Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK REINFORCEMENT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

MODIFIKASI PERILAKU

Dosen Pengampu :

Aminatul Ummah, S.Psi.I., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Dzakiyyah Fatmala (12308173037)


2. Aldelia Shielda Rasyid (12308173038)
3. Wanik Matul Ilmiah (12308173039)

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USULUDDIN ADAB & DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
MARET 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
”Modifikasi Perilaku” yang berjudul “Teknik Reinforcement” dengan baik, walaupun
masih banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Aminatul Ummah, S.Psi.I., M.Pd. Selaku
dosen pembimbing mata kuliah Modifikasi Perilaku yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada kami dalam proses penyelesaian makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pegalaman kami, kami yakin dalam


penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempumaan, baik isi maupun penyusunan
kalimatnya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik atau saran yang sangat membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini Akhirnya kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi kami dan juga semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa
melindungi dan membimbing kita kejalan yang benar.

Tulungagung, 3 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Positive Reinforcement..........................................................................................
B. Negative Reinforcement........................................................................................
C. Conditioned Reinforcement..................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modifikasi perilaku merupakan salah satu teknik pengubahan perilaku yang paling
populer di kalangan para pendidik maupun psikolog. Teknik ini sering dipakai karena
keberhasilanya mudah di amati dan mudah di terapkan perilaku yang lain mana kala ada
kemiripan karakteristik dari perilaku yang akan di ubah dengan perilaku yang telah
berhasil di ubah. Modifikasi perilaku secara mendasar bertujuan dalam dua hal pertama,
mendukung perilaku-perilaku anak yang adaptif. Perilaku adaptif yang dimaksud adalah
perilaku yang diterima oleh lingkungan dan bermanfaat untuk perkembangan diri si anak
itu sendiri. Kedua, modifikasi perilaku bertujuan menekan atau meniadakan munculnya
perilaku anak yang tidak adaptif. Perilaku tidak adaptif adalah perilaku yang cenderung
tidak di terima oleh masyarakat dan akan meugikan perkembangan anak itu sendiri.
Dalam modifikasi perilaku, guru harus menyadari anak didik mempunyai latar belakang
dan karakter yang berbeda-beda.
Secara psikologis setiap orang membutuhkan penghargaan terhadap sesuatu usaha
yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan
merasakan bahwa hasil perbuatannya dihargai, mendapatkan tempat dan oleh karenanya
akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang lebih
baik dalam melaksanakan tugasnya. Dalam modifikasi perilaku ada beberapa teknik yang
digunakan untuk merubah suatu perilaku tertentu. Perubahan tersebut dimaksudkan
untuk menguatkan atau meningkatkan intensitas pada perilaku yang positif dan
menurunkan intensitas pada perilaku yang negatif. Salah satu teknik yang digunakan
dalam perubahan perilaku adalah dengan reinforcement. Reinforcement merupakan
penguatan suatu perilaku dalam diri seseorang. Baik itu penguatan positif (
Reinforcement Positive), penguatan negatif ( Reinforcement Negative) dan penguatan
yang dikondisikan (Reinforcement Conditioned).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan reinforcement positive?
2. Apa yang diaksud dengaan reinforcement negatif?
3. Apa yang dimaksud dengan reinforcement conditioned?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaaksud dengan reinforcement positive.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengaan reinforcement negatif.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan reinforcement conditioned.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Positive Reinforcement
1. Pengertian Pengukuhan Positif
Kata “pengukuhan positif” (positif reinforcement) sering disinonimkan dengan
kata “hadiah” (reward) (Martin dan Pear, 1992). Pengukuhan positif adalah suatu
peristiwa yang dihadirkan dengan segera yang mengikuti perilaku; yang
menyebabkan perilaku tersebut meningkat frekuensinya.1 Hadiah atau hukuman
tidak selalu identik dengan reinforsemen positif atau negatif. Hadiah adalah akibat
dari tingkah laku, sedang reinforsemen positif adalah peristiwa yang menyebabkan
tingkahlaku (yang mendapat reinforsemen) bakal terjadi lagi. Hadiah bisa
menyebabkan tingkahlaku yang dihadiahi itu lebih sering terjadi, dalam hal ini
hadiah juga berperan sebagai reinforsemen positif.2 Reinforcement positive sebagai
penguatan suatu perilaku yang baik dalam suatu situasi agar dapat dipertahankan
ataupun bahkan dapat ditingkatkan.
Secara prinsip, pengukuhan positif akan terjadi ketika seseorang itu telah
melakukan sesuatu dalam situasi tertentu, kemudian seseorang itu mendapatkan
dengan secepatnya pengukuhan positif, maka kecenderungan seseorang tersebut
untuk mengulangi hal yang sama disituasi yang sama pula. Adanya stimulus yang
menjadi konsekuensi perilaku dan menyebabkan perilaku tersebut berulang atau
terpelihira adalah maksud dari pengukuhan positif. Dalam penerapan modifikasi
perilaku pengukuhan ini tidak terjadi secara alamiah, namun telah diatur sedemikian
rupa agar konsekuensi perilaku yang diinginkan untuk dipelihara atau ditingkatkan.
2. Prinsip-Prinsip Pengukuhan Positif
Prinsip umum pengukuhan positif adalah kesegeraan. Ketika perilaku yang
diharapkan terjadi kemudian akan dipertahankan ataupun ditingkatkan, maka
pemberian pengukuhan positif harus segera diberikan. Karena jika segera dilakukan,
frekuensi, besaran, dan kualitas perilaku tersebut akan lebih mudah dipertahankan.
Selain itu, Martin dan Pear (1992) menyarankan prinsip-prinsip prosedur
pengukuhan positif sebagai berikut:
a. Menyeleksi Perilaku yang Akan Ditinggalkan
Perilaku yang diseleksi adalah perilaku yang khusus.
b. Menyeleksi Pengukuhan

1 Edi Purwanta, Modifikasi Perilaku, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal. 32-33
2 Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2015), hal. 327
1) Jika memungkinkan pengukuh yang dipilih hendaknya pengukuh yang kuat
dengan rambu-rambu; telah tersedia, dapat disajikan dengan segera
mengikuti perilaku yang diinginkan, dapat digunakan lagi tanpa
menyebabkan cepat jenuh, tidak membutuhkan hubungan waktu yang besar
untuk mengolah.
2) Menggunakan beberapa pengukuh secara fleksibel dan kapan pengukuh
tersebut digunakan sesuai prosedur yang ditetapkan.
c. Menggunakan Pengukuh Positif
1) Menceritakan kepada individu tentang rencana sebelum latihan dimulai.
2) Memberi pengukuh dengan segera yang mengikuti perilaku yang
diinginkan.
3) Menjelaskan perilaku yang diinginkan pada individu ketika pengukuh
sedang diberikan.
4) Menggunakan banyak pujian dan kontak fisik. Untuk menghindari rasa
jenuh, dapat menggunakan frase-frase sebagai pengukuh sosial.
3. Implementasi Pengukuhan Positif
Pengukuhan positif dapat efektif penerapannya, jika mempertimbangkan syarat-
syarat berikut ini:
a. Menyajikan Pengukuhan Seketika
Setelah perilaku yang diinginkan tercapai maka menyegerakan pemerian
pengukuhan akan lebih efektif dan akan bertahan lebih lama daripada yang
ditunda. Karena perilaku tersebut belum diselipi oleh perilaku lain maka akan
lebih jelas perilaku mana yang sedang dipertahankan. Namun penundaan
pengukuhan dapat dilakukan sebab dijembatani dengan isyarat atau “janji”
bahwa pengukuh akan menyusul kemudian.
b. Memilih Pengukuh yang Tepat
Banyak stimulus yang berpengaruh terhadap pengukuhan positif. Namun
tidak semua stimulus yang diberikan dapat menjadi pengukuh positif. Karena
pengukuh yang diberikan harus efektif bagi subjek tertentu dan pada situasi
tertentu. Masing-masing subjek memiliki selera yang tidak sama. Dan setiap
situasi dapat menimbulkan perubahan seleranya.
c. Mengatur Kondisi Situasional
Kondisi situasi sangat mempengaruhi tingkat efektivitas pemberian
pengukuhan. Pemilihan situasi yang tepat mempunyai dampak positif terhadap
terbentuknya dan meningkatnya perilaku yang diharapkan. Tidak semua
perilaku dapat diulang setiap waktu. Agar kondisi situasional berjalan efektif,
perlu adanya komunikasi yang jelas.
Jika pengukuhan perilaku diberikan terhadap perilaku yang diskriminatif
(membedakan waktu atau tempat), maka pengukuhannya menyesuaikan dengan
situasi yang diinginkan. Dan jika pengukuhan itu diberikan terhadap perilaku
yang bersifat umum, maka dapat dilakukan dalam berbagai situasi.
d. Menentukan Kuantitas Pengukuh
Kuantitas pengukuh ialah banyaknya pengukuh yang akan diberikan
setiap kali perilaku yang dikukuhkan muncul. Keputusan tentang kuantitas
pengukuh tergantung pada beberapa pertimbangan diantaranya; jenis pengukuh,
keadaan deprivasinya, dan pertimbangan usaha yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan satu kali pengukuhan.
e. Memilih Kualitas (kebaruan) Pengukuh
Sesuatu yang baru cenderung menghilangkan kebosanan atau kejenuhan,
sehingga dapat menjadi pengukuh yang kuat. Kualitas pengukuh yang tidak
sesuai, akan menyebabkan efektivitasnya menurun, bahkan tidak efektif sama
sekali.
f. Memberi Sampel Pengukuh
Kadang-kadang pengukuh perlu diperkenalkan terlebih dulu karena
pengukuhnya merupakan hal baru, dengan memberikan sampel. Jika subjek
merasa suka dengan stimulus tersebut, maka dapat dijadikan pengukuh.
g. Menanggulangi Pengaruh Saingan dalam Memberikan Pengukuhan
Terpenuhinya kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, dan papan akan
lebih kuat dalam memberi pengaruh pegukuhan. Namun faktor-faktor tertentu
menyebabkan suatu pengaruh yang lebih kuat. Jika terdapat saingan yang lebih
kuat, terkadang pengukuh memerlukan penambahan stimulus yang memperkuat.
h. Mengatur Jadwal Pengukuhan
Jadwal pemberian pengukuh adalah aturan yang digunakan sebagai
panutan dalam menentukan di antara sekian kali suatu perilaku timbul, kapan
atau yang mana yang akan mendapat pengukuh. Jadwal pengukuhan dibagi
menjadi dua maam yaitu; jadwal pengukuhan terus-menerus (pengukuhan
diberikan terus-menerus setiap kali perilaku yang diinginkan muncul), dan
jadwal pengukuhan berselang (pemberian pengukuh hanya pada saat-saat
tertentu).
i. Menggulangi Efek Kontrol Kontra
Kontrol kontra adalah pengaruh yang sadar atau tidak sadar dilakukan
oleh subjek terhadap orang yang memberi pengukuhan. Kontrol kontra dapat
dilakukan secara sadar oleh orang-orang yang memahami prinsip-prinsip
psikologi belajar atau oleh orang-orang yang berpengalaman merasakan bahwa
ada cara untuk melakukan kontrol kontra.
Pengukuhan positif ini memiliki bsnyskkeunggulan untuk meningkatkan
dan memelihara perilaku. Hal ini sangat efektif bila dirancang secara tuntas.
Selain itu subjek dapat menggeneralisirkan kepada dirinya, sehingga merasa
dirinya berharga, dan hubungan pemberi dan penerima pengukuhan menjadi
lebih baik.

B. Negative Reinforcement
1. Pengertian Pengukuhan Negatif
Pengukuhan negatif adalah stimulus yang apabila dikurangi atau dihilangkan
menyebabkan perilaku meningkat atau terpelihara.3 Pada pengukuhan positif,
penyajian penguat akan meningkatkan kemungkinan berulangnya perilaku.
Sebaliknya pada pengukuhan negatif, meningkatnya kemungkinan berulangnya
perilaku disebabkan terhindarnya dari, atau dihilangkannya, stimulus yang tidak
menyenagkan (aversive stimulus) sebagai konsekuensi perilaku tersebut. Jadi, suatu
perilaku mendapat pengukuhan negatif bila perilaku itu meningkat atau terpelihara
karena berasosiasi dengan hilangnya atau berkurangnya suatu stimulus.
Kehadiran pengukuh negatif sering terjadi pada kehidupan manusia pada
umumnya. Manusia belajar berbagai perilaku karena dalam pengalaman hidupnya
perilaku-perilaku ini dikuatkan oleh hilangnya atau berkurangnya stimulus aversive.
Orang meletakkan tangannya mendatar pada dahi, ternyata silau matahari berkurang,
maka perilaku meletakkan tangan didahi ini cenderung berulang bila silau. Orang
“masuk angin” sekali mencoba menggosok dengan balsem cap elang, ternyata
sembuh. Perilaku menggosok balsem ini cenderung berulang bila ia masuk angin. Ini
semua proses pengukuhan negatif.
Pengukuh negatif juga bermacam-macam bentuknya. Secara hal yang tidak
menyenangkan secara potensial dapat menjadi pengukuh negatif. Penguat negatif
yang berbentuk sosial misalnya dicemberuti, dicemoohkan, disindir, diomeli terus-
menerus sampai perilaku sasaran timbul. Perilaku anak sering kali berszifat pengukuh
negatif bagi orangntuanya. Misalnya ketika anak menangis keras-keras dan baru
berhenti bila mendapat perhatian dari ibunya. Perhatian ibunya akan berulang biula
anak menangis.
2. Prinsip-Prinsip Prosedur Pengukuhan Negatif
a. menghadirkan dengan segera pengukuh negative

3 Purwanto, Pengaruh Konsekuensi Perilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil


Belajar, 2007, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 1029
b. menentukan perilaku yang akan didukung untuk dihilangkan.
c. menyeleksi pengukuh negatif yang akan dipakai
d. menggunakan pengukuhan negatif.
3. Implementasi Pengukuhan Negatif
Tidak berbeda dari pengukuhan positif, penggunaan pengukuhan negatif juga
memerlukan banyak pertimbangan, bahkan mungkin lebih banyak, sebab adanya efek
sampingan negatif yang mungkin ditimbulkan oleh pengukuhan negatif. Banyak
kelemahan yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan penguatan negatif.
Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :
a) Harus disajikannya pengukuh negatif yang berupa stimulus aversive, sering kali
tidak menyenangkan bagi penyajinya sendiri.
b) Bila penyajian pengukuh positif berulang kali dapat menimbulkan kejenuhan atau
kekenyangan, penyajian pengukuh negatif berulang kali dapat menghilangkan
daya aversivenya.
c) Reaksi terhadap pengukuh negatif tidak selalu berupa perilaku sasaran. Berbagai
alternatif perilaku dapat timbul, sebab tujuannya adalah menghindari stimulus
aversive yang mengenainya.
d) Bila pengukuhan negatif dipakai disekolah, maka pada anak akan tertanam
asosiasi sekolah dengan hal-hal yang aversive.
e) Usaha menghindari stimulus aversive dapat menimbulkan kecemasan,yang bila
keterlaluan dapat sampai ke penyimpangan perilaku yang lebih parah, seperti
neurotis, psikosomatis.

C. Conditioned Reinforcement
Selama periode 1940 hingga 1960, ketika teori perilaku adalah kerangka penjelasan
dominan untuk psikologi, konsep penguatan (sekunder) terkondisi - gagasan bahwa
stimuli dipasangkan dengan penguat utama memperoleh sifat penguatan dalam hak
mereka sendiri - memainkan peran sentral dalam mengekstrapolasi untuk perilaku
manusia konsep penguatan dikembangkan di laboratorium hewan. Gagasan bahwa
peristiwa sewenang-wenang dapat memperoleh nilai melalui pengkondisian dianggap
sebagai kunci untuk sosialisasi manusia, pandangan yang kaya dielaborasi oleh afiliasi
dari Institut Hubungan Manusia di Universitas Yale di bawah perlindungan dari Clark
Hull. (Untuk ulasan penelitian awal ini, lihat Miller, [951.]4
Jadwal penguatan ditentukan sesuai dengan jumlah tanggapan (rasio) atau lamanya
waktu (interval), antara penguatan satu ke berikutnya (Gladding: 2015). Jenis penguatan
berdasarkan jadwal pemberian penguatan (Gantina Komalasari, 2011):
1. Penguat berkelanjutan, diberikan tiap kali tingkah laku muncul, jika penguat
dihentikan maka tingkah laku akan cepat hilang.
2. Penguat intermiten, diberikan berselang-seling antara lain interval tetap (diberi
berselang teratur), interval berubah (diberi dalam waktu tidak tentu),
perbandingan/rasio tetap (diberikan sesudah respon yang dikehendaki muncul
kesekian kalinya), dan perbandingan berubah (diberikan secara acak sesudah waktu
tertentu). Jadwal interval berdasarkan interval antara respon yang dipancarkan dan
pengiriman penguat, sedangkan jadwal rasio didasarkan pada frekuensi tanggapan
yang dipancarkan oleh peserta, setelah itu penguat disampaikan (Jena, 2008).
Bila menggunakan penguatan untuk meningkatkan perilaku maka harus
mempertimbangkan jadwal penguatan untuk perilaku yang tidak diinginkan.
Miltenberger (2008) dalam bukunya menuangkan hasil penelitian terkait jadwal
penguatan bersamaan telah menunjukkan bahwa orang lebih sering melibatkan
penguatan, penguatan lebih besar dan cepat atau rendahnya usaha untuk merespon.

4 Ben A. Williams, Conditioned Reinforcement: Neglected or Outmoded Explanatory


Constrct, 1994, Psychonomic Bulletin & Review, hal. 457
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penguatan positif merupakan stimulus yang diberikan ketika perilaku yang
diinginkan itu muncul, sehingga seseorang dapat mempertahankan atau bahkan
meningkatkan perilaku tersebut. Pemberian stimulus harus segera dilakukan agar
pengukuhan menjadi lebih efektif. Pengukuhan negatif yaitu meningkatnya kemungkinan
berulangnya perilaku disebabkan terhindarnya dari, atau dihilangkannya, stimulus yang
tidak menyenagkan (aversive stimulus) sebagai konsekuensi perilaku tersebut.
Conditioned reinforcement adalah penguatan yang dikondisikan terjadi ketika stimulus
diperkuat sehingga mengatur perilaku seseorang melalui hubungannya dengan penguat
utama.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, ada kurang dan lebihnya kami mohon maaf, serta
kami sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca agar makalah yang akan datang
menjadi lebih baik dan sangat kami harapkan. Demi khasanah keilmuan dan perbaikan
kedepannya, agar kekeliruan dan kesalahan itu semakin terminimalisir. Demi kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan serta membangun perbaikan makalah ini di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2015. Psikologi Kepribadian. Malang. UMM Press.

Ben A. Williams. 1994. Conditioned Reinforcement: Neglected or Outmoded Explanatory Constrct.


Psychonomic Bulletin & Review, 457.

Purwanta, Edi. 2015. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Purwanto. 2007. Pengaruh Konsekuensi Perilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 069.

Anda mungkin juga menyukai