7
8
b. Regulasi motivasi, yaitu siswa dituntut untuk dapat terlibat dalam kegiatan
yang bertujuan untuk memulai, mengelola keinginannya, menyiapkan tugas-
tugas yang akan datang, serta menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai.
c. Regulasi perilaku, yaitu dimana siswa berupaya dalam mengatur
perilakunya sendiri. Proses perilaku dalam SRL yang dikemukakan oleh
Henderson dkk (dalam Zimmerman, 1990, hlm 5) diantaranya adalah
memilih, menyusun, dan menciptakan lingkungan untuk belajar. Siswa
mencari nasihat, informasi, dan tempat belajar yang sesuai. Siswa juga
melatih kemahiran dan menguatkan pembentukan performa.
Pintrich (1991, hlm. 42) mengungkapkan bahwa terdapat dua aspek penting
dalam SRL yaitu motivasi dan strategi belajar.
1. Motivasi
Motivasi yang dimaksud mengacu pada dorongan siswa yang timbul dari
dalam dirinya sendiri untuk terlibat dalam kegiatan belajar yang berorientasi pada
pencapaian prestasi belajarnya. Aspek motivasi meliputi komponen nilai (value
component), komponen harapan (expectancy component), dan komponen afektif
(affective component).
a. Komponen Nilai (Value Component)
1) Orientasi Tujuan Intrinsik (Intrinsic Goal Orientation)
Orientasi tujuan intrinsik digambarkan sebagai cara siswa memandang
alasannya untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar. Orientasi tujuan
intrinsik meliputi tingkat partisipasi siswa dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya.
2) Orientasi Tujuan Ekstrinsik (Extrinsic Goal Orientation)
Orientasi tujuan ekstrinsik melengkapi orientasi tujuan intrinsik, yang
mencakup tingkatan partisipasi siswa dalam mengerjakan dan
menyelesaikan suatu tugas seperti nilai, hadiah, kinerja, evaluasi teman
sebaya, dan kompetisi.
3) Nilai Sebuah Tugas (Task Value)
Nilai sebuah tugas meliputi evaluasi siswa terhadap daya tarik, urgensi, dan
fungsi suatu diskusi. Nilai suatu tugas diukur dari sejauh mana siswa
melibatkan dirinya dalam kegiatan belaajar. Nilai suatu tugas dalam MSLQ
10
meliputi pandangan siswa terhadap daya tarik, urgensi, dan kegunaan suatu
materi pelajaran.
b. Komponen Harapan (Expectancy Component)
1) Kontrol Keyakinan/Kepercayaan (Beliefs Control)
Kontrol terhadap belajar meliputi rasa yakin yang dimiliki oleh siswa akan
usaha yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran dapat membuahkan
hasil yang positif. Hal tersebut berkaitan dengan persepsi siswa yang
memandang bahwa tujuan kegiatan belajar yang dilakukannya dapat
tercapai sesuai dengan sejauh mana mereka berusaha, dengan begitu maka
mereka akan lebih rajin belajar, lebih strategis dan efektif.
2) Efikasi Diri untuk Belajar dan Prestasi (Self-Efficacy for Learning and
Performance)
Item yang terdiri pada skala efikasi diri untuk belajar dan kinerja (Self-
Efficacy For Learning dan Performance) menilai dua aspek harapan yaitu
harapan untuk sukses dan self-efficacy. Harapan untuk sukses mengacu pada
ekspektasi kinerja dan berhubungan secara khusus untuk kinerja sebuah
tugas. Self-efficacy adalah penilaian diri dari kemampuan siswa untuk
menguasai sebuah tugas. Self-efficacy meliputi penilaian tentang
kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas serta kepercayaan siswa
dalam keterampilannya untuk melakukan tugas itu sendiri.
c. Komponen Afektif (Affective Component)
1) Kecemasan terhadap Ujian (Test Anxiety)
Kecemasan terhadap ujian diketahui memiliki hubungan yang negatif
dengan harapan serta hasil akademik. Terdapat dua komponen utama dalam
kecemasan terhadap ujian, yaitu komponen kognitif dan komponen
emosional. Komponen khawatir mencakup prestasi siswa yang terganggu
oleh pikiran-pikiran negatifnya, sedangkan komponen emosional mencakup
pandangan negatif siswa terhadap keadaan fisiknya. Tingkat kecemasan
terhadap ujian dapat dikurangi dengan dilakukannya latihan dalam strategi
belajar yang diterapkan secara efektif.
11
2. Strategi Belajar
Strategi belajar merupakan berbagai macam metode dalam belajar yang
diterapkan oleh siswa dalam meningkatkan pemahamannya, integrasi, serta
retensinya terhadap berbagai materi pelajaran yang mereka pelajari di sekolah
ataupun diluar sekolah. Strategi belajar meliputi dua komponen, yaitu strategi
kognitif dan metakognitif, serta strategi pengelolaan sumber daya (resource
management)..
a. Strategi Kognitif dan Metakognitif
1) Latihan (Rehearsal)
Strategi latihan dasar (rehearsal) meliputi pemahaman dan identifikasi
terhadap keseluruhan materi pelajaran. Strategi latihan dasar sangat cocok
diterapkan pada berbagai tugas yang sederhana dan cenderung pada
pengolahan informasi dalam kinerja memori daripada penerimaan informasi
baru dalam memori jangka panjang. Strategi latihan dasar diasumsikan
mempengaruhi perhatian dan proses pengkodean.
2) Elaborasi (Elaboration)
Strategi elaborasi dapat dilakukan oleh siswa untuk membantu menerapkan
materi pembelajaran ke dalam memori jangka panjang dengan membangun
koneksi internal antara materi yang akan dipelajari. Strategi elaborasi
termasuk parafrase (mengurai suatu informasi menjadi kata yang dibuat oleh
dirinya sendiri), meringkas, menciptakan analogi. Strategi elaborasi
membantu siswa dalam mengintegrasikan dan menghubungkan informasi
baru dengan pengetahuan yang dia miliki.
3) Organisasi (Organization)
Strategi organisasi dapat diterapkan oleh siswa dalam memilih sejumlah
informasi yang tepat dan kemudian menginisiasikannya. Strategi organisasi
dapat dicontohkan dengan pengelompokan, penguraian, dan pememilihan
topik utama pada suatu teks.
4) Berpikir Kritis (Critical Thinking)
Berpikir kritis meliputi penerapan pengetahuan yang sebelumnya telah
dilakukan oleh siswa dan kemudian dijadikan alternatif untuk
12
Tabel 2.1
Tahapan dan Area Self Regulated Learning
(Adaptasi dari Pintrich, 2000, hlm. 452)
Aspek Self Regulated Learning
No. Tahapan
Kognitif Motivasi Perilaku Konteks
1. Pemikiran ke Penetapan Pemakaian Perencanaan Mempersepsi
masa depan sasaran tujuan orientasi tujuan waktu dan usaha kan tugas
(Forethought), Aktivasi Kemampuan Perencanan Mempersepsi
perencanaan pengetahuan mengambil observasi diri kan
(Planning), konten utama keputusan terhadap perilaku konteks/kead
dan aktivasi aan
(activation) Aktivasi persepsi kesulitan
pengetahuan belajar
metakognitif Aktivasi kualitas
tugas
Aktivasi minat/
perhatian
2. Pengamatan Kesadaran Kesadaran dan
Kesadaran dan Monitoring
(Monitoring) metakognitif monitoring monitoring perubahan
dan terhadap motivasi
terrhadap usaha, tugas dan
monitoring dan perasaan penggunaan kondisi
kognisi waktu, dan konteks/
kebutuhan akan keadaan
bantuan
Mengobservasi
perilaku diri
3. Kontrol Pemilihan dan Memilih dan Peningkatan/ Mengubah
(Control) adaptasi mengadaptasikan penurunan usaha atau
strategi strategi untuk merundingka
kognitif dalam mengelola, n tugas
belajar dan motivasi, dan
berfikir emosi
Bertahan/ Mengubah
menyerah atau
meninggalka
n konteks/
keadaan
Perilaku mencari
bantuan
4. Reaksi Pertimbangan Reaksi afektif Pemilihan Evaluasi
(reaction) dan kognitif perilaku terrhadap
refleksi tugas
(reflection) Atribusi Atribusi Evaluasi
terhadap
konteks/
keadaan
tugas akademik, suasana dan struktur kelas, desain tugas-tugas kelas, dan
organisasi kelompok kerja.
Menurut Woolfolk (dalam Latipah, 2010, hlm. 114) siswa yang menerapkan
strategi SRL mampu mengetahui beberapa hal seperti, gaya belajar yang
disukainya, cara belajar yang mudah dan sulit baginya, cara mengatasi bagian-
bagian yang sulit, minat dan bakatnya, serta cara memanfaatkan kekuatan dan
kelebihannya. Segala tindakan, nilai, dan tujuan yang dimiliki siswa SRL
mencerminkan apa yang ada dalam diri mereka, dan menjadikan dirinya sebagai
orang yang bertanggung jawab atas nilai dan tujuan yang dibuatnya, serta
bekerjasama dengan kelompoknya untuk mencapai tujuan berssama. Dengan
demikian siswa dapat belajar dan mencapai tujuan belajarnya dan memperoleh
lingkungan yang saling memberikan timbal balik.
Berdasarkan hasil penelitian Corno (dalam Mukhid, 2008, hlmm. 227),
karakteristik siswa yang menggunakan strategi SRL adalah:
a. Siswa memiliki pemahaman terhadap penerapan strategi kognitif (repetisi,
elaborasi, dan organisasi) yang dapat membantunya untuk menyelesaikan,
mengubah (transform), mengatur (organize), mengelaborasi (elaborate),
dan memperoleh kembali informasi (recover information).
b. Siswa mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan mengatur
proses mental mereka terhadap pencapaian tujuannya.
c. Siswa menunjukan motivasi, seperti self efficacy, tujuan belajar, dan
pengembangan emosi positif terhadap tugas-tugas (seperti kegembiraan,
kepuasan, dan semangat belajar yang besar).
d. Siswa merencanakan dan mengontrol waktu dan upaya yang digunakan
untuk mengerjakan tugas-tugas, serta mengetahui bagaimana membentuk
dan membangun lingkungan belajar yang baik dan kondusif.
e. Siswa menunjukan upaya yang lebih besar untuk ambil bagian dalam
mengontrol dan mengatur tugas akademik., suasana dan struktur kelas,
desain tugas kelas, dan organisasi kelompok kerja.
Schunk (dalam Akhmadi, 1998, hlm. 89) menjelaskan bahwa SRL akan
dapat diterapkan apabila seorang siswa memiliki kemampuan untuk mengontrol
perilaku serta kognisinya dengan melibatkan fokus perhatiannya pada instruksi
17
b. Faktor Perilaku
Terdapat tiga unsur yang termasuk dalam faktor perilaku yaitu observasi diri
(self observation), penilaian diri (self judgement), dan reaksi diri (self
reaction).
1) Observasi diri mengacu pada respon siswa yang berkaitan dengan
pemantauan perilakunya secara sistematis.
2) Penilaian diri mengacu pada respon siswa yang berkaitan dengan
pembandingan secara sistematis terhadap kinerja mereka dengan
standar tujuan. Siswa yang melaksanakan penilaian diri memiliki
kinerja yang lebih tinggi, efikasi diri yang lebih baik, dan kesadaran
yang lebih baik.
3) Reaksi diri mengacu pada bagaimana individu merespon (positif atau
negatif) perilaku tergantung bagaimana perilaku diukur dan apa standar
pribadinya. Berdasarkan teori sosial kognitif, terdapat tiga jenis self
reaction (Zimmerman, 1989, hlm 8) yaitu:
a) behavioral self reaction yang digunakan siswa untuk
mengoptimalkan respon belajarnya (misalnya memuji atau
mengkritik diri sendiri),
b) personal self reaction yang digunakan siswa untuk meningkatkan
proses-proses dalam dirinya selama belajar (misalnya mengulang
materi dan menghafalkan)
c) environmental self reaction yang digunakan siswa untuk
meningkatkan atau memperbaiki lingkungan belajarnya (misalnya,
menyusun buku sedemikian rupa agar mudah dijangkau).
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan belajar yang kondusif merupakan faktor penunjang bagi siswa
untuk menerapkan strategi SRL, dan begitupun sebaliknya pada lingkungan
yang kurang kondusif siswa cenderung mengalami kesulitan untuk
mengontrol fokus perhatiannya dalam kegiatan belajar. Hasil penelitian
terhadap siswa gifted dan ungifted yang dilakukan Munandar menunjukkan
bahwa lingkungan belajar di rumah sangat mempengaruhi tingkat SRL dan
19
teknologi informasi dan medis. Bahkan untuk siswa yang mengalami kesulitan
belajar, strategi tersebut terbukti cukup efektif.
merupakan tes pandu (pilot tested) dalam 6 konteks yang berbeda, yaitu:
kelas, rumah, tugas menulis di luar kelas, tugas matematika di luar kelas,
persiapan tes (test preparation), dan di saat motivasi lemah. Tujuan utama
SRLIS adalah mengukur strategi SRL. Sedang tujuan sekunder SRLIS
adalah untuk menentukan adakah korelasi antara penggunaan strategi SRL
dan jejak prestasi mahasiswa. Tujuan lain yang ingin dicapai SRLIS adalah
mengidentifikasi strategi SRL yang paling luas digunakan mahasiswa dalam
pencapaian prestasi yang tinggi.
mengerahkan, dan mengarahkan energi dan potensi individu agar dirinya dapat
secara produktif menetapkan dan mencapai tujuannya. Segi pasif/ statis yaitu
dimana motivasi merupakan kebutuhan sekaligus sebagai pendorong untuk dapat
menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi individu kearah yang
diinginkan.
Sukmadinata (2007, hlm. 62) menyatakan bahwa motivasi merupakan
kekuatan (energi) yang dimiliki individu untuk dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasme dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang berasal
dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar dirinya. Motivasi merupakan
suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu
melakukan kegiatan pencapaian suatu tujuan, contohnya adalah kebutuhan
seseorang akan tempat tinggal akan menuntut dirinya untuk melakukan berbagai
upaya dalam menghasilkan uang untuk membeli atau menyewa tempat tinggalnya.
Sebagai seorang pelajar, siswa tentunya menginginkan dirinya untuk dapat lulus
dari sekolahnya dengan nilai yang baik, hal itu akan menjadi dorongannya untuk
melakukan berbagai usaha seperti membeli buku pelajaran, berlatih materi
pelajaran, dan melakukan kegiatan belajar kelompok.
Dengan kata lain, motivasi dapat disimpulkan sebagai energi yang
didapatkan oleh individu dari rangsangan yang diterimanya, baik itu dari luar
maupun dari dalam diri individu tersebut, yang kemudian energi tersebut
digunakan sebagai pendorong untuk melakukan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk memperoleh hasil atau tujuan tertentu.
a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus
dalam waktu yang lama.
b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa dan tidak cepat puas
atas prestasi yang diperoleh.
c. Menunjukan minta yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar.
d. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
e. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya.
g. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya serta senang mencari dan
memecahkan masalah.
Sedangkan menurut sudjana (dalam Farozin, 2011, hlm. 57), terdapat enam
karakteristik siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, yaitu sebagai berikut:
a. Kesenangan atau kenikmatan untuk belajar, yaitu menaruh perhatian dan
minat terhadap kegiatan-kegiatan belajar dan merasa senang mengarjakan
tugas-tugas sekolah dan rumah.
b. Orientasi terhadap penguasaan materi, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki
siswa dalam menguasai materi-materi yang didapat di kelas.
c. Hasrat ingin tahu, yaitu keinginan siswa dalam mencari hal-hal baru.
d. Keuletan dalam mengerjakan tugas, yaitu siswa memusatkan perhatiannya
untuk menyelesaikan tugas dan tidak mudah menyerah atau putus asa.
e. Keterlibatan pada tugas, yaitu siswa tekun dalam mengerjakan tugas,
berkonsentrasi pada tugas dan meluangkan waktu untuk belajar.
f. Orientasi terhadap tugas-tugas yang menantang, sulit, dan baru.
mempunyai peranan yang sama dalam membangkitkan motivasi dan kedua faktor
motivasi tersebut saling bekaitan menjadi satu sistem motivasi yang
menggerakkan seseorang untuk belajar.
a. Faktor Intristik
Faktor ini terbagi menjadi dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor fisiologis merupakan keadaan tubuh seseorang yang menunjang
dirinya dalam melakukan suatu kegiatan (belajar). Sedangkan faktor
psikologis berkaitan dengan intelegensi, minat, serta bakat yang ada dalam
diri seorang siswa yang mendorong dirinya untuk belajar.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ini meliputi (1) keluarga, yaitu seperti cara orang tua mendidik,
hubungan antar anggota keluarga, serta keadaan ekonomi keluarga. (2)
Teman, mungkin untuk sebagian siswa belajar adalah kegiatan yang lebih
tepat untuk dilakukan sendiri, tapi tidak sedikit pula siswa yang memerlukan
interaksi sosial dalam kegiatan belajarnya. Interaksi sosial dengan teman
sebaya merupakan faktor yang yang dapat membantu siswa dalam
meningkatkan semangat belajarnya. (3) Keadaan cuaca, faktor ini sedikit
banyak berpengaruh terhadap keinginan siswa untuk belajar. Keadaan cuaca
yang mendukung akan memberikan stimulus terhadap siswa untuk semangat
belajar.
Selanjutnya Rosleny (2007, hlm. 35) di lain sisi menyatakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, sebagai berikut:
a. Cita-cita atau aspirasi, cita-cita atau apirasi adalah suatu target yang ingin
dicapai. Penentuan target tidak sama bagi semua siswa. Target diartikan
sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi seseorang.
b. Kemampuan, dalam belajar dibutuhkan kemampuan. Kemampuan meliputi
beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan,
perhatian dan daya pikir fantasi.
c. Kondisi siswa, kondisi siswa meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis.
Biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik karena jelas menunjukkan
gejalanya dari pada kondisi psikologis.
30
yang signifikan positif dengan motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa. Dalam
hasil penelitiannya dikemukakan bahwa siswa yang menerapkan strategi SRL
dalam kegiatan belajarnya cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Adapun sebaliknya yaitu siswa yang tidak menerapkan strategi SRL cenderung
memiliki motivasi belajar yang rendah. Perbedaan dengan penelitian pada skripsi
ini adalah tempat dan subjek yang diteliti, yaitu siswa kelas XI SMA Angkasa
Lanud Husein Sastranegara Bandung Tahun Ajaran 2017/2018.
Bagan 2.1
Kerangka Penelitian
Keterangan :
Hubungan antara Self regulated learning (SRL) sebagai variabel independen
dengan motivasi belajar sebagai variabel dependen bersifat positif (+). Semakin
tinggi kemampuan SRL yang dimiliki oleh siswa maka akan semakin tinggi pula
motivasi belajarnya, begitu juga sebaliknya semakin rendah kemampuan SRL
yang dimiliki oleh siswa maka akan semakin rendah pula motivasi belajarnya.