Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

PSIKOLOGI BK

ARTIKEL

PROSES KONSELING DAN PSIKOTERAPI

Dosen Pembina Mata Kuliah:


Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons
Dr. Rezki Hariko, M.Pd., Kons

Disusun Oleh:

Rahayu Dewany : 21151024

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
TAHAP-TAHAP DALAM PROSES KONSELING DAN PSIKOTERAPY
Rahayu Dewany1, Yeni Karneli2, Rezki Hariko3
Universitas Negeri Padang
dewanyrahayu@gmail.com

ABSTRAK
Konseling adalah proses bantuan yang diberikan tenaga professional kepada seseorang atau
sekelompok individu untuk pengembangan kehidupan efektif sehari-hari (KES) dan penanganan
kehidupan sehari-hari yang terganggu (KES-T) dengan fokus pribadi mandiri yang mampu
mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendudukung.
Sedangkan psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara sorang terapis dengan pasien
menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk menghasilakan perubahan tingkah laku obnormal
dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau tahap perkembangan individu tersebut.
Proses konseling dan psikoterapi dalam memberikan bantuan kepada individu memiliki tahap-
tahap tertentu yang dapat digunakan dalam membantu mengatasi masalah klien melalui teknik
konseling dan terapi yang bertujuan mengentaskan permasalahan serta menciptakan perubahan
perilaku individu.

Pendahuluan

Pada zaman sekarang banyak individu yang mengalami persoalan-persoalan yang sangat
rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses perkembangannya akan
melewati tahap-tahap baik itu perkembangan fisik ataupun non fisik, dalam melewati tahap-tahap
perkembangan ini terkadang menjadi sebuah masalah. Oleh karena itu individu memerlukan
bantuan untuk memecahkan masalah yang sedang dialami.

Dalam dunia psikologi menggunakan istilah “konseling” dan “psikoterapi” sebagai


bentuk aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada individu yang memerlukan bantuan.
Kegiatan ini disebut dengan istilah “konseling” yang tidak dapat dilepas dengan istilah
“psikoterapi”. Jika dilihat dengan eksistensinya, konseling merupakan bantuan yang diberikan
oleh seorang professional yang sejajar dengan profesi psikiatris, psikoterapi, kedokteran.
Konseling adalah pelayanan bantuan oleh tenaga professional kepada seseorang atau
sekelompok individu untuk pengembangan kehidupan efektif sehari-hari (KES) dan penanganan
kehidupan sehari-hari yang terganggu (KES-T) dengan fokus pribadi mandiri yang mampu
mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendudukung
(Prayitno, 2021:238). Sedangkan psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara sorang
terapis dengan pasien menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk menghasilakan perubahan
tingkah laku obnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau tahap
perkembangan individu tersebut.
Dalam proses pelaksanakan kegiatan konseling dan psikoterapi ini memiliki beberapa
tahap-tahap tertentu agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar sehingga mencapai
tujuan sesuai yang diharapkan. Selanjutnya dalam tahap-tahap ini juga akan diajarkan kepada
individu bagaimana prosedur pemecahan masalah yang dialami sehingga individu tersebut dapat
merubah perilaku lama dan memunculkan prilaku yang baru.

Metode Penelitian

Ada pun jenis Penelitian ini adalah studi literatur. Zed dalam penelitian Kartiningsih
(2015) mengatakan bahwa metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan
penelitian. Rachmawati dan Alifia (2018:188) mendefenisikan bahwa penelitian kepustakaan
yaitu serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau
penelitian yang objek penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan

Hamzah (2019: 31) berdasarkan karakteristiknya maka penelitian keputakaan tergolong


dalam metode penelitian kualitatif. Penelitian kepustakaan dilakukan karena tidak
memungkinkan untuk dilakukan dalam bentu studi lapangan (field reserch) atau karena adanya
keinginan pribadi dari peneliti untuk melakukan penelitian kepustakaan.

Hasil dan Pembahasan

Tahap-tahap dalam Proses konseling dan psikoterapi merupakan prosedur yang menjadi
acuan pelaksanaan kegiatan konseling dan terapis serta dengan menggunakan tahap tersebut
dapat memudahkan berlangsungnya kegiatan ini dalam memberi bantuan kepada individu
memecahkan masalah yang dialami serta bagi individu yang berperilaku abnormal. Hal tersebut
serupa pada sebuah artikel yang ditulis oleh Astini Karni yang berjudul “Konseling dan
Psikoterapi Profesional” dalam artikel ini menjelaskan bahwa kegiatan konseling dan
psikoterapy merupakan usaha professional untuk membantu/memberikan layanan pada individu-
individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis. Dengan kata lain konseling dan
psikoterapi memiiki tujuan yang sama yaitu memberikan bantuan kepada individu agar dapat
mengubah perilaku, memiliki mental yang sehat, memecahkan masalah dan menjadi invidu yang
memiliki pribadi yang mandiri. Terdapat perbedaan dalam melaksanakan kegiatan memecahkan
masalah individu, dimana konselor dapat mengungkapkan masalah yang terjadi pada klien baik
itu masalah yang disadari maupun masalah yang tidak disadari sedangkan psikoterapy
menggunakan teknik konseling dan menggunakan therapy yang bersifat perubahan perilaku yang
abnormal menjadi perilaku yang normal.

Adapun tahap-tahap dalam proses konseling dan psikoterapy menurut Brammer dan
Shostrom (1982:99) adalah sebagai berikut:
1. Membangkitkan minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien
Pada tahap ini memungkinkan klien mengemukakan masalahnya. Klien menyatakan
keseriusan bahwa ia peduli terhadap masalahnya klien ingin mengungkapkan masalah
penderitaan atau alasan kedatangannya. Bebrapa klien datang dengan alasan yang jelas,
tetapi sebagian klien tidak mempunyai alasan yang jelas akibat mereka tidak memiliki
rasa yang kuat bahwa mereka sedang dalam masalah.
Strategi yang dapat digunakan konselor pada tahap ini adalah menyambut dan
menerima klien secara hangat. Konselor hendaknya mendengarkan pernyataan klien dan
melakukan observasi terhadap tindakan-tindakan non verbal. Pada tahap ini, dalam
konseling pancawaskita merupakan tahap pengantaran klien diajak untuk siap menerima
bantuan dari konselor dan siap melaksanakan proses penyelesaian masalahnya
(konseling). pada tahap ini akan membantu klien menjelaskan inti masalah yang
dialaminya dan hasilnya akan menjadikan klien menjelaskan inti dari permasalahannya
sehingga klien tidak ragu-ragu dalam menyampaikan masalah kepafa konselor dan ia
benar-benar terbuka mengungkapkan masalah yang sebenarnya
2. Membina hubungan
Tahap ini adalah membangun hubungan yang ditandai dengan adanya kepercayaan
klien atas dasar kejujuran dan keterbukaan. Penelitian menyatakan bahwa kesuksesan
konseling ditentukan oleh pandangan klien mengenai konselor dalam hal keahlian,
kemenarikan dan layak dipercayai.
3. Menetapkan tujuan konseling dan menjelajahi berbagai alternative yang ada
Tahap ini adalah membahas bersama klien apa yang diinginkannya dalam proses
tersebut. Klien diajak untuk merumuskan tujuan berkaitan dengan permasalahannya dan
klien juga diajak untuk mendiskusikan apa saja yang hendak ia lakukan dalam konseling
sehingga dapat mewujudkan tujuannya tersebut.
4. Bekerja dengan masalah dan tujuan
Pada tahap ini tujuan dan strategi konseling ditentu oleh masalah klien, serta
pendekatan dan teori yang akan digunakan konselor. Seringkali pada tahap ini
memerlukan ekspresi perasaan lebih apabila klien mengalami kebingungan atau
penderitaan. Seringkali diperlukan klarifikasi lebih jauh dalam kasus apapun karena
masalah yang ditimbulkan dapat berubah-ubah sejalan dengan diskusi
5. Membangkitkan kesadaran klien untuk berubah
Konseling memungkinkan tumbuhnya kesadaran aktualisasi diri. Kesadaran ini
berarti pengetahuan tentang diri sendiri melalui apa yang dilihat, didengar dan apa yang
dirasakan seseorang atau mendapat pemahaman baru. Pada tahap kelima ini, hal yang
penting konselor mulai bekerja dari pembahasan perasaan sampai memiliki kesadaran,
hal ini bertujuan untuk menjadikan klien memperoleh kesadaran yang dibutuhkan dalam
mencapai tujuan mereka selama mengikuti proses konseling.
Ada tiga kritikan yang terdapat dalam tahap kelima ini yaitu :
a. Banyak klien meninggalkan konseling sewaktu mengalami ketidak cocokkan dalam
langkah keempat
b. Apabila klien telah mencapai pada kepuasan perasaan, gembira, pengalaman ini
sering menjadikan klien untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri konseling dan
berkesimpulan bahwa keadaan telah baik saat itu, sehingga proses konseling tidak
mempunyai kesepakatan antara konselor dengan klien tindakan apa yang mesti
dilakukan klien
c. Pola respon yang manipulative. Empat pola respon manipulative yaitu:
1) Respon senang dan gembira dipelajari mulai dari awal kehidupan, yaitu ketika
bayi menemukan bahwa respon tertentu sangat efektif untuk menundukkan
orang tua mereka. Pengaruh respon ini disempurnakan melalui pelatihan
pengurangan kepentingan diri sendiri yang akan mengutamakan kepentingan
orang lain, sehingga disebut orang yang baik, orang yang suka menolong atau
ibu yang suka berkorban. Kita menduga bahwa seseorang yang melakukan
tingkah laku ini berarti mereka melakukan tingkah laku baik.
2) Respon mengutuk dan menyerang sebagai pengganti perasaan marah. Orang
yang mengutuk atau mengkritik satu sama lainnya merupakan wujud tingkah
laku rendah diri.
3) Respon kerja keras dan berprestasi, yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
perhitungan dan mendikte. Tingkah laku pengganti adalah menampakkan
kekuatan yang sejati menjadikan terus menerus dirinya menjadi orang yang
mampu dan superior, mereka menghabiskan banyak waktu mengatur orang lain
sesuai dengan apa yang dianggapnya baik. Orang yang perhitungan adalah orang
yang secara tidak langsung mencari seseorang agar menerima ide-idenya.
4) Respon yang menunjukkan kelemahan dengan menarik diri dan menjauhi orang
lain sering berkata “saya tidak mampu”…kamu saja yang melakukannya.
Mereka tergantung kepada orang lain dalam hal berfikir dan berbuat.
6. Perencanaan kegiatan atau tindakan
Tujuannya adalah membantu klien untuk menempatkan ide-ide dan kesadaran baru
yang ditemukan ke dalam tindakan kehidupan sesungguhnya dalam rangka
mengaktualisasikan model. Hal ini berarti memungkinkan klien untuk bebas bergerak
diantara dua kutub dimensi perasaannya, dengan menggunakan kemampuan kognitifnya
tanpa ada campur tangan dari pihak luar, hidup secara harmonis dengan dirinya sendiri
dan berfungsi secara efektif dalam dunianya. Pengalaman-pengalaman hidup yang teratur
menjadi medium teraputik yang paling baik, sekalipun klien telah terbebas dari tekanan
perasaan, memperoleh kesadaran tentang arahan-arahan baru yang potensial dan
komitmen dengan tindakannya.
7. Evaluasi hasil dan mengakhiri konseling
Kriteria utama keberhasilan konseling dan indikator kunci mengakhiri proses
konseling dan terapi adalah sejauh mana klien telah mencapai tujuan konseling. Hal yang
harus dipikirkan oleh konselor atau ahli terapis adalah menilai kemajuan yang dicapai
dalam proses konseling dan psikoterapi
Penutupan

Konseling merupakan bantuan yang diberikan oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu dan kelompok yang sedang mengalami masalah (klien) dengan tujuan membantu
mengentaskan masalah tersebut melalui layanan dan teknik didalam konseling .sedangkan
psikoterapi merupakan proses penyembuhan jiwa dan mental, yang dilakukan oleh seorang yang
professional dengan seorang individu yang mengalami gangguan pada kesehatan mental dan jiwa
dengan catatan bahwa kegiatan ini dilakukan bertujuan pada penyembuhan dan perubahan.

Proses Konseling dan psikoterapi digunakan dalam membantu mengentaskan masalah


yang dialami klien serta bantuan yang diberikan oleh seorang ahli didalam bidangnya (konselor)
kepada individu atau sekelompok individu yang sedang mengalami masalah sehingga
memerlukan pertolongan. Dalam proses konseling dan psikoterapi terdapat beberapa tahap yang
dapat dilakukan agar proses kegiatan dapat berjalan lanjar serta mencapai tujuan dan harapan
yang dinginkan

Daftar Referensi
Asniti Karni. Konseling dan Psikoterapi Profesional. Artikel Syi’ar Vol. 14 No. 1
Februari 2014
Brammer, Lawrence M. (1982). Therapeutic Psychology. Prentice Hall, Inc, Englewood
Cliffs, New Jersey
Prayitno. 2021. Landasan dan Arah Konseling Profesional. Depok: PT Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai