Dosen Pengampu :
Oleh
2024
RESUME
A. Istilah Konseling dan Psikoterapi
Konseling dan psikoterapi akan digunakan menurut berbagai hal,
konseling merupakan suatu proses intensif berkenaan dengan tujuan-
tujuannya atau berfungsi lebih efektif. Sedangangkan psikoterapi adalah
suatu proses berjangka-panjang berkenaan dengan rekonstruksi pribadi dan
pengubahan besar dalam struktur kepribadian. Psikoterapi kerap terbatas
dalam konsep yang mengacu pada orang-orang yang bermasalah patologi
(Andi Mappiare AT, 1996).
B. Langkah Proses Konseling dan Psikoterapi
1. Tahap 1: (Stating Concerns And Establishing a Need For
Help) Membangkitkan Minat dan Membahas Perlunya
Bantuan pada Diri Klien.
Tujuan proses pada tahap pertama ini adalah klien
menyebutkan keputusan, masalah, kesukaran dan alasan mereka
datang. Tujuan selanjutnya adalah klien menyadari bahwa ia
membutuhkan bantuan dan sudah menyiapkan diri mengikuti
keseluruhan proses.
Menurut Brammer dan Shostrom (1982:99) tahap pertama
memiliki tujuan membuat klien menyatakan keseriusan bahwa ia
peduli terhadap masalahnya, ia ingin mengungkapkan masalah
penderitaan atau alasan kedatangannya. Tidak semua klien datang
dengan alasan yang jelas karena mereka tidak merasa sedang
bermasalah. Klien seperti itu jarang mempunyai komitmen yang
kuat untuk menyelesaikan masalahnya dengan tindakan yang
serius atau bertanggung jawab. Pada tahap ini konselor dapat
mengetahui sejauh mana klien menyadari perlunya bantuan dan
menyiapkan diri dalam proses konseling.
Menurut Brammer dan Shostrom (1982:99) strategi yang
dapat digunakan konselor pada tahap ini agar hasil yang
2
diharapkan dapat dicapai adalah:
a. Menyambut dan Menerima Klien secara Hangat. Konselor
hendaknya mendengarkan pernyataan klien dan memperhatikan
tingkah laku non verbal klien.
b. Membantu Klien Menjelaskan Inti Masalah yang Dialaminya.
Tahap pertama mempengaruhi klien untuk menjelaskan inti dari
permasalahannya. Pada tahap ini klien menjadi tidak ragu-ragu
dalam menyampaikan masalah kepada konselor dan ia benar-benar
terbuka tentang masalah yang sebenarnya.
2. Tahap 2 : (Establishing The Relationship) Membina Hubungan.
Tujuan utama dari tahap ini adalah membangun suatu
hubungan yang ditandai oleh adanya kepercayaan klien atas dasar
kejujuran dan keterbukaan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
bagaimana klien memandang konselor dari segi keahlian,
penampilan dan kepercayaan dapat menentukan efektif atau
tidaknya proses konseling.
3. Tahap 3: (Determining Goals And Exploring Alternatives)
Menetapkan Tujuan Konseling dan Menjelajahi Berbagai
Alternatif yang Ada.
Tujuan utama dari tahap ini adalah membahas tentang apa
yang di inginkannya dalam proses tersebut bersama klien. Klien
diajak mendiskusikan apa saja yang hendaknya ia lakukan dalam
konseling, sehingga dapat mewujudkan tujuan yang berkaitan
dengan permasalahannya. Hal itu dilakukan dengan membahas
alternatif-alternatif yang dapat ditempuh klien untuk mencapai
hasil dan bernegosiasi tentang beberapa kesepakatan kerja.
4. Tahap 4: ( Working On Problem And Goals) Bekerja dengan
Masalah dan Tujuan
Tujuan dan strategi konseling pada tahap ini ditentukan
oleh masalah klien, pendekatan dan teori yang digunakan konselor,
keinginan klien dan gaya komunikasi yang dibangun oleh
3
keduanya. Seringkali tahap ini memerlukan ekspresi perasaan yang
lebih apabila klien mengalami kebingungan atau penderitaan,
karena masalah yang ditimbulkan dapat berubah-ubah sejalan
dengan diskusi.
Brammer dan Shostrom (1982:101) mengemukakan
beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Klarifikasi Sifat Dasar Masalah dan Memilih Strategi.
Tujuan proses konseling pada tahap ini yang paling penting
adalah menentukan strategi terbaik yang akan digunakan.
Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui sumber-sumber
apakah yang dimiliki seseorang sebagai konselor untuk
mempermudah tercapainya tujuan.
b. Proses Problem-Solving
4
d. Kriteria untuk Memperluas Penelitian Mengenai Perasaan Klien
5
mereka. Mereka meninggalkan konseling dengan kondisi yang
disebut “flight into health”.
Membiarkan klien untuk terus berada pada perasaan lega
yang meringankan secara terus menerus tanpa membawa
mereka pada fase kesadaran dan pengambilan tindakan dari
konseling tersebut mungkin akan memperkuat pola gangguan
emosi atau jiwa yang berketerusan. Contohnya depresi.
Dengan membiarkan klien bercerita tentang kesedihan terlalu
lama hanya akan membuat dia terus berpikir bahwa dia adalah
orang yang malang.
f. Mengekspresikan Perasaan dalam Model Aktualisasi
Tahap keempat yang menyertai kegiatan penyelesaian
masalah dan tujuan dalam model aktualisasi melibatkan
penjajakan perasaan pada seluruh tingkatan. Contohnya,
Apabila klien dapat memahami perasaan yang berhubungan
dengan nilai kemanusiaan atau perasaan takut, klien akan
merasa kesepian atau marah yang sangat kuat pada awal
proses. Kemudian klien didorong untuk merasakan kemarahan
saat mereka merasa dirinya kesal dan marah atau untuk
mengalami rasa cinta saat memberikan respon terhadap
kenyataan yang didapat.
6
mencapai tujuan mereka selama mengikuti proses konseling.
7
terbebas dari tekanan perasaan, klien dapat memperoleh
kesadaran tentang arahan-arahan baru yang potensial dan
komitmen dengan tindakannya.
8
yang di lakkukan dalam waktu yang lama kurang efektif
dibandingkan dengan terapi yang dilakukan dalam waktu yang
singkat (Eysenk, 1952).
9
PENUTUP
A. Kesimpulan
proses konseling terdiri dari tujuh tahap yaitu:
1. Membangkitkan Minat dan Membahas Perlunya Bantuan: Konselor
membantu klien mengidentifikasi masalah dan perlunya bantuan,
dengan menyambut klien secara hangat dan membantu mereka
menjelaskan inti masalah.
2. Membina Hubungan: Tahap ini bertujuan membangun hubungan yang
didasari oleh kepercayaan dan keterbukaan antara konselor dan klien.
3. Menetapkan Tujuan Konseling dan Menjelajahi Alternatif: Konselor
dan klien bersama-sama menetapkan tujuan konseling dan menjelajahi
berbagai alternatif untuk mencapainya.
4. Bekerja dengan Masalah dan Tujuan: Tahap ini melibatkan bekerja
aktif dengan masalah klien, termasuk klarifikasi masalah, proses
pemecahan masalah, dan penyelidikan perasaan klien lebih lanjut.
5. Membangkitkan Kesadaran Klien untuk Berubah: Konselor membantu
klien memperoleh kesadaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan
mereka, dengan membahas perasaan hingga mencapai kesadaran.
6. Perencanaan Kegiatan atau Tindakan: Konselor membantu klien
merencanakan tindakan konkret untuk mengaktualisasikan perubahan
yang diinginkan.
7. Evaluasi Hasil dan Mengakhiri Konseling: Tahap terakhir melibatkan
evaluasi hasil konseling dan mengakhiri proses konseling, dengan
menilai sejauh mana tujuan telah tercapai dan apakah klien merasa
terbantu.
10
DAFTAR PUSTAKA
11