Anda di halaman 1dari 10

NAMA : ARZAN, S.

Pd

NIP : 198809092023211031

JABATAN : AHLI PERTAMA- GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN

KESEHATAN

INSTANSI : KEMENTERIAN AGAMA EMPAT LAWANG

RANGKUMAN AGENDA I

SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

Bela Negara juga dimaknai sebagai tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan
warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai Ancaman

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
dan kesadaran terhadap sistem nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang
aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia


merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi
simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi
kebudayaanyang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam
keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019
tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat
(3), nilai dasar Bela Negara meliputi : a. cinta tanah air; b. sadar berbangsa dan
bernegara; 26 c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara; d. rela berkorban
untuk bangsa dan negara; dan e. kemampuan awal Bela Negara.

B. NILAI BELA NEGARA ANALISIS ISU KONTEMPORER

Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi


bagian yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi
terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan
menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan
lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Dengan memahami
penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus perhatian adalah mulai
membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian mengembangkan berbagai
potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal insani (manusia) yang
merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual, emosional, sosial, ketabahan,
etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani) yang tercermin dalam
bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan complicated saat ini
menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global untuk
meningatkan daya saing sekaligus mensejahterakan kehidupan bangsa. Pada
perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi baik dari sisi positif apalagi sisi
negatif sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari
konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar bangsa. Terdapat beberapa isu-isu
strategis kontemporer yang telah 247 menyita ruang publik harus dipahami dan
diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu
strategis kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan
radikalisasi, tindak pencucian uang (money laundring), dan proxy war dan isu Mass
Communication dalam bentuk Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax. Strategi
bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan
kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga
dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar
analisa yang matang

C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara


dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan
profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya
mendasari proses nation and character building.Proses nation and character
building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman
bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air kesadaran
berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan
berkorban demi bangsa dan Negara.

kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh


seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja
yang beragam. Sedangkan Bela negara adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku
warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban
sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk
menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja
yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas
dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
AGENDA II

NILAI-NILAI DASAR PNS


A. BERORIENTASI PELAYANAN
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan
publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik
yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau
sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima
layanan. Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga
pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat menimbulkan
kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK
dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, Kolaboratif.
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip
sebagai berikut: a. nilai dasar; b. kode etik dan kode perilaku; c. komitmen, integritas
moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d. kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas; e. kualifikasi akademik; f. jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas; dan g. profesionalitas jabatan. Nilai Dasar ASN yang
dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang pertama
ini diantaranya: 1) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; 2) menjalankan
tugas secara profesional dan tidak berpihak; 3) membuat keputusan berdasarkan
prinsip keahlian; dan 4) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya: 1) memelihara dan
menjunjung tinggi standar etika yang luhur; 2) memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; dan 3) memberikan layanan
kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun.

B. AKUNTABEL

Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas


atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti
yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang
berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam
konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga
pembina, dan lebih luasnya kepada public.

C. KOMPETEN

Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi


dari International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Prinsip Pengembangan Kompetensi ASN ❑ Upaya peningkatan kompetensi


yang dilakukan organisasi maupun individu melalui proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pegawai ❑
Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi ❑
Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan ❑
Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan
dan pengembangan karir.

D. HARMONIS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna dan tulisan kata
‘harmonis’ yang benar: • har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni;
seia sekata; • meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis; • peng·har·mo·nis·an n
proses, cara, perbuatan mengharmoniskan; • ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan)
harmonis; keselarasan; keserasian: ~ dl rumah tangga perlu Modul Harmonis 22
dijaga. Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti
terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama
antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat
menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh, seharusnya terdapat
harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak, maka belum tentu orang
itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan, pada bidang musik, sejak
abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti pengretian yang pernah ada
sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada urutan bunyi dan nada yang
serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya Harmoni adalah
ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.

E. LOYAL

Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara. Karena


pentingnya sifat dan sikap ini, maka banyak ketentuan yang mengatur perihal
loyalitas ASN ini (akan dibahas lebih rinci pada bab-bab selanjutnya), diantaranya
yang terkait dengan bahasan tentang: 1) Kedudukan dan Peran ASN 2) Fungsi dan
Tugas ASN Modul Loyal 11 3) Kode Etik dan Kode Perilaku ASN 4) Kewajiban ASN
5) Sumpah/Janji PNS 6) Disiplin PNS. Untuk menciptakan dan membangun rasa
setia (loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut
dilakukan: 1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki 2. Meningkatkan
Kesejahteraan 3. Memenuhi Kebutuhan Rohani 4. Memberikan Kesempatan
Peningkatan Karir 5. Melakukan Evaluasi secara Berkala.

F. ADAFTIF

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat
alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-
tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis,
kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan
teknologi dan lain sebagainya. Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari
makhluk hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi
selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya
dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis
versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk
memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di
antaranya tujuan organisasi, Adaptif tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab,
unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai
individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

G. KOLABORATIF

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang


menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan bersama dalam
bidang pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. • WoG
juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan
sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan

AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
A. SMART ASN

Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan


persiapan kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital
untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety.
Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat
kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital Digital
skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital
dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari
dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan
Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.

Digital safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan,


menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran pelindungan
data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Literasi digital
sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa 261 kecakapan penguasaan
teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah
sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan
untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan
pada kecakapan penggunamedia digital dalam melakukan proses mediasi media
digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti,
2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak
hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital
dengan penuh tanggung jawab

B. MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN


yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi
selama ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang
professional. Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada
dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya,
Pegawai ASN terdiri atas: 1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan 2) Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,


diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara
nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Dengan kehadiran PPPK tersebut
dalam manajemen ASN, menegaskan bahwa tidak semua pegawai yang bekerja
untuk pemerintah harus berstatus PNS, namun dapat berstatus sebagai pegawai
kontrak dengan jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk menciptakan budaya
9 Manajemen ASN kerja baru menumbuhkan suasana kompetensi di kalangan
birokrasi yang berbasis pada kinerja.

Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan


kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi
dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian,
pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam
pembinaan karier pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat
berwenang yaitu pejabat karier tertinggi. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah,
dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
Kesatuan bagi ASN ini sangat penting, mengingat dengan adanya desentralisasi
dan otonomi daerah, sering terjadi adanya isu putra daerah yang hampir terjadi
dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah.
Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa. Untuk menjalankan
kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: 1)
Pelaksana kebijakan public; 2) Pelayan public; dan 3) Perekat dan pemersatu
bangsa Selanjutnya Pegawai ASN bertugas: 1) Melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan 2) Memberikan pelayanan public yang professional dan
berkualitas, dan 3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

KETERKAITAN AGENDA I, II DAN III

Sebagai acuan Pegawai ASN yang merupakan berkedudukan sebagai Aparatur


Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah
serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Kedudukan ASN diantaranya sebagai pelaksana kebijakan public, pelayan public,
perekat dan pemersatu bangsa. Serta agar ASN dapat menjalankan kewajibannya
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Anda mungkin juga menyukai