Anda di halaman 1dari 25

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC)

PEGAWAI PEMENTINTAH DENGAN PERJANJIAN


KONTRAK (PPPK)
RESUME MATERI

NAMA PPPK : RICKY NURDIANSYAH


NIP : 199103072022211013
GELOMBANG : 3 (TIGA)
ANGKATAN : 52
NDH : 31

ORIENTASI PPPK
PROVINSI JAWA BARAT
2023
AGENDA 1
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


Wawasan kebangsaan, merupakan pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu
dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi
penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Ada empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara yang patut kita junjung tinggi, yaitu:
1) Pancasila;
2) Undang-Undang Dasar 1945;
3) Bhineka Tunggal Ika;
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Selain itu ada 4 simbol kedaulatan dan kehormatan negara, yang patut kita junjung
tinggi sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yaitu:
1) Bendera Merah Putih;
2) Bahasa;
3) Lambang Negara;
4) Lagu kebangsaan Indonesia;
Manajemen Pemerintahan Negara
• Berfungsi untuk Melayani, Mengayomi dan Memberdayakan Masyarakat.
• Bertugas untuk melindungi segenap Bangsa dan Tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
• Memiliki Cita-cita untuk menjadi Negara Indonesia yang Merdeka, bersatu,
berdaulat,adil dan makmur
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai olehkecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia
dan Negara dari berbagai Ancaman. (Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara).
Hari Bela Negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
28 tahun 2006 tentang Hari Bela Negara tanggal 18 Desember 2006 dengan pertimbangan
bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa
Indonesia.Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskanbahwa
Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya dilaksanakan melalui
pendidikan kewarganegaraan dengan PembinaanKesadaran Bela Negara dengan
menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang meliputi:
1. Cinta Tanah Air
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku
c. Ikut serta dalam pemilihan umum
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara
3. Setia Pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara
a. Paham nilai-nilai dalam
b. Pancasila Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara
4. Rela Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara
a. Bersedia mengorbankan waktu,tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa
dan negara
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat,bangsa dan negara
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-sia.
5. Indikator Kemampuan Awal Bela Negara
a. Memiliki kecerdasan emosionaldan spiritual serta intelejensia
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoaatas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa
d. Gemar berolahraga Senantiasa menjaga kesehatannya
Implementasi Bela Negara
1. Nilai Dasar Bela Negara
a. Cinta tanah air;
b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagaiideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dannegara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.
2. Nilai-Nilai Dasar ASN
a. Memegang teguh ideologi Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah .
c. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
f. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan danprogram pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai;
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karier.
3. Fungsi ASN
a. pelaksana kebijakan publik
b. pelayan public
c. perekat dan pemersatu bangsa

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER


Setiap ASN perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, antara lain:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundang- undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. Memperertat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
ASN yang profesional ditandai dengan:
a. Dapat mengambil tanggungjawab;
b. Menunjukkan sikap mental positif;
c. Mengutamakan keprimaan;
d. Menunjukkan kompetensi;
e. Memegang teguh kode etik.
Modal untuk menghadapi Perubahan lingkungan Strategis :
➢ Modal Intelektual ,Modal Emosional, Modal Sosial
➢ Modal Ketabahan
➢ Modal Etika/Moral
➢ Modal Kesehatan
Isu-Isu Strategis Kontemporer
➢ Korupsi
➢ Narkoba
➢ Terorisme dan Radikalisme
➢ Money Loundring
➢ Proxy War
➢ Kejahatan Mass Communication
Isu-Isu Kritikal
Memahami Isu Kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-
masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan kesadaran
publik.Isu kritikal secara umum terbagi dalam 3 kelompok, yaitu Current Issue (isu
saat ini), Emerging Issue (isu berkembang) dan Isu Potensial. Teknik analisis Isu
meliputi memahami isu kritikal, teknik tapisan isu, teknik analisis isu dan teknik
analisis SWOT.

C. KESIAPAN BELA NEGARA


Suatu keadaan siap siaga yang dimiliki seseorang baik secara fisik, mental maupun
sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan
kebulatan sikap dan sikap secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh
jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 untuk menjaga,
merawat dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
A. KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA
Kemampuan awal bela negara merupakan salah satu indikator dari Cinta
Tanah Air sebagaimana telah diamanatkan UU No. 23 Tahun 2009 pasal 7.
Kemampuan awal bela negara termasuk kedalam kesiapsiagaam bela negara.
Kesiapsiagaan bela negara pada aspek kemampuan awal bela negara ini
indikatornya adalah kesiapan jasmani dan mental. Berikut akan dijelaskan
kesiapsiagaan pada indikator kesiapsiagaan jasmani dan kesiapsiagaan mental.
B. KESIAPSIAGAAN JASMANI
Kesiap siagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang
untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien.
Kesiapsiagaan Jasmani terdiri atas :
a. Kesehatan Jasmani,
b. Kebugaran Jasmani dan
c. Pola Hidup Sehat
Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani:
a. Memiliki fostur yang baik
b. Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan berat
c. Memiliki ketangkasan yang tinggi
Sifat Kesiapsiagaam Jasmani :
a. Dapat dilatih untuk ditingkatkan
b. Dapat meningkatkan dan/atau menurun dalam periode waktu tertentu
c. Kualitas kesiapsiagaan sifatnya tidak menetap sepanjang masa
d. Cara terbaik untuk mengembangkannya, yaitu melakukannya
Sasaran Kesiapsiagaan Jasmani :
a. Tenaga (power)
b. Daya tahan (endurance)
c. Kekuatan (muscle strength)
d. Kecepatan (speed)
e. Ketepatan (accuracy)
f. Kelincahan (agility)
g. Koordinasi (coordination)
h. Keseimbangan (balance)
i. Fleksibilitas (flexibility)
C. KESEHATAN JASMANI
Kesehatan Jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi
alat-alat tubuhnya dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan dan kerja
fisik yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan.
D. KESIAPSIAGAAN MENTAL
Kesiapsiagaan Mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkebangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya,
baik tuntutan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
Kesiapsiagaan Mental terdiri atas :
a. Kecerasan Emosional
b. Manajemen Stress
c. Emosi Positif
Karakter Kesiapsiagaan Mental Baik :
a. Berperilaku menurut norma-norma sosial yang diakui, sikap perilaku
tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya;
b. Mengelola emosi dengan baik;
c. Mengembangkan berbagai potensi yang dimilik secara optimal;
d. Mengenali resiko dari setiap perbuatan;
e. Menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang; dan
f. Menjadikan pengalaman (langsung atau tidak langsung) sebagai guru
terbaik
Kecerdasan Emosional
Adalah kemampuan emosional yang meliputi; sadar akan kemampuan
emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi
diri, kemampuan empati terhadap perasaan orang lain, dan pandai menjalin
hubungan dengan orang lain.
Dimensi Kecerdasan Emosional
a. Kesadaran Diri Sendiri (pengendalian emosi)
b. Pengelolaan Diri Sendiri (Mempin & Menguasai Diri)
c. Kesadaran Sosial
d. Pengelolaan Hubungan Sosial
Faktor Kecerdasan Emosional :
a. Psikologis (dari dalam diri)
b. Pelatihan Emosi yang berulang
c. Pendidikan
Cara Melatih/Meningkatkan Kecerdasan Emosional
a. Kenali emosi yang dirasakan;
b. Minta pendapat/nasihat orang lain;
c. Mengamati setiap perubahan emosi dan mood;
d. Menulis jurnal atau buku harian;
e. Berpikir sebelum bertindak;
f. Menggali akar permasalahannya;
g. Berintrospeksi saat menerima kritik;
h. Memahami tubuh sendiri; dan
i. Terus melatih kebiasaan tersebut
Kesehatan Mental
Sistem kendali diri yang bagus wujud dari kinerja sistem limbik
(cenderung ke emosi) dan sistem cortex prefrontalis (cenderung rasional) yang
tepat
E. KEARIFAN LOKAL
Kearifan Lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh
manusia di tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk
memperoleh kebaikan. Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja,
alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani
hidup di berbagai bidang kehidupan manusia.

Urgansi Kearifan Lokal


Dengan menjaga dan melestarikan kearfian lokal yang mengandung
nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat tersebut merupakan
sesuatu hal yang tidak bisa terbantahkan lagi sebagai salah satu modal yang
kita miliki untuk melakukan bela negara.

Prinsip Kearifan Lokal


a. Dapat berupa gagasan, ide, norma, nilai, adat, benda, alat, rumah tinggal,
tatanan masyarakat, atau hal lainnya yang bersifat abstrak atau konkrit.
b. Mengandung nilai kebaikan dan manfaat yang diwujudkan dalam
hubungannya dengan lingkungan alam, lingkungan manusia dan lingkungan
budaya di sekitarnya
c. Akan berkembang dengan adanya pengaruh kegiatan penggunaan,
pelestarian, dan pemasyarakatan secara baik dan benar sesuai aturan berlaku
di lingkungan manusia itu berada.
d. Dapat sirna seiring dengan hilangnya manusia atau masyarakat yang pernah
menggunakannya
e. Memiliki asas dasar keaslian karya karena faktor pembuatan oleh manusia
setempat dengan pemaknaan bahasa setempat, kegunaan dasar di daerah
setempat, dan penggunaan yang massal di daerah setempat

Dapat berupa pengembangan kearifan yang berasal dari luar namun telah diadopsi
dan diadaptasi sehingga memiliki ciri baru yang membedakannya dengan
kearifan aslinya serta menunjukkan ciri-ciri lokal.
AGENDA 2
NILAI NILAI DASAR PNS

A. BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK


1. KONSEP PELAYANAN PUBLIK
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip prinsip yang digunakan
untuk merespons berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di
lingkungan birokrasi. Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan murah
f. Efektif dan efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu
1. Penyelenggara pelayanan publik yaitu asn/birokrasi,
2. Penerima layanan yaitu masyarakat,stakeholders, atau sektor privat, dan
3. Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.

Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan public yang berkualitas yaitu:
1. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
2. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
3. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik;
4. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat;
5. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,
fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana
prasarana;dan
6. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.
2. BERORIENTASI PELAYANAN

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar


dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan. Sebagai klien masyarakat birokrasi wajib mendengarkan aspirasi
dan keinginan masyarakat

Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat rapih dengan perilaku
ramah melayani dengan senyum, sapa, salam. pelayanan cepat dan tepat waktu,
bermutu memberikan kemudahan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, (doing something better and better). Dalam rangka mencapai visi
reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital yang dinamis,
diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as
usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan
cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi
pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi
pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi
pelayanan public

Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi


tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen
dari pimpinan, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah,
partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai
strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.

3. IMPLEMENTASI NILAI BERORIENTASI PELAYANAN


1. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku berorientasi
Pelayanan yang pertama ini diantaranya:
a. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
b. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
c. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
d. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
2. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat diandalkan
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
a. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
b. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; dan
c. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
3. Melakukan Perbaikan Tiada Henti Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
a. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
b. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
B. AKUNTABEL

1. PENGERTIAN AKUNTABEL
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017). Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

2. POTRET LAYANAN PUBLIK NEGRI INI


Pada realitanya layanan publik di negri ini kerap dimanfaatkan oleh oknum pemberi
layanan untuk keperluan pribadi dan kelompoknya.Payung hukum:Undang-Undang
no 25 tahun 2009 tentang layanan publik.Tantangan dari upaya peningkatan layanan
publik antara lain: Dari lingkungan ASN sebagai pemberi layanan:godaan dan
mental/pola pikir pihak-pihak yang dahulu menikmati keuntungan dan lemahnya
sektor pengawasan layanan. Dari masyarakat penerima layanan Tugas ASN dalam
usaha meningkatkan layanan publik adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi
dalam proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Keutamaan
mental melayani terdiri dari: dari diri sendiri,dari kecil dan dari sekarang
3. KONSEP AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggung jawabkan segala tidak
tanduk sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembinadan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke,2017). Aspek yang terkandung dalam
akuntabilitas menunjukkan sebuah hubungan, berorientasi pada hasil, membutuhkan
laporan, memerlukan konsekwensi, dan memperbaiki kinerja. Akuntabilitas
mempunyai fungsi: menyediakan kontrol demokratis, mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Akuntabilitas
mempunyai tingkatan: akultabilitas, personal, individu, kelompok organisasi dan
stakeholder.
4. PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL

Akuntabilitas dan integritas harus dilaksanakan oleh semua unsur pemerintah ketika
memberikan layanan kepada masyarakat Integritas merupakan unsur penting dalam
pemberantasan korupsi dan diartikan secara harfiah integritas adalah bersatunya
ucapan dan perbuatan. Akuntabilitas mempunyai mekanisme: akuntabilitas
kejujuran dan hukum, proses, program dan kebijakan
1. Mekanisme akuntabilitas birokrasi Indonesia: perencanaan strategis, kontrak
kinerja dan laporan kinerja
2. Menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel: kepemimpinan transparansi,
integritas tanggung jawab, keadilan, kepercayaan kejelasan dan konsistensi.
3. Langkah yang harus dilakukan dalam menciptakan Framework akuntanbilitas
tentukan tujuan dan tanggung jawab, rencanakan apa yang akan dilakukan
implementasi dan monitoring,berikan evaluasi dan masukan.
4. Konflik kepentingan : Suatu keadaan seseorang pada posisi yg diberi
kewengangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari organisasi yang
memberi penugasan,sehingga orang tersebut memiliki kepentingan profesional
dan pribadi yang berkesinambungan. ada dua tife konflik kepentingan yaitu
keungan dan non keungan
5. AKUNTABEL DALAM KONTEK ORGANISANI PEMERINTAH

• Prinsip keterbukaan informasi: Maximum Acces Limited Exemption (MALE);


permintaan tidak perlu disertai alasan: mekanisme yang sederhana, murah, dan
cepat; informasi harus utuh dan benar ;informasi proaktif; perlindungan
pejabat yang beritikad baik.
• Untuk membangun budaya anti korupsi di lingkungan pemerintahan dapat
menggunakan langkah-langkah yang diperlukan dalam penangan konflik
kepentingan: penyusunan kerangka kebijakan identifikasi situasi konflik
kepentingan,penyusunan strategi penanganan konflik kepentingan,dan
mempersiapkan serangkaian tindakan untuk menangani konflik kepentingan.
C. KOMPETEN

Pengembangan Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
Jabatan.
Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik
untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan
peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai
dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.

Perilaku Kompeten
Berkinerja yang BerAkhlak:
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja.
b. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
c. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
Meningkatkan kompetensi diri:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah keniscayaan.
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut
juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
c. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
d. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN
bekerja atau tempat lain.
e. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur
diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar
organisasi.

Membantu Orang Lain Belajar:


a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk
morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
c. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen
kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke
dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil
(Knowledge Repositories).
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksi pengalaman (lessons learned).

Melakukan kerja terbaik:


a. Pengetahuan menjadi karya sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik
instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang
melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
b. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan
apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

D. HARMONIS

Harmonis dapat diartikan sebagai setia sekata, keselarasan dan keserasian (KBBI),
Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan
sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang
luhur. Selain itu harmonis mempunyai lawan kata yaitu disharmoni/ dis·har·mo·ni/n
yang mengandung arti kejanggalan; ketidakselarasan. Tentunya sebagai ASN perlu
menjaga keselarasan Ketika menjalankan tugas dan harus menghindari dan
mengantisipasi situasi dan kondisi agar situasi harmonis tercipta dan potensi disharmoni
dapat kita hindari. Adapun tantangan yang perlu dihadapi oleh ASN untuk menciptakan
suasana harmonis tidaklah mudah, karena beberapa faktor berikut:
a. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara
melakukan sesuatu, dan sebagainya.
b. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
c. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat.
d. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang tidak tegas atau lemah.
e. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
f. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat,
tindakan kontroversial, dan pertentangan (disharmonis)
g. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupa perasaan kelompok
dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling hebat
sehingga mengukur kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikap
etnosentrisme tidak hanya dalam kolompok suku, namun juga kelompok lain
seperti kelompok pelajar, partai politik, pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
h. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu
kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik
dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya. Keadaan tersebut
dapat memicu terjadinya disharmonis.
Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kondisi sebagai berikut.
a. Disharmonis antar suku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang
lain.
b. Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antar kelompok yang memiliki
keyakinan atau agama berbeda.
c. Disharmonis antar ras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
d. Disharmonis antar golongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat
atau golongan dalam masyarakat.
Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja
nyaman dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah:
a. Membuat tempat kerja yang berenergi
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar
c. Memberikan kontribusi Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi

E. LOYAL
Loyal adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana
tersebut di atas adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal
terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada
pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari
pemerintahan itu sendiri. Loyal bisa juga diartikan dengan berdedikasi, hal ini diperlukan
untuk menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government). Bagi seorang
Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap
cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan


perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau
hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti
pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah
keyakinan yang teguh.
c. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan
dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja,
profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
d. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta
tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat
sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat,
ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu
ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas

F. ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya
keberlangsungan kehidupan.

Soekanto (2009) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi, yakni:


a. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
b. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
c. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
d. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
e. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan
sistem.
f. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.
Organisasi Adaptif
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri seseorang maupun organisasi.Organisasi dituntut
untuk melakukan lima disiplin, yaitu:
a. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
b. (personal mastery);
c. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama
(shared vision);
d. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi
ingin wujudkan (mental model);
e. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning);
f. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental
g. silo (systems thinking).

Perkembangan Teknologi
Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan teknologi seperti
artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big Data, otomasi dan yang
lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi menjadi salah satu pendorong
perubahan terpenting, yang mengubah cara kerja birokrasi serta sektor bisnis.

G. KOLABORATIF
Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance) Selain diskursus tentang
definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu dijelaskan yaitu collaborative
governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance
“sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
menguntungkan antar aktor governance.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan
fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup
kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan
keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling
menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies
Althea L Rehema M. White, 2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala
aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Peran pentingnya harus
mampu klarifikatif, membangun transparansi dan menyusun strategi berkelanjutan untuk
evaluasi dan menyelesaikan ketidaksesuaian di antara pemangku kepentingan.

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
a. Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
b. Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
c. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
d. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
e. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
f. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat
dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
a. mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
b. merencanakan aksi kolaborasi; dan
c. mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Mengenal Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan
pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada
kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat
diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip
kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor
dari seluruh sektor dalam pemerintahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik..
AGENDA 3
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. SMART ASN
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan
teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah
konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk
menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada
kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang
dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang
pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung
jawab.

Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia
digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari.

Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


a. Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
b. Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan
data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar.
c. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
d. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce untuk
memantau keuangan dan bertransaksi secara digital.

Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


a. Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)
b. Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan
tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
c. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang
sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
d. Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


a. Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan
kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
b. Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai
Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
c. Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
d. Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung, mencintai
produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.

Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:


a. Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)
Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
b. Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
c. Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari
adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
d. Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital
serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.
Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah :

1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi 2)


2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh; 3)
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership
dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan 5)
5) Menetapkan outcome antara.

Factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga


pemerintah :

1. Kepercayaan,
2. Pembagian kekuasaan,
3. Gaya kepemimpinan,
4. Strategi manajemen dan
5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public

B. MANAJEMEN ASN
Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai peraturan perundang-undangan penduduk barang, warganegara administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan. Dalam UU disebutkan bahwa kebijakan manajemen ASN, salah satu
diantaranya asas persatuan kesatuan.

Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun


dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No.
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:

1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan


2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai
berikut:

1. Pelaksana kebijakan public;


2. Pelayan public; dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU. Fungsi kode etik dan kode
perilaku ini sangat penting dalam birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan.
Fungsi tersebut, antara lain:

1) Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam


menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik.
2) Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi public/aparatur
sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya
Peningkatan kualitas ASN ini akan mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan
publik menjadi tanggung jawab sektor publik. Langkah awal dalam memperbaiki kinerja
pelayan publik harus dimulai dari memperbaiki kinerja ASN secara individual.
Manajemen yang baik bagi ASN adalah kunci untuk memulai perubahan ke arah yang
lebih baik dan diharapkan mampu menciptakan suatu tata kelola pemerintahan yang baik
pula.

Anda mungkin juga menyukai