiket tidak tertulis (konvensi).
MODUL 2
MANAJEMEN ASN
1. Kedudukan dan peran : Hak & Kewajiban dan kode etik ASN.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untukmenghasilkan pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intrvensi politik, bersih dari
KKN.
Kedudukan ASN
- PNS
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
28
menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional
- PPPK
warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan
perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan
perundang-undangan.
Peran ASN
Fungsi dan Tugas ASN :
a. Pelaksana kebijakan public
b. Pelayan public
c. Perekat dan pemersatu bangsa
Hak PNS
- Gaji
- Tunjangan
- Cuti
- Jaminan pension dan hari tua
- Pengembangan kompetensi
- Perlindungan
Hak PPPK
- Gaji
- Cuti
- Tunjangan
- Pengembangan kompetensi
- Perlindungan
Pengembangan Kompetensi
- Dasar hukum
Undang –undang No.5 tahun 2014 tentang ASN
PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
- Acuan Pelaksanaan
Peraturan LAN No. 10 Tahun 2018 tentang pengembangan kompetensi PNS Pasal 5 .
Perlindungan PNS
Pasal 92 UU ASN Tahun 2014
- Jaminan kematian
- Jaminan kecelakaan kerja
- Jaminan kesehatan
- Bantuan hokum
Kewajiban ASN
- setia dan taat pada Pancasila, UUD’45, NKRI
- menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
- melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
- menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
- Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran,
dan Tanggung Jawab
- Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan
29 Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
Tindakan Kepada Setiap Orang,
- Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan
Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundangundanga
- Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Manajemen PNS
- Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
- Pengadaan
- Promosi
- Mutasi
- Penilaian kerja
- Penghargaan
- Disiplin
- Perlindungan
Pengadaan PNS
1. Merencanakan pelaksanaan pengadaan PNS Pasal 58-67 UU ASN 2014
2. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat
3. Setiap WNI mempunyai kesempatan yg sama untuk melamar menjadi PNS setelah
memenuhi persyaratan
4. Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS terdiri dari 3 (tiga) tahap
1. Kompetensi
2. Kualifikasi
3. Persyaratan yang dibutuhkasn
Pengembangan karir
1. Kualifikasi 31
2. Kompetensi
3. Penilaian Kinerja
4. Kebutuhan Instansi
5. Kompetensi
6. Integritas
7. Moralitas
Kompetensi meliputi:
1. Kompetensi Teknis
2. Kompetensi Manajerial
3. Kompetensi Sosial Kultural
Integritas
1. Kejujuran
2. Kepatuhan terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan
3. Kemampuan bekerjasama
4. Pengabdian Kepada Masyarakat
5. Bangsa dan Negara
Moralitas
Penerapan dan pengamalan nilai Etika, Agama, Budaya, dan Sosial
Kemasyarakatan
Pola karir
1. Pola Karier PNS terintegrasi secara Nasional
2. Disusun sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional
Promosi
1. Kompetensi
2. Kualifikasi
3. Penilaian atas prestasi kerja
4. Kerjasama
5. Kepemimpinan
6. Pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS
7. Persyaratan yang dibutuhkan oleh Jabatan
Mutasi
a. 1 (satu) instansi
b. Antar instansi pusat
c. 1 (satu) instansi daerah
d. Antar instansi daerah
e. Perwakilan NKRI di Luar Negeri
f. Antar Instansi Pusat dan instansi daerah
Penilaian kerja PNS
1. Objektivitas Pembinaan PNS
2. Memperhatikan target, capaian, hasil dan manfaat yang dicapai serta perilaku
PNS
3. Disampaikan kepada tim penilai kinerja PNS, serta dijadikan sebagai
persyaratan
Penggajian dan Tunjangan
1. Gaji
2. Tunjangan Kinerja
3. Tunjangan Kemahalan
Penghargaan
a. Tanda Kehormatan
b. Kesempatan prioritas untuk pengembangan
c. kompetensi 32
d. Kesempatan menghadiri acara resmi atau
e. kenegaraan
f. Kenaikan Pangkat
Disiplin
a. Tata Tertib
b. Hukuman Disiplin
Pemberhentian
Pemberhentian sementara
a. Diangkat menjadi pejabat negara
b. Diangkat menjadi komisioner atau anggota Lembaga non struktural
c. Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana
Perlindungan
a. Jaminan Kesehatan
b. Jaminan Kecelakaan kerja
c. Jaminan Kematian
d. Bantuan Hukum
Manajemen PPPK
a. Penetapan Kebutuhan,
b. Pengadaan,
c. Penilaian Kinerja, 33
d. Penggajian dan pengembangan kompetensi,
e. Pemberian penghargaan,
f. Disiplin,
g. Pemutusan hubungan perjanjian kerja,
h. Perlindungan
4. Penggantian Pejabat Pimpinan Tertinggi
a. Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia.
c. Penyelesaian sengketa
- Diselesaikan melalui iupaya administratif
- Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan
- Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif
- Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan pertimbangan ASN di
atur dengan Peraturan Pemerintah.
34
35