Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ANALISIS UBAH TINGKAH LAKU

POSITIVE REINFORCEMENT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Ubah Tingkah Laku
Dosen Pengampu: Yulianton A. Ibrahim, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. ABELIA FIKIMASARI (21012057)
2. WAHYUTI IRANA (21012053)
3. NUR LAELA KHASANAH (21012062)

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI
Alamat : Jl.KRT Kertodiningrat, Gn.Gondangan, Margosari, Kec.Pengasih,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55652
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “Analisis Ubah
Tingkah Laku”, dengan judul “Positive Reinforcement”.
Terima kasih saya ucapkan kepada Yulianton A. Ibrahim, M.Pd yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari penyusunan,bahasa maupun penulisannya. Oleh karena, itu,kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan dapat bermanfaat untuk perkembangan serta peningkatan ilmu
pengetahuan.

Kulon Progo, Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 4
C. Tujuan.................................................................................................................. 5
D. Manfaat................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6
A. Pengertian Positive Reinforcement......................................................................... 6
B. Tujuan Positive Reinforcement...............................................................................7
C. Prinsip-Prinsip Pengguanaan Positive Reinforcement..............................................7
D. Prosedur Positive Reinforcement............................................................................ 8
E. Komponen Positive Reinforcement......................................................................... 9
F. Model Penggunaan Positive Reinforcement........................................................... 11
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Positive reinforcement adalah salah satu konsep utama dalam psikologi,
terutama dalam psikologi pembelajaran. Konsep ini menenkankan pada
pentingnya memberikan hadiah atau penguatan positif kepada seseorang
setelah mereka melakukan suatu tindakan atau perilaku yang diinginkan.
Tujuan dari positive reinforcement adalah untuk meningkatkan kemungkinan
bahwa perilaku tersebut akan diulangi di masa depan.
Konsep positive reinforcement pertama kali diperkenalkan oleh
psikologi Amerika, B,F. Skinner, dalam teorinya tentang penguatan operan.
Skinner mengamati bahwa perilaku manusia dan hewan dapat dimodifikasi
melalui penguatan, baik itu positif atau negatif. Namun, ia menekankan
pada pentingnya penguatan postif, karena menurutnya cara ini lebih efektif
dalam membentuk perilaku yang diinginkan. Sejak itu, positive
reinforcement telah menjadi topik yang sangat dipelajari dalam psikologi,
khususnys dalam konteks pendidikan dan pengembangan diri. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk mempelajari efektivitas dari penguatan
postif dalam membentuk perilaku yamg diinginkan, baik dalam lingkungan
pendidikan, lingkungan kerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan positive reinforcement?
2. Apa saja tujuan positive reinforcement?
3. Apa saja prinsip penggunaan positive reinforcement?
4. Apa saja prosedur pemberian positive reinforcement?
5. Apa saja komponen positive reinforcement?
6. Apa saja model penggunaan positive reinforcement?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian positive reinforcement
2. Dapat mengetahui tujuan positive reinforcement
3. Dapat mengetahui prinsip penggunaan positive reinforcement
4. Dapat mengetahui prosedur pemberian positive reinforcement
5. Dapat mengetahui komponen positive reforcement
6. Dapat mengetahui model penggunaan positive reforcement.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu membantu para pembaca
dalam memahami, serta mampu menjelaskan tentang pengertian dari positive
reinforcement, tujuan positive reinforcement, prinsip penggunaan positive
reinforcement, prosedur pemberian positive reinforcement, komponen positive
reinforcement, model penggunaan posivite reinforcement.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Positive Reinforcement


Operant conditioning (pengkondisian operan) merupakan proses terapi
yang menggunakan teori belajar berupa pemberian ganjaran (konsekuensi)
kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya yang diharapkan.
Pengkondisian operan ini juga dikenal dengan sebutan pengkondisian
instrumental. Pengkondisian operan ini diciptakan oleh Skinner, yang
kemudian mengembangkan prinsip-prinsip penguatan sebagai upaya
memperoleh perilaku atau tingkah laku tertentu yang dipelajari. Salah satu
prosedur pengkondisian operan adalah positive reinforcement (penguatan
positif).

Positive reinforcement merupakan salah satu teknik yang berkembang


dalam pengkondisian operan. Dalam penerapannya teknik ini diyakini dimana
suatu peristiwa yang dihadirkan dengan segera yang mengikuti perilaku
menyebabkan perilaku tersebut meningkat frekuensinya. Peristiwa tersebut
menjadi stimulus yang mengubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi
intrinsik. Kemudian implementasinya bisa berupa pemerkuat primer seperti
makanan ataupun pemerkuat sekunder seperti pujian dan dukungan.

Menurut Putranto, A.K. (2016) menjelaskan bahwa positive reinforcement


adalah memberikan konsekuensi yang menyenangkan saat suatu perilaku yang
diharapkan muncul dengan tujuan agar perilaku tersebut dilakukan lagi.
Contoh positive reinforcement ialah pujian atau pemberian hadiah.

Menurut Gelgel, Nengah (2002) positive reinforcement merupakan respon


terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku yang diharapkan.
Dari penjelasan diatas positive reinforcement dapat diartikan sebagai
pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau
penguatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Dengan
memberikan penguatan positif, maka perilaku yang diinginkan itu akan
ditingkatkan atau diteruskan.

B. Tujuan Positive Reinforcement


Seorang guru harus paham mengenai tujuan pembelajaran yang akan
diperoleh, agar dalam pelaksanaan pemberian penguatan positif tidak sekedar
memberi penguatan saja. Akan tetapi, perlu diperhatikan penguatan positif
yang diberi agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan dari penguatan
positif yang dikemukakan oleh Gelgel, Nengah (2002), yaitu:

1. Meningkatkan motivasi.
2. Merangsang berpikir yang baik.
3. Menimbulkan perhatian.
4. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif.
5. Mengendalikan dan merubah sifat negatif.

C. Prinsip-Prinsip Pengguanaan Positive Reinforcement


Menurut Syaiful Bahri Djamarah prinsip-prinsip penggunaan positive
reinforcement adalah sebagai berikut :

1. Hangat dan Antusias


Kehangatan dan keantusiasan guru dalam memberikan penguatan
kepada siswa memiliki aspek penting dalam tingkah laku dan hasil
belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan adalah bagian yang tampak
dari interaksi guru dan siswa.
2. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif
Hukuman ataupun kritik ini dinilai efektif dalam memodifikasi
perilaku siswa dan motivasi. Akan tetapi, hukuman juga dapat
mengakibatkan dampak yang kompleks, dan secara psikologi menjadi
sesuatu yang kontroversial, maka dari itu penggunaan hukuman ini
sebaiknya dihindari. Dikarenakan banyak dampak yang tidak diinginkan
muncul, seperti siswa menjadi frustasi, pemberani, dan hukuman justru
dianggap sebagai suatu kebanggan, sehingga dapat membuatnya untuk
mengulangi perbuatan tersebut.
3. Penggunaan Bervariasi
Pemberian penguatan ini harus bervariasi, baik pada komponen
ataupun cara pemberianya. Penggunaan cara dan jenis komponen yang
sama, harus dihindari, karena dapat menjadikan penguatan yang
diberikan tidak efektif, agar menjadi efektif, penguatan ini diberikan
dengan arah yang bervariasi, awalnya pada seluruh anggota kelas, lalu ke
kelompok, dan individu. Arahanya bisa dibalik atau diberikan secara
tidak berurutan.
4. Bermakna
Penggunaan positif ini diberikan pada saat siswa sadar dan paham
terhadap adanya keterkaitan antara tingkah lakunya dan penguatan yang
guru diberikan. Hal ini dilakukan agar pemberian penguatan menjadi
efektif. Jadi, penguatan ini diberikan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, agar menjadi bermakna.

D. Prosedur Positive Reinforcement


Menurut Martin dan Pear (Edi Purwanta, 2005:37) menguraikan bahwa
dalam pemberian positive reinforcement memiliki prosedur sebagai berikut:

1. Menyeleksi Perilaku yang akan Ditingkatkan

Perilaku-perilaku yang diseleksi adalah perilaku yang khusus dan


umum.
2. Menyeleksi penguat

Penguat yang dipilih hendaknya penguatan dengan rambu-rambu


yang telah tersedia, dapat disajikan dengan segera mengikuti perilaku
yang diinginkan, dapat digunakan lagi tanpa menyebabkan kejenuhan.
Menggunakan beberapa penguat secara fleksibel dan kapan penguat
tersebut digunakan sesuai prosedur yang ditetapkan.

3. Menggunakan Penguat Positif

a) Menceritakan kepada individu tentang rencana sebelum latihan


dimulai

b) Memberikan penguat dengan segera yang mengikuti perilaku

c) Menjelaskan perilaku yang diinginkan kepada individu ketika


penguat sedang diberikan

d) Menggunakan banyak pujian dan kontak fisik untuk menghindari


rasa jenuh.

E. Komponen Positive Reinforcement


Syaiful Bahri Djamarah (2005:120-122), menyatakan bahwa dalam
positive reinforcement atau penguatan positif terdapat enam komponen
sebagai berikut:

1. Penguatan Verbal

Penguatan verbal berupa pujian dan dorongan yang diucapkan guru


untuk respon atau tingkah laku siswa. Ucapan tersebut dapat berupa
kata-kata bagus, baik, betul, benar, tepat, dan lain-lain.

2. Penguatan Gestural

Penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian penguatan


verbal. Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respon,
tingkah laku, atau pikiran siswa dapat dilakukan dengan mimik yang
cerah, senyum, anggukan, acungan jempol, atau tepuk tangan. Semua
gerakan tubuh tersebut merupakan bentuk pemberian penguatan gestural.
Dalam hal ini guru dapat mengembangkan sendiri gerakan tersebut
sesuai dengan kebiasaan yang berlaku sehingga dapat tercipta interaksi
antara guru dan siswa yang menguntungkan.

3. Penguatan Kegiatan

Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi apabila guru


menggunakan suatu kegiatan atau tugas sehingga siswa dapat memilih
dan menikmatinya sebagai suatu hadiah atas pekerjaan atau penampilan
sebelumnya. Memang dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya
dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan pelajaran yang dibutuhkan
dan digunakan siswa.

4. Penguatan Mendekati

Perhatian guru terhadap siswa menunjukan bahwa guru tertarik.


Secara fisik guru mendekati siswa, dapat dikatakan sebagai
penguatan mendekati. Penguatan mendekati digunakan untuk
memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda,
dan penguatan sentuhan.

5. Penguatan Sentuhan

Penguatan sentuhan erat sekali hubungannya dengan penguatan


mendekati. Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi
apabila guru secara fisik menyentuh siswa yang bertujuan untuk
memberikan penghargaan atas penampilan, tingkah laku, atau kerja
siswa.

6. Penguatan Tanda

Ketika guru menggunakan berbagai macam symbol berupa benda


atau tulisan yang ditujukan pada siswa untuk penghargaan terhadap suatu
penampilan, tingkah laku, atau kerja siswa, disebut sebagai penguatan
tanda.
F. Model Penggunaan Positive Reinforcement
Syaiful Bahri Djamarah (2005:122-123), menuliskan empat model
penggunaan positive reinforcement atau penguatan positif, yaitu:

1. Penguatan Seluruh Kelompok


Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas
dapat dilakukan secara terus menerus seperti halnya pemberian
penguatan pada perorangan. Penguatan gestural, verbal, tanda, dan
kegiatan merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukkan
pada seluruh anggota kelompok.
2. Penguatan yang Ditunda
Penundaan pemberian penguatan dinilai kurang efektif, namun
penundaan tersebut dapat dilakukan dengan memberi isyarat verbal
bahwa penghargaan akan diberikan kemudian setelah perilaku
dimunculkan.
3. Penguatan Partial
Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau
penguatan tidak berkesinambungan, diberikan kepada siswa untuk
sebagian responnya.
4. Penguatan Perorangan
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara
khusus. Pemberian penguatan perorangan dapat dilakukan dengan
menyebutkan nama, perilaku, atau penampilan siswa yang
bersangkutan.
BAB III

KESIMPULAN

Positive reinforcement merupakan salah satu teknik yang berkembang dalam


pengkondisian operan. Dalam penerapannya teknik ini diyakini dimana suatu
peristiwa yang dihadirkan dengan segera yang mengikuti perilaku menyebabkan
perilaku tersebut meningkat frekuensinya. Peristiwa tersebut menjadi stimulus yang
mengubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Kemudian implementasinya
bisa berupa pemerkuat primer seperti makanan ataupun pemerkuat sekunder seperti
pujian dan dukungan.
Kehangatan dan keantusiasan guru dalam memberikan penguatan kepada siswa
memiliki aspek penting dalam tingkah laku dan hasil belajar siswa. Penggunaan
hukuman negatif dapat mengakibatkan dampak yang kompleks, dan secara psikologi
menjadi sesuatu yang kontroversial. Pemberian penguatan harus bervariasi, baik pada
komponen ataupun cara pemberianya, dan penguatan positif diberikan pada saat
anggota kelas, lalu ke kelompok, dan individu.
DAFTAR PUSTAKA

Asri, L. 2014. EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK

POSITIVE REINFORCEMENT UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA


DIRI DALAM BELAJAR. Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling.
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014. Diakses pada tanggal 28 Februari 2023 pukul 15.06
dari https://ejournal.undiksha.ac.id/ .

Krisnawardhani, K. 2020. Teknik Penguatan Positif sebagai Media untuk

Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial pada Remaja dengan Skizofrenia


Hebefrenik. Proceedings of The ICECRS. Vol 8 (2020): Educational and
Psychological Conference in the 4.0 era Articles. Hal 3-4. Diakses pada tanggal 28
Februari 2023 pukul 17.21 dari https://ejournal.umm.ac.id/.

Anda mungkin juga menyukai