Nama :-
NIP :-
Golongan :-
Jabatan :-
Unit Kerja :-
E. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan.
Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa
lalu. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan
sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain: (a) Taat pada Peraturan; (b) Bekerja dengan Integritas; (c) Tanggung
Jawab pada Organisasi; (d) Kemauan untuk Bekerja Sama; (e) Rasa Memiliki yang Tinggi;
(f) Hubungan Antar Pribadi; (g) Kesukaan Terhadap Pekerjaan; (h) Keberanian
Mengutarakan Ketidaksetujuan; (i) Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya melakukan beberapa hal berikut:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala
F. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Kebutuhan kemampuan
beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan organisasi dalam menjalankan fungsinya.
Dalam hal ini organisasi maupun individu menghadapi permasalahan yang sama, yaitu
perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai
bentuk mentalitas kolektif maupun individual.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Budaya adaptif dalam
pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki kemampuan menerima
perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga
perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain
sebagai berikut: Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan,
Mendorong jiwa kewirausahaan, Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah,
Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat
dan sebagainya, Terkait dengan kinerja instansi.
G. Kolaboratif
Makna kolaboratif terkait erat dengan semangat kerja sama yang memberi nilai
tambah bagi organisasi dan memberi ruang kepada berbagai pihak untuk berkontribusi. Sikap
kolaboratif ini penting karena saat ini semua harus saling berjalan bersama untuk mencapai
satu tujuan. Maka sudah sepatutnya jika nilai-nilai core values, terutama pada aspek
Kolaboratif, dapat diimplementasikan secara nyata pada pelaksanaan tugas sehari-hari.
WoG (Whole-of-Government) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG
juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
AGENDA 3. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
A. SMART ASN
Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam
menangani transformasi digital pada masa pandemi COVID-19. Literasi digital menjadi
kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh peserta CPNS dan diharapkan para peserta
mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi digital yang berlangsung
sangat cepat. Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi
Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Penilaiannya dapat
ditinjau dari etis dalam mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital
(digital culture), menggunakan media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan
menggunakan media digital (digital skills).
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat
kompetensi Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri self controlling dalam
menghadapi jarak perbedaan perbedaan tersebut dalam menggunakan media digital, yang
disebut dengan Etika Digital. Etika bermedia digital adalah kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Empat
prinsip etika tersebut menjadi ujung tombak self control setiap individu dalam mengakses,
berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media digital benar
benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal hal positif.
Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang berbudaya dan bermartabat.
Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi budaya digital, maka budaya baru yang
terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang berkarakter dan warga digital yang
memiliki nilai-nilai kebangsaan untuk memperkuat bangsa dan negaranya. Kehadiran media
dan teknologi digital, dengan kata lain, harus menjadi sarana memperkuat budaya bangsa dan
karakter warganegara.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan, yaitu:
a) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
c) Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya.
Melindungi perangkat digital yang kita miliki merupakan hal yang sangat penting,
karena setiap teknologi memiliki beragam celah yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Melakukan proteksi perangkat digital bertujuan agar
perangkat digital yang kita gunakan tidak disalahgunakan oleh orang lain, karena perangkat
digital yang kita miliki saat ini menjadi kunci untuk berbagai aktivitas digital.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupansehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital
meliputi kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat
keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari- hari.
B. Manajemen ASN
Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada Masyarakat
secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan
kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam mencapai tujuan
tersebut semakin banyak dan berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri yang
menuntut aparatur sipil negara untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan
tugas dan fungsinya serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk
mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut,
pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad
untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini
merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun
aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi
politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas bagi masyarakat.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik. Peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana,
dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan
tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan
bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Manajemen PNS Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan. Manajemen PNS pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Manajemen PNS pada Instansi
Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan
hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode
etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah.
Keterkaitan Antaragenda:
Sebagai dasar dalam pengembangan kompetensi ASN, mengacu kepada undang-
undang ASN nomor 5 tahun 2014 pada pasal 10 tentang fungsi ASN. Terdapat tiga fungsi
ASN yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, sebagai pelayan publik dan sebagai perekat
dan pemersatu bangsa.
Kompetensi yang dibangun dalam MOOC ini adalah menunjukan sikap prilaku bela
negara dengan mengaktulaisasikan nilai-nilai dasar ASN dalam melaksanakan tugas
jabatannya, mengaktualisasikan kedudukan dan perannya dalam kerangka NKRI dan
menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang
tugasnya. Kompetensi ini dilakukan untuk membangun dan mencapai tujuan menjadi ASN
yang profesional dan berkarakter sebagai pelayan masyarakat. Sehingga materi yang diberi
pada agenda satu, dua, dan tiga adalah untuk membentuk karakter ASN sebagai calon
pemimpin masa depan bangsa.Sehingga materi yang diberi pada agenda satu, dua, dan tiga
adalah untuk pembentuka karakter CPNS sebagai calon pemimpin bangsa untuk
menunjukkan kemampuan sebagai calon PNS yang akan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai
dasar PNS dalam pelaksanaan tugasnya sehingga akan dapat menjadi suatu karakter atau
pembiasaan. Sebagai PNS professional ditunjukkan dengan diberikannya penguatan
kompetensi melalui pengembangan kompetensi teknis bidang tugas yang berisi tentang
substansi teknis administrasi dan kompetensi Teknis Substantif yang akan diberikan oleh
instansi atau unit kerja yang menjadikan satu kesatuan dalam pembelajaran lat SAR CPNS.
Agenda satu, sikap perilaku bela negara membekali peserta dengan pemahaman
wawasan kebangsaan melalui pemaknaan terhadap nilai-nilai bela negara sehingga peserta
memiliki kemampuan untuk menunjukkan sikap perilaku bela negara dalam kesiapsiagaan
yang mencerminkan sehat jasmani dan mental menghadapi perubahan lingkungan strategis
dalam menjalankan tugas jabatan sebagai PNS professional pelayan Masyarakat. Diharapkan
dapat menerapkan sebagai proses pembentukan sikap perilaku bela negara sebagai PNS
professional. Nilai-nilai ini akan di internalisasikan dan menjadi pondasi dalam menjalankan
semua tugas yang diberikan baik saat di proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan
tugas sebagai PNS, jadi nilai-nilai tersebut akan there Patri dan diterapkan dalam sikap
perilaku bela negara.
Agenda dua, nilai-nilai dasar PNS, membekali peserta dengan nilai-nilai dasar yang
dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan
Masyarakat yang meliputi lima kemampuan yaitu akuntabilitas, mengedepankan kepentingan
nasional, menjunjung tinggi standar etika publik, berinovasi untuk peningkatan mutu
pelaksanaan tugas jabatannya dan tidak korupsi dan mendorong percepatan pemberantasan
korupsi di lingkungan instansi. Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaran mata
pelatihan aneka. Setelah mempelajari mata pelatihan tersebut peserta mempunyai
kemampuan dalam memaknai dan menginternalisasikan nilai-nilai dasar PNS di dalam setiap
tugas pekerjaannya. Jadi tugas pekerjaan menjadi sangat penting untuk dapat dilakukan
dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS atau aneka.
Agenda tiga, kedudukan dan peran PNS dalam NKRI yang membekali peserta
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS untuk menjalankan fungsi ASN sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayanan publik serta perekat dan pemersatu bangsa, sehingga
mampu mengelola tantangan dan masalah keragaman sosial kultural dengan menggunakan
dengan menggunakan perspektif WoG dalam mendukung pelaksanaan tugas jabatannya.
Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaran atau pelatihan manajemen ASN,
pelayanan publik dan whole of government. Diharapkan setelah mempelajari mata Pelajaran
tersebut peserta mampu berpikir kritis terhadap konsep dan praktek penyelenggaraan
pemerintahan.