Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR SISWA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :

Sulistianingsih, M.Pd.

Oleh :

Nur Indah Fathir

Ila Nur Fadilah

FAKULTAS TARBIYAH

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON

2021 M/1442 H

KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya milik Allah Ta’ala. Karenaa berkat rahmat dan karunia_Nya penulis dapat
menyelesaikan Makalah berjudul “DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR SISWA”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah member bantuan dan
saran atas penyusunan makalah ini :

1. Kepada Orang tua kami sebagai restu serta penyemangat dalam setiap apapun.
2. Sulistianingsih, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Studi Islam
3. Semua rekan sekelas Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam
Bunga Bangsa Cirebon, dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Cirebon, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)..............................................

B. Kedudukan DKB dalam pembelajaran............................................................

C. Peserta didik yang berkesulitan belajar...........................................................

D. Faktor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar.........................................

E. Kesulitan Belajar Peserta didik.......................................................................

F. Bagaimana Prosedur pelaksanaan DKB..........................................................

G. Pengajaran remedial dan program pengayaan dalam pembelajaran................

BAB III PENUTUP......................................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah proses belajar mengajar di dunia pendidikan tidak selamanya
mengalami kelancaran. Selalu saja ada hambatan dalam proses tersebut. Umumnya
hambatan yang terjadi seperti adnya kesulitan belajar dalam diri peserta didik.
Kesulitan belajar tersebut akan berdampak pada penurunan prestasi akademik dari
peserta didik dampak tersebut seyogyanya dapat diatasi dengan berbagi cara seperti
diadakanya penyilidikan terhadap penyebab kesulitan belajar yang terjadi pada
peserta didik agar dapat ditemukan solusi yan tepat dalam menangani peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar tersebut. Tindak lanjut yang biasanya dilakukan
oleh seorang pendidik salah satunya adalah dengan mengadakan remedial.
Guru sebagai pendidik ditntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan
pesrta didik atas perkembangan pesrta didik. Karena itu guru dalam proses
pembelajran harus memperhatikan kemampuan pesrta didik secara individual. Agar
dapat membantu perkembangan pesrta didik secara optimal dan dapat mengenali
pesrta idik yang mengalami kesulitan belajar.
Guru harus mengenali pesrta didik yan mengalami kesulitan belajar. Guru
harus memahami faktor-faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar, karena
kesulitan belajar akan bersumber pada faktor yang memengaruhi proses dan hasil
belajar.
Dengan melihat belajar peserta didik, guru akan mengethui kelemahan siswa
beserta sebeb musabab kelemahan itu, jadi dengan mengadakan peniliaian sebenarnya
guru mengadakan diagnosisi siswa tentang kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-
kesulitan yang dialami dalam belajarnya.dengan diketahui sebab-sebab kelemahan
tersebut akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.
Hal inilah yang mendasari diperlkukanya sebuah konsep diagnostik keulitan
belajar serta pengajaran remedial yang dilakukan untuk mengatasi salah satu
masalahpenting didunia pendidikan tersebut.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Diagnostik Kesulitan Belajar (DKB)?


2. Bagaimana kedudukan DKB dalam pembelajaran?
3. Bagaimana ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar?
4. Apa saja factor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar?
5. Bagaimana kesulitan Belajar Peserta didik?
6. Bagaimana Prosedur pelaksanaan DKB?
7. Apa yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program pengayaan dalam
pembelajaran?
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)


2. Mengetahui kedudukan DKB dalam pembelajaran
3. Mengetahui ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar
4. Mengetahui factor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar
5. Mengetahui kesulitan Belajar Peserta didik
6. Mengetahui Prosedur pelaksanaan DKB
7. Mengetahui yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program pengayaan
dalam pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar


Diagnostik adalah pengertian atau interpretasi yang berasal dari informasi
penilaian dan biasanya diterjemahkan dalam bentuk tipe-tipe sistem klasifikasi
(Hohenshil dalam Glading: 2012). Jadi dalam hal ini diagnostik menjelaskan tentang
keadaan seseorang bukan untuk menilai seseorang.
Untuk memahami dioagnostik maka terlebih dahulu kita pahami tentang
psikodiagnostik. Istilah psikodiagnostik pertama dikenalkan oleh Hermann Roaschach
pada tahun 1921 sebagai suatu teknik. Psikodiagnostik merupakan teknik untuk
mempelajari kepribadian yang bertujuan untuk menentukan sifat-sifat yang
mendasarinya (Fudyartanta:2004).
Psikodiagnostik mulai dibutuhkan jika seseorang mengalami masalah pada
pemilihan arah studi, kesukaran dalam belajar dan lapangan pekerjaan (Suryobroto:
1993). Sedangkan Fudyartanta (2004) mengklasifikasikan masalah yang dapat
diselesaikan melalui psikodiagnistik antaralain pendidikan, perkembangan anak,
klinis dan industri. Sehingga kesulitan belajar merupakan salah satu hal yang dapat
didiagnostik.
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States
Office Of Education, difinisi ini dikutip oleh Kaufmann (dalam Abdurrahman: 2010)
bahwa kesulitan belajar khusus adalah satu ganguan dalam satu atu lebih dari proses
psikologi dasar yang mencakup bahasa ujaran atau tulisan. Gangguang tersebut
seperti kesulitan dalam mendengar, berfikir, berhitung, menulis, mengeja dan
membaca.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa ketidak berhasilan
seorang siswa dalam pembelajaran disebabkan beberapa faktor yang perlu adanya
pengindikasian dari beberapa aspek yang menghambat proses pembelajaran. Gejala
ini akan nampak dalam aspek-aspek motoris, kognitif, konatif dan afektif, baik dalam
proses maupun hasil belajar yang dicapainya. Kemudian, kesulitan belajar bisa
diartikan dengan beberapa pengertian seperti yang dikemukakan oleh Warkitri dkk
(1990) sebagai berikut :
1. Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana proses
belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala anak
tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab
sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya.
3. Learning Disfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada gejala
proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik, walaupun anak tidak
menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan
psikologis yang lain.
4. Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang
memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi prestasi belajar yang
dicapai tergolong rendah.
5. Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang disebabkan
anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan kegiatan
belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang
memiliki tingkat potensi intelektual yang sama.
B. Kedudukan Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
Keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik dalam belajar yaitu ditandai
dengan adanya penguasaan bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru dan dengan
nilai yang baik. Artinya jika seorang peserta didik tidak mampu menguasai materi dan
mendapatkan nilai yang buruk atau rendah maka, dia mengalami kesulitan dalam
proses belajar.
Peserta didik yang tidak bisa atau kurang memahami materi yang disampaikan
guru dengan persentase kurang dari 75% , bisa didiagnosis bahwa peserta didik
mengalami beberapa hambatan, dengan beberapa kemungkinan semisal kurangnya
memprioritaskan waktu untuk belajar. Maka guru bisa mengajak peserta didiknya
untuk mengulang materi secara bersamaan. Seperti yang telah dikemukakan Jhon B.
Carol (1986) : “Apabila peserta didik diberi kesempatan menggunakan waktu yang
dibutuhkan untuk belajar, dan mereka menggunakan dengan sebaik-baiknya maka
mereka akan mencapai tingkat hasil belajar seperti yang diharapkan.”
Selanjutnya, Carol mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik dipengaruhi
oleh:
1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan.
2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran.
3. Bakat yang dimiliki peserta didik.
4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajarannya.
5. Kemampuan peserta didik untuk mendapat manfaat yang optimal dari
keseluruhan proses pembelajaran yang sedang dihadapi.

C. Peserta Didik Berkesulitan Belajar


Siapa saja yang dikategorikan sebagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar, menurut Sumadi Suryabroto (1984) mengungkapkan beberapa kriteria anak
didik yang termasuk mengalami DKB, yaitu:
1. Grade Lavel, yaitu ketika peserta didik tidak naik kelas sampai dua kali,
2. Age level, yaitu apabila anak yang umurnya tidak sesuai dengan kelasnya.
3. Intellegensi level, terjadi pada anak yang mengalami under achiever.
4. General level, terjadi pada anak yang secara umum dapat mencapai prestasi sesuai
dengan harapan, tetapi ada beberapa mata pelajaran yang tidak dapat dicapai
sesuai dengan kriteria atau sangat rendah dimana siswa mengalami kesulitan
belajar.

Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar biasanya ditandai dengan


adanya prilaku yang secara langsung ataupun tidak langsung. Sesuai dengan
pengertian kesulitan belajar bahwa kegagalan siswa akan ditandai dengan gejala yang
menghambat siswa dalam proses pembelajaran. Gejala ini akan nampak dalam aspek-
aspek motoris, kognitif, konatif dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar
yang dicapainya.
Berikut ciri-ciri tingkah laku peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;
1) Menunjukkan hasil nilai yang dibawah rata-rata.
2) Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan kerja keras dalam belajar. Seperti siswa
yang sudah berusaha belajar akan tetapi mendapat nilai yang kurang.
3) Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas diabadingkan teman-temannya.
4) Sikap acuh terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru.
5) Sering membolos saat pembelajaran berlangsung.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas Burton (1952 : 622 – 624)
mengidentifikasikan seseorang siswa itu dapat dipandang atau dapat diduga sebagai
mengalami kesulitan belajar, apabila yang bersangkutan menunjukkan kegagalan
(failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Oleh karena itu, Burton
mendefinisikan kegagalan belajar, sebagai berikut:
1. Siswa dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level),
minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau
guru (criterion referenced).
2. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya,
inteligensi, bakat), ia diramalkan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau
mencapai prestasi tersebut.
3. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-
tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola organismiknya
(his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi
kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm referenced).
4. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisiti) bagi
kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pesrta didik dikatakan
mengalami kesulitan belajar ditandai dengan beberapa aspek yang mengarah kepada
perkembangan peserta didik tersebut secara pengetahuan dan aspek nilai yang dicapai.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar

Dimyati dan Mudjiono (1994 : 228 – 235) mengatakan: Faktor-faktor intern


yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar adalah
sebagai berikut:
 Sikap terhadap belajar
 Motivasi belajar
 Konsentrasi belajar
 Mengolah bahan belajar
 Menyimpan perolehan hasil belajar
 Menggali hasil belajar yang tersimpan
 Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
 Rasa percaya diri siswa
 Inteligensi dan keberhasilan belajar
 Kebiasaan belajar
 Cita-cita siswa.
Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau dari siswa, ditemukan
beberapa faktor yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono,
(1994) menyebutkan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
 Guru sebagai pembina siswa belajar
 Prasarana dan sarana pembelajaran
 Kebijakan penilaian
 Lingkungan sosial siswa di sekolah.
Kemudian Noehi Nasution. (1992: 215) juga mengungkapkan ada beberapa faktor
yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar, meliputi;
 Rendahnya kemampuan intelektual anak

 Gangguan perasaan atau emosi

 Kurangnya motivasi untuk belajar

 Kurang matangnya anak untuk belajar

 Usia yang terlampau muda

 Latar belakang sosial yang tidak menunjang

 Kebiasaan belajar yang kurang baik


 Kemampuan mengingat yang rendah
 Terganggunya alat-alat indra
 Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dan
 Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.

E. Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik


Setelah kita mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan belajar, lalu
kita mengidentifikasi dengan cara mencari solusi dari adanya kesulitan yang dialami
siswa saat proses pembelajaran. Salah satu cara untuk menemukan pesifikasi kesulitan
belajar yaitu dengan melakuakn beberapa teknik.

1. Teknik Nontes
Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpulan data atau keterangan
yang dilakukan dengan cara: wawancara, observasi, angket, sosiometri, biografi,
pemeriksaan kesehatan dan fisik, dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh data atau
keterangan degan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan
yang sedang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berikut ada beberapa petunjuk bagi observer dalam mengadakan observasi:
o Observer perlu memahami terlebih dahulu apa yang akan dobservasi dan jenis
gejala apa yang perlu dicatat.
o Meneliti tujuan umum dan khusus, apakah sudah sesuai denga permasalahan
yang akan diteliti, seingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan apa yang
harus diobservasi.
o Buatlah cara untuk mencatat observasi. Cara ini akan menghemat waktu dan
menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak
peristiwa.
o Adakan batasi dngan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan
digunakan.
o Adakan observasi secermat-cermatnya dengan pencatatan yang sudah
disederhanakan.
o Catatlah gejala-gejala secara terpisah.
o Ketahuilah baik-baik alat-alat pencatat dan tata cara mencatat sebelum
melakukan observasi.
c. Angket
Angket atau kuisener adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang diselidiki atau disebut responden,
secara tertulis.
Bila ditinjau dari cara menjawabnya angket terbagi menjadi dua yaitu:
1. Angket langsung
Angket yang diberikan kepada orang yang akan dikumpulkan datanya.
2. Angket tidak langsung
Angket yang diberikan kepada orang lain yang dianggap mengetahui keadaaan
orang yang akan dikumpulkan datanya.

Bila ditinjau dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Angket tertutup
Pertanyaan yang dijawabnya sudah disediakan sehingga responden tinggal
memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya.
2) Angket terbuka
Pertanyaaan-pertanyaan dalam angket yang memberikan kesempatan kepada
responden untuk memberikan jawaban seluas-luasnya. Angket teruka ini tepat
digunakan utuk mengungkap pendapat seseorang tentang sesuatu.
3) Angket tertutup terbuka
Angket yang terdiri dari angket tertutup, shingga responden tinggal memilih
jawaban yang telah disediakan, namun bila jawaban tidak ada yang sesuai
menurut responden, maka responden diberi kesempatan untuk mengemukakan
jawaban sesuai dengan keadaan responden.

d. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan social seseorang,
yang sering disebut juga sebagai ukuran berteman seseorang. Gambaran mengenai
hubungan seseorang disebut sosiogram. Baik tidaknya hubungan social seseorang
denga orang lain dapat dilihat dari beberapa segi. Bimo Walgito,
1980:72.mengemukakan sebagai berikut:
 Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu bergaul.
 Intesitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang didalam
pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul
 Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul, dapat
dgunakan sebagaikriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam hubungan
sosialnya..
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan
mengutip dari sumber catatan yang sudah ada.

f. Pemeriksaan fisik dan kesehatan


Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan
kondisi dan perkembangan fisik, misalya kecacatan yang dimiliki, bentuk tubuh dan
wajah yang kurang menarik. Sedang pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan
masalah penyakit yang diderita seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat
dibutuhkan dalam memberikan informasi tentang kesehatan seseorang.

2. Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan
dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan
atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang didasarkan atas jawaban testee
terhadap pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah itu penyelidik megambil
kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standar atau testee yang
lain(sumadi Suryoboto,1984). Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Tes hasil belajar
Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang
telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk ulangan, ujian, atau dalam
bentuk evaluasi yang lain.
b. Tes psikologis.
Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang kemampuan
yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya bakat, inteligensi, minat,
kepribadian, sikap, dan sebagainya.

F. Prosedur Pelaksanaan Dioagnostik Kesulitan Belajar


Adapun prosedur yang digunakan meliputi langkah-langkah berikut:
1. Identifikasi Kasus
Pada langkah ini, menentukan siswa mana yang diduga mengalami kesulitan
belajar. Cara-cara yang ditempuh dalam langkah ini, sebagai berikut:
a. Menandai siswa dalam satu kelas untuk kelompok yang diperkirakan
mengalami kesulitan belajar.
b. Caranya, ialah dengan membandingkan posisi atau kedudukan prestasi siswa
dengan prestasi kelompok atau dengan kriteria tingkat keberhasilan yang telah
ditetapkan.
c. Teknik yang ditempuh dapat bermacam-macam, antara lain:
 Meneliti nilai hasil ujian semester yang tercantum dalam laporan hasil belajar
(buku leger), dan kemudian membandingkan dengan nilai rata-rata kelompok
atau dengan kriteria yang telah ditentukan.
 Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar, siswa yang
berperilaku menyimpang dalam proses belajar mengajar diperkirakan akan
mengalami kesulitan belajar.

2. Identifikasi Masalah
Setelah menentukan dan memprioritaskan siswa mana yang diduga mengalami
kesulitan belajar, maka langkah berikutnya adalah menentukan atau
melokalisasikan pada bidang studi apa dan pada aspek mana siswa tersebut
mengalami kesulitan. Pada tahap ini kerjasama antara petugas bimbingan dan
konseling, wali kelas, guru bidang studi akan sangat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan belajarnya.
Cara dan alat yang dapat digunakan, antara lain:
a. Cara yang langsung dapat digunakan oleh guru, misalnya:

 Tes diagnostik yang dibuat oleh guru untuk bidang studi masing-masing, seperti untuk
bidang studi Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan yang lainnya.
 Dengan tes diagnostik ini dapat diketemukan karakteristik dan sifat kesulitan belajar
yang dialami siswa.
 Bila tes diagnostik belum tersedia, guru bisa menggunakan hasil ujian siswa sebagai
bahan untuk dianalisis. Apabila tes yang digunakan dalam ujian tersebut memiliki
taraf validitas yang tinggi, tentu akan mengandung unsur diagnosis yang tinggi.
Sehingga dengan tes prestasi hasil belajar pun, seandainya valid dalam batas-batas
tertentu akan dapat mengdiagnosis kesulitan belajar siswa.
 Memeriksa buku catatan atau pekerjaan siswa. Hasil analisis dalam aspek inipun akan
membantu dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Mungkin pula untuk
melengkapi data di atas, bisa bekerjasama dengan orang tua atau pihak lain yang erat
kaitannya dengan lembaga sekolah.
3. Identifikasi Faktor penyebab Kesulitan Belajar
Dapat dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta
didik (internal) dan faktor-faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal)
yang menghambat proses belajar dan atau pembelajaran.

4. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya


Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau usaha
penyembuhan yang diperlukan peserta didik Selanjutnya rencana pemberian
bantuan harus disesuaikan dengan jenis kesulitan yang dialami peserta didik.
Bantuan dapat diberikan melalui program remedial atau pengajaran perbaikan,
layanan bimbingan dan konseling, program referal yaitu mengirimkan peserta
didik kepada ahli yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta
didik.

5. Tindak Lanjut
Ini merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
 Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada
langkah sebelumnya
 Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan pertolongan
kepada peserta didik
 Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap
bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki
kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan
 Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani
kesulitan yang dialami peserta didik.

G. Pengajaran Remidial dan Program Pengayaan dalam Pembelajaran


1. Pengajaran remedial
Para siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, maka ada beberpa
langkah yang dilakukan oleh guru sebagai penyelesaian suatu masalah. Seperti contoh
siswa yang mendapatkan nilai yang kurang dari rata-rata kelas maka akan diadakan
ujian ulang atau remidial guna memenuhi standar, kemudian bagi siswa yang
berkemungkinan mengalami kesulitan dalam mengerjakan ujian, maka biasanya guru
atau sekolah mengadakan pengayaan atau bimbingan belajar.

Remedial merupakan bentuk pengajaran yang bersifat kuratif (penyembuhan)


dan atau korektif (perbaikan). Pengajaran remedial merupakan bentuk khusus
pengajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses
pembelajaran yang menjadi penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau
kesulitan dalam belajar bagi peserta didik.
Menurut Warkitri dkk. (1990), pengajaran remedial sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran karena :
a. Tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai kemampuannya.
b. Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat tercapai perubahan tingkah laku siswa
secara bulat sebagai hasil belajar.
c. Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan suatu teknik bimbingan
belajar. Salah satu teknik bimbingan belajar adalah pengajaran remedial
Dalam pelaksanaannya, pengajaran remedial mengikuti prosedur, sebagai berikut:
1. Langkah pertama: Penelaahan Kembali Kasus
Guru menelaah kembali secara lebih dalam tentang siswa yang akan
diberibantuan. Dari diagnosis kesulitan belajar yang sudah diperoleh lebih dahulu
guru perlu menelaah lebih jauh untuk memperoleh gambaran secara definitif tentang
siswa yang dihadapi, permasalahannya, kelemahannya, letak kelemahan, penyebab
utama kelemahan, berat ringannya kelemahan, apakah perlu bantuan ahli lain,
merencanakan waktu dan siapa yang melaksanakan.
2. Langkah kedua: Alternatif Tindakan
Setelah memperoleh gambaran lengkap tentang siswa, baru direncanakan alternatif
tindakan, sesuai dengan karakteristik kesulitan siswa. Alternatif pilihan tindakan bagi
kasus yang mendapatkan kesulitan di dalam belajar, maka langsung saja melakukan
remedial, dan jika ditemukan kasus yang memiliki kesulitan belajar dan memiliki
masalah di luar itu, seperti masalah sosial psikologis dan sebagainya, maka sebelum
diremedial kasus harus mendapatkan layanan konseling, layanan psikologi dan atau
layanan psikoterapis terlebih dahulu.
3. Langkah ketiga: Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir pengajaran remedial perlu dilakukan evaluasi, seberapa pengajaran
remedial tersebut meningkatkan prestasi belajar. Tujuannya untuk mencapai tingkat
kebehasilan 75% menguasai bahan. Jika belum berhasil, kemudian dilakukan
diagnosis kembali, prognosis dan pengajaran remedial berikutnya; demikian
seterusnya sampai beberapa siklus hingga tercapai tingkat keberhasilan tersebut.

Terdapat pendekatan-pendekatan dalam pengajaran remedial, antara lain:


a. Pendekatan kuratif dalam pengajaran remedial
Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok selesai
dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai beberapa bagian dari peserta didik
yang tidak mampu menguasai seluruh bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan
kuratif dapat dilakukan dengan cara :
1) Pengulangan (repetation), dapat dilakukan setiap akhir jam pertemuan, akhir unit
pelajaran atau setiap pokok bahasan.
2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement)
Layanan pengayaan dapat ditujukan kepada peserta didik yang mempunyai
kelemahan ringan dan secara akademik mungkin peserta didik tersebut cerdas. Dapat
dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah atau pekerjaan di kelas pada saat
pelajaran berlangsung.
3) Percepatan (acceleration)
Layanan percepatan ini diberikan kepada peserta didik yang berbakat namun
menunjukkan kesulitan psikososial.

b. Pendekatan preventif dalam pengajaran remedial


Guru meng-klasifikasikan kemampuan siswa didik menjadi tiga golongan, yaitu
peserta didik yang mampu menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan, peserta
didik yangdiperkirakan akan mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang
ditentukan, dan peserta didik yang tidak dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang
ditentukan. Teknik layanan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini peserta didik diberi pelajaran, waktu,
dan tes yang sama.
2) Kelompok individual, pengajaran disesuaikan dengan keadaan peserta didik, sehingga
setiap peserta didik mempunyai program tersendiri.
3) Layanan pengajaran dengan kelas khusus, peserta didik mengikuti program
pembelajaran yang sama dalam satu kelas.

c. Pendekatan pengembangan dalam pengajaran remedial


Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu :
a. Metode pemberian tugas.
Metode ini dilaksanakan dengan cara memberi tugas atau kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
b. Metode diskusi
Diskusi adalah suatu bentuk interaksi antarindividu dalam kelompok untuk
membahas suatu masalah. Diskusi digunakan dalam pengajaran remedial untuk
memperbaiki kesulitan belajar dengan memanfaatkan interaksi individu dalam kelompok.
c. Metode tanya-jawab
Tanya jawab dalam pengajaran remedial dilakukan dalam bentuk dialog antara
guru dengan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Tanya jawab dilakukan
secara individu maupun secara kelompok dengan peserta didik.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok dalam pengajaran remedial diusahakan agar terjadi interaksi
diantara anggota dalam kelompok. Kelompok sebaiknya heterogen artinya dalam satu
kelompok terdiri dari pria dan wanita, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan
peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar.
e. Metode tutor sebaya
Tutor sebaya ialah peserta didik yang ditunjuk untuk membantu teman-temannya
atau peserta didik lainnya yang mengalami kesulitan belajar.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tutor sebaya adalah:
1) Mendapat persetujuan dari peserta didik yang mengikuti program perbaikan
2) Mempunyai prestasi akademik yang baik, kreatif, dan dapat menerangkan bahan yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang mengikuti program perbaikan
3) Tidak sombong, sabar, telaten, hubungan sosialnya bagus, tidak pelit, dan suka
menolong sesama teman
f. Metode pengajaran individual
Pengajaran individual dalam pengajaran remedial yaitu proses pembelajaran yang
hanya melibatkan seorang guru dan seorang peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar.

2. Program Pengayaan dalam Pembelajaran

Program pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang


diperuntukan bagi pesrte didik yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi
yang berarti mereka adalah peserta didik yang tergolong cepat dalam
menyelesaikan tugas belajarnya.
Tujuan diadakannya program pengayaan dalam pembelajaran meliputi:
 Lebih menguasai bahan pelajaran
 Memupuk rasa social karena peserta didik ini diminta membantu temannya yang
belum selesai tugas belajarnya.
 Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diberikan guru.
 Memupuk tasa tanggungjawab peserta didik.

3. Pelaksanaan program pengayaan


Program pengayaan dalam proses pembelajaran berisi kegiatan pengayaan
yang diperuntukan bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya,
karena mereka mempunyai kelebihan waktu. Kegiatan pengayaan diberikan oleh
guru bidang studi bersamaan dengan pembelajaran bagi peserta didik yang sedikit
kesulitan dan yang mengalami kesulitan belajar.
Materi pengayaan harus disesuaikan dengan pokok bahasan yang sedang
dibicarakan di kelas, karena kegiatan pengayaan merupakan kegiatan untuk
memperdalam materi pelajaran bukan untuk menambah konsep baru.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menetukan masalah atas


ketidakmampuan pesrta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang
penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan hambatan
belajar yang nampak.

Diagnosis yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan


metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak
terhadap anak lainya yang dianggap normal.

Faktor-faktor penyebab timbulnya esulitan belajar terdiri dari dari dua macam
yaitu faktor internal ( dari dalam diri pesrta didik, baik fisik maupun psikis) dan faktor
eksternal ( seperti fakto keluarga, sekolah, media masa).

Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat


mengobati,menyembuhkan, atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi
lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Kegiatn
remedial seyogyanya merupakan suatu studi kasus tersendiri yang digunakan oleh
guru untuk menangani para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Memahami
konsep diagnostik kesulitan belajar serta pengajaran remedial juga sangat penting bagi
para calon pendidik yang akan terjun langsung kedunia pendidikan dan menghadapi
masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ismara, K. I., & Tanumihardja, E. (2015). Pengembangan sistem tes diagnostik


kesulitan belajar kompetensi dasar kejuruan siswa smk. 19(2).

Pengantar, K. (2016). “Optimalisasi Active Learning dan Character Building dalam


Meningkatkan Daya Saing Bangsa di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).”
DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR SEBAGAI ASSESMENT PERENCANAAN
PROGRAM BK DI SD.

Studi, P., Akuntansi, P., Ilmu, F., Dan, S., & Yogyakarta, U. N. (2010). Diagnosis
kesulitan belajar. 09403241034.

Anda mungkin juga menyukai