SEBAGAI HELPING
PROFESIONAL
1. Pengertian Bimbingan
• Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu
bimbingan dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan
dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna.
Sertzer & amp; Stone (1966:3) menemukan bahwa guidance
berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot,
manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan). Jadi, kata “guidance” berarti pemberian
petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan kepada orang
lain yang membutuhkan.
• Bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan.
Bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok
dalam bimbingan. Sekalipun bimbingan itu merupakan
pertolongan, namun tidak semua pertolongan dapat disebut
sebagai bimbingan.
• Orang dapat memberikan pertolongan kepada anak yang
jatuh agar bangkit, tetapi ini bukan merupakan bimbingan.
• Pertolongan yang merupakan bimbingan mempunyai sifat-
sifat lain yang harus dipenuhi. Jadi, bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu
atau sekumpulan individu untuk menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya,
sehingga individu atau sekumpulan individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya.
b. Pengertian Konseling
• Para helper memerlukan suatu kesadaran tentang posisi-posisi nilai mereka sendiri.
Mereka harus mampu menjawab dengan jelas pertanyaan-pertanyaan, siapakah saya?
Apakah yang penting bagi saya? Apakah signifikansi sosial dari apa yang saya lakukan?
• Mengapa saya mau menjadi seorang helper? Kesadaran ini membantu para helper
membentuk kejujuran terhadap dirinya sendiri dan terhadap helpi mereka dan juga
membantu para helper menghindari memperalat secara tak bertanggung jawab atau tak
etis terhadap para helpi bagi kepentingan pemuasan kebutuhan diri-pribadi para helper
sendiri.
•
2. Awareness of Cultural Experience
(Kesadaran Akan Pengalaman Budaya)
1. Kompetensi Intelektual
– Jelas bahwa keterampilan-keterampilan konselor dilandasi oleh
pengetahuan siap pakai mengenai tingkah laku manusia, pemikiran
yang cerdas, dan kemampuan mengintegrasikan peristiwa yang
dihadapi dengan pendidikan dan pengalamannya.
– Kompetensi komunikasi merupakan sebagian dari kompetensi
intelektual konselor. Oleh karena itu konseling, terutama latar
interview, sangat bergantung pada komunikasi yang jelas, maka kunci
penting keefektifan konseling adalah kompetensi komunikasi.
2. Kelincahan Karsa-cipta
• Di dalam memilih dengan cepat dan tepat respon yang bijak, sangat
dperlukan kelincahan karsa-cipta seorang konselor tersebut.
• Kelincahan ini terutama sekali sangat terasa pentingnya di saat
interview konseling dimana klien mengemukakan pernyataan-
pernyataan verbal atau nonverbal.mulai sejak penerimaan klien,
penyiapan interview, penyusunan model konseren/masalah klien,
penentuan tujuan dan tujuan khusus, penentuan dan pelaksanaan
strategi, sampai pada evaluasi untuk kerja konselor dan klien,
penuh dengan proses pengambilan keputusan dan penetapan
tindakan.
• Kebanyakan dari hal ini menuntut kesegeraan dan kelincahan
karsa-cipta konselor.
3. Pengembangan Keakraban
Kualifikasi
1. Sikap, keterampilan, pengetahuan
• Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya Konselor harus
terus-menerus berusaha menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-
kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri yang dapat
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain yang mengakibatkan
rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan kliennya.
• Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus
memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji,
dapat dipercaya, sadar diri dan tidak boleh dogmatis. Disamping itu,
konselor harus jujur, tertib, hormat, dan percaya pada paham hidup sehat.
• Ia harus memiliki sikap tanggung jawab terhadap lembaga dan individu
yang dilayani, maupun terhadap ikatan profesinya.
• Konselor harus bersikap terbuka terhadap saran ataupun peringatan
yang diberikan kepadanya, khususny adari rekan-rekan seprofesi
dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan
tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam kode etiknya.
• Dalam menjalankan tugas-tugas layanannya, konselor harus
mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin, untuk itu ia
harus terampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur
khusus ynag dikembangkan atas dasar ilmiah.
• Untuk melakukan pekerjaan konselor dengan kewenangan penuh
diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat dan
tingkah laku orang, tentang teknik dan prosedur layanan
bimbingan dan pengetahuan-pengetahuan penunjang yang lain.
Penguasaan dalam pengetahuan tersebut memerlukan pendidikan
lengkap tingkat sarjana di bawah pembinaan ahli.
2. Pengakuan Kewenangan
• Dalam rangka pemberian layanan kepada seorang klien, kalau konselor merasa ragu-
ragu tentang sesuatu hal, maka ia harus berkonsultasi dengan rekan-rekan
selingkungan profesi. Akan tetapi untuk itu ia mendapat izin terlebih dahulu dari
kliennya.
• Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seorang klien bila pada
akhirnya dia menyadari tidak dapat memberikan pertolongan kepada klien tersebut,
baik karena kurangnya kemampuan/keahlian atau keterbatasan pribadinya. Dalam hal
ini konselor akan mengizinkan klien berkonsultasi dengan petugas atau badan lain
yang lebih ahli, atau ia akan mengirimkannya kepada orang atau badan ahli tersebut,
tetapi harus atas persetujuan klien.
• Bila pengiriman ke ahli lain disetujui klien, maka menjadi tanggung jawab konselor
untuk menyarankan kepada klien orang atau badan yang mempunyai keahlian penuh.
• Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli yang disarankan oleh konselor
maka konselor mempertimbangkan apa baik buruknya kalau hubungan mau
diteruskan lagi.
• Akhirnya perlu ditegaskan bahwa salah satu kunci pokok keefektifan konselor
adalah adanya suatu sistem untuk mengorganisasikan dan membimbing tingkah
laku dalam proses konseling dan untuk memadukan aneka teori, teknik, dan strategi
yang mungkin digali dari berbagai sumber bagi mengembangkan kompetensi
profesional sendiri.
• Selanjutnya konseling merupakan suatu proses yang kompleks tempat konselor
dituntut melakukan, merespon, seperti mengamati/memperhatikan, mengingat, dan
memadukan aneka macam pesan yang terkomunikasi, sambil konselor menciptakan
kondisi-kondisi hubungan konseling yang efektif yang memungkinkan klien tulus
dan terbuka terhadap konselor. Agar konselor dapat menangani proses tugas
kompleks itu, maka ia harus memiliki suatu sistem untuk mengorganisasikan
kegiatan-kegiatannya
• Menurut Brown and Lent (1984), ada empat bidang kegiatan yang berhubungan
dengan ahli-ahli psikologi dan konseling profesional, etika, dan isu-isu legal yang
sudah diperbaharui (review) yaitu:
1. Memelihara Kerahasiaan
• Tentang layanan individu dan kelompok, yang
terpenting adalah memelihara kerahasiaan (etika
konseling). Rahasia klien tidak boleh dibocorkan
kepada siapapun, kecuali atas izin klien misalnya
untuk keperluan pengobatan dan pendidikan.
• Jika koneslor membukakan rahasia klien maka dia
akan mengalami hukuman profesi yaitu pencabutan
lisensi dan prakteknya.
2. Penelitian dan Publikasi.
1. Afeksi
Hubungan konselor dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan
afektif dari pada sebagai hubungan kognitif. Hubungan yang afektif ini
dapat menggurangi rasa kecemasan dan ketakutan klien dan diharapkan
hubungan konselor dengan klien lebih bersifat produktif.
2. Intensitas
Hubungan antara konselor dan klien ini diharapkan dapat saling terbuka
terhadap persepsi masing-masing. Konselor mengharapkan agar
hubungan antara konselor dengan klien berlangsung mendalam sesuai
dengan perjalanan konseling.
3. Pertumbuhan dan perubahan
Hubungan antara konselor dank lien bersifat dinamis artinya dari waktu ke waktu terus
terjadi peningkatan hubungan konselor dengan klien, pengalaman bagi klien, dan
tangung jawabnya.
4. Privasi
Pada dasarnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien.
Keterbukaan klien bersifat konfidental (rahasia). Konselor harus menjaga kerahasiaan
masalah klien. Perlindungan atau jaminan hubungan ini adalah unik dan akan
meningkatkan kemauan klien untuk membuka diri.
5. Dorongan
Dalam hubungan konseling konselor juga perlu memberikan dorongan atas keinginan
atas perubahan perilaku dan memperbaiki keadaanya sendiri sekaligus memberikan
motivasi untuk berani mengambil risiko dari keputusannya.
6. Kejujuran
Hubungan konseling didasarkan atas kejujuran dan keterbukaan serta adannya
komunikasi teraarah antara konselor dengan klien. Dalam jalan ini tidak ada
sandiwara dengan jalan menutupi kelemahan atau menyatakan yang bukan sejatinya.
Sementara itu, menurut Shostrom dan Brammer (1982:144-151)
mengemukakan juga beberapa karakteristik hubungan membantu
yaitu :
1. Unik dan Umum
Setiap konselor dan klien memiliki perbedaan yang umumnya akan membuat
proses konseling menjadi sulit. Keefektifan konselor membantu individu akan
tercapai jika ia menegtahui dengan jelas bagaimana kepribadian dan sikap
dasar tertentu sebagai helper. Beberapa keunikan hubungan dalam proses
konseling terletak pada :
a. Sikap dan perilaku konselor
b. Struktur yang terencana dan bersifat teraupeutik
c. Adanya penerimaan terhadap klien secara penuh oleh konselor
4. Unsur-unsur, kesamar-samaraan, dan kejelasan
Artinya konselor memberikan rangsangan tersamar, sedangkan dalam situasi
yang lain konselor memberikan rangsangan yang jelas. Hal ini bertujuan agar
konselor mendapatkan informasi atau bagaiman cara pandang klien terhadap
masalah yang dialaminya.
4. Kesadaran budaya
Kesadaran akan budaya mengacu pada kemampuan konselor untuk terbuka dan
memotivasi untuk belajar menerima dan memahami budaya yang berbeda dengan
budaya yang ia miliki terutama budaya yang klien miliki.
D. Aspek Konselor dalam
Hubungan Konseling
• Willis (2009:79-85) memaparkan secara panjang lebar kualifikasi
konselor. Menurutnya, kualitas konselor adalah semua kriteria
keunggulan, termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan,
dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan memudahkannya dalam
menjalankan proses konseling sehingga mencapai tujuan dengan
berhasil (efektif).
• Salah satu kualitas yang jarang dibicarakan adalah kualitas pribadi
konselor. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi
konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif,
di samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan
keterampilan terapeutik atau konseling.
Cavanagh (1982) mengemukakan bahwa kualitas pribadi konselor ditandai
dengan beberapa karakteristik sebagai berikut.
3. Kesehatan Psikologis
Konselor dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari
kliennya. Apabila konselor tidak mendasarkan konseling tersebut kepada
pengembangan kesehatan psikologis, maka dia akan mengalami kebingungan
dalam menetapkan arah konseling yang ditempuhnya. Ketika konselor kurang
memiliki kesehatan psikologis, maka perannya sebagai model berperilaku
bagi klien menjadi tidak efektif, bahkan dapat menimbulkan kecemasan bagi
klien. Apabila itu terjadi, maka konselor bukan berperan sebagai penolong
dalam memecahkan masalah, tetapi justru sebagai pemicu masalah klien.
4. Dapat Dipercaya (Trustworthiness)
Kualitas ini bahwa konselor itu tidak menjadi ancaman atau penyebab kecemasan bagi
klien. Kualitas konselor yang dapat dipercaya sangat penting dalam konseling, karena
beberapa alasan sebagai berikut.
1. a. Esensi tujuan konseling adalah mendorong klien untuk mengemukakan
masalah dirinya yang paling dalam.
2. b. Klien dalam konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi
konselor. Artinya klien percaya bahwa konselor mempunyai motivasi untuk
membantunya.
3. c. Apabila klien mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor,
maka akan berkembang dalam dirinya sikap percaya terhadap dirinya
sendiri.
5. Jujur (honesty)
Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan
(terbuka), autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam
konseling, karena alasan-alasan berikut.
1. a. Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk
menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya
didalam proses konseling.
2. b. Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan
balik secara objektif kepada klien.
6. Kekuatan (Strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab
dengan hal itu klien akan merasa aman. Klien memandang konselor sebagai
orang yang : (a) tabah dalam menghadapi masalah, (b) dapat mendorong klien
untuk mengatasi masalahnya dan, (c) dapat menanggulangi kebutuhan dan
masalah pribadi.
7. Bersikap Hangat
Yang dimaksud bersikap hangat itu adalah : ramah, penuh perhatian, dan
memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan konselor, pada
umumnya yang kurang mengalami kehangatan dalam hidupnya, sehingga dia
kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah, memberikan perhatian, dan kasih
sayang. Melalui konseling, klien ingin mendapat rasa hangat tersebutdan
melakukan “sharing” dengan konselor.
8. Aktif Tanggap (Actives Responsiveness)
Keterlibatan konselor dalam proses konseling bersifat dinamis, tidak pasif.
Melalui respon yang aktif, konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya
terhadap kebutuhan klien. Disini, konselor mengajukan pertanyaan yang tepat,
memberikan umpan balik yang bermanfaat, memberikan informasi yang
berguna, mengemukakan gagasan-gagasan baru, berdiskusi dengan klien tentang
cara mengambil keputusan yang tepat, dan membagi tanggung jawab dengan
klien dalam proses konseling.
9. Sabar (Patience)
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien
untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor
menunjukkan lebih memperhatikan diri klien dari pada hasilnya. Konselor
yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak
tergesa-gesa.
10. Kepekaan (Sensitivity)
Kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang adanya dinamika
psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik dari
pada klien maupun dirinya sendiri. Klien yang datang untuk meminta
bantuan konselor pada umumnya tidak menyadari masalah yang
sebenarnya mereka hadapi. Konselor yang sensitif akan mampu
mengungkap atau menganalisis apa masalah yang sebenarnya yang
dihadapi klien.