Anda di halaman 1dari 10

MOOC PPPK

Massive Open Online Course


Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
Tahun 2023

JURNAL

DISUSUN OLEH:

NAMA : NINDY LEONA, S.Pd

NIPPPK : 19980816 202221 2 001

JABATAN : AHLI PERTAMA – GURU BAHASA INDONESIA

UNIT KERJA : SMP NEGERI 4 SEBERIDA

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2023
AGENDA 1
Sikap Perilaku Bela Negara

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan
kesadaran diri sebagai warga dari suatu Negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur Lemhanas RI, menyampaikan bahwa wawasan
kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya,
mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Adapun empat konsesus dasar berbangsa dan bernegara, yaitu:

1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Bhineka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman”

Hari bela negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28
tahun 2006 tentang Hari Bela Negara tanggal 18 Desember 2006 dengan pertimbangan bahwa
tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia Pada tanggal tersebut
terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan
kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela Negara serta
bahwa dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka
mempertahankan kehidupan ber-bangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi persatuan dan
Kesatuan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang pengelolaan Sumber Daya


Nasional untuk pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar bela Negara meliputi:

1. Cinta tanah air


2. Sadar berbangsa dan bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi Negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
5. Kemampuan awal bela Negara

B. Analisis Isu Kontemporer


1. Konsep Perubahan

Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu
memahami dengan baik fungsi dan tugasnya yaitu: (a) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat
oleh pejabat Pembina kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (2) memberikan
pelayanan publik yang professional dan berkualitas; dan (3) mempererat persatuan dan kesatuan
Negara republik Indonesia.

Menjadi PNS yang professional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan


berikut: (1) mengambil tanggung jawab; (2) menunjukkan sikap mental positif; (3) mengutamakan
keprimaan; (4) menunjukkan kompetensi; dan (5) memegang teguh kode etik.

2. Perubahan Lingkungan Strategis

PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama
kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu
kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut diantaranya; bahaya
paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money laundry, korupsi, proxy war.
Isu-isu di atas, selanjutnya disebut sebagai isu-isu strategis kontemporer.

3. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis

Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal manusia
(human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu
bentuk modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan,
dan produktivitas kerja. Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi.
Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja
yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yaitu: (1) Modal
intelektual; (2) modal emosional; (3) modal social; (4) modal ketabahan; (5) modal etika/moral,
dan (6) modal kesehatan.
4. Isu-Isu Strategis Kontemporer

Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai
perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang
nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global.

Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi yang
terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu, kesejahteraan,
pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba merupakan salah satu isu
lainnya yang mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain adalah kejahatan saiber (cyber
crime) dan tindak pencucian uang (money laundring). Bentuk kejahatan saat ini melibatkan peran
teknologi yang memberi peluang kepada pelaku kejahatan untuk beraksi di dunia maya tanpa
teridentifikasi identitasnya dan penyebarannya bersifat massif

C. Kesiapsiagaan Bela Negara

Bela negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang dilakukan
secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945
untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945, yakni: Pasal 27
ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.

Dari uraian diatas dapat ditarik keseimpulan bahwa Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu
keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam
menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad
secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945
untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
AGENDA II
Nilai-Nilai Dasar ASN

A. Berorientasi Pelayanan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut
mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu
sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa
publik, dan pelayanan administrative, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan Publik).

Perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu: (1) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat; (2)
Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan; (3) Melakukan perbaikan tiada henti.

B. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan


tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada
publik (Matsiliza dan Zonke, 2017). Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan
kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai
dengan Core Values ASN BerAKHLAK.

C. Kompeten

Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan


dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 Permenpan RB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi
menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN
sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk
mewujudkannya dalam kinerja.

Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari
International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputii pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi: (1) Kompetensi Teknis; (2) Kompetensi manajerial; dan (3) kompetensi
social kultural.

D. Harmonis

Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti terikat secara
serasi/sesuai. Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan
sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang,
menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Ada tiga hal yang dapat menjadi
acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut
adalah: (1) Membuat tempat kerja yang berenergi; (2) Memberikan keleluasaan untuk belajar dan
memberikan kontribusi; dan (3) Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi.

E. Loyal

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya
mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul
tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford
Dictionary kata Loyal didefinisikan sebagai “giving or showing firm and constant support or
allegiance to a person or institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan
yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)”.

Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya,
antara lain: (1) Taat pada peraturan; (2) Bekerja dengan integritas; (3) Tanggung jawab pada
organisasi; (4) Kemauan untuk bekerja sama; (5) Rasa memiliki yang tinggi; (6) Hubungan antar
pribadi; (7) Kesukaan terhadap pekerjaan; (8) Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan; dan (9)
Menjadi teladan bagi pegawai lain.

F. Adaptif

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan
makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan
lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya
keberlangsungan kehidupan.

Dalam KBBI diuraikan definisi adaptif adalah mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan.
Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris, seperti Cambridge menyebutkan bahwa adaptif adalah
“having an ability to change to suit changing conditions”, atau kemampuan untuk berubah dalam
sitauasi yang berubah. Sedangkan dalam Collins dictionary disebutkan bahwa “adaptive means
having the ability or tendency to adapt to different situations” 1, atau adaptif adalah kemampuan
atau kecenderungan untuk menyesuaikan diri pada situasi yang berbeda . Ini artinya bahwa sebagian
besar kamus bahasa memberi penekanan dalam pengertian adaptif pada hal kemampuan (ability)
untuk menyesuaikan diri.

G. Kolaboratif

Kolaborasi atau karya sama adalah proses dua atau tiga orang, entitas, atau organisasi
berkerja sama untuk menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan. Kolaborasi mirip dengan kerja
sama. Sebagian besar kolaborasi memerlukan kepemimpinan, meskipun kepemimpinan dapat
bersifat sosial dalam kelompok terpencar dan egaliter.

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu: 1)
forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga; 2) peserta dalam forum termasuk aktor
nonstate; 3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'„dikonsultasikan‟ oleh agensi publik; 4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif; 5)
forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan 6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
AGENDA III

Kedudukan dan Peran PPPK untuk Mendukung Terwujudnya Smart Goverrnance

Sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

A. Smart ASN

Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Berikut kerangka kurikulum literasi digital:

1. Digital Skill

Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak
TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

2. Digital Culture

Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan


kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian dan digitalisasi
kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.

3. Digital Ethics

Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,


mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan
sehari-hari .

4. Digital Safety

Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan


meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-
hari.

Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh
pengguna media digital.

1. Kognitif

Memahami berbagai konsep dan mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital (lunak
maupun keras) maupun terhadap identitas digital dan data diri.
2. Afektif

Empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan digital bukan
sekadar tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan data diri sendiri, melainkan juga
menjaga keamanan pengguna lain sehingga tercipta sistem keamanan yang kuat.

3. Konatif atau Behavioral

Langkah-langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan data diri.

Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan, yaitu: (1) Pengetahuan dasar akan peraturan,
regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet (netiquette); (2) Pengetahuan dasar
membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak sejalan, seperti: pornografi,
perundungan, dll; (3) Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital
yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku; dan (4) Pengetahuan dasar
bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

B. Management ASN

Manajemen adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang Profesional,
Memiliki Nilai Dasar, Etika Profesi, Bebas dari Intervensi Politik, Bersih dari praktik KKN.
Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 terbagi atas dua yaitu ASN
PNS dan ASN PPPK.

1. Fungsi dan Tugas ASN

a. Pelaksana Kebijakan Publik: Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Pelayan Publik: Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
c. Perekat dan Pemersatu Bangsa: Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2. Kewajiban ASN meliputi

a. Setia dan taat pada Pancasila, UUD 194 dan NKRI.


b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab.
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia.

3. Kode Etik dan Kode Prilaku ASN

a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi.


b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
e. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
f. Memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara benar
dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan.
g. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya

Anda mungkin juga menyukai