Anda di halaman 1dari 5

1.

Definisi Kohesivitas
Kohesivitas merupakan suatu hal yang penting bagi kelompok karena
kohesivitas dapat menjadi sebuah alat pemersatu anggota kelompok agar dapat
terbentuknya sebuah kelompok yang efektif. Tingginya kohesivitas kelompok
sangat berhubungan dengan konformitas anggota terhadap norma kelompok dan
persamaan-persamaan yang nantinya akan meningkatkan komunikasi di dalam
kelompok. Kohesivitas kelompok juga dapat mempengaruhi performa individu
didalam suatu kelompok yang berdampak terhadap kemampuan masing-masing
individu untuk menampilkan hasil pekerjaannya di dalam kelompok (Budiharto &
Koentjoro, 2004).
Robbins mendefinisikan kohesivitas kelompok mengacu kepada sejauh
mana anggota kelompok saling tertarik satu sama lain dan merasa menjadi bagian
dari anggota kelompok tersebut (dalam Qomaria, Musadieq & Susilo, 2015).
Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi, akan memiliki anggota kelompok
yang saling tertarik satu sama lain. Kelompok yang tingkat kohesivitasnya rendah,
anggota kelompok tidak saling tertarik satu sama lain. Mcshane & Glinow
mengatakan kohesivitas dalam kelompok merupakan perasaan daya tarik individu
terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama kelompok dimana
hal tersebut menjadi faktor penting didalam keberhasilan kelompok (dalam
Qomaria, Musadieq & Susilo, 2015).
Ketika ada kohesivitas di dalam suatu kelompok, anggota kelompok akan
menerima lebih banyak pengetahuan dengan adanya anggota kelompok lain yang
berada di dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain, anggota kelompok akan
memungkinkan untuk saling bertukar informasi tentang segala hal yang mereka
ketahui kepada anggota kelompok yang memang memiliki latar belakang yang
sama. Kohesivitas kelompok secara umum dapat dijelaskan bagaimana anggota
saling berusaha untuk selalu membentuk ikatan emosional, akrab, dan solid
sehingga dapat mempertahankan anggota tetap berada dalam kelompok.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok


Menurut McShane & Glinow dalam (Kurniawati, 2016) faktor yang
mempengaruhi kohesivitas kelompok kerja yaitu :
1) Adanya kesamaan
Kelompok kerja yang homogen akan lebih kohesif dari pada kelompok
kerja yang heterogen. Karyawan yang berada dalam kelompok yang homogen
dimana memiliki kesamaan latar belakang, membuat mereka lebih mudah
bekerja secara objektif, dan mudah menjalankan peran dalam kelompok.
2) Ukuran kelompok
Kelompok yang berukuran kecil akan lebih kohesif dari pada kelompok
yang berukuran besar karena akan lebih mudah untuk beberapa orang untuk
mendapatkan satu tujuan dan lebih mudah untuk melakukan aktifitas kerja.
3) Adanya interaksi
Kelompok akan lebih kohesif bila kelompok melakukan interaksi berulang
antar anggota kelompok.
4) Ketika ada masalah
Kelompok yang kohesif mau bekerja sama untuk mengatasi masalah.
5) Keberhasilan kelompok
Kohesivitas kelompok kerja terjadi ketika kelompok telah berhasil
memasuki level keberhasilan. Anggota kelompok akan lebih mendekati
keberhasilan mereka dari pada mendekati kegagalan.
6) Tantangan
Kelompok kohesif akan menerima tantangan dari beban kerja yang
diberikan. Tiap anggota akanbekerja sama menyelesaikan tugas yang
diberikan, bukan menganggap itu sebagai masalah melainkan tantangan.

Selain itu, Mc.Dougall (dalam Utami, R. R. & Purwaningtyastuti, 2011)


menambahkan ada 6 hal yang dapat menumbuhkan kohesivitas kelompok :
1. Kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut untuk waktu yang lama)
dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota.
2. Adanya tradisi, kebiasaan, dan adat.
3. Ada organisasi dalam kelompok.
4. Kesadaran diri kelompok, yakni setiap anggota tahu siapa saja yang
termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam
kelompok, bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya.
5. Pengetahuan tentang kelompok.
6. Keterikatan (attachment) kepada kelompok.

3. Dimensi Kohesivitas Kelompok


Menurut Forsyth dalam (Kurniawati, 2016) mengemukakan bahwa terdapat
empat dimensi kohesivitas kelompok, yaitu :
1) Kekuatan Sosial
Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok
untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota
kelompok selalu berhubungan dan kumpulan dari dorongan tersebut membuat
mereka bersatu.
2) Kesatuan dalam Kelompok
Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan
moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap
individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan
komunitasnya serta memiliki perasaan kebersamaan.
3) Daya Tarik
Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri
daripada melihat dari anggotanya secara spesifik
4) Kerja sama Kelompok
Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk
mencapai tujuan kelompok.

Dimensi lainnya juga diungkapkan oleh Brawley dkk (dalam Oktaviansyah,


2008, dalam Utami, R. R. & Purwaningtyastuti, 2011), yang mengemukakan
empat dimensi sebagai berikut :
1) Daya tarik individu pada kelompok sosial,
2) Daya tarik individu pada kelompok tugas,
3) Integrasi kelompok sosial,
4) Integrasi kelompok tugas.

Terakhir, dimensi kohesivitas juga dikemukakan oleh Jewel (dalam Utami, R. R.


& Purwaningtyastuti, 2011), yang berisi empat dimensi yaitu :
1) Komitmen yang tinggi. Kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi
berisi anggota yang memiliki berkomitmen tinggi untuk mempertahankan
kelompok,
2) Daya tarik tertentu,
3) Ukuran kelompok,
4) Kesempatan berinteraksi.

4. Ciri-ciri kelompok yang kohesif


Berikut adalah ciri-ciri kelompok yang kohesif menurut Faturochman (dalam
Qomaria, Musadieq & Susilo, 2015), yakni :
1) Setiap anggota berkomitmen tinggi dengan kelompoknya.
2) Interaksi di dalam kelompok di dominasi kerjasama bukan persaingan.
3) Kelompok mempunyai tujuan yang berkaitan satu dengan yang lainnya
dan sesuai dengan perkembangan waktu tujuan yang dirumuskan
meningkat.
4) Terjadi pertukaran antar anggota kelompok yang sifatnya mengikat.
5) Ada ketertarikan antar anggota sehingga relasi yang terbentuk menguatkan
jaringan relasi di dalam kelompok.

5. Indikator kohesivitas dalam kelompok


Berdasarkan definisi, faktor, dimensi dan ciri yang telah dijelaskan diatas,
maka dapat kita lihat ada beberapa indikator yang menunjukkan suatu kelompok
atau organisasi yang memiliki anggota yang kohesif/memiliki keakraban :
1. Setiap anggota mengenal anggota lainnya,
2. Setiap anggota aktif dalam kelompok atau organisasi,
3. Interaksi di dalam kelompok berbentuk kerjasama,
4. Setiap anggota mengetahui tujuan kelompok atau organisasinya. Minimal
mengetahui hal apa yang membuat seseorang itu berada dalam suatu
kelompok atau organisasi,
5. Memiliki kepedulian antar anggota dalam hal kelemahan, kelebihan
masalah, diskusi dalam kelompok atau organisasi.
6. Adanya sikap yang mau menerima masukan dan kritik dari orang lain serta
menghargai perbedaan pendapat,
7. Memiliki adaptasi yang baik saat menerima tantangan tugas dalam
kelompok,
8. Interaksi atau diskusi dalam kelompok bersifat dua arah.

Referensi :
Budiharto, Y., & Koentjoro. (2004). Gaya Kepemimpinan, Kohesivitas
Kelompok, dan Komitmen Pada Partai Politik. Journal Uii, 51-61.

Kurniawati, F. (2016). Pengaruh Kohesivitas Kelompok dan Kepuasan Kerja


Terhadap Organizational Citizendhip Behavior (OCB). eprint uny, 16-18.

Qomaria, N., Musadieq, M. A. & Susilo, H. (2015). PERANAN KOHESIVITAS


KELOMPOK UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA
YANG KONDUSIF (STUDI PADA PT. PANCA MITRA MULTI
PERDANA SITUBONDO). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 77-85.

Utami, R. R. & Purwaningtyastuti. (2011). KOHESIVITAS KARYAWAN


DITINJAU DARI GENDER DAN BAGIAN KERJA. Prosiding Seminar
Nasional Peran Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas dan Efisiensi
Organisasi (hal. 61-73). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai