Disusun Oleh:
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam tak lupa kami
panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan para
umatnya.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya khususnya kepada dosen pembimbing Psikologi Pendidikan. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan
untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang
disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman maupun
pihak lain yang berkepentingan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai suatu
ketuntasan materi tidak dapat dilihat hanya pada satu faktor saja, akan tetapi
banyak faktor yang terlibat dan mempengaruhi dalam proses belajar mengajar.
Faktor yang dapat dipersoalkan adalah: siswa yang belajar, jenis kesulitan yang
dihadapi dan kegiatan-kegiatan dalam proses belajar. Jadi, yang terpenting
dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak
kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa agar
pengajaran perbaikan (learning corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
1
tersebut. Tindak lanjut yang biasanya dilakukan oleh seorang pendidik salah
satunya adalah dengan mengadakan remedial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari diaagnosis dan kesulitan belajar?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan belajar?
3. Bagaimana ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan belajar?
4. Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar ? Bagaimana strategi
mengenali mengenali kesulitan belajar pada siswa.
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian diagnosis dan kesulitan belajar.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan belajar.
3. Dapat mengetahui ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
5. Dapat mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar ? Bagaimana strategi
mengenali mengenali kesulitan belajar pada siswa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnosis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diagnostik adalah ilmu untuk
menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala yang ada. Sedangkan upaya atau
proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan
melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya disebut
diagnosis.
B. Pengertian Kesulitan Belajar
Pada umumnya, “kesulitan belajar” merupakan suatu kondisi tertentu yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan,
sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Prayitno,
dalam buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling Depdikbud (1995/1996:1-
2) menjelaskan: Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam
proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hambatan-hambatan tersebut mungkin
dirasakan atau mungkin tidak dirasakan oleh siswa yang bersangkutan. Jenis
hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan
proses belajar mengajar.
Dapat dikatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar akan
mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi
yang dicapainya berada dibawah yang semestinya.
Selanjutnya, bila dikembangkan pemahaman konsep kesulitan belajar maka
pengertian kesulitan belajar mempunyai suatu pengertian yang sangat luas dan
mendalam, termasuk pengertian-pengertian: “learning disorder”, “learning
disabilities”, “learning disfunction”, “underachiever”, dan “slow learners”.
Dari kesulitan-kesulitan belajar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan di mana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
3
2. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar adalah mengacu kepada
gejala dimana anak tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya.
5. Slow learner (lambat belajar) adalah anak-anak yang lambat dalam proses
belajarnya, sehingga anak tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan sekelompok anak lain yang memiliki taraf intelektual
yang sama. Individu yang tergolong dalam pengertian-pengertian tersebut di
atas, akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam proses belajarnya.
Kesulitan belajar, pada dasarnya merupakan suatu gejala yang nampak dalam
berbagai jenis manifestasi tingkah lakunya. Gejala kesulitan belajar akan
dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai
bentuk tingkah laku. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar di atas, tingkah
laku yang dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu. Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek motoris, kognitif, konatif dan
afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya.
Menurut Sugihartono dkk.(2007: 150), diagnosis kesulitan belajar dapat
diterjemahkan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh guru untuk menentukan
masalah atau ketidakmampuan siswa dalam belajar yang dilakukan dengan cara
meneliti berbagai latar belakang faktor penyebabnya dengan cara menganalisis
gejala-gejala yang tampak dan dapat dipelajari. (Irham dan Novan Ardy, 2014: 254)
4
Diagnosis kesulitan belajar adalah sebuah proses untuk melakukan identifikasi
kesulitan belajar pada siswa dalam upaya menentukan sumber dan faktor
penyebabnya. Tujuannya adalah membantu siswa mengatasi kesulitan belajarnya
melalui berbagai alternatif pemecahannya atas dasar informasi yang terkumpul.
b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap;
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini
dapat dibagi tiga macam, yaitu:
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara
ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
5
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktor-faktor lain yang
juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang
muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan
belajar itu.
1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum
sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang
memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang
mengalami sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal
brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).
6
1. Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan
berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara.
2. Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap
konsep dasar matematika. Kerusakan di bidang dyslexia berpengaruh
terhadap kerusakan di bidang dyscalculia, demikian pula sebaliknya.
3. Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan
perhatian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa
lamban belajar dapat memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu
pokok bahasan saja, ia kurang mampu menyelesaikan tugas-tugas yang
beraneka ragam yang membuat dirinya menjadi kacau.
4. Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam
menilai dirinya menurut ukuran ruang dan waktu.
5. Social defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial.
Kesulitan itu dapat membuat ketidaksanggupan menemukan jati dirinya.
2. Teknik Tes
Menurut Sumandi Suryabrata dalam Sugihartono dkk. (2007:163), tes
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-
7
perintah yang harus dijalankan. Atas jawaban yang diberikan testee
terhadap pertanyaan yang diberikan, penyelidik dapat mengambil
kesimpulan dengan cara membandingkan dengan testee yang lain. Teknik
ini menggunakan berbagai macam bentuk instrumen berupa alat tes.
Dalam penentuan kesulitan belajar siswa dengan menggunakan teknik tes
maka dapat menggunakan tes hasil belajar dan tes-tes psikologi. (Irham
dan Novan Ardy, 2014: 268)
8
yang mengalami kesulitan dalam belajar dan mengikuti proses
pembelajaran.
b) Adanya kesulitan belajar pada siswa menunjukkan bahwa ada
kesalahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehingga belum
tercapai perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil belajar. Hasil
belajar yang rendah atau nilai siswa tidak mencapai batas tuntas
menunjukkan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.
c) Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dibutuhkan bimbingan
belajar dan program bantuan secara khusus, salah satunya adalah
dalam bentuk pengajaran remedial.
Tujuan pengajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar mencapai batas ketuntasan dalam memahami
dan menguasai sebuah materi pelajaran dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan proses belajardan pembelajaran secara individual yang berbeda
dengan strategi belajar mengajar secara klasikal.
2. Program Pengayaan dalam pembelajaran
Program Pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang
diberikan oleh guru atau pendidik kepada siswa disebabkan adanya
kelebihan atau kekosongan waktu belajar bagi siswa yang telah dapat
menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan dengan lebih cepat daripada
siswa lainnya. (Sugihartono, dkk., 2007: 187).
Tujuan program pengayaan yaitu agar siswa yang telah menyelesaikan
tugas, tidak mengganggu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
berprilaku destruktif di kelas, serta memperdalam penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran melalui kegiatan –kegiatan yang lebih
konstruktif. (Irham dan Novan Ardy, 2014: 288)
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran seorang tenaga pendidik
harus memahami konsep dasar diagnostik kesulitan belajar. Seorang pendidik
harus mampu menemukan kelemahan atau gejala apa yang dialami peserta
didik dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejala
kesulitan belajar. Pemahaman guru mengenai diagnostik kesulitan belajar pada
siswa memiliki peran penting yaitu guru dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran, mengetahui hambatan pada siswa dan membantu mengatasinya,
memprogramkan metode sesuai dengan keadaan dalam pembelajaran.
Penulis menyimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan diagnosis adalah
agar guru, peserta didik dan orang tua peserta didik dapat:
1. Mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik
2. Membantu memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh peserta
didik dengan adanya kerjasama antara pihak sekolah, peserta didik dan
keluarga.
3. Membantu pesert didik agar dapat menguasai pelajaran yang sulit baginya,
serta mempermudah guru dalam menentukan layanan apa yang sesuai
dengan kesulitan yang dialami oleh peserta didik
10
DAFTAR PUSTAKA
11