I. WAWASAN KEBANGSAAN
1.1 Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding
fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan. Sejak awal
pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang hinggga
menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar serta n Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama.
2.2 ANCAMAN
Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari 23 dalam negeri maupun luar negeri
yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa.
3.6 Nasionalisme
Hans Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning and History mendefinisikan nasionalisme
sebagai berikut :Suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu tertinggi harus diserahkan
pada negara. Perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap tanah air sebagai tumpah darah.
Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Ada tiga hal yang harus kita lakukan
untuk membina nasionalisme Indonesia: 1. Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa
penghuni nusantara 2. Mengembangka sikap toleransi 3. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan
diantara sesama bangsa Indonesia
3.7 Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU AP”) yang
diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014, memuat perubahan penting dalam penyelenggaran
birokrasi pemerintahan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan;
2. Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi;
3. Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam menjalankan tugasnya
2.1 Korupsi
A. Sejarah Korupsi Dunia
Di Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Yunani dan Romawi Kuno korupsi adalah masalah serius.
Pada zaman kekaisaran Romawi Hammurabi dari Babilonia yang naik tahta sekitar tahun 1200 SM
telah memerintahkan seorang Gubernur provinsi untuk menyelidiki perkara penyuapan. Shamash,
seorang raja Assiria (sekitar tahun 200 sebelum Masehi) bahkan tercatat pernah menjatuhkan pidana
kepada seorang hakim yang menerima uang suap. Tidak hanya pada zaman kekaisaran Romawi,
sejarah juga mencatat korupsi di Cina kuno. The History of the Former Han Dinasty yang ditulis oleh
Pan ku menceritakan bahwa korupsi oleh para pejabat pemerintah berlangsung sepanjang sejarah cina.
Salah satu contoh upaya pemberantasan korupsi yaitu pada saat kaisar Hsiao Ching yang naik tahta
pada tahun 157 SM, dikisahkan bahwa sang kaisar membatasi keinginannya (pribadi) dan menolak
hadiah-hadiah atau memperkaya diri sendiri.
Beberapa gejala umum tumbuh suburnya korupsi disebabkan oleh hal-hal berikut:
1) Membengkaknya urusan pemerintahan sehingga membuka peluang korupsi dalam skala yang lebih
besar dan lebih tinggi;
2) Lahirnya generasi pemimpin yang rendah marabat moralnya dan beberapa diantaranya bersikap
masa bodoh; dan
3) Terjadinya menipulasi serta intrik-intrik melalui politik, kekuatan keuangan dan kepentingan bisnis
asing.
B. Sejarah Korupsi Indonesia
Korupsi di Indonesia dibagi dalam dua fase, yaitu: fase pra kemerdekaan (zaman kerajaan
dan penjajahan) dan fase kemerdekaan (zaman orde lama, orde baru, dan orde reformasi hingga
saat ini) yang diuraikan sebagai berikut :
a. Zaman kerajaan
Dari beberapa catatan sejarah menggambarkan kehancuran kerajaan-kerajaan besar di Indonesia
disebabkan perilaku korup sebagian besar tokohnya. Pada zaman ini kasus korupsi lebih banyak
terkait aspek politik/ kekuasaan dan usaha-usaha memperkaya diri sendiri dan kerabat kaum
bangsawan sehingga menjadi pemicu perpecahan.
b. Zaman penjajahan
Pada zaman penjajahan, praktek korupsi masuk dan meluas ke dalam sistem budaya, sosial,
ekonomi, dan politik. Budaya korupsi yang berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang
diciptakan sebagai budak politik untuk kepentingan penjajah.
C. Memahami Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea:
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Kata “corruptio” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal
istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/ korruptie”
(Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat
disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai:
“perbuatan yang buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan
atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Pada
dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi yaitu karena faktor Individu dan
faktor Lingkungan.
Gratifikasi
Suap dalam Pasal 3 Undang-undang No. 3 Tahun 1980 diartikan: “menerima sesuatu atau
janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji
dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang
berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum.”
Gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti luas dan tidak termasuk “janji”. Gratifikasi
dapat dianggap sebagai suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya.
D. Dampak Korupsi
Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat.
2.2 Narkoba
Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
A. Pengertian narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif
lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya.
B. Penggolongan Narkoba
Pengertian narkotika adalah zat atau obat yang dapat berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
membedakan narkotika ke dalam tiga golongan yaitu (RI, 2009) yaitu golongan I, golongan II,
dan golongan III.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan ke dalam empat
golongan, yaitu (RI, 2009) yaitu golongan I, golongan II,golongan III dan golongan IV.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan
psikotropika meliputi minuman beralkohol, inhalansia, tembakau dll.
C. Sejarah Narkoba
Berbicara narkoba di dunia, sebenarnya bukan hal yang baru dan juga beragam macam-
macam jenisnya. Sebagai contoh, narkotika (candu = papaver somniferitur) sudah dikenal
sekitar 2000 tahun sebelum masehi (SM), Sedangkan di Samaria sudah mengenal opium. Pada
zaman dahulu narkotika digunakan untuk obat-obatan dan bumbu masakan, dan juga
diperdagangkan.
c. Terorisme Internasional
Terorisme internasional adalah bentuk kekerasan politik yang melibatkan warga atau
wilayah lebih dari satu negara. Terorisme internasional juga dapat diartikan sebagai tindakan
kekerasan yang dilakukan di luar ketentuan diplomasi internasional dan perang.
d. Terorisme Indonesia
Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan dan ancaman radikalisme, terorisme
dan separatisme yang semuanya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, UUD RI 1945,
NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Deradikalisasi
Deradikalisasi merupakan semua upaya untuk mentransformasi dari keyakinan atau ideologi
radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial,
budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan radikal.
Cyber crime
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan beroperasi di
dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan internet. Terdapat beberapa
jenis cyber crime yang dapat kita golongkan berdasarkan aktivitas yang dilakukannya seperti
dijelaskan berikut ini yang dirangkum dari berbagai sumber yaitu Unauthorized Access, Illegal
Contents, Penyebaran virus, Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion, Carding, Hacking dan
Cracker, Cybersquatting and Typosquatting, Cyber Terorism
Hate speech
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang
disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan
salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa.
Hoax
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong atau
palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba kelompok-
kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar.
1. Kesehatan Mental
a. Pengertian Kesehatan Mental
Inti dari suatu kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang bagus. Itu sebabnya,
salah satu cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan memelihara kesehatan otak
(healthy brain) lebih dari sekadar kenormalan otak (normal brain).
a. Sistem Berpikir
Hubungan kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual, dilakukan secara neurobiologis oleh
2 (dua) sistem yaitu sistem 1 dan sistem 2.
- Sistem 1 (bagian otak bernama limbik lah yang mendominasi kinerja otak)
- Sistem 2 (Komponen otak yang bekerja adalah cortex prefrontal)
b. Kesehatan Berpikir
Sudah disebut di atas bahwa kesehatan mental berkaitan dengan—salah satunya—kemampuan
berpikir. Berpikir yang sehat berkaitan dengan kemampuan seseorang menggunakan logika dan
timbangan-timbangan rasional dalam memahami dan mengatasi berbagai hal dalam kehidupan.
Dalam memahami pelbagai hal dalam kehidupan seseorang tidak saja dituntut berpikir logis,
tetapi juga kritis dan kreatif.
c. Kendali diri (self control atau Self regulation)
Secara sederhana, kendali diri adalah kemampuan manusia untuk selalu dapat berpikir sehat
dalam kondisi apapun.
d. Manajemen Stres
Peneliti stress Hans Selye mendefenisikan stres sebagai ‘ketidakmampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya maupun terhadap
lingkungannya’ atau ‘respon tidak spesifik dari tubuh atas pelbagai hal yang dikenai padanya’
(Greenberg, 2011: 4).
Tiga cara berikut ini dapat dilakukan untuk mengelola stress: (Elkin, 2013 : 244., Adamson,
2002 : 71-124)
• Mengelola sumber stress (stressor)
• Mengubah cara berpikir, cara merespon stress (changing the thought)
• Mengelola respon stress tubuh (stress response)
e. Emosi Positif
Emosi Positif merupakan Manifestasi spiritualitas berupa kemampuan mengelola pikiran dan
perasaan dalam hubungan intrapersonal sehingga seseorang memiliki nilai-nilai kehidupan yang
mendasari kemampuan bersikap dengan tepat.
f. Makna Hidup
Diartikan sebagai Manifestasi spiritualitas berupa penghayatan intrapersonal yang bersifat unik,
ditunjukkan dalam hubungan sosial (interpersonal) yang bermanfaat, menginspirasi dan
mewariskan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan manusia.
2. Kesiapsiagaan Mental
a. Pengertian Kesiapsiagaan Mental
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental,
perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan
perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya
sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan
masyarakat.
b. Sasaran Pengembangan Kesiapsiagaan Mental
Sasaran latihan kesiapsiagaan mental adalah dengan mengembangkan dan/atau memaksimalkan
kekuatan mental dengan memperhatikan modal insani, diantaranya adalah modal intelektual, modal
emosional, modal sosial, modal ketabahan, dan modal etika/moral.
c. Pengaruh Kesiapsiagaan Mental
1) Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Perasaan
2) Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Pikiran
3) Pengaruh Kesiapsiagaan Mental terhadap Sikap Perilaku
4) Pengaruh Kesiapsiagaan Mental terhadap Kesehatan Badan
d. Kecerdasan Emosional
Jadi, kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua emosional dan kemampuan sosial
untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan manusia. Kemampuan emosional meliputi, sadar akan
kemampuan emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri,
kemampuan menyatakan perasaan orang lain, dan pandai menjalin hubungan dengan orang lain.
d. Kompetensi Kecerdasan Emosional
Dalam menelaah kompetensi seseorang yang didasarkan pada tingkat kecerdasan emosional,
maka dapat dikelompokkan ke dalam empat dimensi, yaitu:
1) Kesadaran diri sendiri.
2) Pengelolaan diri sendiri
3) Kesadaran Sosial
f. Manajemen Hubungan Sosial
Dalam rangka memanage hubungan sosial tersebut, seseorang harus memiliki kemampuan
sebagai inspirator, mempengaruhi orang lain, membangun kapasitas, katalisator perubahan,
kemampuan memanage konflik, dan mendorong kerjasama yang baik dengan orang lain atau
masyarakat.
g. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Norman Rosenthal, MD, bukunya yang berjudul “The Emotional Revolution”, menjelaskan 8
cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional, 4 diantaranya adalah:
a. Coba rasakan dan pahami perasaan anda
b. Jangan menilai atau mengubah perasaan Anda terlalu cepat
c. Lihat bila Anda menemukan hubungan antara perasaan Anda saat ini dengan perasaan yang
sama di masa lalu.
d. Hubungkan perasaan Anda dengan pikiran Anda
g. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Sedangkan menurut Agustian (2007) faktorfaktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional,
yaitu: faktor psikologis, faktor pelatihan emosi dan faktor pendidikan.
h. Melatih kecerdasan emosional
Ada prinsip-prinsip utama yang perlu dipenuhi untuk melatih kecerdasan emosional diantaranya
adalah :
1) Kenali emosi yang Anda rasakan
2) Minta pendapat orang lain
3) Mengamati setiap perubahan emosi dan mood Anda
4) Menulis jurnal atau buku harian
D. KEARIFAN LOKAL
1. Konsep Kearifan Lokal
kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat ia hidup
dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan Lokal dapat berupa
ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk
menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan manusia. D. Kearifan Lokal
2. Prinsip Kearifan Lokal
Kearifan lokal memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut diantaranya adalah :
a. Bentuk kearifan lokal dapat berupa gagasan, ide, norma, nilai, adat, benda, alat, rumah tinggal,
tatanan masyarakat, atau hal lainnya yang bersifat abstrak atau konkrit; sebagai hasil dari budi
pekerti pengetahuan, keterampilan dan sikap mulia manusia di suatu daerah.
b. Segala bentuk kearifan lokal yang dihasilkan oleh manusia mengandung nilai kebaikan dan
manfaat yang diwujudkan dalam hubungannya dengan lingkungan alam, lingkungan manusia
dan lingkungan budaya di sekitarnya; di tempat manusia itu hidup;
c. Kearifan lokal yang sudah terbentuk akan berkembang dengan adanya pengaruh kegiatan
penggunaan, pelestarian, dan pemasyarakatan secara baikdanbenar sesuaiaturanyang berlaku
di lingkungan manusia itu berada;
3. Urgensi Kearifan Lokal
Analisis urgensi kearifan lokal dapat dibedakan atas skala makro dan skala mikro. Kearifan lokal
skala makro merupakan analisis dalam kontek negara dalam tataran internasional. Adapun
kearifan lokal skala mikro merupakan analisis urgensi dalam kontek wilayah dalam satu Negara.
B. KEPROTOKOLAN
1. KONSEP KEPROTOKOLAN
Keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-aturan atau kebiasaan-
kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat dicapai.
3. TATA UPACARA
Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah pegawai/aparatur/karyawan
sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di suatu lapangan/ruangan dengan bentuk segaris
atau bentuk U, dipimpin oleh seorang Inspektur Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara
melakukan ketentuanketentuan yang baku melalui perintah pimpinan upacara, dimana seluruh
kegiatan tersebut direncanakan oleh Penanggung Jawab Upacara atau Perwira Upacara dalam
rangka mencapai tujuan upacara. Manfaat Tata Upacara adalah sebagai bentuk pembinaan
disiplin.
4. TATA PENGHORMATAN
Tata penghormatan meliputi tata cara pemberian penghormatan dan penyediaan kelengkapan
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk tercapainya kelancaran upacara.
6. ETIKA KEPROTOKOLAN
a. Etika Keprotokolan
Menurut Erawanto (2013) Etika Keprotokolan dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk tutur,
sikap, dan perbuatan yang baik dan benar berdasarkan kaidah norma universal yang dilakukan
secara sadar dalam tata pergaulan yang berlaku pada tempat, waktu, dan ruang lingkup serta
situasi tertentu, untuk menciptakan komunikasi dan hubungan kerja sama yang positif dan
harmonis baik antar individu, kelompok masyarakat, dan lembaga/organisasi, maupun antar
bangsa dan negara.
b. Komunikasi Efektif dalam Keprotokolan
Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila terjadinya interaksi timbal balik (two ways)
anata komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan) dimana pesan yang
disampaikan dapat diinterpretasikan dengan tepat tanpa adanya kesalahpahaman.
C. KEWASPADAAN DINI
Selain pengetahuan dasar Wawasan Kebangsaan dan NilaiNilai Dasar Bela Negara, para
Calon Pegawai Negeri Sipil juga diharapkan mempunyai pengetahuan lain, antara lain
Kewaspadaan Dini. Kemampuan kewaspadaan dini ialah kemampuan yang dikembangkan untuk
mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter secara
optimal, sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam
menghadapi potensi ancaman. Di sisi lain, kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi
berbagai dampak ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi
kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan bangsa
D. Membangun Tim
Melalui Latsar CPNS ini, Anda diberikan pembekalan berupa pengetahuan dan internalisasi
nilai-nilai kesiapsiagaan melalui berbagai macam permainan yang berguna untuk membangun tim
yang efektif dalam setiap melaksanakan kegiatan yang memerlukan kerjasama 2 orang atau lebih.
Target dari materi ini adalah bagaimana Anda dengan dibantu fasilitator mendapatkan pemaknaan
dari setiap permainan sehingga dapat Anda manfaatkan dalam pelaksanaan tugas.
E. Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara
Caraka “malam” atau jurit malam bertujuan untuk menanamkan disiplin, keberanian,
semangat serta loyalitas dan kemampuan peserta Latsar CPNS dalam melaksanakan tugas dengan
melewati barbagai bentuk godaan, cobaan serta kemampuan memegang/penyimpanan rahasia
organisasi dan rahasia negara. Selain itu peserta Latsar CPNS bisa menghafal/ mengingat/
menyimpan berita yang diberikan pada pos Start, dan akan disampaikan pada Pos yang telah
ditentukan. Peserta mampu melampaui berbagai rintangan/hambatan peserta bisa/dapat
menyampaikan berita hanya kepada yang dituju di Pos Finish
AGENDA II
NILAI-NILAI ASN
1. BERORIENTASI PELAYANAN
A. KONSEP PELAYANAN PUBLIK
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan
3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
B. BERORIENTASI PELAYANAN
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan
publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. Dalam
lingkungan pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya
inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan
dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan
stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya inovasi.
2. AKUNTABEL
A. KONSEP AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek - Aspek
akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan,
akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas
memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja. Akuntabilitas publik
memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu
1) Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1) Akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan
2) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
1) Akuntabilitas personal,
2) Akuntabilitas individu,
3) Akuntabilitas kelompok,
4) Akuntabilitas organisasi, dan
5) Akuntabilitas stakeholder
3. KOMPETEN
A. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
• Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru.
• Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja
organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
• Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
a. Berorientasi Pelayanan
b. Akuntabel
c. Kompeten
d. Harmonis
e. Loyal
f. Adaptif
g. Kolaboratif
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
• Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada
perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial
lainnya yang bersifat subyektif.
• Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin
berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien
• Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality,
networking, dan entrepreneurship.
C. PENGEMBANGAN KOMPETENSI
1. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis
2) Kompetensi Manajerial
3) Kompetensi Sosial Kultural
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk
kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
4. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box
pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan
pegawai dalam nine box tersebut.
D. PERILAKU KOMPETEN
Sesuai hasil uraian diatas maka berikut di bawah ini beberapa materi pokok dalam bab ini
sebagai berikut:
1. Berkinerja yang BerAkhlak diantaranya:
• Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
• Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
2. Meningkatkan kompetensi diantaranya:
• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
• Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran
utama dari Internet.
3. Membantu Orang Lain Belajar diantanya:
• Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning
tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan”
atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
4. Melakukan kerja terbaik diantaranya:
• Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi
pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai
perubahan lingkungan dan karya manusia.
• Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang
menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
4. HARMONIS
A. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak
geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang
membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku
bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai
berikut: 1. Kesenian 2. Religi 3. Sistem Pengetahuan 4. Organisasi social 5. Sistem ekonomi 6.
Sistem teknologi 7. Bahasa.
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang besar
bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan dan manfaat yang antara
lain berupa:
1. Dapat mempererat tali persaudaraan
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional
4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia
Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi beberapa kondisi
sebagai berikut.
1. Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain.
Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan
ini dapat menimbulkan disharmonis dalam masyarakat. Modul Harmonis
2. Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan atau
agama berbeda. Disharmonis ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain,
atau antara kelompok dalam agama tertentu.
3. Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda
berdasarkan ras.
4. Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat atau
golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan
atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
5. LOYAL
A. KONSEP LOYAL
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan
ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Dalam
Kamus Oxford Dictionary kata Loyal didefinisikan sebagai “giving or showing firm and
constant support or allegiance to a person or institution (tindakan memberi atau menunjukkan
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi. Loyal,
merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap
ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku: a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga nama baik
sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan Negara.
6. ADAPTIF
A. MEMAHAMI ADAPTIF
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu
di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk
memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan
budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan
organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya.
Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter
adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai
tujuannya.
7. KOLABORATIF
A. KONSEP KOLABORASI
Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk memunculkan gagasan atau ide dan
menyelesaikan masalah secara bersama-sama menuju visi bersama.
Collaborative governance sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor governance .Collaborative governance dalam artian
sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan
Collaborative governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas
bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan
sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012).