Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDEKATAN KELOMPOK DALAM KONSELING

“Pendekatan Rational Emotive Behavior dalam Kelompok”

Dosen Pengampu:
Dr. Netrawati, M.Pd., Kons
Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons.

Kelompok 4:

1. Aminah Daulay : 23151002


2. Feni Lestari : 23151032
3. Intan Verly Syafitry : 23151012
4. Siti Fauziah : 23151045

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang


maha Esakarena atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
Pendekatan Kelompok dalam Konseling yang telah memberikan tugas Makalah
ini kepada kami sehingga dapat memicu motivasi kami untuk senantiasa belajar
lebih giat lagi dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Pendekatan
Rational Emotive Behavior dalam Kelompok” sehingga dengan ini kami dapat
menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui sebelumnya.
Terimakasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang diberikan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan usaha yang maksimal.
Terimakasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu sehingga
terselesaikannya makalah ini. Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang
mencoba berusaha sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja
tak luput dari sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu
segenap saran penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas
yang sama dimasa yang akan datang.

Padang, 20 Novemberr 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... I
DAFTAR ISI........................................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Masalah...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok..................................................... 3
B. Tahapan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior.......................6
C. Aplikasi: Teknik dan Prosedur Konseling.................................................. 10
D. Penerapan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior di S
Sekolah...................................................................................................... 14
E. Penerapan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior dalam
Kelompok Populasi Multikultural............................................................... 11
F. Evaluasi Pendekatan Rational Emotive Behavior dalam Kelompok.......... 12
BAB III PENUTUP............................................................................................. 14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) merupakan


pendekatan yang menekankan pada keterkaitan antara pikiran, perasaan dan
tingkah laku. Pandangan dasar pendekatan ini mengenai manusia adalah bahwa
individu memiliki potensi untuk dapat berpikir irasional yang salah satunya
didapat melalui belajar sosial. Namun individu juga memiliki kapasitas untuk
mengubah pikiran-pikiran irasionalnya menjadi irasional. Pendekatan Rational-
Emotive Behavior Therapy (REBT) sangat cocok diterapkan dalam setting
kelompok. Pendekatan Rational Emotive BehavioR dapat digunakan dalam
setting kelompok karena adanya anggota kelompok yang terlibat dalam
kegiatan memunculkan kerjasama antar anggota untuk mengatasi masalah
psikis dengan memusatkan perhatian pada kognisi, emosi, dan perilaku.
Penggunaan Rational Emotive Behavior dalam setting kelompok
memberikan hasil yang lebih efektif daripada penggunaan untuk konseling
individu. REBT tidak memandang hubungan antara konseli dengan konselor
sebagai sesuatu yang sangat penting dalam proses terapeutik, namun lebih
mementingkan keterampilan dan kesediaan konselor untuk menantang,
mengkonfrontasikan dan meyakinkan konseling mempraktikkan kegiatan yang
akan mengarah ke perubahan yang konstruktif dalam pemikiran dan perbuatan
konseli, sehingga konseli sampai pada kesimpulan untuk berubah. Pendekatan
ini dapat membantu masalah-masalah yang dialami oleh individu baik dari
lingkungan sekolah, kerja, kuliah maupun masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja peran dan fungsi pemimpin kelomopok?

2. Apa saja tahapan konseling kelompok rational emotive behavior?

3. Apa saja aplikasi: teknik dan prosedur konseling?

1
2

4. Bagaimana penerapan konseling kelompok rational emotive behavior di


sekolah?

5. Bagaimana penerapan pendekatan rational emotive behavior dalam


kelompok pada populasi multikultural?

6. Bagaiamana evaluasi pendekatan rational emotive behavior dalam


kelompok?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja peran dan fungsi pemimpin kelompok.

2. Untuk mengetahui apa saja tahapan konseling kelompok rational emotive


behavior.

3. Untuk mengetahui apa saja aplikasi: teknik dan prosedur konseling.

4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan konseling kelompok rational


emotive behavioral di sekolah.

5. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan rational emotive


behavior dalam kelompok pada populasi multikultural.

6. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pendekatan rational emotive


behavior dalam kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok
Corey (2012) mengungkapkan bahwa kegiatan terapeutik kelompok
REBT dilakukan dengan tujuan utama: untuk membantu peserta
menginternalisasi filosofi hidup yang rasional, seperti halnya mereka
menginternalisasi seperangkat keyakinan dogmatis dan ekstrem yang berasal
dari lingkungan sosial budaya mereka dan dari penemuan mereka sendiri. .
Dalam mencapai tujuan akhir ini, pemimpin kelompok memiliki beberapa
fungsi dan tugas khusus. Tugas pertama adalah menunjukkan kepada anggota
kelompok bagaimana mereka sebagian besar telah menciptakan gangguan
emosi dan perilaku mereka sendiri. Pemimpin membantu anggota kelompok
untuk mengidentifikasi dan menantang keyakinan irasional yang awalnya
mereka terima tanpa ragu, menunjukkan bagaimana mereka terus
mengindoktrinasi diri mereka sendiri dengan keyakinan ini, dan mengajari
mereka bagaimana memodifikasi pemikiran mereka dengan mengembangkan
keyakinan alternatif rasional. Adalah tugas pemimpin kelompok untuk
mengajari anggota bagaimana menghentikan lingkaran setan dari proses
menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain.
REBT mengasumsikan bahwa keyakinan irasional orang-orang sudah
mendarah daging sehingga tidak akan mudah berubah. Jadi, untuk membawa
perubahan kognitif yang signifikan, para pemimpin menggunakan berbagai
teknik kognitif dan emotif aktif. Praktisi kelompok REBT menyukai
intervensi seperti bertanya, berkonfrontasi, menegosiasikan tugas pekerjaan
rumah, dan membantu anggota bereksperimen dengan cara berpikir,
merasakan, dan melakukan yang baru. Pemimpin kelompok REBT aktif
dalam mengajarkan model teoretis, mengusulkan metode koping, dan
mengajar strategi anggota untuk menguji hipotesis dan solusi. Pemimpin
kelompok REBT berperan sebagai pendidik psikologis, dan mereka
cenderung menghindari berhubungan terlalu dekat dengan anggota mereka
dan dengan demikian menghindari mereka meningkatkan kecenderungan

3
4

ketergantungan mereka. Mereka memberikan penerimaan tanpa syarat


daripada kehangatan dan persetujuan. Namun, praktisi kelompok REBT
menunjukkan rasa hormat terhadap anggota kelompok mereka dan juga
cenderung kolaboratif, mendorong, mendukung, dan membimbing.
Sehingga, praktisi REBT menggunakan peran direktif dalam
mendorong anggota untuk berkomitmen pada diri mereka sendiri untuk
berlatih dalam situasi sehari-hari apa yang mereka pelajari dalam sesi
kelompok. Mereka memandang apa yang terjadi selama kelompok itu penting,
tetapi mereka menyadari bahwa kerja keras antara sesi dan setelah terapi
dihentikan bahkan lebih penting. Konteks kelompok memberi anggota alat
yang dapat mereka gunakan untuk menjadi mandiri dan menerima diri
mereka sendiri tanpa syarat saat mereka menghadapi masalah baru dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Tahapan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavioral
Menurut Rasimin & Muhammad (2019) terdapat beberapa tahapan
konseling kelompok rational emotive behavior, sebagai berikut:
1. Tahap pertama
Pada tahap awal merupakan suatu proses untuk menunjukkan
kepada konseli bahwa dirinya tidak logis, membantu mereka memahami
bagaimana dan mengapa menjadi demikian dan menunjukkan hubungan
gangguan yang irasional itu dengan ketidakbahagiaan dan gangguan
emosional yang dialami. Pada tahap awal ini, prosedur-prosedur emotif-
evokatif (mampu menggugah rasa) tidak digunakan dan tidak pula
diusahakan pemecahan masalah dan pembuatan putusan. Setelah terapi
berjalan lancar, prinsip-prinsip logika berfikir rasional yang biasa
digunakan dalam terapi individual diterapkan dalam kelompok. Jadi, terapi
maraton yang terdiri atas suatu dosis berat metode-metode rasional-
kognitif dan tingkah laku-tindakan lebih dari suatu session eksperiensial
dimana perasaan-perasaan dieksplorasi dan dibagi.
5

2. Tahap kedua
Pada tahap kedua merupakan konselor membantu konseli meyakini
bahwa berpikir dapat ditantang dan diubah.. Kesediaan konseli untuk
dieksplorasi secara logis terhadap gagasan yang dialami konseli dan
konselor mengarahkan pada konseli untuk melakukan disputing terhadap
keyakinan konseli yang irasional. merupakan perencanaan pengobatan
melibatkan pemilihan rangkaian prosedur yang paling tepat dari antara
strategi khusus tercapai. Pada tahap ini, masalah-masalah pribadi yang
terdalam dari para anggota dieksplorasi dengan prosedur-prosedur kognitif.
Ellis menunjukkan bahwa pada jam-jam terkahir dari terapi maraton akhir
pekan rational-eunconter ini, kelompok dan pemimpin biasanya menegur
anggota yang belum mengemukakakn suatu masalah yang akan dibahas
secara rinci. Orang-orang seperti ini langsung ditanya mengapa mereka
sebelumnya tidak banyak bercerita tentang diri mereka sendiri dan dibujuk
agar mencari suatu masalah pokok untuk didiskusikan secara terbuka.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ketiga merupakan konselor membantu konseli lebih
“mendebatkan” (disputing) gangguan yang tidak tepat dan irasional yang
dipertahankan selama ini, menuju cara berfikir yang lebih rasional yang
dipertahankan selama ini, menuju cara berfikir yang lebih rasional dengan
cara reindoktrinasi yang rasional termmasuk bersikap secara rasional. Pada
tahap ini memandang sebagai suatu pengalaman yang intensif yang
berfungsi sebagai pengantar yang baik kepada REBT. Format ini khusus
dirancang untuk menunjukkan kepada para anggota kelompok, filsafat-
filsafat mendasar apa yang mengalahkan dirinya dan menunjukkan
bagaimana mereka bisa bekerja menantang filsafat-filsafat itu, disini,
sekarang dan dikemudian hari. Jadi, pada tahap akhir ini merupakan suatu
pengalaman terapeutik yang diorientasikan ke arah mengalami dan
memodifikasi tingkah laku menuju ekspresi diri dan pengajaran khusus
tentang kecakapan-kecakapan kepribadian baru.
6

C. Aplikasi: Teknik dan Prosedur Konseling


Aplikasi teknik dan prosedur konseling kelompok dalam pendekatan
perilaku rational emotive behavior ini terdapat dua metode yang digunakan
dalam kelompok yaitu metode kognitif dalam kelompok dan metode perilaku
dalam kelompok REBT. Adapun beberapa teknik yang bisa digunakan
menurut Corey (2012), Sebagai berikut:
1. Metode kognitif dalam kelompok
Dari perspektif kognitif, REBT menunjukkan kepada klien bahwa
keyakinan irasional mereka dan pembicaraan diri sendiri yang berasal dari
keyakinan ini membuat mereka terusik. Berbagai teknik yang digunakan
untuk menghilangkan kognisi yang merugikan diri sendiri ini dan
mengajari orang bagaimana memperoleh pendekatan rasional untuk hidup.
Adapun beberapa teknik kognisi yang sering digunakan dalam kelompok
REBT, yakni:
a) Mengajarkan AB-C REBT
Mengajarkan AB-C REBT Teori ABC diajarkan kepada klien
yang menjalani terapi individu atau kelompok. Anggota kelompok
diajari bahwa tidak peduli bagaimana atau di mana mereka awalnya
memperoleh "keharusan," "keharusan," dan "keharusan" absolut
mereka, mereka memiliki kekuatan sekarang untuk mulai
menyerahkan keyakinan disfungsional ini. Mereka diperlihatkan cara
untuk menerapkan teori ABC pada masalah praktis yang mereka
hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Anggota kelompok dapat dengan
cepat mempelajari bagaimana mereka mengganggu diri mereka sendiri.
AB-C masalah mereka dapat ditunjukkan dengan jelas dan sederhana,
mudah dipahami, dan dengan cepat digunakan dalam terapi.
b) Perbedatan aktif keyakinan irasional
Perdebatan Aktif Keyakinan Irasional Peserta kelompok diajari
cara memeriksa dan memodifikasi keyakinan kaku dan ekstrem
mereka tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan kondisi kehidupan.
Misalnya, seorang anggota mungkin berpegang teguh pada keyakinan
7

ekstrim bahwa setiap orang harus berpikir baik tentang dirinya


atau harga dirinya akan rusak tidak dapat diperbaiki. Terapis
menunjukkan kepada anggota kelompok bagaimana mendeteksi
tuntutan mereka, "keyakinan yang mengerikan, dan" keyakinan yang
merendahkan diri sendiri dan orang lain. Dalam peran aktif dan
didaktik mereka, para pemimpin REBT fokus untuk memperdebatkan
ide-ide individu yang kaku dan ekstrem. Mereka mendemonstrasikan
bagaimana ide-ide tersebut menimbulkan gangguan yang tidak perlu,
dan mereka membujuk klien untuk mengubah atau menyerahkan
keyakinan disfungsional ini. Untuk hasil terbaik, perselisihan aktif
perlu melampaui tingkat kognitif dan mencakup perselisihan
emosional. Anggota menantang pemikiran mereka yang salah.
c). Mengajar mengatasi pernyataan diri
Mengajar mengatasi Pernyataan Diri Anggota kelompok diajari
bagaimana menentukan nasib sendiri keyakinan yang kuat dapat
dilawan dengan pernyataan diri yang masuk akal, rasional, dan
mengatasi. Mereka diharapkan untuk memantau cara mereka berbicara
dengan menuliskan dan menganalisis kualitas bahasa mereka.
Misalnya, seorang anggota mungkin mengatakan pada dirinya sendiri:
“Saya harus tampil baik, yang berarti menjadi sempurna. Orang akan
memberi saya persetujuan dan cinta hanya ketika saya sempurna, dan
saya benar-benar membutuhkan penerimaan ini dari orang lain untuk
merasa berharga.” Dengan menyadari kualitas pidato internal dan
eksternalnya yang absolut dan menuntut, dia dapat belajar bagaimana
apa yang dia katakan pada dirinya sendiri telah menjebaknya untuk
gagal.
d). Metode Psikoedukasi
Metode psikoedukasi REBT dan sebagian besar terapi perilaku
kognitif pro- gram mengambil pendekatan pendidikan dengan klien.
Terapis mendidik anggota kelompok tentang sifat masalah mereka dan
bagaimana pengobatan kemungkinan akan dilanjutkan. REBT
8

menawarkan banyak sumber untuk menangani masalah


emosional umum dan masalah khusus seperti mengatasi kecanduan,
mengatasi depresi, mengelola kemarahan, memahami dan mengatasi
masalah berat badan, menjadi tegas, dan mengatasi penundaan.
e). Pekerjaan rumah kognitif
Pekerjaan Rumah Kognitif Mereka yang berpartisipasi dalam
kelompok REBT diberi pekerjaan rumah kognitif, yang terdiri dari
cara-cara menerapkan teori ABC pada banyak masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Anggota dapat diberikan “Formulir Bantuan
Mandiri REBT” (direproduksi dalam Buku Pedoman Siswa yang
menyertai teks ini), di mana mereka mencantumkan keyakinan
irasional mereka.
f). Metode emotif di group REBT
Teknik emosi meliputi penerimaan tanpa syarat, gambaran
rasional-emotif, penggunaan humor, dan latihan menyerang rasa malu.
Teknik emotif cenderung jelas dan menggugah, namun tujuan
utamanya adalah untuk membantah keyakinan irasional klien.
Pemimpin kelompok mengajarkan anggotanya bahwa begitu mereka
mencapai wawasan intelektual, mereka dapat menggunakan berbagai
metode dalam mengubah pikiran, perilaku, dan perasaan mereka
(Dryden, 2007, 2009b). Teknik-teknik ini dieksplorasi secara lebih
rinci di bagian berikut: penerimaan tanpa syarat, citra iasional emotif,
penggunaan humor dan latihan menyerang rasa malu.
2. Metode perilaku dalam kelompok REBT
Praktisi kelompok REBT dapat menggunakan seluruh rentang
teknik perilaku kognitif. Metode perilaku REBT berkerja paling baik bila
digunakan dalam kombinasi dengan metode emotif dan kognitif. Adapun
beberapa teknik dalam metode perilaku dalam kelompok REBT, yakni:
a) Bermain peran
perilaku dalam bermain peran. Salah satu cara untuk membantu
anggota kelompok untuk mengalami dan mengatasi perasaan takut
9

adalah dengan meminta mereka untuk membalikkan peran.


Misalnya, jika seorang anggota mengalami kecemasan atas wawancara
kerja yang akan datang, dia dapat mengambil peran sebagai
pewawancara. Dia juga bisa memainkan dirinya sendiri dalam posisi
yang menakutkan dan dengan cara yang percaya diri. Daripada
meminta anggota hanya berbicara tentang masalah mereka atau
berpikir tentang keyakinan mereka, mereka dapat menjadi terlibat
secara emosional jika mereka membiarkan diri mereka bermain peran.
b) Pekerjaan rumah
Anggota kelompok REBT didorong untuk berlatih dan bekerja
keras di luar sesi terapi sebagai jalan menuju perubahan pribadi.
Pekerjaan rumah berorientasi aktivitas sering dinegosiasikan untuk
membantu peserta kelompok membuat perubahan yang mereka
inginkan. Menegosiasikan tugas pekerjaan rumah lebih efektif
daripada secara sepihak meresepkan tugas untuk dilaksanakan. Penting
juga untuk meminta anggota mengklarifikasi apa yang akan mereka
lakukan, seberapa sering mereka akan melakukan tugas, dan dalam
konteks apa.
c) Penguatan dan hukuman
kelompok berubah. Bala bantuan dapat berupa membaca novel,
menonton film, pergi ke konser, atau makan makanan favorit. Orang
dapat diajari untuk memperkuat diri mereka sendiri dengan sesuatu
yang mereka sukai, tetapi hanya setelah mereka menyelesaikan tugas
pekerjaan rumah tertentu yang telah mereka janjikan pada diri mereka
sendiri untuk dilakukan tetapi mereka cenderung menghindari
melakukannya. Salah satu tujuan REBT adalah untuk mengajarkan
individu metode manajemen diri yang lebih baik; kepatuhan anggota
sangat penting untuk keberhasilan teknik ini.
d) Pelatihan keterampilan
Melatih klien dalam keterampilan khusus di mana mereka
kurang telah lama dianut sebagai teknik dalam kerja kelompok.
10

Asumsinya adalah bahwa dengan memperoleh keterampilan


yang sebelumnya tidak mereka miliki, anggota akan merasa lebih
percaya diri tentang diri mereka sendiri dan akan mengalami
perubahan signifikan dalam cara mereka berpikir, merasa, dan
berperilaku. Anggota kelompok memiliki kesempatan untuk belajar
dan mempraktekkan keterampilan interpersonal yang penting dalam
sesi kelompok. Mereka didorong untuk memperoleh keterampilan
pribadi dan interpersonal dengan mengambil kursus dan berlatih di
luar kelompok
D. Penerapan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior di Sekolah
Kelompok untuk anak-anak atau remaja dalam keluarga alkoholik
ditemukan di sekolah-sekolah. Manfaat utama dari kelompok di lingkungan
sekolah adalah bahwa mereka membantu anggota menghadapi situasi di luar
kendali mereka. Cukup sering anak-anak dan remaja dalam kelompok yang
berhubungan dengan sekolah merasa bertanggung jawab secara pribadi atas
gangguan dalam keluarga mereka, padahal pada kenyataannya
penyalahgunaan zat oleh orang dewasa adalah penyebab utama kekacauan
keluarga. Konselor sekolah yang memimpin kelompok ini dapat membantu
anggota dalam mengidentifikasi dan mengubah keyakinan yang
menempatkan kesalahan utama pada diri mereka sendiri dan dapat membantu
anggota menciptakan self-talk baru. Menurut Vernon (2004), kelompok
REBT dapat mempromosikan perolehan keterampilan dan membantu anak-
anak memperoleh keterampilan koping praktis. Karena kelompok-kelompok
ini mengajari anak-anak cara berpikir lebih baik, anak-anak memperoleh
keuntungan karena mereka dapat mengubah cara berpikir mereka yang salah.
NS aspek pendidikan REBT menjanjikan sebagai intervensi preventif
untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang cenderung membesar-
besarkan peristiwa negatif (Henderson & Thompson, 2011). Pertimbangkan
keyakinan yang salah bahwa banyak remaja menyimpan yang akan
memberikan gandum untuk pabrik dalam kelompok sekolah menengah REBT.
Remaja sering mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak
11

tahan dengan penolakan. Mereka mungkin percaya bahwa jika mereka


gagal pada sesuatu yang penting, mereka pada dasarnya tidak berharga.
Intervensi kognitif, seperti belajar untuk membantah keyakinan salah tertentu
yang dipegang teguh, dapat sangat berguna dalam membantu remaja untuk
berpikir secara berbeda. Kelompok adalah tempat yang ideal untuk bekerja
pada penerimaan diri tanpa syarat dan juga untuk meningkatkan penerimaan
seseorang terhadap orang lain, yang menjadi perhatian utama bagi remaja.
Kelompok-kelompok yang berorientasi pada konsep-konsep kunci
dalam REBT dapat berguna dalam menangani tidak hanya masalah-masalah
di sekolah tetapi juga masalah-masalah dalam hubungan interpersonal siswa
dan lingkungan rumah. Tujuan umum dari kelompok adalah untuk
mengajarkan para peserta keterampilan mengatasi untuk kehidupan sehari-
hari dan untuk membantu siswa dalam memodifikasi kognisi, emosi, dan
perilaku tertentu. Dalam kelompok pendidikan ini, peserta segera mengetahui
bahwa perubahan adalah hasil dari latihan dan kerja keras di luar pertemuan
kelompok. Sumber daya yang berguna untuk mengajarkan konsep REBT
kepada siswa dalam kelompok.
E. Penerapan Pendekatan Rational Emotive Behavior dalam Kelompok
Pada Populasi Multikultural
Pemimpin kelompok REBT, seperti halnya pemimpin CBT lainnya,
berfungsi sebagai guru. Citra ini akan tampak ideal untuk kelompok budaya
tertentu karena mengurangi stigma sakit jiwa dan berfokus pada masalah
kehidupan. Hidup bisa lebih memuaskan jika peserta kelompok belajar cara
berpikir yang lebih baik tentang masalah yang mereka hadapi. Dengan
bantuan pemimpin dan anggota kelompok lainnya, peserta belajar cara
berpikir dan berperilaku baru, yang menghasilkan perasaan baru.
Meneliti keyakinan yang salah dan proses restrukturisasi kognitif
melibatkan anggota kelompok yang berhadapan dengan pemikiran mereka
yang mengalahkan diri sendiri dan keyakinan inti tertentu mereka. Dalam
menggunakan intervensi kognitif ini dengan anggota kelompok Latin,
Organista (2000) menunjukkan nilai empati dalam melunakkan pendekatan
12

ABCD yang sering digunakan dalam kelompok REBT. Organista


mengajarkan anggota kelompok Latino perbedaan antara pikiran "membantu"
yang memperbaiki gejala dan mengarah pada pemikiran konstruktif dan
perilaku adaptif dan pikiran "tidak membantu" yang melakukan sebaliknya.
Daripada memprovokasi pembelaan diri dengan melabeli keyakinan klien
"irasional" atau "terdistorsi," dalam konteks ini adalah baik bagi terapis untuk
menunjukkan bahwa pola pikir klien mungkin dapat dimengerti dalam
keadaan mereka.
REBT bisa menjadi pendekatan yang kuat, dan pemimpin kelompok
harus berhati-hati dalam menafsirkan keyakinan tertentu sebagai sesuatu yang
irasional. Praktisi aktif/direktif mungkin mengadopsi gaya otoriter, yang
mungkin mengakibatkan pengabaian pengaruh individu dan multikultural
yang penting (Ellis, 2001b). Apa yang mungkin tampak seperti keyakinan
irasional bagi terapis mungkin merupakan nilai yang telah lama dihargai yang
memengaruhi individu. Sangat penting bahwa pemimpin kelompok tidak
melakukan kesalahan dengan memaksakan standar mereka pada anggota
kelompok.
Ellis (2001b) mengambil posisi bahwa bagian penting dari kehidupan
masyarakat terdiri dari kehidupan kelompok dan bahwa kebahagiaan mereka
sangat bergantung pada kualitas fungsi mereka dalam komunitas mereka.
Dengan demikian individu dapat membuat kesalahan dengan menjadi terlalu
egois dan memanjakan diri sendiri. REBT menekankan hubungan individu
dengan keluarga, komunitas, dan sistem lainnya. Orientasi ini konsisten
dengan menghargai keragaman dan saling ketergantungan sebagai individu
dan anggota masyarakat yang produktif.
F. Evaluasi Pendekatan Rational Emotive Behavior dalam Kelompok
Menurut Corey (2012) terdapat beberapa evaluasi pendekatan REBT,
sebagai berikut:
1. Kontribusi dan kekuatan pendekatan
Kekuatan kelompok REBT adalah berbagai gangguan yang dapat
diatasi: kecemasan, depresi, kemarahan, masalah perkawinan, keterampilan
13

interpersonal yang buruk, perfeksionisme, kecemburuan yang tidak


wajar, keterampilan mengasuh anak, gangguan karakter, gangguan
obsesif/kompulsif, gangguan makan, gangguan psikosomatik, perilaku
adiktif, gangguan stres pasca trauma, dan gangguan psikotik
2. Keterbatasan pendekatan

Reservasi utama yang saya miliki sehubungan dengan REBT


menyangkut bahaya yang melekat dalam sikap konfrontatif dan persuasif
terapis dan kemungkinan memaksakan nilai-nilai pemimpin pada anggota.
Pemaksaan anggota lebih mungkin dilakukan dalam REBT daripada dalam
pendekatan yang kurang direktif. Cormier, Nurius, dan Osborn (2009)
menyarankan bahwa terapis berhati-hati tentang bahasa yang mereka
gunakan ketika menggambarkan kognisi klien, menghindari istilah-istilah
seperti rasional dan irasional atau maladaptif dan disfungsional. Hal ini
terutama penting ketika berinteraksi dengan anggota kelompok yang
merasa terpinggirkan oleh budaya arus utama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan REBT merupakan pendekatan yang menekankan pada
keterkaiatan antara pikiran, perasaan dan tingkah laku. Pendekatan REBT ini
memiliki peran dan fungsi pemimpin dalam kelompok REBT, tahapan-tahapan
konseling kelompok, penggunaan aplikasi dan prosedur konseling dalam
kelompok, penerapannya pendekatan ini di lingkungan sekolah dan
multikultural serta evaluasi dalam penggunaan pendekatan REBT dalam
kelompok tersebut. Sehingga, dengan adanya pembahasan pendekatan REBT
dalam kelompok seorang konselor mampu menggunakan teknik dan prosedur
pendekatan REBT dalam proses terapeutik yang mana konselor dapat
mempraktikkan kegiatan ini ke arah perubahan yang konstruktif dalam
pemikiran dan perbuatan konseling dan nantinya konseli mampu ke tahap
kesimpulan untuk perubahannya tersebut.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi pembacanya. Penulis sangat menyadari bahwa banyaknya
terdapat kekurang didalam makalah ini,maka kririk dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk menjadi acuan penulis dalam menulis
makalah berikutnya.

14
DAFTAR RUJUKAN

Corey, G. (2012). Theory & Practice Of Group Counceling (Eight Edition).


Canada: Nelson Education.

Rasimin & Muhammad, H. (2019). Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta:


Bumi Aksara.

15

Anda mungkin juga menyukai