Anda di halaman 1dari 45

PSIKOLOGI KONSELING muka karena menggunakan teknologi informatika seperti internet, sehingga

1. Definisi dalam Konseling konseling bias diberikan konselor kepada klien secara berjauhan tanpa
Mencermati dinamika konseling dewasa ini, definisi konseling dapat membatasi lokasi dan waktu untuk menjalankan berbagai fungsi pelayanan
dikelompokkan menjadi dua yaitu definisi konvensional dan definisi modern. konseling diantaranya penyembuhan (curative).
Definisi konseling konvensional lebih bercirikan bahwa pelayanan konseling Menurut Jones (1995:2) konseling didefinisikan sebagai hubungan
tidak menggunakan teknologi informatika, sedangkan definisi konseling modern bantuan yang bersifat pribadi (as a special kind of helping relationship), sebagai
bercirikan suatu pelayanan konseling menggunakan teknologi informatika. bentuk intervensi (as a repertoire of interventions), dan sebagai proses
psikologis (as a psychological process) untuk mencapai tujuan.
1. Definisi Konseling Konvensional
Secara konvensional, konseling didefinisikan sebagai pelayanan 2. Tujuan Konseling
professional (professional service) yang diberikan oleh konselor kepada klien Secara umum tujuan konseling adalah agar klien dapat mengubah
secara tatap muka (face to face) agar klien dapat mengembangkan perilakunya perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive behavior changed), melalui
kea rah lebih maju (progressive). Pelayanan konseling berfungsi kuratif terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian dan
(curative) dalam arti penyembuhan dimana klien adalah individu yang kebahagiaan hidup. Secara khusus tujuan konseling tergantung dari masalah
mengalami masalah, dan setelah memperoleh layanan konseling, ia diharapkan yang dihadapi oleh masing-masing klien.
secara bertahap dapat memahami masalahnya (problem understanding) dan Jones (1995:3) menyatakan setiap konselor dapat merumuskan tujuan
memecahkan masalahnya (problem solving). konseling yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing klien.
Sebagai contoh tujuan konseling adalah agar klien dapat memecahkan
2. Definisi Konseling Modern masalahnya saat ini, menghilangkan emosinya yang negatif, mampu beradaptasi,
Definisi konseling modern merupakan hasil perkembangan konseling dapat membuat keputusan, mampu mengelola krisis, dan memiliki kecakapan
dalam abad teknologi, sehingga proses konseling dipengaruhi oleh kemajuan hidup (lifeskill).
teknologi, khususnya teknologi informatika. Konseling adalah profesi bantuan
(helping profession) yang diberikan oleh konselor kepada klien atau kelompok Berikut adalah beberapa tujuan konseling (McLeod, 2008:13-14):
klien, dimana konselor dapat menggunakan teknologi sebagai media untuk
memfasilitasi proses perkembangan klien atau kelompok klien sesuai dengan 1. Pemahaman. Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan
kekuatan, kemampuan potensial dan actual serta peluang-peluang yang dimiliki, kesulitan emosional mengarah pada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih
dan membantu mereka dalam mengatasi segala permasalahan dalam control rasional daripada perasaan dan tindakan.
perkembangan dirinya.
2. Hubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan
mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain.
Konseling tidak hanya diberikan secara tatap muka (face to face) untuk 3. Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap perasaan dan pemikiran
menjalankan fungsi penyembuhan (curative), artinya bias tidak secara tatap yang selama ini ditahan atau ditolak.
4. Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang (1985:1-2); Brammer and Shostrom (1982:114); Depdiknas (2004:13-14); dan
ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subyek Asosiasi Bimbingan dan Konseling (2005:6) mengemukakan beberapa ciri
kritik dan penolakan. konseling yaitu: konseling sebagai suatu profesi bantuan (helping profession),
5. Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan masalah tertentu yang konseling sebagai hubungan pribadi (relationship counseling), konseling sebagai
tidak bias diselesaikan oleh konseli sendiri. bentuk intervensi (interventions repertoire), konseling untuk masyarakat luas
(counseling for all), dan konseling sebagai pelayanan psikopedagogis (psycho-
6. Aktualisasi diri atau individuasi. Pergerakan ke arah pemenuhan
pedagogical service).
potensi atau pemenuhan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling
4. Fungsi Pelayanan Konseling
bertentangan.
Pelayanan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak
7. Pendidikan psikologi. Membuat konseli mampu menangkap ide dan
dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan konseling. Fungsi tersebut mencakup;
teknik untuk memahami dan tingkah laku.
fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan
8. Keterampilan sosial. Mempelajari dan menguasai keterampilan sosial
dan pengembangan, serta fungsi advokasi. Kelima fungsi tersebut diuraikan
dan interpersonal.
sebagai berikut:
9. Perubahan kognitif. Mengganti kepercayaan yang irasional dan pola 1. Fungsi pemahaman (understanding function)
pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku
Fungsi pemahaman yaitu fungsi konseling yang menghasilkan
penghancur.
pemahaman bagi klien atau kelompok klien tentang dirinya, lingkungannya, dan
10. Perubahan tingkah laku. Mengganti perilaku yang maladaptif. berbagai informasi yang dibutuhkan. Pemahaman diri meliputi pemahaman
11. Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara tentang kondisi psikologis seperti: intelegensi, bakat, minat, dan ciri-ciri
beroperasinya sistem sosial. kepribadian, serta pemahaman kondisi fisik seperti kesehatan fisik (jasmaniah).
12. Penguatan. Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran, dan Pemahaman lingkungan mencakup: lingkungan alam sekitar dan lingkungan
pengetahuan yang akan membuat konseli mampu mengontrol kehidupannya. sosial, sedangkan pemahaman berbagai informasi yang dibutuhkan: informasi
pendidikan dan informasi karier.
13. Restitusi. Membantu konseli membuat perubahan kecil terhadap
2. Fungsi pencegahan (preventive function)
perilaku yang merusak.
Fungsi pencegahan adalah fungsi konseling yang menghasilkan kondisi
14. Reproduksi dan aksi sosial. Menginspirasikan dalam diri seseorang
bagi tercegahnya atau terhindarnya klien atau kelompok klien dan berbagai
hasrat dan kapasitas untuk peduli kepada orang lain, membagi pengetahuan, dan
permasalahan yang mngkin timbul, yang dapat mengganggu, menghambat atau
mengontribusikan k.ebaikan bersama melalui kesepakatan politik dan kerja
menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam kehidupan dan
komunitas.
proses perkembangan.
3. Ciri-ciri Konseling
3. Fungsi pengentasan (curative function)
Konseling merupakan pelayanan professional yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang berbeda dengan pelayanan bimbingan yang lain. Combs and Avila
Fungsi pengentasan adalah fungsi konseling yang menghasilkan kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri
kemampuan klien atau kelompok klien untuk memecahkan masalah-masalah handayani (Prayitno, 1999:115).
yang dialaminya dalam kehidupan dan/atau perkembangannya. Menurut Winkell (1989:301-302), pelayanan seorang konselor
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan (development and terhadap konseli yang bercorak membantu dan dibantu (helping relationship),
preservative) yang berlangsung secara formal dan dikelola secara professional, kiranya harus
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi konseling yang memperhatikan berbagai asas-asas yang harus dipahami bersama, yaitu:
menghasilkan kemampuan klien atau kelompok klien untuk memelihara dan
1. Bermakna, baik untuk konselor maupun konseli karena kedua belah
mengembangkan berbagai potensi atau kondisi yang sudah baik agar tetap
pihak melibatkan diri sepenuhnya.
menjadi baik untuk lebih dikembangkan secara mantap dan berkelanjutan.
5. Fungsi advokasi 2. Mengandung unsur kognitif dan afektif karena konselor dan konseli
berpikir bersama, serta alam perasaan konseli sepenuhnya diakui ikut dihayati
Fungsi advokasi adalah fungsi konseling yang menghasilkan kondisi
konselor.
pembelaan terhadap berbagai bentuk pengingkaran atas hak-hak dan/atau
kepentingan pendidikan dan perkembangan yang dialami klien atau kelompok
3. Berdasarkan sikap saling percaya dan saling terbuka. Kedua partisipan
klien.
saling mengandalkan sebagai pribadi yang berkehendak baik.
5. Prinsip-prinsip Pelayanan Konseling
4. Berlangsung atas dasar saling memberikan persetujuan, dalam arti
Dalam pelayanan konseling, prinsip adalah kaidah atau ketentuan-
konseli member persetujuan terjadinya komunikasi secara sukarela dan konselor
ketentuan yang harus diperhatikan oleh konselor dalam memberikan pelayanan
menerima dengan rela permintaan untuk memberikan bantuan profesional.
konseling kepada klien. Prayitno, dkk (1997:27-30) menyatakan bahwa prinsip-
prinsip pelayanan bimbingan dan konseling mencakup empat kelompok yaitu: 5. Terdapat suatu kebutuhan di pihak konseli, yang diharapkan dapat
(1) prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan; (2) prinsip-prinsip terpenuhi melalui wawancara konseling. Di pihak konselor kebutuhan itu
yang berkenaan dengan permasalahan klien; (3) prinsip-prinsip yang berkenaan disadari dan diakui termasuk lingkup keahliannya sehingga konselor berusaha
dengan program pelayanan; (4) prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan memenuhinya.
dan pelaksanaan pelayanan. 6. Terdapat komunikasi dua arah, dalam arti konselor dan konseli saling
6. Asas-asas Pelayanan Konseling menyampaikan pesan atau saling mengirimkan berita, baik melalui saluran
Pelayanan konseling adalah pekerjaan professional yang diberikan verbal amaupun nonverbal. Pesan tersebut saling ditanggapi.
oleh konselor kepada klien dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip dan asas- 7. Mengandung strukturalisasi, dalam arti komunikasi tidak berlangsung
asas pelayanan konseling. Asas-asas pelayanan konseling merupakan suatu apa adanya, seperti lazimnya komunikasi social nonprofesional.
kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam menjalankan pelayanan konseling. 8. Berasaskan kerelaaan dan usaha untuk bekerja sama agar tujuan yang
Asas-asas tersebut mengacu pada asas-asas Bimbingan dan Konseling yaitu: disepakati bersama tercapai.
asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kemandirian, kegiatan,
9. Mengarah pada suatu perubahan pada diri konseli. Perubahan itu adalah 5. Wajib menaati kode etik jabatan sesuai dengan yang telah disusun
tujuan yang hendak dicapai bersama. dalam Konvensi Nasional Bimbingan I.
10. Terdapat jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman, dalam arti 2. Di pihak konseli
konseli dapat yakin akan ketulusan konselor dalam membantunya sehingga 1. Motivasi yang mengandung keinsyafan akan adanya suatu masalah,
keterbukaan konseli tidak akan disalahgunakan oleh konselor. kesediaan untuk mengungkapkan masalahnya dengan tulus, jujur, dan adanya
7. Syarat-syarat Konseling kemauan untuk mencari penyelesaian masalah itu.
Untuk mengadakan proses konseling, ada beberapa syarat yang harus 2. Keberanian untuk mengungkapkan data-data yang ada dalam dirinya
dipenuhi oleh kedua belah pihak, yaitu dari sisi guru sebagai konselor dan siswa sehingga konselor akan lebih mudah memahami/mengenal konseli secara lebih
sebagai konseli. Menurut Winkell (1989:87-88), beberapa syarat yang dimaksud mendalam. Selain itu, konselor juga harus menyadari bahwa konseli yang dating
adalah sebagai berikut: mungkin sedang mengalami perasaan yang sangat sensitive, kurang tenang,
1. Di pihak konselor kecemasan yang berlebihan, atau kemarahan. Maka, konselor harus bias sabar
1. Tiga sikap pokok, yaitu menerima (acceptance), memahami dan masuk melalui pintu yang tepat agar dapat membantu siswa
(understanding), dan sikap bertindak dan berkata jujur. Sikap menerima berarti mengungkapkan seluruh perasaan dan pikiran yang mengganggunya saat itu.
pihak konselor menerima siswa sebagaimana adanya dan tidak segera mengadili
siswa karena kebenaran dan pendapatnya / perasaannya / perbuatannya. Sikap
Agar proses konseling berjalan lancer, pihak konselor harus
memahami berkaitan dengan tuntutan seorang konselor agar berusaha dengan
memenuhi beberapa syarat di atas. Di samping itu, konselor juga harus melihat
sekuat tenaga menangkap dengan jelas dan lengkap hal-hal yang sedang
beberapa syarat yang ada di pihak konseli, apakah konseli layak atau tidak untuk
diungkapkan oleh siswa, baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan.
dibantu. Jika saat itu konseli belum siap dibantu, pertemuan bias diundur sampai
Sedangkan sikap bertindak dan berkata secara jujur berarti bahwa seorang
konseli siap dengan keadaannya untuk proses konseling atau konseli harus
konselor tidak berpura-pura sehingga siswa semakin percaya dan mantap ketika
segera dibantu, tetapi dengan bantuan pihak psikolog ataupun psikiater.
sedang berhadapan dengan konselor.
8. Teknik-teknik Konseling (Verbal dan Nonverbal)
2. Kepekaan terhadap apa yang ada di balik kata-kata yang diungkapkan
Dalam proses konseling, konselor harus mampu menggali perasaan
konseli. Kepekaan yang dibangun oleh konselor sekolah akan membantu dalam
dan pikiran konseli. Proses penggalian ini membutuhkan sebuah teknik khusus
proses konseling karena konselor akan mendapatkan banyak data yang mungkin
agar pertanyaan/pernyataan yang dilontarkan konselor kepada konseli dapat
secara verbal maupun nonverbal diungkapkan oleh konseli.
menghipnosis konseli untuk semakin terbuka. Untuk itu, konselor harus
3. Kemampuan dalam hal komunikasi yang tepat (rapport). Hal ini berarti
menguasai teknik-teknik konseling secara verbal (dengan kata-kata) maupun
konselor mampu menyatakan pemahamannya terhadap hal-hal yang
nonverbal.
diungkapkan konseli.
1. Teknik konseling verbal
4. Memiliki kesehatan jasmani dan mental yang sehat.
Menurut Winkell (1991:316), teknik konseling verbal adalah tanggapan–
tanggapan verbal yang diberikan konselor, yang merupakan perwujudan
kongkret dari maksud pikiran, perasaan yang terbentuk dalam batin konselor Ko : pendapat anda, bahwa orang yang berpacaran harus melakukan hubungan seksual.
untuk membantu konseli pada saat tertentu. Ungkapan konselor kepada konseli Saya tidak sependapat dengan saudara karena hal ini melanggar norma
akan menggunakan sebuah teknik verbal atau lebih, tergantung pada intensitas moralitas.
pertemuannya. Tanggapan verbal konselor akan dituangkan dalam bentuk
pertanyaan atau pernyataan, kalimat tanya, atau komibanasi dari pernyataan dan Teknik-teknik konseling tersebut harus digunakan oleh konselor secara
kalimat tanya. Teknik-teknik konseling secara verbal adalah sebagai berikut spontan dan luwes. Diharapkan dalam pendekatan konseling teknik-teknik ini
(Winkell, 1991:316): dapat dimunculkan sehingga proses konseling akan tersusun dengan sistematis.
1. Ajakan untuk memulai (invitation to talk) Semua konselor pasti mampu menggunakannya asalkan sering berlatih dan
menerapkannya. Di sisi lain, ketika proses konseling berlangsung, konseli akan
Pada akhir fase pembukaan konselor mempersilahkan konseli untuk mulai
menyampaikan banyak pesan yang tersirat dalam bentuk ungkapan-ungkapan
menjelaskan masalah yang ingin dibicarakan. Jika konseli dating kepada
perasaan, baik perasaan senang maupun tidak senang. Untuk itu, konselor harus
konselor atas inisiatifnya sendiri, ajakan untuk memulai ini akan mudah
tanggap dengan ungkapan-ungkapan tersebut. Berikut adalah daftar perasaan
ditangkap oleh konseli. Akan tetapi, jika konseli dating kepada konselor karena
yang biasa diungkapkan oleh konseli.
dipanggil, konselor harus sangat bijaksana dalam menentukan terhadap siapa
dan kapan teknik ini digunakan. Usul/saran biasanya digunakan/diberikan dalam 1. Perasaan senang
fase penyelesaian masalah.
 Merasa bahagia.
Contoh: waktu yang tepat seandainya saudara ingin membicarakan pemilihan
 Merasa bebas.
jurusan kepada ibu saudara adalah pada saat acara santai dengan keluarga.
Bagaimana?  Merasa puas.
 Merasa tenang.
- kalau boleh saya usul, waktu yang tepat adalah setelah makan malam,
 Merasa tertarik.
bagaimana?
 Merasa sabar.
2. Penolakan (criticism)  Merasa nikmat.
Konselor menyatakan pendapatnya berdasarkan pertimbangan objektif, yang  Merasa yakin.
bersifat menolak pandangan, tindakan, atau rencana konseli. Akan tetapi,
 Merasa kagum.
pemberian teknik ini harus sangat hati-hati karena penyampaian yang tidak tepat
 Merasa cinta.
bias merusak hubungan dalam proses konseling. Dalam hal tindakan moral dan
pendidikan, teknik ini akan mudah digunakan.  Merasa lega.
Contoh:  Merasa pantas.
 Merasa santai.
Ko : saya tidak sependapat dengan tindakan anda yang main hakim sendiri.
 Merasa takjub.
 Merasa damai. 1. Anggukan kepala; untuk menyatakan sependapat, setuju, searah
 dan seterusnya. dengan jalan yang diungkapkan konseli.

2. Perasaan tidak senang 2. Senyuman; untuk menyatakan sikap menerima. Biasanya pada saat
menyambut kedatangan konseli.
 Merasa asing.
3. Tatapan mata; untuk menyatakan sikap sedang memperhatikan.
 Merasa bingung.
Tentunya tatapan mata yang dimaksud adalah menatap/memperhatikan ke arah
 Merasa takut.
seluruh wajah konseli.
 Merasa cemas.
4. Intonasi suara; untuk menyatakan kesesuaian pembicaraan dengan
 Merasa benci. konseli.
 Merasa bosan. 5. Ekspresi muka; untuk mendukung reaksi-reaksi yang diungkapkan
 Merasa cemburu. konseli.
 Merasa sakit hati. 6. Diam; untuk menyatakan/mempersilahkan konseli untuk terus
 Merasa kehilangan. melanjutkan pembicaraan atau empati terhadap ungkapan perasaan konseli.
Diam bukan berarti membiarkan konseli. Diam adalah sikap menghargai.
 Merasa kesepian.
7. Gerakan tangan; untuk memperkuat/mendukung apa yang diucapkan
 Merasa berat.
konselor secara verbal.
 Merasa berdosa.
8. Gerakan bibir; gerakan bibir harus dilakukan secara wajar jika
 Merasa tegang.
konselor tidak berbicara karena gerakan bibir yang berlebihan bisa menimbulkan
 Merasa terpojok. efek sikap negative bagi konseli.
 Merasa terombang-ambing. 9. Pakaian; pakaian konselor akan sangat mendukung dalam proses
 dan seterusnya. konseling. Jika konselor menggunakan pakaian yang bersih, rapi, wangi, dan
2. Teknik konseling nonverbal sesuai, konseli akan sangat merasa nyaman berbicara dengan konselor.

Selain menggunakan teknik konseling verbal, konselor pun harus mampu 10. Jarak tempat duduk; konselor harus tepat dalam pengaturan jarak
menggunakan teknik konseling nonverbal. Dengan menguasai teknik konseling tempat duduk dengan konseli. Karena jika terlalu jauh akan terkesan menolak,
nonverbal, konselor dapat menangkap isyarat/pesan konseli yang belum jika terlalu dekat konseli pun tidak akan merasa nyaman.
terungkap secara verbal. Penggunaan teknik ini harus memiliki kesesuaian
antara apa yang diungkapkan oleh konselor dengan perilaku yang tampak
dihadapan konseli. Berikut teknik-teknik nonverbal:
Penggunaan teknik-teknik nonverbal ini akan sangat membantu dalam banyak waktu untuk mengungkapkan kata secara verbal daripada secara
proses konseling. Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa teknik-teknik nonverbal.
nonverbal sangat penting untuk dilakukan (Leather, dalam Rakhmat, 1991:287- 6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
289), yaitu: Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau
emosi secara tidak langsung. Sugesti di sini dimaksudkan untuk menyarankan
sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
1. Faktor nonverbal sangat menentukan makna
9. Teori Konseling
komunikasi interpersonal.
Dari lima teori konseling, dikembangkan model pendekatan untuk
Pada saat mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita akan banyak
wawancara konseling. Berikut adalah teori konseling beserta contoh kasusnya
menyampaikan gagasan dan pikiran melalui pesan-pesan nonverbal. Pada
sehingga konselor bisa menggunakan pendekatan yang tepat untuk membantu
gilirannya, orang lain pun lebih banyak membaca pikiran melalui petunjuk-
memecahkan masalah konseli.
petunjuk nonverbal.
1. Konseling Berpusat Klien
2. Perasaan dan emosi lebih dicermati jika disampaikan lewat pesan
nonverbal daripada pesan verbal. Digunakan untuk menangani konseli yang menentukan pilihan-pilihan yang
terkait dengan kehidupannya sehari-hari, tetapi tidak terkait dengan karir/jabatan
Perasaan dan emosi seseorang akan lebih mudah diungkapkan melalui bahasa
tertentu, misalnya pilihan untuk tinggal di kost, pilihan agama, pilihan untuk
nonverbal daripada bahasa verbal.
tinggal dengan ayah tiri/ayah kandung, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relative
proses konseling, pendekatan ini dapat disebut wawancara pengambilan
bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan.
keputusan (Decision Making Interview[DMI]).
Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar, kecuali oleh
2. Konseling Sifat dan Faktor
aktor-aktor yang telah terlatih.
Digunakan untuk menangani masalah konseli terkait dengan pilihan-pilihan
4. Pesan nonverbal menyampaikan fungsi metakomunikatif yang
hidup yang berhubungan dengan karir/jabatan, misalnya kebingungan dalam
sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
memilih perguruan tinggi, SMA, jurusan, dan sebagainya.
Fungsi metakomunikatif berarti memberikan informasi tambahan yang
3. Konseling Behavioristik
memperjelas maksud dan makna pesan.
Digunakan untuk membantu masalah konseli yang terkait dengan perilaku-
perilaku maladaptif, misalnya takut pada cicak, ketinggian, kolam renang,
5. Pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien kepemimpinan, dan sebagainya.
daripada pesan verbal. 4. Konseling Emotif Rasional
Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu Dapat digunakan untuk membantu konseli yang berpandangan irrasional
terdapat redundasi (lebih banyak lambing daripada yang diperlukan), repetisi, (irrational belief), misalnya berpikir gurunya adalah momok dalam hidup,
ambiguitas (kata-kata yang berarti ganda), dan abstraksi. Diperlukan lebih
ayahnya adalah virus dalam hidup, ia adalah anak yang tidak berguna, dan 4. Prognosis : meramalkan masa depan perkembangan masalah siswa,
sebagainya. sejauh mana hal itu dapat mengadakan perubahan-perubahan tingkah laku siswa
5. Ekletik yang lebih baik.
Digunakan untuk membantu konseli yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan 5. Tindak lanjut : membantu siswa dengan masalah-masalah baru atau
tuntutan lingkungan sekitar, misalnya tidak betah tinggal di rumah, tidak kerasan masalah lama yang muncul kembali.
tinggal di kelas baru, kurang nyaman dengan rumah baru, dan sebagainya. 3. Winkell (1991:227)
Selanjutnya pendekatan ini disebut konseling penyesuaian diri (self-adjustment
1. Fase pembukaan,
counseling).
2. Fase penjelasan masalah,
10. Wawancara Konseling
3. Fase penggalian masalah,
Untuk melakukan wawancara konseling, konselor menggunakan
langkah kerja/fase-fase agar apa yang akan dibicarakan dan diselesaikan 4. Fase penyelesaian masalah, dan
bersama konseli dapat tersusun secara sistematis. Berikut adalah beberapa 5. Fase penutup.
langkah dalam proses konseling menurut para ahli. Dari beberapa model fase/langkah kerja dalam proses konseling yang
1. Mears dan Thorne (dalam McLeod, 2008:366) dijelaskan oleh para ahli tersebut, berikut langkah kerja/fase-fase untuk
Ada tiga fase dalam proses konseling, yaitu: mengadakan wawancara konseling, yaitu:
1. Fase awal : membantu konseli mengenali dan menjernihkan situasi 1. Hubungan Awal
masalah. Hubungan awal diletakkan pada dasar untuk membangun hubungan pribadi
2. Fase tengah : mengembangkan program untuk situasi yang konstruktif. dengan konseli yang nantinya akan mendukung proses wawancara konseling
3. Fase akhir : mengimplementasikan target. yang baik. Hal yang dilakukan konselor dalam hubungan awal adalah sebagai
berikut:
1. Menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah, senyuman, dan
2. Williamson (Koestoer, 1984:58) bahasa-bahasa yang lembut.
1. Analisis : pengumpulan data dari berbagai sumber. 2. Mempersilahkan konseli duduk.
2. Sintesis : meringkas dan menyusun data yang menampakkan sifat- 3. Konselor mengajak konseli berbasa-basi. Dalam hal ini, basa-basi yang
sifatnya yang bernilai, kekuatan, kekurangan, tanggung jawab, kesesuaian dan dimaksud kiranya sesuai dengan konteks yang terhangat saat itu atau konteks
ketidaksesuaian. mengenai seputar kehidupan konseli, misalnya basa-basi dalam hal kegiatan
3. Diagnosis : memformulasikan konklusi-konklusi tentang sifat-sifat dan yang baru saja konseli lakukan, hobi, atau kebiasaannya. Dalam basa-basi ini
sebab-sebab masalah yang ditampilkan konseli. konselor harus pandai mengatur waktunya, basa-basi yang terlalu lama juga
tidak baik.
4. Jika konseli dating karena dipanggil, konselor wajib menjelaskan A (antecedent) B (behavior) C (consequence)
alasan konseli dipanggil. Jika ada peraturan khusus yang menjadi syarat bagi 2. Konseling Terapi Emotif
konseli, konselor juga perlu menjelaskannya. Jika konseli datang karena Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
kesadarannya sendiri, konselor tidak perlu menjelaskan alas an konseli akan digali terkait dengan kejadian tertentu (activating event, activating
dipanggil. experience), tanggapan terhadap kejadian yang dialami konseli (belief) yang
5. Konselor mempersilahkan konseli untuk mengungkapkan masalahnya. menimbulkan pikiran irasional dari setelah kejadian itu direspons, akibat
2. Penjelasan Masalah pandangan irasional (consequence).
3. Wawancara Pengambilan Keputusan
Konseli mengungkapkan hal yang ingin dibicarakan dengan konselor. Inisiatif
berada di pihak konseli. Konseli bebas mengutarakan apa yang akan Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
diungkapkan. Sambil mendengarkan ungkapan masalah konseli, konselor mulai akan digali terkait dengan asal usul masalah konseli, unsur penting (pokok) yang
menentukan pendekatan yang tepat terhadap masalah konseli tersebut. mendukung munculnya konflik konseli, perasaan-perasaan dan pikiran konseli,
3. Penggalian Masalah dan orang-orang yang terlibat sehingga ikut memunculkan konflik konseli.
4. Konseling Sifat dan Faktor
Di dalam penjelasan masalah biasanya konseli hanya mengungkapkan hal-hal
pokok yang menjadi beban pikiran dan perasaannya. Penggalian masalah Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
dipakai untuk mengungkapkan lebih dalam masalah konseli. Penggalian ini akan digali terkait dengan asal usul masalah konseli, data pribadi tentang konseli
tentunya akan disesuaikan dengan masalah dan pendekatan yang digunakan (cita-cita, kemampuan kognitif, bakat khusus, sifat-sifat positif dan negative
dalam konseling. Menurut Winkell (1991:339-370), beberapa strategi yang bisa dalam diri konseli, nilai-nilai hidup yang diperjuangkan, hobi, harapan-harapan
dilakukan untuk melakukan penggalian masalah terhadap masing-masing untuk masa depan, perguruan tinggi yang diinginkan), dan data tentang keluarga
pendekatan adalah sebagai berikut: konseli (pekerjaan orangtua, jumlah saudara, harapan orangtua terhadap
perguruan tinggi).
5. Konseling Wawancara Penyesuaian Diri
1. Behavioristik
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang akan digali terkait dengan unsur-unsur yang mendukung munculnya konflik
akan digali terkait dengan kejadian pada masa sekarang, pengalaman- konseli, yaitu data tentang keluarga, lingkungan-lingkungan luar tempat konseli
pengalaman negative yang pernah dialami pada masa lalu, perasaan-perasaan tinggal, perasaan, dan pikiran yang dialami.
sekarang, perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan pada kejadian masa lalu, 4. Penyelesaian Masalah
apa yang dipikirkan pada saat sekarang, apa yang dipikirkan pada masa lalu
Konselor dan konseli membahas pilihan-pilihan yang akan dibuat oleh konseli.
ketika mengalami kejadian yang kurang menyenangkan, dan konsekuensi yang
Konselor akan menuntun konseli agar semakin terbuka untuk berani mengambil
diterima setelah kejadian. Dengan demikian, alur yang akan dipakai oleh
keputusan terhadap masalahnya. Menurut Winkell (1991:339-370), beberapa
konselor adalah:
strategi yang bisa digunakan untuk melakukan penggalian masalah pada masing- dan bisakah. Selanjutnya, konselor mengarahkan konseli agar bisa memutuskan
masing pendekatan adalah sebagai berikut: pilihannya.
1. Behavioristik 5. Konseling Wawancara Penyesuaian Diri
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli, bahwa pengalaman Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor
pada masa lalu mempengaruhi proses belajar sekarang. Konselor mengajak menanyakan sesuatu yang ideal yang diharapkan konseli, mengajak konseli
konseli untuk berperilaku baru yang lebih realistic dengan menggali untuk menemukan sikap yang tepat untuk menyesuaikan dirinya sehingga
pengalaman-pengalaman positif di masa lalu. Pengalaman positif inilah yang akhirnya konseli menemukan pilihanyang tepat bagi dirinya.
akan dijadikan patokan konseli untuk memiliki kognisi yang baru. Dengan 5. Hubungan Akhir
demikian, konseli akan merencanakan tindakan-tindakan konkret yang lebih Jika konseli sudah merasa mantap dengan keputusannya selama konseling,
baik. pertemuan dapat diakhiri. Konselor memberikan ringkasan dari apa yang sudah
2. Konseling Terapi Emotif dibicarakan sejak awal sampai akhir. Ringkasan ini dapat dilakukan oleh konseli
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor atau konselor. Jika pertemuan dirasa belum selesai, konselor dan konseli dapat
memberikan pandangan-pandangan yang akan mengubah pikiran irasional membuat janji lagi sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah disepakati
konseli. Untuk mengubah pandangan tersebut, konselor menentang pikiran bersama.
irasional (dispute) konseli dengan pertanyaan-pertanyaan. Dengan demikian, 6. Tindak Lanjut (Follow Up)
konseli diharapkan akan mengubah pandangan irasionalnya (efek). Meskipun wawancara konseling sudah berakhir, konselor wajib memantau
konseli untuk melihat perkembangan yang sudah terjadi dalam dirinya. Kegiatan
ini juga bisa dilakukan secara terjadwal sesuai waktu yang telah disepakati. Hal
3. Wawancara Pengambilan Keputusan
yang dilakukan adalah mengevaluasi keberhasilan konseli dalam melaksanakan
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor
alternatif pilihan/keputusan yang telah disepakatinya.
mengajak konseli untuk membuat/menentukan norma/patokan mengenai hal-hal
11. Persiapan Konseling
yang kiranya menjadi landasan dalam hidupnya. Konselor mengajak konseli
Untuk mengadakan konseling, seorang konselor harus melakukan
untuk membuat perbandingan dengan melihat keuntungan (pro) dan kerugian
persiapan agar proses konseling bisa berjalan dengan baik. Adapun persiapan
(kontra) dengan beberapa pilihan yang menjadi kesulitannya. Selanjutnya, untuk
yang harus dilakukan konselor adalah sebagai berikut:
mengarahkan konseli agar bisa memutuskan pilihannya, konselor memberikan
1. Persiapan pribadi konselor
pertanyaan-pertanyaan pembanding.
4. Konseling Sifat dan Faktor Persiapan pribadi konselor mencakup hal-hal yang sifatnya fisik maupun
psikologis.
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor
1. Hal-hal yang sifatnya fisik:
mengajak konseli untuk membuat perbandingan dengan melihat keuntungan dan
kerugian dengan beberapa pilihan yang menjadi kesulitannya. Memberikan
pertanyaan-pertanyaan pembanding dengan kata mungkinkah, inginkah,
1. Cara berpakaian; konselor tampak lebih berwibawa dan menarik ketika
menghadapi konseli jika mengenakan pakaian yang rapi, bersih, dan tidak Perbedaan penekanan bidang yang ditangani konseling dan psikoterapi:
berbau.
2. Penampilan; penampilan yang rapi akan membuat konselor menjadi Konseling Psikoterapi
semakin percaya diri. Penampilan yang dimaksud adalah wajah yang tidak
kusut/muka bersih, rambut rapi, sepatu yang layak, kuku tangan yang bersih, dan  Suportif dan edukatif  Rekonstruktif
mulut yang tidak bau.  Vokasional  Emosional perilaku
2. Hal-hal yang sifatnya psikologis:  Pemberian dorongan  Pemberian dorongan (dalam
 Masalah yang situasional kondisi kritis)
1. Persiapan mental; konselor harus siap menghadapi konseli dengan
 Pemecahan masalah  Masalah emosional yang be
karakter yang berbeda-beda. Konselor tidak boleh minder, takut, jijik, neurotic
subjektif/pilih-pilih (jika tidak sesuai selera, konseli tidak dilayani).  Dalam situasi yang sadar
 Rekonstruksi kepribadian
 Orang yang normal
2. Tidak sedang bermasalah: konselor yang sedang menghadapi masalah  Alam yang tidak sadar
dan masih terhanyut dalam masalahnya tersebut akan sulit membantu konseli.  Saat ini dan yang akan datang
 Orang yang patologis
 Jangka pendek
2. Persiapan data  Masa lalu
 Akibat tekanan lingkungan
Secara professional, sebelum melakukan wawancara konseling, konselor harus  Jangka panjang
 Menyusun rencana yang rasional
siap dengan data-data yang ada, misalnya hasil tes psikologis konseli, nilai  Konflik emosional
 Mencegah masalah penyesuaian
rapor, data orangtua, catatan-catatan harian siswa, data dari pengamatan sehari- yang lebih berat  Menyembuhkan masalah-
hari, dan sebagainya. Dengan mempersiapkan banyak data, konselor akan kaya masalah yang berat
 Mengatasi problem kehidupan
pemahaman untuk membantu konseli. sehari-hari  Mengerti berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari
3. Persiapan ruang konseling
 Mengatasi problem kehidup
1. Konselor harus mempunyai ruang khusus untuk konseling. Ruang sehari-hari
konseling tidak sama dengan ruang kerja pribadi.
(Hansen, J.C., Stevic, R.R, dan Ricard W.W. (1977). Counselling: Theory and
2. Ruang konseling harus terasa nyaman dan membuat kerasan. Jika Process.3th edition. New York: Allyn and Bacon Inc. p.13)
memungkinkan, ruang konseling bisa diberi tambahan hiasan dinding, bunga,
dan sebagainya. 12. Kondisi Psikologis dalam Konseling
3. Ruang konseling didesain agar pembicaraan yang dilakukan tidak Secara umum kondisi psikologis merupakan keadaan, situasi yang
mudah didengar oleh orang lain yang berada di luar ruang konseling. bersifat kejiwaan. Konseling merupakan profesi bantuan (helping profession)
4. Kursi dan meja untuk konseling diatur sedemikian rupa sehingga yang diberikan oleh konselor kepada klien yang berlangsung dalam suatu
membuat konselor dan konseli merasa nyaman. kondisi psikologis yang diciptakan bersama. Kondisi psikologis ini akan
mempengaruhi proses dan hasil konseling.
Pelayanan konseling berlangsung dalam suatu kondisi psikologis
tertentu yang dibina konselor dan difokuskan untuk memfasilitasi klien agar
1. Konseling Pendidikan
dapat melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih maju (progressive)
sebagai hasil konseling. Jadi kondisi psikologis yang dimaksud di sini adalah
kondisi psikologis yang menunjang proses konseling.
Pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki
latar belakang social budaya dan psikologis yang beraneka ragam. Dalam
mencapai maksud dan tujuan pendidikan banyak anak didik yang menghadapi
Surya (2003:43-48) mengemukakan beberapa kebutuhan psikologis masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
yang terkait dengan proses konseling, yaitu: memberi dan mencapai prestasi, Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya masalah pribadi,
memiliki harapan, dan memiliki ketenangan. Kebutuhan-kebutuhan psikologis sosial, ekonomi, agama dan moral, belajar, dan vokasional.
ini harus diperhatikan konselor dalam membina hubungan konseling. Konselor Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat kelancaran proses
professional selalu menciptakan kondisi tersebut sebagai factor yang menunjang belajar, meskipun masalah yang dihadapi tidak ada sangkut pautnya dengan
proses konseling. kegiatan akademik. Penyelenggara pendidikan, khususnya tenaga pendidikan
bertanggung jawab membina anak didiknya sehingga berhasil sebagaimana yang
diharapkan, termasuk mereka yang mengalami masalah.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ragam
kondisi psikologis yang menunjang proses konseling adalah sebagai berikut: Konseling pada latar pendidikan ini telah banyak dikenal di
Indonesia. Di Amerika, klinik konseling juga didirikan di sekolah dan pusat-
pusat pendidikan pada awal perkembangan konseling, misalnya di Pennsylvania
1. Keamanan dan kebebasan psikologis.
University pada tahun 1896.
2. Ketulusan dan kejujuran konselor.
3. Kehangatan dan penuh penerimaan. 2. Konseling Vokasional
4. Perasaan konselor yang berempati. Konseling vokasional dapat pula disebut dengan carir
5. Perasaan konselor yang menyenangkan. counseling atauemployment counseling. Konseling ini selain berkaitan dengan
usaha membantu dalam penempatan tenaga kerja juga membantu klien yang
6. Perasaan mencapai prestasi.
memiliki masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya
7. Membangun harapan klien. dalam hubungan dengan pejabat di atasnya, dan penyesuaian dengan pekerjaan
8. Memiliki ketenangan. baru.
2. MACAM-MACAM KONSELING Konseling vokasional ini menduduki fungsi yang sangat penting
dalam rekrutmen dan penempatan tenaga kerja sebuah perusahaan atau
Berikut ini disajikan beberapa pendekatan konseling yang
departemen. Departemen Tenaga Kerja Amerika juga menggunakan konseling
lazim digunakan dalam membantu masalah anak.
vokasional untuk menempatkan para veteran Perang Dunia II pada bidang- melihat problem seorang anggota keluarga sebagai neorotik dari seluruh anggota
bidang yang lebih tepat. keluarga.
Hidup berkeluarga berarti melakukan penyesuaian baru, terutama
Mengingat pentingnya konseling vokasional ini, National yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai suami istri. Dalam banyak
Employment Counselor Association menetapkan dasar-dasar kompetensi yang hal, membangun keluarga tidak semudah yang dibayangkan oleh para remaja.
harus dimiliki seorang konselor, yaitu: Banyak situasi yang harus diselesaikan dengan cara yang amat rumit termasuk
perceraian.
1. Relationship skills
2. Individual and group assessment skills Konseling perkawinan dan keluarga bermaksud membantu
3. Group counseling menyelesaikan masalah-masalah psikologis yang dihadapi kedua belah
4. Development and use of the careerrelated information pasangan, sehingga dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga mereka lebih
dapat diterima kedua belah pihak dan dapat membangun keluarga secara lebih
5. Occupational plan development and implementation
baik.
6. Placement skills
7. Community relation skills Yang perlu diperhatikan oleh konselor, tujuan dalam konseling
perkawinan dan keluarga bukan sebagaimana diduga banyak orang yaitu
8. Work load management and intra office relationship skills
mempertahankan perkawinan, tetapi untuk membantu pasangan atau anggota
9. Professional development skills (Gibson dan Mitchell, 1983:94)
keluarga belajar perilaku baru dan membuat keputusan yang tepat.

Dalam konseling ini konselor dapat mereferal kliennya ke pihak lain


Di masyarakat industry, konseling vokasional ini semakin yang dipandang lebih menguasai persoalannya jika masalah yang dihadapi
dibutuhkan baik bagi industry untuk peningkatan usaha-usahanya dan bagi berada di luar kewenangan konselor. Layanan referral ini diharapkan dapat
pekerja untuk peningkatan penyesuaian kerja dan prestasi kerja. membantu menyelesaikan masalah secara lebih tepat. Namun demikian,
3. Konseling Keluarga dan Perkawinan sebagaimana dalam konseling pada umumnya, konseling ini juga memberikan
Konseling yang berkenaan dengan masalah-masalah keluarga, keleluasaan kepada klien untuk membuat keputusan sendiri, sedangkan konselor
meliputi hubungan antar anggota keluarga (ayah, ibu, anak), peranan dan lebih bertindak sebagai fasilitator.
tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Konseling ini berangkat dari
asumsi bahwa semua anggota keluarga terlibat di dalam problem yang dihadapi, 4. Konseling Agama
karena itu seharusnya kerja sama perlu untuk mendapatkan solusinya. Sebagian Konseling agama (religion counseling) digunakan untuk membantu
para ahli terapi keluarga mempertimbangkan bahwa problem seorang anggota klien yang mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan agama,
keluarga disebabkan oleh hubungannya dalam keluarga, sementara yang lain misalnya keragu-raguan akan nilai-nilai agama, kebimbangan dalam mengikuti
aliran-aliran keagamaan, terjadinya konflik keyakinan keagamaan dengan pola
pemikiran dan sebagainya.
Konseling agama tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi penganut hubungan professional yang khas. Tujuan dan fungsi utama dari layanan
agama lain agar masuk dalam agama yang dianut konselor. Konseling agama konseling individual adalah teratasinya masalah yang diderita konseli,
biasanya dilakukan terhadap klien yang seagama dengan konselor, dan mencakup: bidang pribadi, bidang social, bidang karier dan bidang belajar.
diselenggarakan untuk membantu orang-orang yang bermasalah keagamaan.
Hubungan konselor-konseli dibangun atas dasar saling percaya
5. Konseling Rehabilitasi diantara kedua belah pihak, dengan mengedepankan
Konseling rehabilitasi merupakan konseling yang dilakukan terhadap asas confidential (kerahasiaan) atas segala data tentang konseli yang terungkap
orang-orang yang sedang dalam proses rehabilitasi. Rehabilitasi berarti proses dalam proses konseling. Proses konseling individual dilakukan mengacu pada
mempercepat sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya, berbagai teori, prosedur, tahapan dan teknik tertentu, baik yang bersifat umum
misalnya rehabilitasi setelah bertahun-tahun mengalami perawatan medis, maupun khusus.
rehabilitasi karena menjalankan hukuman, dan sebagainya.
Konseling individual cocok untuk digunakan ketika:
Seseorang yang di penjara misalnya membutuhkan pelayanan
1. Konseli mengalami krisis masalah yang complicated.
konseling. Konseling tersebut bermaksud membantu klien agar tidak mengalami
masalah-masalah setelah keluar dari penjara (lembaga pemasyarakatan). 2. Masalah yang dibicarakan memiliki tingkat kerahasiaan tinggi, yang
Sebagian orang yang di penjara mengalami perasaan yang tidak diinginkan, harus dilindungi.
seperti rasa tertekan, malu kepada masyarakat atau cemas tidak diterima oleh 3. Berkaitan dengan upaya hasil tes kepribadian konseli yang
lingkungan sosialnya nanti. bersangkutan.
4. Konseli merasa ketakutan atau tidak nyaman untuk membicarakan
Konseling rehabilitasi ini juga dimaksudkan membantu klien yang
masalahnya dalam situasi kelompok/kelas.
cacat secara fisik, untuk mengembalikan persepsi dan emosi sehingga
5. Konseli tertolak di lingkungan kelompoknya.
memandang dirinya secara positif dan dapat berbuat lebih tepat sesuai dengan
potensi yang dimiliki. 6. Topik yang dibicarakan berkaitan dengan penyimpangan perilaku
seksual.
6. Konseling Individual 7. Konseli membutuhkan perhatian dan pengakuan tersendiri.
Konseling individual atau disebut juga konseling perorangan adalah Konseling berpusat pada person (person centered counseling)
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh dikembangkan oleh Carl Person Rogers, salah seorang psikolog klinis yang
konselor kepada konseli yang sedang mengalami suatu masalah, yang bermuara sangat menekuni bidang konseling dan psikoterapi.
pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli. Dengan demikian, sasaran Berdasarkan sejarahnya, teori konseling yang dikembangkan Rogers
layanan konseling individual adalah subyek yang diduga memiliki masalah ini mengalami beberapa pengetahuan. Pada mulanya dia mengembangkan
tertentu dan membutuhkan pertolongan konselor untuk mengatasinya. pendekatan konseling yang disebut non-directive counseling (1940). Pendekatan
Layanan konseling individual dilakukan melalui kegiatan tatap muka ini sebagai reaksi terhadap teori-teori konseling yang berkembang saat itu yang
(face to face) antara konselor dengan konseli, yang terjalin dalam bentuk terlalu berorientasi pada konselor atau directive counseling. 
Pada tahun1951 Rogers mengubah namanya menjadiclient centered Pendekatan kelompok sebenarnya sangat banyak. Beberapa bentuk
counseling sehubungan dengan perubahan pandangan tentang konseling yang intervensi psikososial yang menggunakan pendekatan kelompok adalah
menekankan pada upaya reflektif terhadap perasaan klien. Enam tahun bimbingan kelompok, psikoterapi kelompok, dan kelompok diskusi terfokus.
berikutnya, pada tahun 1957 Rogers mengubah sekali lagi pendekatannya Pendekatan-pendekatan kelompok tersebut dapat dibedakan menurut jenisnya,
menjadi konseling yang berpusat pada person (person centered), yang sebagai berikut:
memandang klien sebagai patner dan perlu adanya keserasian pengalaman baik 1. Psikoterapi Kelompok
pada klien maupun konselor dan keduanya perlu mengemukakan Psikoterapi kelompok merupakan bantuan yang diberikan oleh psikoterapis
pengalamannya pada saat hubungan konseling berlangsung. terhadap klien untuk mengatasi disfungsi kepribadian dan interpersonalnya
dengan menggunakan interaksi emosional dalam kelompok kecil. Karena itu
7. Konseling Kelompok
psikoterapi kelompok lebih memfokuskan pada ketidaksadaran, menangani
Ditinjau dari jumlah klien yang dibantu, konseling dapat dibedakan pasien yang mengalami gangguan “neurotik” atau problem emosional berat lain,
dalam dua bentuk, yaitu konseling individual dan konseling kelompok. dan biasanya dilakukan untuk jangka waktu panjang.
Keonseling individual berarti konseling yang diberikan kepada seorang klien, 2. Konseling Kelompok
sedangkan konseling kelompok dilakukan terhadap beberapa klien.
Konseling kelompok merupakan kelompok terapeutik yang dilaksanakan untuk
Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk
membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan
konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, member umpan
sehari-hari. Konseling kelompok umumnya ditekankan untuk proses remedial
balik (feedback) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya
dan pencapaian fungsi-fungsi secara optimal. Konseling kelompok mengatasi
menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).
klien dalam keadaan normal, yaitu sedang tidak megalami gangguan fungsi-
Berdasarkan pengertian di atas, maka konseling kelompok secara fungsi kepribadian. Pada umumnya konseling diselenggarakan untuk jangka
prinsipil adalah sebagai berikut: pendek atau menengah.
3. Kelompok Latihan dan Pengembangan
1. Konseling kelompok merupakan hubungan antara (beberapa) konselor
Kelompok latihan dan pengembangan merupakan pendidikan kesehatan mental
dengan beberapa klien;
dan bukan kelompok terapeutik. Biasanya digunakan untuk melatih sekelompok
2. Konseling kelompok berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang orang yang berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
disadari; tertentu, misalnya peningkatan keterampilan sosialnya, cara kehidupan
3. Dalam konseling kelompok terdapat faktor-faktor yang merupakan kesendirian, menghadapi pensiun dan hari tua, orang tua tanpa patner, dan
aspek terapi bagi klien; sebagainya. Tujuannya secara umum bersifat antisipatif dan pencegahan
4. Konseling kelompok bermaksud memberikan dorongan dan terhadap kemungkinan timbulnya hambatan jika hal tersebut benar-benar
pemahaman kepada klien, untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien. dialami.
4. Diskusi Kelompok Terfokus
Diskusi kelompok terfokus (focus group discusion) merupakan kegiatan diskusi, Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan
tukar pikiran beberapa orang mengenai topic-topik khusus yang telah disepakati dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan, dan perasaan tersebut
oleh anggota kelompok. Topik-topik yang dibicarakan menjadi bahan yang ke alam sadar jika kita berusaha mengingatkannya kembali. Alam prasadar ini
diminati dan disepakati oleh anggota kelompok. Peserta diskusi tidak harus bukanlah bagian dari alam sadar, tetapi bagian lain yang biasanya membutuhkan
memiliki masalah sebagaimana topic yang dibicarakan, tetapi ada minat untuk waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.
berpartisipasi dalam diskusi.
8. Konseling Psikoanalisis Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar
dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan
Peletak dasar teori psikoanalisis (psychoanalytic) adalah Sigmund
perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan
Shlomo Freud, seorang ahli saraf, yang menaruh perhatian pada ketidaksadaran.
tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan
Kepribadian manusia terbesar berada pada dunia ketidaksadaran dan merupakan
dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini.
sumber energy perilaku manusia yang sangat penting.
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara
adalah sangat efektif untuk menyembuhkan klien/pasien yang hysteria, cemas, structural. Dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat pada subsistem
obsesi neurosis. Namaun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis. Subsistem itu adalah id,
pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya (Hansen, 1982). ego dan superego. Teori struktural berarti penjelasan tentang interaksi antara tiga
elemen struktur peralatan mental (mental apparatus) yaitu id, ego dan superego
Freud mengembangkan sejumlah teori kepribadian. Teori-teori
(Brenner, 1996).
kepribadian yang dikemukakan Freud diantaranya: teori topografi, struktural,
genetic, dan dinamika. Keempat macam teori tersebut memiliki relevansi dengan Freud berpendapat bahwa manusia berdasar pada sifat-sifat:
proses konseling psikoanalisis, sehingga dipandang perlu untuk dijelaskan 1. Anti rasionalisme.
secara garis besarnya sebagai berikut:
2. Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan
Teori topografi merupakan teori psikoanalisis yang menjelaskan simbolisme.
tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi Freud 3. Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-
kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam dorongan instingtif.
kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu alam sadar (conscious/Cs), alam 4. Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.
prasadar (preconscious/Pcs), dan alam bawah sadar (unconscious/Ucs). 5. Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan bukan merupakan
Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi proses mental yang berciri biasa.
mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini
Konseling psikoanalisis bertujuan untuk:
memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan
1. Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus
yang ada di sekitar kita.
tentang mekanisme penyesuaian dirinya.
2. Membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-
mengembalikan hal-hal yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Teori-teori yang
menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman dikembangkan oleh kelompok behaviorime terutama banyak dihasilkan melalui
masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, didiskusikan, dianalisis berbagai eksperimen terhadap binatang, yang kemudian diterapkan untuk
dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseli bisa direkonstruksi lagi. manusia untuk kepentingan konseling. Karakteristik konseling Behavioral
9. Konseling Behavior adalah:
1. Berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik.
Dilihat dari sejarahnya, konseling behavior tidak dapat dipisahkan
dengan riset-riset perilaku belajar pada binatang, sebagaimana yang dilakukan 2. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling.
Ivan Pavlov (abad ke 19) dengan teorinya classical conditioning. Berikutnya 3. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah
adalah Skinner yang mengembangkan teori belajar operan, dan sejumlah ahli konseli.
yang secara terus menerus melakukan riset dan mengembangkan teori belajar 4. Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
berdasarkan hasil eksperimennya (Hackmann, 1993).
Konseling behavioral mengasumsikan tentang perilaku bermasalah, sebagai
Ahli behavioral yang berjasa mengembangkan konseling cukup
berikut:
banyak diantaranya adalah Wolpe, Lazarus, Bandura, Krumboltz, Rachman, dan
1. Perilaku bermasalah adalah perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative
Thoresen.
atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan
Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada lingkungan.
hakikatnya adalah perilaku. Perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap 2. Perilaku yang salah hakekatnya terbentuk dari cara belajar atau
pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak lingkungan yang salah.
ada manusia yang sama, karena kenyataannya manusia memiliki pengalaman 3. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon perilaku
yang berbeda dalam kehidupannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan negative dari lingkungannya. Perilaku maladaptif terjadi juga karena
dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
Pandangan dualism sebagaimana yang berkembang: jiwa raga, mental 4. Seluruh perilaku manusia didapat dengan cara belajar dan juga perilaku
fifik, sikap perilaku, dan sebagainya; bagi behavioral adalah tidak valid, tidak tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
dapat dikenali dan dikendalikan di laboratorium. Untuk itu memahami
Tujuan utama konseling Behavioral adalah berusaha
kepribadian individu tidak lain adalah perilakunya yang tampak.
menghapus/menghilangkan perilaku maladaptif (masalah) untuk digantikan
Sesuai dengan namanya, pendekatan konseling ini berangkat dan dengan perilaku baru yaitu perilaku adaptif yang diinginkan konseli. Oleh
didasari aliran Behaviorisme yaitu salah satu aliran psikologi yang mengkaji karena itu, tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang
perilaku individu dari setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada spesifik: diinginkan oleh konseli; konselor mampu dan bersedia membantu
peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Behaviorisme memandang mencapai tujuan tersebut; konseli dapat mencapai tujuan tersebut; dan
bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan
dirumuskan secara spesifik. Konselor dan konseli bersama-sama (bekerja sama) 4. Menusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas
menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling. pilihan-pilihannya, dan
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya 5. Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai
proses belajar tersebut. Dalam hal ini, konselor aktif: dan kreativitas.

1. Merumuskan maslah yang dialami konseli dan menetapkan apakah 11. Konseling Rational Emotif Behavior
konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak. Albert Ellis adalah peletak dasar konseling rasional emotif behavior
2. Memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, atau lebih tepatnya disebut Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT).
khusunya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling. Adalah klinisi yang memulai mengembangkan teorinya sejak 1955. Dia
menyusun REBT berdasarkan hasil pengamatannya bahwa banyak anak yang
3. Mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-
tidak mencapai kemajuan karena dia tidak memiliki pemahaman yang tepat
hasilnya.
dalam hubungannya dengan peristiwa-peristiwa yang dialami.
10. Konseling Humanistik Ellis berpandangan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat
Konseling Humanistik berakar dari kalangan eksistensialisme yang komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli emosi, kognisi, dan perilaku. Dia termasuk ahli terapi yang berseberangan
psikologi, seperti: Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas dengan penganut humanistik.
mendirikan sebuah asosiasi professional yang berupaya mengkaji secara khusus
tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang self (diri), aktualisasi diri, Untuk memahami dinamika kepribadian dalam pandangan REBT,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya. perlu memahami konsep-konsep dasar yang dikemukakan Ellis. Menurut Ellis
Humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan (1994) ada tiga hal yang terkait dengan perilaku, yaitu antecedent
dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada event (A), belief (B), dan emotional consequence (C), yang kemudian dikenal
kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan dengan konsep A-B-C.
pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemak Antecedent event (A) merupakan peristiwa pendahulu yang berupa
Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 fakta, peristiwa, perilaku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga,
(lima) dalil utama dari humanistik, yaitu: kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan dapat
1. Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen- merupakan antecedent event bagi seseorang. Prinsipnya segenap peristiwa luar
komponen; yang dialami atau memapar individu adalahantecedent event.

2. Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan Belief (B) adalah keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri
manusia lainnya; individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu
3. Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak
hubungan dengan orang lain; rasional (irrational beliefatau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara
berpikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan karena itu mempertanyakan dasar-dasar keyakinan terapi yang berorientasi pada Freudian,
produktif. Sedangkan keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau karena hasilnya terasa tidak memuaskan (Colvin, 1980).
system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan karena Teori yang dikembangkan Glasser ini dengan cepat memperoleh
itu tidak produktif. popularitas di kalangan konselor, baik untuk kasus individual maupun kelompok
dalam berbagai bidang, misalnya sekolah lembaga kesehatan mental maupun
Emotional consequence (C), merupakan konsekuensi emosional petugas-petugas sosial lain. Banyak hal yang positif dari teori konseling realitas
sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan ini, misalnya mudah dimengerti, nonteknis, didasarkan atas pengetahuan
emosi dalam hubungannya dengan antecedent event (A). Konsekuensi masyarakat, efisien waktu, sumber daya dan usaha-usaha yang dilakukan
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa konselor.
variabel antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rasional (rB) atau yang
tidak rasional (iB). Konseling realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan
yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli,
Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan yang dapat dilakukan konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan
untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan berperilaku rasional membina kepribadian/kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara
manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan berperilaku member tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan. Konseling realitas
irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist
sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghaadapi
maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari kenyataan tanpa merugikan siapapun. Konseling realitas lebih menekankan masa
cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin
berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional. pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana
Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.
diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional Glasser berpandangan bahwa semua manusia memiliki kebutuhan
akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Perilaku manusia dimotivasi
menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Kebutuhan fisiologis yang dimaksud
cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negative serta penolakan diri adalah sama dengan pandangan ahli lain, sedangkan kebutuhan psikologis
harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima manusia menurut Glasser yang mendasar ada dua macam yaitu: (1) kebutuhan
menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. dicintai dan mencintai, dan (2) kebutuhan akan penghargaan (George dan
Cristiani, 1990). Kedua kebutuhan psikologis itu dapat digabung menjadi satu
12. Konseling Realitas
kebutuhan yang sangat utama yang disebut kebutuhan identitas (identity).
William Glasser adalah psikiater yang mengembangkan konseling
Hakekat manusia menurut William Glasser adalah:
realitas (reality therapy) pada 1950-an. Pengembangan konseling realitas ini
karena merasa tidak puas dengan praktik psikiatri yang ada dan dia
1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam
seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam perilaku nyata.
kepribadiannya. 7. Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi
2. Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.
berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karenanya Tujuan utama konseling realitas adalah:
dia dapat menjadi seorang individu yang sukses. 1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat
3. Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan konseling menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
realitas berusaha membangun anggapan bahwa setiap orang akhirnya 2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul
menentukan nasibnya sendiri. segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam
Konseling realitas memiliki karakteristik sebagai berikut: perkembangan dan pertumbuhannya.
1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang 3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realitik dalam mencapai
ada adalah perilaku tidak bertanggung jawab tetapi masih dalam taraf mental tujuan yang telah ditetapkan.
yang sehat.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian
2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya
dengan penuh optimisme. keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan focus pada 5. Konseling ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran
perilaku sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis, dan ditafsirkan. sendiri.
Perilaku masa lampau tidak bisa diubah, tetapi diterima apa adanya sebagai
13. Konseling Gestalt
pengalaman yang berharga.
Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam
4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan.
kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan
Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternative-alternatif yang
semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti
dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi
hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi
oleh konseli.
semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong ke arah keseluruhan dan
5. Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam integrasi pemikiran, perasaan, dan perilakunya. Setiap individu memiliki
perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli. kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk
Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya
sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya. integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan
6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang konseling ini adalah:
mengalami kegagalan, tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah 1. tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya;
2. merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam Muro dan Kottman (1995) menyebutkan bahwa tujuan konseling
kaitannya dengan lingkungannya itu; traumatik adalah:
3. actor bukan reactor;
1. Berpikir realistis, bahwa trauma adalah bagian dari kehidupan,
4. berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan
2. Memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan situasi yang
pemikirannya;
menimbulkan trauma,
5. dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab;
3. Memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan trauma
6. mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif. serta
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, 4. Belajar keterampilan baru untuk mengatasi trauma.
pendekatan ini memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”.
Ada empat keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor dalam
Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang
konseling traumatik, yaitu:
menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang. Dalam pendekatan ini,
1. Pandangan yang realistik,
kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan
kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan mejadi terlalu 2. Orientasi yang holistik,
terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan. 3. Fleksibiltas, dan
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak 4. Keseimbangan antara empati dan ketegasan.
selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak Hendaknya, konselor memiliki pandangan yang realistic terhadap
terungkap seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, peran mereka dalam membantu orang yang mengalami trauma. Keterampilan ini
kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meski pun tidak bisa diungkapkan, berguna bagi konselor untuk memahami kelemahan dan kelebihannya dalam
perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi membantu orang yang mengalami trauma.
tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan –perasaan itu Konselor konseling traumatik dalam bekerja harus holistik. Kondisi
tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa pada kehidupan sekarang dengan trauma pada diri klien bukan harus dihadapi secara berlebihan atau sebaliknya.
cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan Dalam konseling traumatik, konselor harus menerima berbagai baantuan dari
orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan berbagai pihak demi kesembuhan klien. Kadang-kadang klien lebih tepat dirujuk
menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu. pada psikiatri untuk disembuhkan dengan pendekatan medis. Mungkin juga
klien lebih tepat dirujuk pada ulama atau pendeta untuk memenuhi kebutuhan
14. Konseling Traumatik
aspek spiritualnya.
Konseling traumatik adalah upaya konselor untuk membantu klien
yang mengalami trauma melalui proses hubungan pribadi sehingga klien dapat Dengan memperhatikan kondisi klien secara holistik, konselor
memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialaminya dan dituntut untuk dapat bekerja sama dengan berbagai ahli yang ada di masyarakat
berusaha untuk mengatasinya sebaik mungkin. untuk membantu kesembuhan klien.
Konseling traumatik memerlukan fleksibilitas. Karena keterbatasan- Adapun ketegasan untuk mengarahkan klien adalah kemampuan
keterbatasan yang ada, konseling traumatik mungkin lebih fleksibel dalam konselor untuk mengatakan kepada klien agar klien berbuat sesuatu atau dengan
pelaksanaannya. Karena keterbatasan tempat, mungkin konseling melalui kata lain mengarahkannya agar klien melakukan sesuatu.
telepon akan lebih tepat. Karena keterbatasan waktu, ada kemungkinan terjadi
perubahan waktu dalam konseling. Kemungkinan konseling di rumah klien Dilihat dari tujuan, konseling traumatik lebih menekankan pada
terjadi daripada di kantor konselor. Perpanjangan waktu dalam setiap sesi pulihnya kembali klien pada keadaan sebelum trauma dan mampu menyesuaikan
konseling mungkin saja terjadi. Melibatkan keluarga dalam sesi konseling diri dengan keadaan lingkungan yang baru.
mungkin saja terjadi dan konselor memberikan sugesti pada klien juga bisa Proses konseling traumatik terlaksana karena hubungan konseling
terjadi. berjalan dengan baik. Proses konseling traumatik adalah peristiwa yang tengah
berlangsung dan member makna bagi klien yang mengalami trauma dan member
makna pula bagi konselor yang membantu mengatasi trauma kliennya.
Dalam konseling traumatik, konselor tidak banyak waktu untk
melakukan konfrontasi, berlama-lama, nondirektif, interpretasi perilaku dan 15. Terapi Kognitif-Behavioral (Cognitive-Behavioral Therapy)
mimpi, serta tidak terlalu mempermasalahkan terjadinya transferensi Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau Cognitive-Behavioral
ataupun center transferensi antara klien dan konselor. Kondisi trauma menuntut Therapy (CBT) merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan
konselor untuk bertindak cepat menangani klien. membantu konseli agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman
Konseling traumatik membutuhkan keseimbangan yang kuat antara yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara
empati dan ketegasan. Konselor harus mampu melihat kapan dia harus empati memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu.
dan kapan dia harus tegas dalam mengarahkan klien untuk kesembuhan klien. Pendekatan kognitif berusaha memfokuskan untuk menempatkan
Jika konselor terlalu hanyut dengan perasaan klien, mmaka konselor akan suatu pikiran, keyakinan atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang
mengalami kesulitan dalam membantu klien. Begitu juga jika konselor tidak lain (misalnya, hidup saya sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan
tepat waktunya dalam memberikan arahan yang tegas pada klien maka konseling tujuan hidup saya). Selain itu, terapi juga memfokuskan pada upaya
akan lebih efektif. membelajarkan konseli agar dapat memiliki cara berpikir yang lebih positif
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dalam berbagai peristiwa kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya
dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien. Empati ada dua macam, mengatasi penyakit atau gangguan yang sedang dialaminya.
yaitu empati primer dan empati tingkat tinggi. Empati primer adalah suatu
Dengan kata lain, konseling kognitif memfokuskan pada kegiatan
bentuk yang hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman
mengelola dan memonitor pola piker konseli sehingga dapat mengurangi pikiran
klien. Tujuannya agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka pada konselor.
negatiff dan mengubah isi pikiran agar dapat diperoleh emosi yang lebih positif.
Adapun empati tingkat tinggi adalah keikutsertaan konselor dalam merasakan
Sedangkan konseling Behavioral memfokuskan pada kegiatan (tindakan) yang
dan memikirkan apa yang dirasakan dan dipikirkan kliennya.
dilakukan konseli, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang dapat
mendorong konseli untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian konsekuensi
yang tidak menyenangkan, guna mencegah konseli melakukan tindakan yang 18. Konseling Non-Direktif
tidak dikehendaki. Di dalam pendekatan ini konselor berkonsentrasi untuk menunjukkan
empati dengan klien, tidak member interpretasi sebelumnya terhadap problem
16. Konseling Karier
klien, tidak memberikan nasehat langsung, tidak membimbing apa yang klien
Proses psikologis yang digunakan oleh seorang professional kemukakan, tidak memberikan penilaian apa yang dikatakan klien. Fokusnya
(konselor) yang membantu seorang individu (klien) yang relative normal dalam adalah untuk memberi bantuan kepada klien untuk menjernihkan atau
menjelajahi, memahami dan menerima dirinya agar dia dapat membuat memperjelas pikirannya sehingga mereka dapat mengatasi problemnya.
keputusan dan pilihan yang rasional, dan berbuat atas dasar pilihan tersebut yang 19. Konseling Ekletik
menyangkut seluruh gaya hidupnya dalam kaitannya dengan lingkungannya.
Teori ini merupakan pendekatan gabungan atau campuran antara non-
Dalam konseling karier seperti konseling pada umumnya, konselor
direktif dan direktif. Pemilihan teknik konseling yang digunakan oleh konselor
harus mampu mengidentifikasi dan merespon secara tepat terhadap sikap,
dalam proses konseling yang akan dipengaruhi oleh keyakinan dan gaya
tingkah laku pikiran, perasaan yang dinyatakan klien. Lalu konselor membantu
kepribadian yang paling cocok dengan pendekatan atau teknik tertentu.
klien dalam mendapatkan, memproses, menerapkan informasi diri dari informasi
Pendekatan ekletik ini menggunakan teori belajar, teori pengembangan karier,
dunia kerja yang diperlukan untuk membantu pengambilan perencanaan itu.
sosiologi, ekonomi, dan teori membuat keputusan, tugas-tugas perkembangan
1. Self expression rapport untuk mencapai tujuan.
Mengingat keunikan, keragaman dan kompleksitas masalah yang
2. Self understanding and self exploration
dihadapi setiap konseli, maka dalam praktiknya upaya pemecahan masalah
3. Decision making
konseli seringkali tidak bisa diselesaikan melalui satu pendekatan tertentu secara
4. Development a goal plan of action to implementation of the decision eksklusif. Oleh karena itu, konselor dapat memilih dan mengkombinasikan
5. Floow-up plan of action (career counseling) berbagai pendekatan yang ada untuk diterapkan dalam membantu
17. Konseling Direktif menyelesaikan masalah konseli. Pendekatan konseling semacam ini dikenal
dengan sebutan konseling ekletik.
Aliran konseling yang dipelopori E.G. Williamson, yang disebut
juga clinical counseling. Pendekatan ini berakar dari aliran behaviorisme. Pendekatan konseling ekletik berarti konseling yang didasarkan pada
Tujuan konseling di sini dititikberatkan secara spesifik pada perubahan tingkah berbagai konsep dan tidak berorientasi pada satu teori secara eksklusif.
laku yang dapat diamati. Oleh karena itu, teknik direktif ini merupakan Ekletikisme berpandangan bahwa sebuah teori memiliki keterbatasan konsep,
konseling tingkah laku (behavior counseling) yang terarah. prosedur dan teknik. Karena itu ekletikisme “dengan sengaja” mempelajari
Konselor memberikan arah bantuan kepada perubahan tingkah laku, berbagai teori dan menerapkannya sesuai dengan keadaan diri klien.
konselor lebih aktif daripada klien dalam proses pemecahan masalah. Konselor Konseling ekletik dapat pula disebut dengan pendekatan konseling
yang menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan klien, sedangkan klien integrative. Perkembangan pendekatan ini sudah dimulai sejak tahun 1940-an,
hanya menjalankan proses belajar yang diarahkan oleh konselor.
yaitu ketika F.C.Thorne menyumbangkan pemikirannya dengan mengumpulkan teknik yang dianggap paling tepat, dan konselor itu sendiri memiliki
dan mengevaluasi semua metode konseling yang ada (Gilliland dkk, 1984). kemampuan untuk mengoperasikan teknik-teknik dari pendekatan yang
dipilihnya.
Konseling ekletik pertama kali digagas oleh Frederick Thorne dlam Meski tidak memiliki akar teori tertentu, teknik konseling ekletik ini
bukunya yang berjudul Principles of Personality Counseling (1950). Thorne telah diakui sebagai salah satu teknik dalam konseling dan mungkin termasuk
menganalisis sumbangan-sumbangan pikiran dari berbagai aliran dalam salah satu teknik yang paling sering digunakan oleh para konselor di lapangan.
Psikologi Konseling dan mencoba mengintegrasikan unsur-unsur positif dari
masing-masing aliran dalam suatu sistematika baru dan terpadu, baik dalam segi Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa ekletik berusaha
teoritis maupun praktis. mempelajari berbagai teori dan menerapkannya sesuai dengan keadaan klien.
Ahli-ahli ekletik lainnya adalah Brammer dan Shostrom (1982) sejak Berangkat dari cara pandang ekletik yang demikian, Capuzzi dan Gross (1991)
1960 yang mengembangkan model konseling yang dinamakan “actualization mengemukakan bahwa dalam penerapannya ada tiga macam aliran konseling,
counseling”, dan telah membawa konseling ke dalam kerangka kerja yang lebih yaitu formalism atau puritisme, sinkretisme, dan ekletikisme; yaitu:
luas, yang tidak terbatas pada satu pendekatan tetapi mengupayakan pendekatan 1. Formalisme atau Puritisme
yang intergratif dari berbagai pendekatan. Penganut formalism ini akan “menerima atau tidak sama sekali” sebuah teori.
Dia setuju dengan teori tertentu sehingga seluruh kerangka teoretiknya secara
Pada akhir 1960-an hingga 1977, R.Carkhuff juga telah
bulat tanpa ada kritik sedikit pun. Teori yang tidak disetujui akan ditolaknya
mengembangkan konseling ekletik, dengan cara melakukan testing dan riset
keseluruhannya. Dengan demikian penganut formalisme akan menerima apa
secara komprehensif, sistematik, dan terintegratif. Ahli lain yang turut
adanya tanpa kritik.
membantu pengembangan konseling ekletik di antaranya G.Egan (1975) dengan
2. Sinkretisme
istilah systemic helping, Prochaska (1984) dengan nama integrative ecletic.
Pandangan ini beranggapan bahwa setiap teori adalah baik, efektif, dan positif.
Konseling ekletik sebagaimana dikembangkan Thorne dianggap Kalangan sinkretisme akan menerapkan teori-teori yang dipelajari, tanpa perlu
sesuai untuk diterapkan terhadap orang-orang yang tergolong normal, yaitu tidak melihat kerangka dan latar belakang teori itu dikembangkan. Dihubung-
menunjukkan gejala-gejala kelainan dalam kepribadiannya atau gangguan hubungkan teori-teori itu tanpa ada system yang jelas dan teratur. Penganut
kesehatan mental yang berat. sinkretisme akan mencampur aduk teori yang satu dengan yang lain sesuai
dengan kehendaknya sendiri.
3. Eklektikisme
Dalam konseling ekletik, peran konselor, tahapan dan teknik
Penganut pandangan eklektik akan menyeleksi berbagai pendekatan yang ada.
konseling yang diterapkan menjadi sangat fleksibel. Konselor bisa bertindak
Prinsipnya setiap teori memiliki kelemahan dan keunggulan. Suatu teori dapat
sebagai psikoanalisis, mitra konseli, pelatih, motivator, dan peran-peran lainnya,
diterapkan sesuai dengan masalah klien dan situasinya. Konselor menyeleksi
tergantung pada kombinasi pendekatan yang dipilihnya. Demikian juga dalam
teori-teori yang ada dan membawa ke dalam kerangka kerja prinsip-prinsip
tahapan dan teknik yang digunakan dalam konseling. Dalam hal ini, selain
teoritik dan prosedur praktis.
diperlukan kejelian dalam memilih dan mengkombinasikan pendekatan dan
20. Konferensi Kasus 1. Mendapatkan konsistensi, kalau konselor ternyata menemukan berbagai
Konfrensi kasus merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan data/informasi yang dipandang saling bertentangan atau kurang serasi satu sama
konseling untuk membahas permasalahan konseli. Dalam suatu pertemuan, yang lain (cross check data).
dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan 2. Mendapatkan consensus dari para peserta konferensi dalam
komitmen bagi teratasinya permasalahan konseli. Memang, tidak semua masalah menafsirkan data yang cukup komprehensif dan pelik yang menyangkut diri
yang dihadapi konseli harus dilakukan konferensi kasus. Tetapi untuk masalah- konseli guna memudahkan pengambilan keputusan.
masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak lain tampaknya 3. Mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan dan komitmen peran
konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan. dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang dihadapi konseli beserta
Melalui konferensi kasus, proses penyelesaian masalah konseli upaya mengatasinya.
dilakukan tidak hanya mengandalkan pada konselor di sekolah semata, tetapi
21. Kunjungan Rumah
bisa dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang
Kunjungan rumah atau home visit adalah salah satu jenis kegiatan
dianggap kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan yang
pendukung layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor dalam
dihadapi konseli.
rangka mengumpulkan dan melengkapi data atau informasi tentang konseli,
Kendati demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan dengan cara mengunjungi rumah konseli. Seperti halnya dalam konferensi kasus,
tertutup. Artinya, tidak semua pihak bisa disertakan dalm konferensi kasus, tidak semua masalah yang dihadapi konseli harus dilaksanakan kegiatan home
hanya mereka yang dianggap memiliki pengaruh dan kepentingan langsung visit. Home visitdilakukan jika konselor perlu melengkapi dan memvalidasi data
dengan permasalahan konseli yang boleh dilibatkan dalam konferensi kasus. yang berkaitan dengan latar belakang kehidupan keluarga konseli, yang tidak
Begitu juga, setiap pembicaraan yang muncul dalam konferensi kasus bersifat bisa terungkap melalui teknik pengumpulan data lainnya. Melalui home visit,
rahasia dan hanya untuk diketahui oleh para peserta konferensi. proses penyelesaian masalah konseli bisa dilakukan secara kolaboratif dengan
melibatkan peran orang tua/keluarga.
Konferensi kasus bukanlah sejenis “siding pengadilan” yang akan
menentukan hukuman bagi konseli. Misalkan, konferensi kasus untuk
membahas kasus narkoba yang dialami siswa tertentu. Keputusan yang diambil Terdapat beberapa alasan penggunaan home visit, yaitu:
dalam konferensi bukan bersifat “mengadili” siswa yang bersangkutan, yang 1. Hanya sebagian kecil waktu konseli berada di sekolah dan selebihnya
ujung-ujungnya siswa dipaksa harus dikeluarkan dari sekolah, akan tetapi berada di rumah. Untuk melengkapi data tentang konseli perlu mengetahui
konferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusan bagaimana cara terbaik, kehidupan keluarga di mana konseli itu tinggal dan banyak melakukan kegiatan
agar siswa tersebut bisa sembuh dari ketergantungan narkoba. sesudah pulang sekolah.
Secara umum, tujuan dilaksanakan kegiatan konferensi kasus yaitu 2. Tidak sedikit masalah yang timbul di sekolah, berasal dari rumah.
untuk mengusahakan cara yang terbaik bagi pemecahan masalah yang dialami 3. Orang tua memiliki peran penting dalam membantu mengatasi masalah
konseli, sedangkan secara khusus konferensi kasus bertujuan: siswa.
Konselor sebagai tenaga professional dalam bidang bimbingan
dan konseling (guidance and counseling) merupakan tenaga khusus yang
Secara umum, tujuan dilaksanakan kegiatan home visit adalah: memiliki karakteristik atau ciri-ciri dalam aspek kepribadian, pengetahuan,
1. Memperoleh data penting tentang latar belakang kehidupan konseli dan keterampilan, dan pengalaman.
keluarganya, baik berupa data baru atau mengecek akurasi data yang telah 1. Karakteristik Kepribadian
diperoleh melalui teknik lain.
Karakteristik kepribadian konselor dapat dikelompokkan menjadi dua
2. Memahami lebih dalam lingkungan kehidupan konseli sehari-hari di yaitu karakteristik umum dan khusus. Karakteristik umum berkaitan dengan
rumah. kedudukan konselor sebagai tenaga pendidik, sedangkan karakteristik khusus
3. Mendiskusikan masalah konseli bila memerlukan kerja sama dengan berhubungan dengan kualitas pribadi yang dapat memperlancar perannya
orang tua/wali. sebagai helper (pembimbing).
4. Membangun hubungan antara lembaga keluarga, sekolah dan 2. Karakteristik Pengetahuan
masyarakat. Dilihat dari aspek pengetahuan (knowledge) konselor adalah tenaga
3. KONSELOR ahli dalam bidang pendidikan dan psikologis (psikopedagogis). Ia memiliki
pengetahuan luas tentang teori-teori psikologi, konseling, dan pendidikan,
Konselor dalam istilah bahasa Inggris
sehingga dapat mengembangkan dan menerapkannya dalam pelayanan
disebut Counselor atau Helpermerupakan petugas khusus yang berkualifikasi
konseling kepada klien.
dalam bidang konseling (counseling). Dalam konsep counseling for all, di
3. Karakteristik Keterampilan
dalamnya terdapat kegiatan bimbingan (guidance). KataCounselor tidak bisa
dipisahkan dari kata Helping. Counselor menunjuk pada orangnya Konselor sebagai tenaga professional memiliki keterampilan (skill)
sedangkan helping menunjuk pada profesinya atau bidang garapannya. Jadi yang memadai dalam memberikan pelayanan konseling. Keterampilan konselor
konselor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan ini meliputi:
konseling, ia sebagai tenaga professional. 1. Keterampilan dalam menciptakan dan membina hubungan konseling
Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang kepada klien (helping relationship).
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 6 disebutkan bahwa konselor sebagai Dalam hubungan konseling, konselor mampu menciptakan suasana yang hangat,
pendidik yang merupakan salah satu tenaga kependidikan yang berpartisipasi simpatik, empati, yang didukung sikap dan perilaku konselor yang tulus dan
dalam menyelenggarakan pendidikan. Selanjutnya menurut Buku Standar ikhlas untuk membantu klien, jujur dan bertanggung jawab, terbuka, toleran, dan
Kompetensi Konselor Indonesia (2005:4), konselor adalah tenaga professional setia.
bimbingan dan konseling (guidance and counseling) yang harus memiliki 2. Keterampilan dalam menerapkan wawancara konseling. Menurut
sertifikasi dan lisensi untuk menyelenggarakan layanan professional bagi Hosking (1978:12) dan Brammer (1979) terdapat beberapa keterampilan dasar
masyarakat. Tenaga professional ini disiapkan dan dihasilkan oleh program studi wawancara konseling yang harus dikuasai oleh konselor yaitu:
bimbingan dan konseling, jenjang S1, S2 dan S3, termasuk pembinaan profesi di 1. Keterampilan penampilan,
dalamnya.
2. Keterampilan membuka percakapan, Dalam kapasitas sebagai pendidik, konselor berperan dan berfungsi sebagai
3. Keterampilan membuat paraphrasing atau paraphrase, pendidik psikologis (psychological educator atau psychoeducator), dengan
perangkat pengetahuan dan keterampilan psikologis yang dimilikinya, ia
4. Keterampilan mengidentifikasikan perasaan,
berperan memfasilitasi perkembangan peserta didik.
5. Keterampilan merefleksi perasaan,
Kompetensi inti konselor Indonesia telah dirumuskan dan ditetapkan
6. Keterampilan konfrontasi, sebagai kesepakatan bersama oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
7. Keterampilan memberi informasi, sebagai standart kompetensi konselor Indonesia (SKKI) yang terdiri dari 7 butir
8. Keterampilan memimpin, kompetensi; 27 butir sub kompetensi, dan 107 butir indicator kompetensi.
Ketujuh butir kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
9. Keterampilan menginterprestasi, dan
10. Keterampilan membuat ringkasan. 1. Menguasai konsep dan praksis pendidikan;
4. Karakteristik Pengalaman 2. Memiliki kesadaran dan komitmen etika professional;
Di samping karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang 3. Menguasai konsep dan praksis assessment;
memadai, menjadi konselor professional juga memerlukan pengalaman kerja 4. Menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling;
dalam menjalankan praktik konseling baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5. Memiliki kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling;
Kompetensi inti konselor (common comperencies) adalah seperangkat
dan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan bersama yang dikuasai konselor dalam
6. Menguasai konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling.
setting manapun. Setiap setting bimbingan dan konseling (guidance and
counseling) menghendaki kompetensi khusus yang harus dikuasai konselor Di dalam proses konseling, semua aspek tersebut saling terkait,
untuk dapat memberikan pelayanan dalam setting tersebut. sehingga tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Seorang konselor professional
akan lebih berhasil dalam memberikaan pelayanan konseling kepada kliennya,
bila dibandingkan dengan konselor yang belum professional (konselor pemula).
Hal ini disebabkan oleh karena konselor professional memiliki perangkat
Kompetensi konselor merujuk kepada penguasaan konsep,
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang lebih luas tentang konseling,
penghayatan dan perwujudan nilai serta penampilan ppribadi yang bersifat
serta lebih mempunyai sifat-sifat kepribadian yang mantap, seperti:
membantu (helping personal) dan unjuk kerja professional yang akuntabel.
kewibawaan, kehangatan, kestabilan emosi, simpatik, empati, kejujuran,
Kompetensi konselor dibangun dari landasan filosofis tentang hakekat manusia
tanggung jawab, dan dapat dipercaya.
dan kehidupannya sebagai makhluk Allah Yang Maha Kuasa, makhluk pribadi,
Di pihak lain, seorang klien memiliki keunikan tertentu yang berbeda
dan warga Negara yang berbasis budaya Indonesia.
dengan klien lainnya, sehingga bila konselor tidak mampu memahami hal ini, ia
Sejalan dengan perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia
tidak akan mempu menciptakan hubungan konseling yang efektif. Seorang
dewasa ini serta mengacu kepada Undang-undang RI Nomer 20 tahun 2003
konselor professional harus mampu memanfaatkan segala kondisi yang
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) konselor adalah pendidik.
menunjang proses konseling dan menghindari factor-faktor yang dapat
menghambat konseling. Di antara kondisi yang menunjang adalah menciptakan yang mengalami masalah, sehingga mereka membutuhkan bantuan konseling
keamanan dan kebebasan psikologis, ketulusan dan kejujuran, kehangatan dan agar dapat menghadapi, memahami, dan memecahkan masalahnya.
penuh penerimaan, empati, perasaan yang menyenangkan, perasaan mencapai Dalam terminologi modern siapa saja yang memperoleh
prestasi, memiliki harapan dan ketenangan. Di samping itu, konselor pelayanan konseling disebut klien. Klien tersebut bisa berstatus sebagai peserta
professional juga harus mampu menghindari perilaku yang merugikan diri didik, pegawai perusahaan atau lembaga pemerintah ataupun swasta, ibu rumah
seperti: berbohong, tidak bertanggung jawab, tidak berwibawa, egois, amarah, tangga, ayah, pemuda/remaja, orang dewasa, dan lansia (lanjut usia). Mereka
rendah diri, cemburu, motivasi yang rendah untuk membantu klien, yang dapat secara sadar membutuhkan pelayanan konseling.
disebabkan oleh rendahnya penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman. Klien adalah individu yang memiliki keunikan tertentu.
Keunikan tersebut mencakup: keunikan kebutuhan, keunikan kepribadian,
Konselor professional harus dapat memilih metode atau pendekatan- keunikan intelegensi, keunikan bakat, keunikan motif dan motivasi, keunikan
pendekatan konseling yang tepat dan mampu menerapkannya dalam layanan minat, keunikan perhatian, keunikan sikap, dan keunikan kebiasaan, yang secara
konseling, sehingga ia dapat membawa klien ke arah jalan dimana klien dapat khas mempengaruhi perilakunya.
mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki pola piker positif (positive thinking). Pada dasarnya setiap individu menghadapi permasalahan
Dewasa ini perkembangan konseling di Indonesia diarahkan pada dalam hidupnya dalam jenis dan intensitas yang berbeda. Di antara masalah
suatu bentuk pelayanan professional dalam lingkup sekolah, karier, industry, individu tersebut, beberapa masalah bisa dipecahkan sendiri tanpa intervensi
keluarga, dan masyarakat luas (counseling for all), dimana konselor harus konselor, sedangkan masalah lainnya masih belum bisa diselesaikan sehingga
memahami ilmu filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, dan pendidikan, agar mereka membutuhkan bantuan konselor. Pada umumnya masalah emosi klien
ia dapat memberikan pelayanan konseling secara profesiona. Jadi jelas bahwa yang cara penyelesaiannya membutuhkan bantuan konseling adalah: (1) masalah
untuk menjadi konselor professional harus juga memahami psikologi konseling. kecewa, (2) masalah frustasi, (3) masalah kecemasan, (4) masalah stress, (5)
masalah depresi, (6) masalah konflik, dan (7) masalah ketergantungan. Di antara
4. KLIEN keenam masalah ini dapat dialami klien secara bersamaan, misalnya di samping
Klien dalam istilah bahasa Inggris disebut Client adalah klien mengalami masalah kecewa, ia juga menderita masalah frustasi,
individu yang memperoleh pelayanan konseling. Dalam konseling pada setting kecemasan, begitu juga masalah yang lain.
persekolahan, yang dimaksud klien adalah peserta didik yang mendapatkan
pelayanan konseling, sedangkan dalam konseling pada setting di luar sekolah Jika dilihat dari pihak orang yang akan dibantu, proses
(counseling for all), yang dimaksud klien adalah seorang atau sekelompok orang konseling ini membatasi beberapa hal (Winkell, 1991:67), yaitu:
sebagai anggota masyarakat, yang memperoleh pelayanan konseling. 1. Orang harus sudah mencapai umur tertentu sehingga bisa sadar dengan
Menurut terminologi konvensional, dimana konseling tugas-tugasnya. Kesadaran itu dapat terwujud dalam hal mengetahui secara
dipandang sebagai jantungnya pelayanan bimbingan yang bersifat penyembuhan reflektif. Tanpa kesadaran, pelayanan tidak akan tercapai.
(curative), klien didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang individu 2. Orang harus bisa menggunakan pikiran dan kemauan sendiri sebagai
manusia yang berkehendak bebas serta harus bebas dari keterikatan yang
keterlaluan pada perasaan-perasaannya sendiri sehingga tidak terbawa pada Secara khusus, tujuan psikologi konseling adalah untuk
perasaan-perasaannya sendiri. melakukan pengkajian secara sistematis, logis, dan obyektif terhadap variabel-
3. Orang harus rela memanfaatkan pelayanan bimbingan dalam proses variabel konseling. Variabel-variabel konseling ini, di antaranya adalah sebagai
konseling. Dengan kata lain, pelayanan bimbingan tidak dapat dipaksakan. Oleh berikut:
karena itu, seseorang harus yakin bahwa ia sudah mampu untuk mengatur 1. Hakikat, tujuan, prinsip-prinsip, dan asas-asas konseling.
kehidupannya sendiri. 2. Karakteristik dan kompetensi konselor professional.
4. Harus ada kebutuhan objektif untuk menerima pelayanan bimbingan. 3. Karakteristik klien dan masalah-masalahnya.
Subyek harus menyadari bahwa ia harus menghadapi masalah dan mendapatkan 4. Pengembangan kondisi psikologis yang menunjang berlangsungnya
pelayanan bimbingan sepenuhnya. proses konseling.
5. PSIKOLOGI KONSELING 5. Upaya mengatasi hambatan-hambatan dalam proses konseling.
Brammer dan Shostrom (1982:10) mendefinisikan psikologi 6. Pengkajian dan pengembangan teori-teori psikologi untuk diterapkan
konseling is a synthesis of many related trends found in the guidance, mental ke dalam pelayanan konseling.
hygiene, psychometrics, social casework, and psychotherapy movement.
7. Pengkajian dan pengembangan teknologi dalam konseling.
Psikologi konseling adalah sintesis dari berbagai kecenderungan yang berkaitan
Seperti pada ilmu-ilmu lain, psikologi konseling juga memiliki
dalam gerakan bimbingan, kesehatan mental, psikometri, kasus-kasus sosial, dan
bidang kaji tertentu, di antaranya adalah sebagai berikut:
psikoterapi. Sintesis adalah paduan berbagai hal sehingga merupakan kesatuan
1. Hakikat, tujuan, prinsip-prinsip, dan asas-asas konseling.
yang selaras (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:845).
Dilihat dari proses konseling (counseling process), psikologi 2. Karakteristik dan kompetensi konselor professional.
konseling adalah cabang kekhususan dari psikologi yang mengkaji berbagai 3. Karakteristik klien dan masalah-masalahnya.
aspek yang terlibat dalam proses konseling. Aspek-aspek itu meliputi 4. Kondisi psikologis yang menunjang berlangsungnya proses konseling.
karakteristik, konseling, konselor, klien dan masalahnya, berbagai kondisi yang
5. Hambatan-hambatan dalam proses konseling.
menunjang dan menghambat konseling, serta metode atau pendekatan-
6. Teori-teori psikologi untuk diterapkan ke dalam pelayanan konseling.
pendekatan dalam konseling.
7. Penggunaan teknologi dalam konseling.
Psikologi konseling sebagai ilmu pengetahuan (scientific)
Ketujuh bidang tersebut merupakan aspek yang saling
secara umum bertujuan untuk mengembangkan penggunaan teori-teori psikologi
berkaitan dalam proses konseling. Artinya kekurangpahaman konselor pada
dalam layanan konseling kepada klien. Teori-teori psikologi tersebut di
salah satu atau beberapa bidang kaji konseling, dapat menghambat proses
antaranya adalah teori psikologi Freudian, teori psikologi Behavioristik, dan
konseling, dan sebaliknya bila konselor menguasainya, maka konseling yang
teori psikologi Humanistik.
dibinanya dapat berlangsung secara efisien dan efektif.
Psikologi konseling sebagai ilmu pengetahuan (scientific)
memiliki hubungan erat dengan sosiologi dan antropologi. Pada hakekatnya
manusia adalah makhluk social yang ditandai adanya hubungan antara manusia dapat diperoleh data-data yang banyak dengan menggunakan sampel lebih dari
yang satu dengan lainnya. Hubungan antar manusia merupakan kebutuhan satu klien. Jadi metode ini digunakan untuk mengembangkan psikologi
manusia bersama, sehingga tidak ada satu pun manusia yang sanggup hidup konseling secara horizontal.
sendiri. Manusia, dimanapun berada tidak dapat dipisahkan dari lingkungan Desain pengembangannya bisa eksperimen dan noneksperimen. Bila
masyarakatnya. digunakan desain eksperimen, peneliti harus melakukan treatment (pemberian
perlakuan), misalnya treatmentnya berupa penerapan teori konseling cognitive
Pengembangan psikologi konseling secara ilmiah mencakup behavioral therapy atau teori lain seperti gestalt, trait and factor untuk
aktivitas yang dilakukan secara sistematis tanpa prasangka dan menyusun membantu klien yang menderita kecemasan dengan mengendalikan variabel-
deskripsi yang cermat dan obyektif, sehingga orang mampu memberikan variabel lain yang diduga mempengaruhi hasil treatment tersebut.
jawaban yang terpercaya dan tepat terhadap tantangan masalah-masalah teoritis Bila digunakan desain noneksperimen, peneliti tidak
dan praktis. memberikan treatmentatau pemberian perlakuan, tetapi ia cukup mengumpulkan
data-data secara teliti dari beberapa klien dengan menggunakan metode-metode
Dilihat dari waktu pelaksanaannya, metode pengembangan
tertentu dan hasilnya dianalisis serta diinterpretasi secara obyektif. Metode yang
psikologi konseling dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu
dapat digunakan antara lain metode instropeksi, ekstrospeksi, kuesioner,
metode longitudinal dan metodecross-sectional.
interviu, dokumentasi, sosiometri, biografi, kelompok, dan testing.
1. Metode Longitudinal
Metode longitudinal merupakan metode pengembangan yang 6. TEORI PSIKOLOGI DALAM KONSELING
dilakukan dalam kurun waktu relatif lama untuk mencapai suatu hasil yang Berikut teori-teori psikologi dalam konseling yaitu teori
diharapkan. Aktivitas pengembangan dilakukan hari demi hari, bulan demi Psikoanalisis, teori Behavioristik, dan teori Humanistik.
bulan, dan tahun demi tahun. Karena itu bisa dilihat dari aspek perjalanan 1. Teori Psikoanalisis
pengembangan, metode ini digunakan untuk mengembangkan psikologi Psikologi Freudian atau lebih dikenal dengan Psikoanalisis
konseling secara vertikal (kedalaman). diperkenalkan oleh Sigismund (Sigmund) Schlomo Freud (1856-1939). Freud
Contoh: konselor hendak mengembangkan penerapan teori-teori merupakan tokoh paling berpengaruh terhadap perkembangan psikologi ilmiah.
konseling tertentu seperti teori gestalt, cognitive behavioral therapy, Istilah psikoanalisis mempunyai tiga arti penting yaitu (a) teori
interaksional, atau transaksional untuk membantu klien yang menderita depresi. tentang kepribadian dan psikopatologi, (b) metode terapi untuk gangguan
Untuk dapat mengembangkan penerapan teori tersebut, konselor harus kepribadian, dan (c) teknik untuk menginvestigasi pemikiran dan perasaan
melakukan rangkaian kegiatan konseling kepada seorang klien yang individu yang tidak disadari (Ziegler & Hjelle, 1994:86).
membutuhkan waktu cukup lama.
2. Metode Cross-sectional 1. Pandangan tentang manusia
Berbeda dengan metode longitudinal, metode cross- Freud memandang manusia secara deterministik. Hal ini mengartikan
sectional merupakan metode pengembangan yang tidak membutuhkan waktu bahwa manusia sangat ditentukan (disetir) oleh tekanan-tekanan irasional,
terlalu lama, dengan kata lain hanya menggunakan waktu yang relatif singkat
motivasi yang tidak disadari, dorongan biologis, dorongan naluri serta kejadian Individu bertindak atau menanggapi suatu sirkumtansi yang diprakirakan atau
psikoseksual pada usia enam tahun pertama dalam kehidupan (Corey, 1986:12). dianggap seakan-akan sama dengan yang pernah dialaminya, atau seseorang
Dalam teori Freud, jiwa manusia diibaratkan seperti gunung es (iceberg) menyamakan dirinya dengan orang lain, kelompok lain atau nilai-nilai tertentu.
yang mengambang di lautan luas. Hal ini tampak (yang mengambang) Identifikasi ini sering muncul pada orang-orang yang memiliki kelemahan dalam
merupakan kesadaran manusia, sedangkan yang terbenam di bawah laut adalah konsep diri atau mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan kelompok
ketidaksadaran manusia. Perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap tertentu atau disebabkan oleh kesulitan mereka dalam menerima diri sendiri
manusia hanya mengerti sedikit tentang kesadarannya, sedangkan hal yang tidak (George & Cristiani, 1990:43).
disadarinya jauh lebih besar. Sebagai contoh, seseorang tidak bisa menerima dirinya bahwa dia tidak dapat
bermain bola dengan baik, maka dia akan mengatakan bahwa dia adalah anggota
Teori freud menunjukkan suatu system kepribadian manusia yang terdiri dari suatu klub sepak bola terkenal. Pernyataan tersebut sebenarnya adalah untuk
dari id, ego, dan super ego. Kinerja system ini tidak dapat dipisah-pisahkan menyatakan statusnya.
antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka selaras dalam diri manusia yang
disebut proses.  Introjeksi
Seorang individu menempatkan keinginan-keinginannya terhadap obyek atau
2. Manusia Sehat / Tidak Sehat
individu, seakan-akan benda atau individu tersebut adalah miliknya tanpa
1. Manusia sehat memperhatikan apakah benda atau individu tersebut ada atau tidak.
Freud menyatakan bahwa pribadi orang sehat adalah mereka yang dapat
mengadakan integrasi antara id dan ego. Dalam hal ini fungsi ego dapat
berjalan sebagaimana mestinya dan tidak dikuasai oleh id.  Kompensasi
2. Manusia tidak sehat Seorang individu melakukan suatu tindakan tertentu (biasanya negative) karena
Orang yang tidak sehat adalah mereka yang mempunyai mekanisme pertahanan apa yang dia inginkan tidak bisa didapatkannya. Sebagai contoh, seorang anak
diri (defence mechanism). Perlu diketahui bahwa mekanisme pertahanan diri yang tidak pernah mendapatkan perhatian positif dari gurunya, maka dia akan
yang dimiliki oleh manusia merupakan sesuatu yang tidak disadari dan mengembangkan suatu perilaku yang negative.
merupakan rasa bersalah atau penghukuman diri (Arlow & Brenner dalam  Penyangkalan
Hansen, 2000). Adapun jenis pertahanan diri antara lain adalah sebagai berikut: Perlawanan terhadap kecemasan dengan cara ‘menutup mata” terhadap kejadian
 Formasi reaksi yang ada. Misalnya, seorang individu takut terhadap kematian orang tuanya,
Merupakan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar. Jika maka dia menyangkal bahwa orang tuanya telah mati. Penyangkalan ini muncul
perasaan yang ada dapat menimbulkan suatu ancaman, maka individu akan karena individu tidak bisa menerima kenyataan yang ada.
menampakkan perilaku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan yang bisa Hjelle dan Ziegler (1994:107) menyatakan bahwa salah satu ungkapan yang
menimbulkan ancaman tersebut. dinyatakan oleh orang-orang ini adalah ‘ini tidak dapat terjadi pada diri saya”.
 Identifikasi Mekanisme pertahanan diri ini dapat ditemui pada anak-anak dan orang dewasa
yang tidak matang.
 Proyeksi difokuskan pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa
Mengalihkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lalu direkonstruksi kembali, dianalisis dan ditafsirkan.
lain atau lingkungan (Hjelle & Ziegler, 1994:104), dengan demikian, seorang Dengan demikian klien diajak untuk bisa menyadari apa yang telah
individu dapat menjelekkan atau mengutuk orang lain karena dia yang dilakukan dulu dan merasakannya, dengan kata lain, perasaan dan ingatan yang
melakukan tindak kejahatan tertentu. berkaitan dengan pemahaman diri menajdi hal yang lebih penting.
Sebagai contoh, siswa SMA gagal dalam ujian akhir. Maka dia akan mengatakan
bahwa soal-soal ujian yang diberikan sudah bocor atau panitia ujian tidak fair.
4. Teknik Konseling
 Rasionalisasi
Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi psikoanalisis adalah sebagai
Individu membuat alasan-alasan yang menurutnya dapat “diterima” oleh akal
berikut:
sehat. Dia membuat suatu pemalsuan diri, sehingga kenyataan sebenarnya yang
1. Penafsiran
pahit tidak terlalu menyakitkan egonya.
Penafsiran merupakan suatu prosedur dasar yang dipergunakan untuk
Sebagai contoh, siswa yang gagal masuk ujian menjadi akuntan, maka
mengadakan analisis terhadap teknik asosiasi bebas, mimpi-mimpi, hambatan-
selanjutnya dia akan menyatakan dirinya bahwa dia tidak akan menjadi akuntan.
hambatan dan tranferensi. Dalam penafsiran ini, terapis mencoba untuk
 Represi menerangkan tentang suatu kejadian atau tingkah laku yang diwujudkan ke
Suatu tindakan pencegahan terhadap pemikiran atau perasaan yang tidak dalam mimpi, hambatan-hambatan dan yang ditujukan kepada terapis itu sendiri
menyenangkan. Perasaan atau pemikiran yang tidak menyenangkan ini ditekan (transferensi).
(repressed) ke dalam alam bawah sadar. Freud (dalam Hjelle dan Ziegler, 2. Analisis mimpi
1994:104) sering menyebutnya dengan “motivated forgetting”. Teknik ini dilaksanakan dengan cara membuat klien tidur dan bermimpi. Teknik
 Regresi ini merupakan suatu prosedur yang penting untuk menyingkap hal-hal yang
Merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri dimana seseorang yang berada di alam bawah sadar klien. Selama proses tidur, pertahanan diri klien
mengalami kecemasan atau ketakutan (id terancam) akan memunculkan biasanya mulai lemah dan perasaan-perasaan yang telah lama ditekan akan dapat
perilaku-perilaku yang lazim dilakukan anak kecil seperti menangis, merusak muncul dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan Freud meyakini bahwa mimpi
barang, berbicara seperti anak kecil, memberontak, melawan kekuasaan, ngebut merupakan refleksi konflik dari tekanan-tekanan dalam kepribadian manusia
dan mengendarai kendaraan secara serampangan (Hjelle & Ziegler Hjelle & (Corey, dalam Koswara, 1988; Cottone, 1992).
Ziegler, 1994:106). 3. Asosiasi bebas
3. Tujuan Konseling Teknik asosiasi bebas dilakukan karena ada alasan bahwa seringkali terjadi
Tujuan konseling terapi psikoanalisis adalah mengembalikan fungsi ego kegagalan pada saat terapis berusaha untuk menghipnotis klien. Teknik ini
agar dapat lebih kuat (Cottone, 1992:104) atau membuat hal-hal yang tidak merupakan teknik utama dalam pendekatan psikoanalisis. Dalam proses ini,
disadari oleh klien menjadi hal yang disadari sepenuhnya. Proses terapeutik pertama kali yang dilakukan oleh terapis adalah meminta klien untuk rileks atau
duduk di kursi. Klien diminta untuk mengkosongkan pikirannya dari kegiatan Skinner & Ziegler (1994:297) menyatakan penolakannya terhadap otonomi yang
sehari-hari. Kemudian klien diminta untuk mengungkapkan apa saja yang lewat dimiliki oleh manusia, yang menyatakan bahwa perilaku manusia pada dasarnya
di benaknya pada saat itu juga. Apapun yang direspons dalam pikirannya itu sangat bergantung pada factor-faktor internal seperti ketaksadaran, sifat dan
harus dikatakan, walaupun apa yang dikatakannya itu menyakitkan tidak logis, lain-lain (seperti pada teori psikoanalisis). Skinner meyakini bahwa perilaku
remeh dan lain sebagainya (Hjelle & Ziegler, 1994). yang dimiliki manusia adalah sebagai hasil dari pengkondisian lingkungan di
Melalui asosiasi bebas, klien dapat memanggil pengalaman-pengalaman masa mana manusia berada.
lalu dan bisa melepaskan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik. 2. Manusia Sehat / Menyimpang
Dengan demikian, asosiasi bebas dapat menjadi katarsis bagi klien, walau Dalam aliran behavioristik tidak ada batasan yang jelas mengenai pribadi yang
katarsis ini bersifat sementara, tetapi jika klien merasa “nyaman” maka secara sehat atau tidak sehat. Hal ini disebabkan para tokoh aliran ini mengakui bahwa
tidak langsung akan mempermudah jalannya terapi. perilaku maladaptive adalah seperti perilaku adaptif, yaitu dipelajari (Chamblers
& Goldstein, dalam Gilliland, 1989:157).
2. Teori Behavioristik
Maladjustment yaitu perilaku yang menyimpang dari norma sosial,
Aliran ini pada awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1878- keberadaannya dapat dipengaruhi oleh waktu, budaya, kelas sosial dan situasi
1958). Pada dasarnya, aliran ini mencoba untuk mengilmiahkan semua perilaku tertentu. Pernyataan ini menunjukkan bahwa suatu perilaku
manusia yang pada akhirnya memunculkan paradigm bahwa semua perilaku yangmaladjustment di suatu daerah bisa jadi sebagai hal yang dapat diterima di
manusia hanya dapat diamati, sehingga dapat dilakukan penilaian secara daerah lain. Hal yang dapat membedakannya adalah kemampuan orang untuk
obyektif. dapat melakukan penyesuaian diri dan mendapatkan pengakuan dari lingkungan
Tokoh aliran behavioristik sangat banyak, diantaranya adalah Edward dimana dia berada (Ullman & Krasner, dalam Gilliland, 1989:160). Jadi, jika
Thorndike, Clark Hull, John Dolard, Bandura, Kazdin, Pavlov, Neal Miller, dan seseorang tidak dapat melakukan penyesuaian diri, maka dia mengalami
BF Skinner. Hanya saja, sampai saat ini banyak karya Skinner yang masih permasalahan pribadi.
dipergunakan untuk membantu klien melalui proses terapi konseling.
3. Tujuan Konseling
1. Operant Conditioning
Tujuan konseling dalam terapi behavioristik adalah mengubah atau menghapus
Teori Operant Conditioning diperkenalkan oleh BF Skinner. Skinner perilaku dengan cara BELAJAR perilaku baru yang lebih dikehendaki.
dalam Cottone (1992:159) menyatakan bahwa kondisi-kondisi tertentu Hubungan antara konselor dengan klien lebih sebagai hubungan antara guru dan
seringkali mengontrol seseorang untuk berperilaku, hal ini terjadi baik di rumah, murid. Hal ini dikarenakan konselor lebih berperan aktif dalam usaha mengubah
di sekolah, di rumah sakit bahkan di penjara sekalipun. Seorang terapis akan perilaku klien. Konselor lebih banyak mengajarkan tingkah laku baru klien
mengubah perilaku klien sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan hokum belajar (law of learning).
dia akan menciptakan kondisi tersebut. Seorang terapis yakin dapat mengubah 4. Teknik Konseling
perilaku individu karena dia yakin dapat mengkontrol kondisi yang diinginkan.
Terapi perilaku sangat berbeda dengan pendekatan-pendekatan konseling yang
1. Pandangan tentang manusia
lain. Perbedaan mencolok ditandai pada (a) pemusatan perhatian pada bentuk
perilaku yang tampak dan spesifik, (b) kecermatan dan penguraian tujuan 2. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang
treatment, (c) perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan lain untuk mendahuluinya.
masalah dan (d) penafsiran yang obyektif terhadap hasil terapi. 3. Memiliki kesulitan untuk mengatakan ‘tidak”.
Beberapa teknik yang dipergunakan dalam pendekatan behavioristik adalah
4. Kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons-respons positif
sebagai berikut:
lainnya.
1. Self-management 5. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan
Istilah self-management mengacu pada harapan agar klien dapat lebih aktif pikirannya sendiri.
dalam proses terapi. Cormier & Cormier dalam Sutijono & Soedarmadji 4. Memberi Contoh (modeling)
(2005:55) menyatakan bahwa keaktifan ini ditunjukkan untuk mengatur atau Pemberian contoh merupakan teknik yang sering dilakukan oleh konselor.
memanipulasi lingkungan sesuai dengan perilaku apa yang akan dibentuk. Keuntungan memberikan contoh adalah klien tidak merasa ketakutan terhadap
2. Disensitisasi Sistematik obyek yang dihadapinya. Bandura dalam Corey (1986:188) menyatakan bahwa
Teknik ini diperkenalkan oleh Joseph Wolpe’s yang merupakan perpaduan semua pengalaman yang didapat dari hasil belajar dapat dilakukan dengan cara
beberapa teknik seperti memikirkan sesuatu, menenangkan diri (relaksasi) dan melakukan pengamatan secara langsung atau tidak langsung kepada obyek
membayangkan sesuatu. Dalam pelaksanaannya, konselor berusaha untuk berikut konseluensinya.
menanggulangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi oleh klien. Teknik ini Dengan pemberian contoh, klien akan belajar dari orang lain yang menjadi
dipergunakan apabila klien merasa takut dengan hal tertentu seperti takut obyek. Klien akan belajar dari sisi negative dan positif yang dimiliki oleh obyek.
menghadapi ujian, takut menghadapi operasi, takut naik pesawat terbang, dll. Jika obyek memperoleh banyak sisi negative terhadap suatu kejadian, maka
Selain itu Walker (1996) menyatakan bahwa strategi disensitisasi sistematis klien belajar untuk tidak mendekati sisi negative obyek yang dicontoh.
dapat diberikan kepada individu yang mengalami phobia seperti acrophobia,
2. Rational Emotive Therapy
agoraphobia, dan claustrophobia.
3. Latihan Asertif Pendekatan Rational Emotive Therapy (RET) dikembangkan oleh Albert
Ellis. Pada tahun 1955, Ellis mencoba untuk mengkombinasikan teori-teori
Latihan asertif (assertive training) merupakan teknik yang seringkali
humanistic, philosophi dan behavioral. Penggabungan ini pada akhirnya
dipergunakan oleh penganut aliran behavioristik. Teknik ini sangat efektif jika
memunculkan pendekatan atau teori Rational Emotive Therapy (RET). Pada
dipakai untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan rasa
tahun 1956, RET menjadi terapi yang pertama kali mempergunakan cara
percaya diri, pengungkapan diri atau ketegasan diri.
berpikir yang rasional. Alhasil, Ellis disebut sebagai bapak RET juga sebagai
Corey (1986:189) menyatakan bahwa latihan asertif akan sangat berguna bagi
kakek dari terapi kognitif-behavioral. George & Cristiani (1990:83) menyatakan
mereka yang mempunyai masalah tentang:
bahwa pendekatan RET ini menekankan pada proses berpikir klien yang
1. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau rasa tersinggung. dihubungkan dengan perilaku serta kesulitan psikologis dan emosional.
Pendekatan RET lebih diorientasikan pada kognisi, perilaku dan aksi yang
lebih mengutamakan berpikir, menilai, menentukan, menganalisis, sangat
direktif dan sangat perhatian terhadap pemikiran daripada perasaan. Pendekatan 8. Berpikir secara ilmiah;
ini mempunyai asumsi bahwa kognisi, emosi dan perilaku berinteraksi secara 9. Menerima diri tanpa syarat tertentu;
signifikan dan mempunyai hubungan sebab akibat yang resiprokal (Ellis, dalam
10. Mampu mengambil resiko;
Corey 1986:209).
11. Mempunyai hedonisme untuk jangka waktu yang lama;
Salah satu pandangan pendekatan ini adalah bahwa permasalahan yang
dimiliki seseorang bukan disebabkan oleh lingkungan dan perasaannya, tetapi 12. Tidak bersifat utopian;
lebih pada system keyakinan dan cara memandang lingkungan di sekitarnya. 13. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap frustasi;
Lebih khusus lagi, gangguan emosi yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi 14. Bertanggungjawab terhadap gangguan mental.
keyakinan, bagaimana dia menilai dan bagaimana dia menginterpretasikan apa
Selain hal yang telah disebutkan, orang sehat menurut RET adalah mereka yang
yang terjadi padanya. Jika emosi seseorang terganggu, maka akan terganggu
mempunyai daya kreativitas, memelihara diri, peka terhadap indra,
pula pola piker yang dimilikinya, dengan demikian akan timbul pola piker yang
memperhatikan orang lain, dan mampu belajar dari kesalahan yang telah
irasional.
diperbuat.
(1). Pandangan tentang Manusia
Pribadi tidak sehat
Pandangan RET menyatakan bahwa manusia didominasi oleh prinsip-prinsip
Ellis dalam Corey (1986:209) menunjukkan bahwa kesalahan berperilaku yang
yang menyatakan bahwa emosi dan pemikiran (thinking and feeling) berinteraksi
dimunculkan oleh seseorang lebih disebabkan karena pandangan yang salah dari
di dalam jiwa. Manusia normal akan berpikir, merasa dan bertindak secara
seseorang terhadap sesuatu. Selanjutnya Ellis (dalam George & Cristiani,
simultan.
1990:83) menyatakan bahwa pribadi yang menyimpang mengacu pada sebelas
2. Pribadi Sehat / Tidak Sehat ide yang tidak rasional (eleven irrational idea/thinking), yaitu:

Pribadi Sehat
Menurut pendekatan RET, pribadi sehat mempunyai cirri memiliki kemampuan
untuk mengaktualisasikan diri. Ciri-ciri orang yang teraktualisasikan dirinya 1. Tuntutan untuk selalu dicintai dan didukung orang-orang terdekat
adalah sebagai berikut: (significant others). Hal ini merupakan pemikiran irasional, karena hal itu tidak
mungkin dicapai. Jika seseorang melakukan hal itu, maka dia akan merasa tidak
1. Mempunyai minat diri terhadap sesuatu; aman dan akan merasa kalah.
2. Mempunyai minat social; 2. Tuntutan kompetensi dan kemampuan secara sempurna di semua
3. Mempunyai arah diri; bidang. Hal ini malah tidak mungkin. Jika klien melakukan hal tersebut, maka
4. Toleransi terhadap orang lain yang berbeda perilaku; sering muncul rasa rendah diri, merasa selalu gagal sehingga individu tidak bisa
menikmati aktivitasnya.
5. Fleksibel terhadap perubahan dan tidak bersifat kaku;
3. Tuntutan untuk meenghukum dan menyalahkan orang lain. Hal ini
6. Mampu menerima ketidakpastian;
sangat irasional, karena seringkali klien tidak memiliki standard untuk
7. Komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya;
menentukan baik dan buruk sesuatu hal. Adalah sangat wajar jika orang lain 10. Terlalu hanyut / peduli pada permasalahan orang lain. Hal ini dikatakan
melakukan kesalahan atas perilaku yang dibuatnya. Ketidakmampuan untuk sebagai sesuatu yang irrasional karena tidak semua permasalahan orang lain
dapat menerima kesalahan orang lain, akan menyebabkan klien mengalami berhubungan dengan kita, sehingga kita tidak perlu memikirkan permasalahan
masalah pribadi. orang lain secara serius.
4. Tidak senang atas kejadian yang tidak diharapkan. Klien tidak 11. Tuntutan jawaban yang selalu benar dan persis atas suatu masalah. Hal
menyadari bahwa keadaan lingkungan di sekitar klien selalu tidak seperti yang ini dikatakan sebagai irasional karena tidak semua jawaban yang diberikan oleh
diharapkan. Perubahan-perubahan seringkali terjadi di sekitar kita, klien akan individu lain atau lingkungan selalu betul. Pencarian jawaban yang sempurna
mengalami “sakit” jika dia tidak belajar untuk menerima perubahan-perubahan akan memunculkan kecemasan sebab individu selalu merasa tidak puas sehingga
yang terjadi di sekitarnya. selalu mencari jawaban-jawaban yang telah hilang.
5. Tuntutan penyebab eksternal. Pada saat ini individu merasa bahwa 2. Tujuan Konseling
kejadian-kejadian di luar dirinya dapat menyakitkan atau membahayakan Tujuan konseling dalam terapi Rasional Emotif adalah sebagai berikut:
dirinya. Hal ini tidak akan terjadi jika individu tidak bereaksi secara berlebihan 1. Mendemonstrasikan kepada klien bahwa verbalisasi diri (self
terhadap kejadian-kejadian yang timbul di sekitarnya. verbalitization) merupakan sumber gangguan emosi.
6. Perhatian pada hal-hal yang berbahaya. Hal ini menunjukkan bahwa 2. Menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri adalah tidak logis
individu jika ada sesuatu yang membahayakannya (walau remeh), individu akan dan tidak rasional.
memikirkan permasalahan itu secara terus menerus bahkan pola pikirnya justru
3. Mengeluarkan pemikiran sehingga verbalisasi diri dapat lebih logis dan
menambah masalah tersebut menjadi semakin rumit.
efisien, dan tidak berhubungan dengan emosi negative dan perilaku kekalahan
7. Lari dari kesulitan dan tanggung jawab. Hal ini disebut sebagai diri.
irasional, karena individu cenderung untuk lari dari masalah daripada berusaha
Dalam melaksanakan terapi RET, Ellis dalam Cottone, (1992:114) berpendapat
untuk memecahkan masalah tersebut.
bahwa terapi dapat dilihat sebagaimana mana dunia pendidikan, sehingga fungsi
8. Keharusan untuk bergantung. Manusia hidup pasti bergantung pada terapis dapat diibaratkan seperti guru (teacher) dan klien sebagai orang yang
lingkungannya atau orang lain, tetapi bukan berarti menjadi alas an bagi belajar (learner). Dengan kata lain bahwa pendekatan ini lebih menekankan
individu untuk terus bergantung pada orang lain. Ketergantungan akan perilaku konselor untuk mendemonstrasikan ide-ide yang irasional yang menjadi
memunculkan individu cenderung tidak mandiri dan tidak dapat dasar perilaku klien, sehingga nantinya akan menghilangkan stress atau tekanan
mengekspresikan diri. pada diri klien.
9. Kejadian saat ini ditentukan oleh perilaku masa lalu dan tidak bisa 2. Teknik Konseling
diubah. Walaupun masa lalu bisa mempengaruhi saat ini, tetapi bukan berarti Dalam pendekatan RET, sebagaimana dalam pendekatan Humanistik perlu
akan berdampak pada perilaku saat ini. Orang yang hanya terpaku pada dibangun adanya hubungan baik (rapport) dan hubungan kolaboratif. Lebih
permasalahan masa lalu akan menimbulkan pribadi-pribadi yang tidak bisa lanjut dinyatakan pula bahwa dalam penciptaan rapport maka perlu adanya
berkembang / stagnasi. kondisi penerimaan tanpa syarat, empati dan keaslian diri terapis. Walen,
DiGuiseppe dan Wessler (dalam Corey, 1986:219) menyatakan 3. Teori Humanistik
bahwa rapportyang baik akan memaksimalkan perolehan hasil dalam konseling. Pandangan psikologi yang ketiga dan sangat bertolak belakang
Sesuai dengan usaha konselor untuk mengubah diri klien secara langsung, maka dengan dua pendekatan terdahulu adalah aliran humanistik. Aliran humanistik
terapis mempergunakan beberapa teknik konseling sebagai berikut: seringkali disebut sebagai “kekuatan ketiga (third force) dalam bidang psikologi.
Hal ini dikarenakan aliran ini berusaha untuk menolak anggapan-anggapan yang
1. Terapi kognitif
dilontarkan oleh aliran psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia itu hasil
Dalam teknik ini yang utama adalah mempersoalkan keyakinan irasional (Bir) ciptaan dari instink dan konflik intrapsikis dan aliran behavioristik yang
yang dimiliki klien. Hanya saja, dalam pelaksanaannya dipergunakan prosedur menyatakan bahwa manusia itu sebagai korban dari lingkungan.
verbal. Setelah itu, terapis berusaha untuk mengajari klien agar dapat
berhubungan dengan pernyataan diri (self-statement).
Berbeda dengan dua aliran terdahulu, aliran humanistik meyakini
bahwa manusia mempunyai sifat dasar yang baik. Pernyataan tersebut
2. Humor mengandung makna bahwa manusia itu mempunyai kemampuan untuk terus
Penggunaan humor dalam konseling telah diaplikasikan dalam berbagai setting berkembang, mengarahkan diri, kreatif dan dapat memenuhi kebutuhannya
seperti di sekolah dasar, pada konseling karier, treatment kelompok pasien yang sendiri. Jelasnya, menurut aliran ini, manusia mempunyai kemampuan untuk
mengidap depresi, terapi keluarga, dan terapi analitik (Goldin dan Bordan, 1999; menentukan arah hidupnya sendiri dengan penuh kesadaran dan kebebasan.
Roller & Lancaster, dalam Golding dan Bordan, 1999). Aliran humanistik dperkenalkan oleh Abraham Harold Maslow dan banyak
Lebih lanjut, humor dapat dipergunakan untuk menciptakan rapport dan sebagai diikuti oleh ahli lain seperti Carl Rogers, Fromm, Gordon Alport dan Kelly.
teknik untuk membuka diri klien, dimana konselor dapat menunjukkan adanya 1. Abraham Harold Maslow (1890-1970)
ketidaksempurnaan atau kelemahan yang sebaiknya bisa diterima oleh setiap 1. Pandangan tentang Manusia
manusia. Dengan kata lain, dinyatakan bahwa tertawa adalah suatu cara
Pendekatan humanistik yang diperkenalkan Maslow mempunyai tujuan untuk
“menunjuk hidung sendiri” terhadap ketidakmampuan dan ketidak mengertian
mempelajari berapa banyak potensi yang kita miliki untuk perkembangan dan
terhadap perilaku yang ada saat ini.
pengungkapan diri manusia secara penuh (Schultz, 1991:88). Sesuai dengan hal
3. Teknik emotif tersebut, Maslow selalu berhubungan dengan orang yang sehat. Dia tidak mau
memandang manusia di sekelilingnya sebagai orang yang tidak sehat (neurotis)
Teknik ini dipergunakan untuk membantu klien dalam mengidentifikasi emosi
sebagaimana yang diungkapkan oleh Freudian.
dan keyakinan, serta menemukan kesulitan melakukan verbalisasi. Pada saat
Maslow mempunyai anggapan bahwa mereka yang sehat selalu menuntut
tertentu, ada klien yang mampu mengenal perasaan dan kognitifnya, tetapi dia
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Sejalan dengan hal itu,
tidak dapat mempergunakannya dalam kejadian-kejadian tertentu. Dalam hal ini
Maslow mengembangkan suatu identifikasi kebutuhan dasar manusia. Adapun
teknik yang bisa dipergunakan, yaitu: bermain peran (role playing), bahasa
hirarki kebutuhan dasar manusia itu adalah sebagai berikut:
emosional yang diubah (emotionally changed language), teknik perilaku.
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs) umum, orang-orang ini mempunyai frustasi, rasa tidak puas dan ketegangan
3. Kebutuhan sosial (social needs) yang tinggi. Lebih lanjut, Maslow memberikan istilah penyimpangan-
penyimpangan ini dengan istilah metapathologi (Hjelle & Ziegler, 1994:459)
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) Metapatology ini akan muncul jika seseorang tidak terpuaskan salah satu
2. Pribadi Sehat / Tidak Sehat kebutuhan dasarnya. Dengan kata lain Maslow mengatakan bahwa salah satu
indikasi yang menyebabkan timbulnya metapatologi adalah tidak terpenuhinya
Pribadi sehat
gaya hidup seseorang (dalam Ziegler & Hjelle, 1994:459).
Pribadi yang sehat adalah mereka yang dapat mengaktualisasikan diri secara
penuh. Adapun beberapa ciri orang yang teraktulisasikan dirinya adalah sebagai 2. Person Centered Therapy
berikut:
Pendekatan Person Centered Therapy merupakan bagian dari aliran
1. Mengamati realitas secara efisien; psikologi humanistic yang dikembangkan oleh Carl Rogers pada wal tahun
1940-an. Sebagai bagian dari psikologi humanisktik, maka pendekatan ini
2. Penerimaan umum atas kodrat, orang lain dan diri sendiri;
muncul karena adanya reaksi dan orientasi reduksionistik dalam teori
3. Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran;
Psikoanalisa dan Behavioristik (DeCarvalho dalam Hansen, 2000). Lebih lanjut,
4. Focus pada masalah-masalah di luar diri mereka; perkembangan pendekatan humanistic yang berakar di Amerika menekankan
5. Kebutuhan akan privasi dan independensi; pada kebebasan, subyektivitas, berkembang searah dengan kaum eksistensialis
6. Berfungsi secara otonom; dan digabungkan dengan pola piker optimistik rakyat Amerika.
1. Pandangan tentang Manusia
7. Apresiasi yang senantiasa segar;
Dalam teori Rogers, dia memaparkan suatu konsepsi dasar tentang hakikat
8. Pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”;
manusia yaitu:
9. Minat sosial;
1. Organisme, merupakan keseluruhan individu (the total individual);
10. Hubungan antar pribadi;
2. Medan phenomenal, merupakan keseluruhan pengalaman individu (the
11. Struktur watak demokratis; totally of experience); dan
12. Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk; 3. Self, merupakan bagian dari medan phenomenal yang
13. Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan; terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar dari
14. Kreativitas; “I” atau “Me”.

15. Resistensi terhadap inkultrasi. 2. Pribadi Sehat / Tidak Sehat

Pribadi tidak sehat Pribadi sehat


Pribadi yang tidak sehat menurut pandangan Maslow adalah mereka yang Rogers berpendapat bahwa pribadi yang sehat bukan merupakan keadaan dari
mempunyai motivasi defisit atau deficit motivation (D-deficiency). Secara ada, melainkan suatu proses, “suatu arah buka suatu tujuan” (Schultz, 1991:50).
Hal ini mempunyai makna bahwa pribadi yang sehat bukan merupakan sesuatu kesenjangan antara self-concept dengan apa yang ingin dicapai (ideal self-
yang ada sejak manusia dilahirkan, tetapi merupakan suatu proses pembentukan concept).
yang tidak pernah selesai. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak statis, tetapi
lebih pada usaha untuk terus menjadi sesuatu (becoming). Dalam proses konseling, klien diajak untuk dapat memahami dirinya sesuai
dengan kenyataan yang ada. Memang, sering terjadi klien yang datang ke ruang
Secara umum, rogers mendefinisikan pribadi yang sehat dengan tanda-tanda konseling dengan membawa keyakinan diri yang tidak dapat diubah dan
adanya keselarasan (congruence) antara apa yang dipikirkan dengan apa yang seringkali menyalahkan orang lain atau dengan membawa gangguan psikologis.
dilakukan, adanya konsep diri (self-concept) yang merupakan pemahaman Pada saat ini konselor berusaha untuk menggali permasalahan dan perasaan
terhadap potensi dan kelemahannya, serta adanya keselarasan antara diri (self) yang dimiliki oleh klien. Dengan penggalian ini, diharapkan klien akan dapat
dengan diri yang diaktualkan (actual-self). menyadari dan kemudian memiliki permasalahan yang ada dalam dirinya.

Beberapa cirri pribadi sehat menurut Rogers dalam Corey (1986; Schultz, Setelah klien sadar dan memiliki apa yang ada dalam dirinya, maka konselor
1991:51-54; Hjelle & Ziegler, 1994:507-509) antara lain sebagai berikut: kemudian mengadakan revisi konsep diri yang dimiliki oleh klien. Revisi ini
1. Terbuka dengan pengalaman baru (opennees to experience) didasarkan pada pengalaman perasaan yang dimiliki oleh klien selama proses
2. Percaya pada diri sendiri (trust in themselves) konseling berjalan. Lebih lanjut, Rogers menyatakan bahwa tujuan konseling
3. Mempergunakan sumber-sumber dalam diri untuk melakukan evaluasi adalah membantu klien agar menjadi manusia yang berfungsi seutuhnya (fully
(internal source of evaluation) functioning person).
4. Keinginan untuk terus tumbuh (willingness to continue growing) 3. Gestalt Therapy

Pribadi tidak sehat Terapi ini dikenalkan oleh Frederick (Fritz) Salomon Perls (1963-1970).
Menurut Rogers, pribadi tidak sehat adalah mereka yang mengalami Gestalt dalam bahasa Jerman mempunyai arti bentuk, wujud atau organisasi.
ketaksejajaran (incongruence) antara konsep diri (self-concept) dengan Kata itu mengandung pengertian kebulatan atau keparipurnaan (Schultz,
kenyataan yang ada. Rogers dalam Gilliand (1989) menyatakan bahwa jika 1991:171). Lebih lanjut, Simkin dalam (Gilliland, 1989:92) menyatakan bahwa
persepsi seseorang terhadap pengalaman itu terganggu atau ditolak, maka kata Gestalt mempunyai makna keseluruhan (whole) atau konfigurasi
keadaan maladjustment atau vulnerability akan muncul. (configuration). Dengan demikian Perls lebih mengutamakan adanya integrasi
bagian-bagian terkecil kepada suatu hal yang menyeluruh. Integrasi ini
3. Tujuan Konseling merupakan hal penting dan menjadi fungsi dasar bagi manusia.
Klien datang ke ruang konseling dalam keadaan yang incongruence. Keadaan ini Tujuan dasar konseling dalam terapi ini adalah untuk meraih kesadaran
terjadi akibat adanya kesenjangan antara cara pandang diri (self-concept) dengan (awareness) terhadap apa yang sedang dialami oleh klien dan kemudian klien
pengalaman yang sebenarnya terjadi (actual experience), atau adanya bertanggung jawab terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan dan dikerjakan.
Untuk itu, maka terapi ini lebih mengutamakan keadaan di sini, dan saat ini
(here and now).
Terapi Gestalt menolak pencarian alasan tentang sebab-sebab terjadinya 3. Memiliki kematangan
suatu perilaku, pemikiran atau perasaan yang terjadi, tetapi lebih mengutamakan Dalam terapi Gestalt, orang dikatakan sehat apabila mereka mempunyai
untuk meminta individu untuk mencoba suatu aktivitas baru yang telah didesain kematangan. Kematangan ini didasarkan pada kesadaran seseorang terhadap diri
untuk meningkatkan kesadaran. Dengan demikian, klien akan mengalami sendiri dan lingkungannya.
apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya dan apa yang diinterpretasikannya, 4. Memiliki keseimbangan diri
sehingga klien dalam keadaan aktif dan tidak menunggu terapis untuk
Orang yang sehat, salah satu cirinya adalah memiliki keseimbangan.
meningkatkan kesadarannya (Yontef, dalam Gilliland, 1989:98). Lebih lanjut,
Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara dirinya saat ini,
Perls dkk dalam Cottone (1992:140) menyatakan bahwa, terapi Gestalt tidak
dengan keseimbangan lingkungan di sekitarnya.
mengutamakan adanya penerimaan social seperti pada behavioristik atau
improvisasi hubungan interpersonal seperti dalam humanistic, tetapi lebih pada
bagaimana individu dapat memperoleh kesadaran dan berfungsi secara efektif. Manusia tidak sehat
1. Pandangan tentang Manusia Passons dalam George dan Cristiani (1990:69) menyatakan secara umum
Bagaimana pendekatan Person Centered, Gestalt memandang pertumbuhan dan permasalahan manusia dikelompokkan menjadi enam area yaitu kesenjangan
perkembangan manusia sebagai suatu fenomena yang unik, dimana Perls akan kesadaran, kesenjangan akan tanggung jawab, kehilangan kontak dengan
mengembangkan terapi Gestalt ini dengan mempergunakan prinsip-prinsip lingkungan, ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas “Gestalt”, tidak
humanistik. memiliki kebutuhan, dan melakukan dikotomi pribadi.
2. Manusia Sehat / Tidak Sehat
Dalam terapi Gestalt diberikan beberapa ciri kepribadian yang menyimpang.
Manusia sehat
Adapun ciri-ciri kepribadian seseorang yang menyimpang adalah sebagai
Dalam terapi Gestalt diberikan beberapa cirri kepribadian yang sehat. Adapun
berikut:
ciri kepribadian seseorang yang sehat adalah seperti diuraikan berikut ini:
1. Introjections
1. Mampu mengatur diri sendiri Mempunyai arti penggabungan image sebuah obyek atau individu ke
Pendekatan Gestalt percaya bahwa seseorang ditakdirkan untuk mampu dalam psyche; penyimpanan perasaan dalam image suatu obyek atau seseorang
mengatur dirinya sendiri dalam menghadapi situasi-situasi atau permasalahan- ketimbang dalam obyek atau orang yang sesungguhnya; menempatkan
permasalahan yang belum selesai. Orang yang sehat mampu mengatur diri keinginan terhadap obyek atau individu ke dalam psyche; dan bertindak seakan-
mereka sendiri, tanpa adanya campur tangan dari pihak luar. akan benda atau individu tersebut adalah miliknya tanpa memperhatikan apakah
2. Bertanggung jawab benda atau orang tersebut ada atau tidak ada. Hal ini mengakibatkan orang yang
melakukan introjeksi tidak bisa membedakan antara “saya” dan “bukan saya”
Sesuai dengan uraian di atas, seseorang dikatakan sehat apabila mereka dapat
(Gilliland dkk, 1989:95).
mempertanggungjawabkan serta mengambil resiko yang akan terjadi sebagai
2. Projection
hasil dari perbuatannya. Tanggungjawab ini muncul akibat adanya kesadaran
diri di dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Proyeksi ini mempunyai arti suatu mekanisme pertahanan diri dimana seseorang Dalam terapi Gestalt terdapat beberapa hal yang perlu kita perhatikan terlebih
mengatribusikan motif-motif dalam dirinya kepada orang lain (Harper, 1981). dulu. Menurut terapi Gestalt seseorang dapat berhubungan dengan
Biasanya seseorang melakukan proyeksi ini dengan cara menuduh orang lain permasalahannya secara efektif jika mereka mempergunakan kesadarannya
melakukan atau menjadi apa yang sebenarnya diinginkannya. terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian, klien diasumsikan
Orang yang takut mengatakan bahwa orang lain agresif, orang yang berpegang mempunyai kapasitas untuk mendukung dirinya sendiri serta mampu mengambil
teguh pada norma moral mengutuk pelanggaran susila anak-anak muda, tanggung jawab setelah menyelesaikan terapi. Untuk hal tersebut, Gestalt dalam
orangtua menyerang anak-anak muda yang berambut gondrong, dan menuduh Corey (1986:122-126) mempergunakan beberapa istilah sebagaimana tersebut di
mereka sebagai orang yang homoseksual (Schultz, 1991). Orang yang bawah ini.
melakukan proyeksi akut disebut sebagai paranoia (Gilliland, 1989). Keadaan saat ini (the “Now”)
Dalam terapi Gestalt, kondisi waktu yang diutamakan adalah kondisi saat ini
3. Retroflection (now). Dalam hal ini terapi Gestalt mempunyai pandangan bahwa apa yang telah
Berisi tentang diri seseorang yang mempunyai keinginan untuk menjadi sesuatu, terjadi adalah masa lalu dan apa yang akan terjadi itu belum tentu datang.
tetapi dialihkan pada orang lain. Sebagai contoh, saat kita mengalami kesakitan, Keadaan yang paling signifikan dengan masalah klien adalah saat ini.
kita seringkali mengarahkan agresi yang kita takuti itu kepada orang lain. Agresi
yang dilakukan untuk “menghilangkan” rasa sakit itu dilakukan oleh seseorang Urusan yang belum selesai (unfinished bussines)
dengan tidak sadar, dengan demikian perilaku itu jauh dari kesadaran. Konsep lain dari terapi Gestalt adalah adanya urusan yang belum selesai
4. Confluence (unfinished bussines). Keadaan ini mencakup beberapa perasaan yang tidak
diekspresikan oleh seseorang seperti marah, gusar, benci, sakit, cemas,
Suatu tingkatan kepribadian seseorang yang tidak dapat mempratekkan
menyesal, bersalah dan lainnya (Corey, 1986). Selain itu, adanya urusan yang
lingkaran antara dirinya dengan lingkungan (mencakup orang lain); atau suatu
belum selesai ini akan muncul jika seseorang mencegah atau mengacaukan
keadaan dimana seseorang tidak dapat mentolerir perbedaan dengan orang lain.
keadaan yang menyeluruh tersebut. Situasi tersebut harus segera diselesaikan
3. Tujuan Konseling
agar tercipta keadaan paripurna atau bulat (Schultz, 1991).
Terapi Gestalt berusaha untuk membantu seseorang agar dapat menerima dan
memiliki kembali (reowning) suasana saat ini. Gestalt membantu individu agar Penghindaran (avoidance)
dapat berada dalam kondisi saat ini dan di sini (here and now). Mereka bisa Penghindaran ini sangat erat kaitannya dengan urusan yang belum selesai,
berpijak dalam suasana aman pada momen kehidupan sekarang. dimana seseorang mencoba untuk menghindari urusan yang belum selesai.
Lebih lanjut, dikatakan oleh Perls bahwa sasaran terapi adalah menjadikan klien Dengan kata lain bahwa seseorang akan berusaha untuk menghindarkan dirinya
tidak bergantung kepada orang lain, menjadikan klien menemukan sejak awal dalam menghadapi urusan yang belum selesai dan dari suatu pengalaman emosi
bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih banyak daripada yang dikiranya, yang tidak mengenakkan (Corey, 1986:123). Lebih lanjut, Perls berusaha untuk
dengan kata lain ajaran Perls adalah kosongkan pikiran Anda dan capailah menghindari dari suatu pengalaman emosi yang menyakitkan daripada membuat
kesadaran. suatu perubahan yang perlu.
Lapisan Neurosis Kontak dan hambatan dalam kontak (contact and resistence to contact)
Terapi Gestalt bertujuan untuk membuat seseorang itu menjadi matang. Hanya Dalam terapi Gestalt, kontak atau hubungan mempunyai peranan yang sangat
saja, ada beberapa hal (lapisan) yang dapat membuat seseorang itu terhambat penting. Jika seseorang mengadakan kontak dengan lingkungannya, maka akan
untuk mencapai kematangan. Perls dalam Corey (1986:124-125) menyebutkan terjadi perubahan yang diinginkan.
lapisan-lapisan neurosis itu adalah:
7. PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAMKONSELING
1. Kebohongan (the phony) Pelayanan konseling yang berkembang saat ini ternyata juga
Merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seseorang untuk bereaksi terhadap dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Ada pergeseran nilai-nilai
perilaku atau kejadian lain yang menimpa dirinya. Biasanya hal ini dilakukan yang dimiliki masyarakat yang memungkinkan penggunaan teknologi informasi
dengan cara yang tidak sebenarnya (bohong). Pada saat seseorang menyadari dalam pelayanan konseling. Individu saat ini seakan tidak memiliki waktu untuk
akaan kebohongan itu, maka pada saat itu pula mereka merasa tidak enak atau datang ke ruang konseling. Mereka telah disibukkan dengan permasalahan
merasa sakit. kerjanya, yang pada akhirnya mengesampingkan masalah-masalah pribadinya.
2. Ketakutan (the phobe) Pelaksanaan konseling saat ini telah mengalami perubahan-
perubahan yang sangat berarti. Perubahan yang terjadi saat ini sangat
Pada keadaan ini, seseorang merasa takut untuk menerima akibat dari apa yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologi
telah dilakukannya. Mereka menolak dan tidak dapat menerima dirinya pada
informasi. Perkembangan dunia komputer saat ini telah mencapai tahap yang
saat harus menghadapi kenyataan yang ada.
sangat canggih (sophisticated) dan dapat dinikmati oleh hamper seluruh lapisan
3. Jalan buntu (the impasse)
masyarakat. Bahkan dapat dikatakan bahwa saat ini kita hidup dalam masyarakat
Jalan buntu ini akan muncul pada saat seseorang tidak dapat menerima
teknologi yang mempengaruhi kehidupan kita baik di kantor atau di rumah
kenyataan yang ada. Pada saat ini seseorang merasa bahwa dirinya tidak dapat
(Hansen daalam Pelling, 2002:1).
bertahan terhadap kejadian yang menimpanya. Seseorang yang berada dalam
Dampak perkembangan teknologi informasi terhadap dunia
keadaan tertutup pikirannya, seringkali merasa bahwa dirinya bukanlah apa-apa.
konseling akan semakin tampak. Teknologi komputer dalam pelayanan
4. Implosive
konseling dapat dpergunakan untuk konseling karier (pelling, 2002:2).
Pada keadaan seperti ini, seseorang akan mengatakan pada dirinya sendiri. Teknologi dalam konseling karier berkaitan erat dengan data atau informasi
Mereka akan lebih banyak berbicara pada dirinya sendiri mengenal yang akurat dalam hubungannya membantu klien membuat keputusan
ketidakmampuannya atau perasaan bahwa dia ingin mati. pendidikan dan kariernya (Harris & Bowlsbey dalam Pelling, 2002;2). Data atau
5. Meledak-ledak (the explosive) informasi yang dikumpulkan dapat diperoleh melalui World Wide Web (www)
Pada saat ini seseorang akan menyalurkan seluruh tenaga yang telah dimana “www” didefinisikan sebagai suatu sistem global dari jaringan komputer
dipendamnya. Wujud dari eskplositas ini biasanya adalah marah, memukul, yang dirangkai (linked) secara bersama dalam bentuk hypertext yang
membenci, dan lain sebagainya yang bersifat destruktif. memungkinkan pengguna untuk beralih dari satu website kewebsite yang lain
dalam waktu singkat atau melalui email di internet (Guerra dalam Pelling,
2002:3).
Pengenalan siswa terhadap email pada akhirnya juga Indiana State University – ISU dalam Hines (2002:3)
berdampak pada proses konseling. Klien seringkali enggan dating ke ruang menyatakan beberapa manfaat penggunaan teknologi dalam konseling bagi
konseling, karena selama ini ruang konseling masih menjadi “momok” bagi konselor adalah sebagai berikut:
kebanyakan siswa. Untuk menjembatani ini, maka siswa atau klien dapat 1. Menjadikan konselor sebagai pribadi yang terlatih, efektif dan efisien
memanfaatkan teknologi internet untuk melakukan konseling. Klien dapat dalam mempergunakan computer dan internet.
mengirim email kepada konselor untuk menyatakan permasalahan yang 2. Menjadikan konselor sebagai guru yang efektif dan fasilitator bagi
dimilikinya. Selanjutnya konselor akan menjawab permasalahan klien tersebut guru, siswa dan orangtua yang memiliki kepedulian terhadap
sesuai dengan kaidah-kaidah konseling. pendidikan dan sumber-sumber informasi karier.
Lebih lanjut, Offer dan Sampson yang dikutip Sampson dkk
3. Menjadikan konselor familier terhadap trend penggunaan teknologi
(2005:3) menyatakan bahwa kegiatan konseling saat ini bergantung pada
dalam pendidikan.
informasi dan perubahan teknologi yang dikembangkan dalam website yang ada
4. Menjadikan konselor memiliki kemampuan untuk mempergunakan
di internet. Sehingga mereka menyatakan bahwa penggunaan website untuk
sumber-sumber teknologi lain yang dapat dipergunakan untuk
konseling memiliki lima fungsi yaitu:
melakukan proses konseling.
1. Menyalurkan klien ke layanan lain sebagaimana yang ditawarkan oleh
pusat layanan (off-line), 5. Menjadikan konselor mampu mengembangkan perencanaan
penggunaan teknologi dalam konseling dalam jangka waktu tertentu.
2. Mengalihkan klien untuk mengubah sumber daya yang ada dikarenakan
terbatasnya sumber layanan, 6. Menjadikan konselor mampu untuk mendesain, menciptakan, dan
mengevaluasi efektivitas penggunaan internet dalam konseling.
3. Menyediakan klien adanya jasa on-line, seperti informasi dan penilaian,
yang sesuai dengan kebutuhan spesifik klien, 7. Dapat melakukan evaluasi program konseling secara obyektif.

4. Menyediakan klien suatu forum untuk mendiskusikan konseling dan 8. Dapat memahami legalitas dan implikasi etik.
karier dengan para pemakai lain atau dengan praktisi, dan 9. Dapat memanfaatkan teknologi secara efektif.
5. Menyediakan klien suatu pembelajaran jarak jauh yang dikombinasikan 10. Dapat mempergunakan teknologi secara efektif dalam usaha
dengan jasa on-line atau sumber pembelajaran yang lain. pengelolaan dana dan sumber-sumber lain.
Pelaksanaan konseling pada akhir-akhir ini telah RANGKUMAN
mempergunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Penggunaan ini 1. Definisi konseling konvensional lebih bercirikan bahwa pelayanan
pada dasarnya menuntut konselor untuk dapat mengakses berbagai sumber yang konseling tidak menggunakan teknologi informatika, sedangkan
dapat dipergunakan untuk membantu mempertajam dan mengefektifkan siswa definisi konseling modern bercirikan suatu pelayanan konseling dengan
dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya (VanZandt dan Hayslip, menggunakan teknologi informatika.
dalam Clark & Stone, 2005:1).
2. Secara umum tujuan konseling adalah agar klien dapat mengubah konseling rasional emotif behavior, konseling realitas, konseling
perilakunya kea rah yang lebih maju, melalui terlaksananya tugas-tugas gestalt, konseling traumatik, konseling karir, konseling direktif,
perkembangan secara optimal, kemandirian, dan kebahagiaan hidup. konseling nondirektif, konseling ekletif, konseling kesehatan, konseling
3. Ciri-ciri konseling adalah konseling sebagai profesi bantuan, sebagai komunitas, terapi kognitif behavior, konfrensi kasus,home visit, dan
hubungan pribadi, sebagai bantuan intervensi, untuk masyarakat luas, lain-lain.
dan sebagai pelayanan psikopedagogis. 11. Konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang
4. Fungsi konseling meliputi: fungsi pemahaman, pencegahan, pelayanan konseling dan sebagai tenaga professional. Dalam
pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan, dan advokasi. kinerjanya, konselor dibekali dengan produk hokum yaitu
Permendiknas nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
5. Prinsip-prinsip konseling meliputi: prinsip yang berkenaan dengan Akademik dan Kompetensi Konselor.
sasaran pelayanan, permasalahan klien, program pelayanan, dan tujuan 12. Klien adalah individu yang memperoleh pelayanan konseling (peserta
pelaksanaan pelayanan. didik di sekolah, atau anggota masyarakat di luar sekolah).
6. Asas-asas konseling, meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, 13. Psikologi konseling adalah sintesis dari berbagai kecenderungan yang
keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, berkaitan dalam gerakan bimbingan, kesehatan mental, psikometri,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tutwuri kasus-kasus social, dan psikoterapi.
handayani. 14. Tujuan psikologi konseling, untuk mengembangkan penggunaan teori-
7. Teknik-teknik konseling, baik verbal (dengan kata-kata) maupun teori psikologi dalam layanan konseling kepada klien. Teori-teori
nonverbal (dengan sikap) dalam proses wawancara konseling, konselor psikologi tersebut diantaranya teori psikologi Freudian, teori psikologi
harus mampu menggali perasaan dan pikiran konseli. Behavioristik, dan teori psikologi Humanistik.
8. Terdapat lima teori konseling, yaitu konseling berpusat pada klien, 15. Manusia sehat menurut teori psikoanalisis (psikologi Freudian/Sigmund
konseling sifat dan faktor, konseling behavioristik, terapi emotif Freud) adalah mereka yang dapat mengadakan integrasi antara id dan
rasional, dan ekletik. ego. Sedangkan manusia tidak sehat adalah mereka yang mempunyai
9. Fase-fase untuk mengadakan wawancara konseling meliputi: hubungan mekanisme pertahanan diri.
awal, penjelasan masalah, penggalian masalah, penyelesaian masalah, 16. Manusia sehat dan tidak sehat menurut aliran Behavioristik (J.B
hubungan akhir, dan tindak lanjut. Watson/Skinner) tidak ada batasan yang jelas, hal ini disebabkan para
10. Beberapa pendekatan konseling yang lazim digunakan dalam tokoh aliran ini mengakui bahwa perilaku maladaptif (maladjustment)
membantu masalah anak adalah konseling pendidikan, konseling adalah seperti perilaku adaptif, yaitu dipelajari.
vokasional, konseling keluarga dan perkawinan, konseling agama, 17. Manusia sehat menurut Rational Emotif Therapy (Albert Ellis) adalah
konseling rehabilitas, konseling individual, konseling kelompok, mempunyai cirri memiliki kemampuan untuk mengaktulisasikan diri.
konseling psikoanalisis, konseling behavior, konseling humanistic, Sedangkan pribadi tidak sehat menunjukkan kesalahan perilaku yang
dimunculkan oleh seseorang lebih disebabkan karena pandangan yang
salah dari seseorang terhadap sesuatu.
18. Manusia sehat menurut teori Humanistik (Maslow), adalah mereka
yang dapat mengaktulisasikan diri secara penuh. Sedangkan pribadi
yang tidak sehat adalah mereka yang mempunyai motivasi deficit.
19. Pribadi sehat menurut Rogers (Humanistik/Person Centered Therapy),
bukan merupakan keadaan yang ada, melainkan suatu proses.
Sedangkan pribadi tidak sehat adalah mereka yang mengalami
ketaksejajaran antara konsep diri dengan kenyataan yang ada.
20. Pribadi sehat menurut Frederick (Humanistik/Gestlat Therapy), adalah
mereka yang memiliki cirri kepribadian: mampu mengatur diri sendiri,
memiliki kematangan, bertanggungjawab, memiliki keseimbangan diri.
Sedang manusia tidak sehat adanya kesenjangan akan kesadaran,
kesenjangan akan tanggungjawab, kehilangan kontak dengan
lingkungan, tidak mampu menyelesaikan tugas, tidak memiliki
kebutuhan, dan melakukan dikotomi pribadi.
21. Kegiatan konseling saat ini bergantung pada informasi dan perubahan
teknologi yang dikembangkan dalam website yang ada di internet,
banyak manfaat yang akan didapat bagi konselor dan konseli.

Anda mungkin juga menyukai