Anda di halaman 1dari 25

“DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR (DKB)”

Oleh :

Nama : Dian Sukma Dian Toro

Npm : 03082111029

Mk : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Ibu Nurma Ankotasan S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim....

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Diagnosis

Kesulitan Belajar tepat waktu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca pada psikologi pendidikan dalam profesi

keguruan.

Penulis mengucapkan terimah kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nurma Angkotasan

S.Pd.,M.Pd. selaku dosen Psikologi Pendidikan. Tugas yang telah diberikan ini dapat

menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga

mengucakan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan

makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempunaan

makalah ini.

Ternate, Desember 2022

Dian Sukma Dian Toro

03082111029

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................2

C. Tujuan ..................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

A. Konsep Dasar Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)..............................4

B. Langkah-Langkah Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB) ......................13

C. Tindak Lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar..........................................15

BAB III PENUTUP.........................................................................................19

A. Kesimpulan .........................................................................................20

B. Saran ....................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang inti atau utama. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan

sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar. Secara

psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh

perubahan tingkah laku untuk mendapatkan pola-pola respons yang baru

yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.

Dalam rangka pengembangan potensi diri, setiap siswa mempunyai

kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa

kesulitan, namun tidak sedikit siswa mengalami banyak kesulitan.

Beberapa masalah pada siswa, seperti malas, mudah putus asa, acuh tak

acuh disertai sikap menentang guru merupakan bagian dari masalah belajar

siswa. Masalah tersebut kecenderungan tidak semua siswa dapat

menyelesaikan dengan sendirinya. Sebagian orang mungkin tidak

mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Sebagian

yang lain tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi.

1
Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para peserta

didik di sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapat

perhatian yang serius di kalangan para pendidik. Dikatakan demikian,

karena kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik di sekolah akan

membawa dampak negatif, baik terhadap diri siswa itu sendiri, maupun

terhadap lingkungannya. Hal ini termanifestasi dalam bentuk timbulnya

kecemasan, frustasi, mogok sekolah, drop out, keinginan untuk berpindah-

pindah sekolah karena malu telah tinggal kelas beberapa kali, dan lain

sebagainya

Guru turut berperan membantu memecahkan masalah yang

dihadapi siswa, peran guru sangat diperlukan oleh peserta didik, maka

diagnosis bertujuan untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar yang

di hadapi oleh siswa serta untuk mencari pemecahannya. Pada

kenyataannya, para siswa sering kali tidak mampu mencapai tujuan

belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana

yang diharapkan, demikian ini dapat menunjukkan bahwa siswa

mengalami kesulitan belajar dan merupakan hambatan dalam mencapai

hasil belajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan

masalahnya yaitu:

 Bagaimana mendiagnosis kesulitan belajar (DKB)?

2
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini untuk mendeskripsikan serta

mengetahui tentang diagnosis kesulitan belajar(DKB) sesuai dengan

rumusan masalah yang telah ditetapkan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)

1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

a. Pengertian Diagnosis

Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang

medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Yusuf, 2009), diagnosis

dapat diartikan sebagai:

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit

(weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui

pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya

(symtoms).

2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk

menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan

sebagainya yang esensial.

3. Keputusan yang dicapai setelah dilakalukan suatu studi yang

saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah key term, „Istilah kunci‟ yang paling vital

dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar

sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,

belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai

4
disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan (Syah,

2009).

Menurut Muhammad Baqir, “belajar adalah sebuah proses

penyerapan informasi tanpa batas”. Menurut Musthafa Fahmi,

“belajar adalah istilah yang menggambarkan proses perubahan

perilaku dan pemindahan pengetahuan”. Sedangkan menurut

Morgan, “learning is any relatively permanent changein behavior

that a result of past experient”. Dari beberapa pengertian belajar

tersebut, kata kunci dari belajar adalah perubahan prilaku

(Mahmud, 2010).

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang inti atau utama. Pendidikan itu sendiri

dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui

kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai

suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku untuk

mendapatkan pola-pola respons yang baru yang diperlukan dalam

interaksi dengan lingkungan secara efisien.

c. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses

pembelajaran yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan

tertentu untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Adanya

hambatan-hambatan dalam belajar akibatnya menimbulkan

5
kesulitan sehingga peserta didik lambat dalam melaksanakan

pembelajaran.

Hambatan-hambatan ini ada yang bersifat

neurologis,psikologis, sosiologis ataupun fisiologis dalam

keseluruhan proses pembelajaran. Hambatan yang bersifat

neorologis adalah akibat tidak berfungsinya otak, hambatan

psikologis adalah akibat terganggunya psikologis atau kejiwaan

sedangkan gangguan sosiologis adalah akibat terganggunya

hubungan interaksi dengan lingkungan dan hambatan fisiologis

adalah akibat adanya gangguan fisik sehingga menimbulkan

kesulitan belajar peserta didik. Dengan adanya hambatan-hambatan

dan selama peserta didik tidak dapat mengatasinya kemungkinan

masalah tersebut akan menimbulkan permasalahan baik oleh

peserta didik sendiri maupun orang lain.

Ada dua fokus dalam memahami kesulitan belajar sehingga

untuk memahami kesulitan belajar perlu meninjau dari kedua fokus

tersebut. Fokus pertama membahas kesulitan belajar ditinjau dari

aspek yang berhubungan dengan perkembangan (developmental

learning disability) dan kedua ditinjau dari aspek akademik

(academic learning disability). Kesulitan belajar yang

berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik

dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan

kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan

6
belajar akademik merujuk pada adanya kegagalan-kegagalan

pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang

diharapkan. Kegagalan-kegalan tersebut mencakup penguasaan

ketrampilan dalam membaca, menulis atau matematika Kedua

kesulitan tersebut di atas akhirnya akan berpengaruh terhadap

prestasi belajar peserta didik, dan mereka yang mengalami

kesulitan belajar akan memperoleh prestasi belajar jauh di bawah

potensi yang dimilikinya. Kesulitan belajar akademik mudah

dideteksi yaitu dengan melihat prestasi akademiknya, tetapi

kesulitan belajar yang bersifat perkembangan sukar diketahui

karena tidak ada pengukuran yang sistematik. Hanya saja dapat

dilihat dari sejauh mana peserta didik sudah menguasai

ketrampilan prasyarat (prerequisite skills), yaitu suatu ketrampilan

yang harus dimiliki terlebih dahulu agar dapat menguasai bentuk

ketrampilan berikutnya.

d. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Dari ketiga pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa

diagnosi kesulitan belajar adalah upaya untuk memahami jenis dan

karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan

menghimpun dan mempergunakan berbagai data informasi

selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk

mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif

kemungkinan pemecahannya.

7
Diagnosis berperan untuk membantu guru lebih mengenal

peserta didiknya serta membantu peserta didik untuk berkembang

sesuai dengan kemampuannya.

2. Prinsip-prinsip Diagnosis Kesulitan Belajar

Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru

bagi anak berkesulitan belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

a. Terarah pada Perumusan Metode Perbaikan

Diagnosis hendaknya mengumpulkan berbagai informasi

yang bermanfaat untuk menyusun suatu program perbaikan atau

program pengajaran remedial.

b. Diagnosis Harus Efisien

Diagnosis kesulitan belajar sering berlangsung dalam

jangka waktu yang lama. Hal semacam ini dapat menjenuhkan,

sehingga dapat berpengaruh buruk terhadap motivasi belajar anak.

Diagnosis hendaknya berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan

belajar peserta didik.

c. Penggunaan Catatan Kumulatif

Catatan kumulatif dibuat sepanjang tahun kehidupan

peserta didik disekolah. Catatan semacam itu dapat memberikan

informasi yang sangat berharga dalam perbaikan belajar. Informasi

tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan

pengelompokan yang sesuai dengan tingkat kesulitan belajar peserta

didik.

8
d. Valid dan Reliable

Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan

instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (valid)

dan instrument tersebut hendaknya juga yang dapat diandalkan

(reliable).

e. Penggunaan Tes Baku

Tes baku adalah tes yang telah di kalibrasi, yaitu tes yang

telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes psikologis,

terutama tes intelegensi,umumnya merupakan tes baku yang telah

diuji validitas dan reliabilitasnya. Tetapi tidak demikian halnya

dengan tes prestasi belajar yang baku masih merupakan barang

langkah, lebih-lebih yang dapat digunakan untuk mendiagnosis

kesulitan belajar.

f. Penggunaan Prosedur Informal

Meskipun tes-tes baku umumnya mampu memberikan

informasi yang lebih tepat dan efisien, penggunaan proseur informal

sering memberikan manfaat yang bermakna. Guru hendaknya

memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi dan tidak terikat

secara kaku oleh tes baku.

g. Kuantitatif

Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar

hendaknya didasarkan pada pola-pola skor atau dalam bentuk angka.

Bila informasi tentang kesulitan belajar telah dikumpulkan, maka

9
informasi tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga skor-skor

dapat dibandingkan.

h. Diagnosis Dilakukan Secara Berkesinambungan

Kadang-kadang peserta didik gagal mencapai tujuan dari

perbaikan belajar yang telah dikembangkan berdasarkan hasil

diagnosis. Dalam keadaan semacam ini, perlu dilakukan diagnosis

ulang untuk landasan penyusunanprogram perbaikan yang lebih

efektif dan efisien. Suatu program perbaikan belajar yang

berhasilpun, mungkin masih perlu dimodifikasi untuk memperoleh

tingkat efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Kesulitan Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yakni factor internal

dan eksternal. Penyebab pertama kesulitan belajar adalah factor internal,

yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab

utama problematika belajar adalah factor eksternal, misalnya strategi

pembelajaran yang tidak cocok, pembelajaran yang kurang

membangkitkan motivasi belajar peserta didik dan sebagainya.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah factor yang timbul dari dalam diri

peserta didik itu sendiri, baik fisik maupun mental. Seperti

kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya.

Aspek-aspek tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap hasil

belajar seseorang. Factor internal meliputi:

10
1) Faktor Jasmaniah meliputi, faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor Psikologis:

a) Intelegensi

Intelegensi berasal dari kata intelligere berarti

mengorganisasikan, menghubungkan, atau menyatukan satu

dengan yang lain. Intelegensi adalah salah satu factor penting

yang ikut menentukan berhasil tidaknya pesrta didik.

b) Perhatian

Seorang guru harus menyajikan materi pemblajaran

yang menarik pehatian peserta didik. Jika pembelajarannya

kurang menarik, maka timbullah rasa bosan, malas, dan

akhirnya prestasi belajar peserta didik menurun.

c) Minat

Minat diekspresikan melalui pernyataan yang

menunjukkan bahwa eserta didik lebih menyukai sesuatu

kemudian dimanifestasikan mlalui partisipasi dalam suatu

aktivitas.

d) Motivasi

Motivasi adalah keinginan atau dorongan untuk

belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam

mencapai proses belajarnya. Proses pembelajaran dapat

berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan

potensi-potensi jasmani atau rohaninya matang.

11
b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah factor yang datang dari luar diri

seseorang yang berasal dari lingkungan mereka. Lingkungan

meliputi kondisi-kondisi dunia dengan cara-cara tertentu

mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan.

1) Faktor keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan

pertama. Karena dilingkungan keluargalah anak pertama-tama

memperoleh kesempatan untuk belajar dan menghayati

pertemuan-pertemuan dengan sesame manusia. Hal yang

berkaitan dengan factor ini adalah cara orang tua mendidik,

hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah

Lingkungan sekolah adalah lingkungsn kedua setelah

lungkungan keluarga. Dalam lingkungan sekolah terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi balajar peserta didik diantaranya,

pemilihan metode mengajar yang tepat, kurikulum, hubungan

yang harmonis antara guru dan peserta didik, alat pendidikan,

kondisi gedung dan lain sebagainya yang ikut mempengaruhi

proses belajar peserta didik.

3) Faktor Masyarakat

12
Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka

masyarakat adalah komunitas masyarakat dalam kehidupan

sosial yang terbesar. Lingkunga masyarakat member pengaruh

terhadap siswa karena keberadaannya dalam lingkungan ini.

Factor-faktornya antara lain, aktivitas dalam masyarakat, mass

media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

B. Langkah-Langkah Diagnosis Kesulitan Belajar

Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru,

antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagai

berikut:

1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa

ketika mengikuti pelajaran.

2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang

diduga mengalami kesulitan belajar.

3. Mewawancarai orangtua atau wali siswa khususnya yang diduga

mengalami kesulitan belajar.

4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk

mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.

5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa

yang diduga mengalami kesulitan belajar. (Supandi, 1992).

Untuk dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang efektif,

maka seorang guru/pendidik terlebih dahulu melakukan diagnosis

kesulitan belajar yang dialami oleh para peserta didik, dengan langkah-

13
langkah sebagai berikut: Kenalilah peserta didik yang mengalami

kesulitan belajar. Cara paling mudah untuk mengenali mana peserta

didik yang mengalami kesulitan dalam belajar adalah memperhatikan

prestasi belajar yang diperolehnya, membandingkan prestasi belajar

yang telah dicapai siswa tersebut dengan nilai rata-rata kelas ataupun

dengan cara memperhatikan kedudukan seorang siswa dalam

kelompoknya (ranking). Memahami sifat dan jenis kesulitan

belajarnya, untuk mengetahui hal ini dapat dilihat dengan

memperhatikan pada mata pelajaran apa saja siswa tersebut yang

mendapat nilai rendah atau sangat rendah.

Selanjutnya, Menetapkan latar belakang kesulitan belajar yang

mana langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar

belakang yang menjadi sebab timbulnya kesulitan belajar baik yang

terletak di dalam diri peserta didik sendiri maupun di luar dirinya

(lingkungan).

Setelah diketahui sifat dan jenis kesulitan serta latar belakangnya,

maka langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan

tindakan-tindakan usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan

data yang diperoleh. Kemudian, pelaksanaan bantuan perlu dilakukan

karena langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya

yakni melaksanakan kemungkinan usaha bantuan.

14
C. Tindak Lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar

Setelah diadakannya diagnosis dalam kesulitan belajar, maka ada

langkah langkah selanjutnya dalam menentukan tindakan.

(Gordon,Thomas 1990). Dalam melakukan tindak lanjut siswa yang

mengalami kesulitan belajar, dilakukan terlebih dahulu beberapa hal

penting, diantaranya:

1. Analisis hasil diagnosis

Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik

kesulitan belajar perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga kesulitan

khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui

secara pasti.

2. Menentukan kecakapan bidang bermasalah

Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan

bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan

perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat

dikatagorikan menjadi tiga macam.

a. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru

sendiri.

b. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru

dengan bantuan orang tua.

c. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh

guru maupun orang tua.

15
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit

untuk ditangani baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari

kasus-kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika.

Yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah

berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh

karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah tersebut tidak

hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan

perawatan khusus.

3. Menyusun program perbaikan.

Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial

teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Prognosis

Prognosis artinya ramalan. Apa yang telah ditetapkan

dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun

dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus

diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.

Dalam prognosis ini antara lain akan ditetapkan mengenai

bentuk treatment (perlakuan) dari diagnosis. Dalam hal ini berupa:

 Bentuk treatment yang harus diberikan ̵

 Bahan/materi yang diperlukan

 Metode yang akan digunakan

 Alat-alat bantu pembelajaran yang diperlukan

 Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan)

16
Pendek kata prognosis adalah merupakan aktivitas

penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu

mengatasi masalah kesulitan belajar peserta didik.

b. Treatment (perlakuan)

Perlakuan disini maksudnya adalah bantuan kepada anak

yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai

dengan program yang telah disusun pada tahap prognosa tersebut.

Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:

 Melalui bimbingan belajar kelompok.

 Melalui bimbingan belajar individual .

 Melalui pengajaran remedial dalam bidang studi tertentu.

 Pemberian bimbingan untuk mengatasi masalah-masalah

psikologis .

 Melalui bimbingan orang tua, dan pengtasan kasus

sampingan yang mungkin ada.

Siapa yang memberikan treatment, tergantung kepada

harapan yang harus dilaksanakan. Kalau yang harus diatasi terlebih

dahulu ia ternyata penyembuhan penyakit kanker yang diderita

oleh anak, maka sudah barang tentu dokterlah yang berwenang

menanganinya. Sebaliknya apabila bentuk treatment-nyaa adalah

memberikan pengajaran remedial dalam bidang studi pendidikan

matematika, maka guru pendidikan matematika yang lebih tepat

untuk melaksanakan treatment tersebut.

17
c. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti pengajaran remedial.

Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah

treatment yang telah diberikan diatas berhasil dengan baik, artinya

kemajuan atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment

yang diterapkan tersebut tidak berhasil maka perlu ada pengecekan

kembali kebelakang factor-faktor apa yang mungkin menjadi

penyebab kegagalan treatment tersebut. Mungkin program yang

disusun tidak tepat. Sehingga treatment-nya juga tidak tepat, atau

mungkin diagnosisnya yang keliru, dan sebagainya. Alat yang

digunakan untut evaluasi ini dapat berupa tes prestasi belajar

(achievement test).

Untuk mengandalkan pengecekan kembali atas treatment

yang kurang berhasil, maka secara teoritis langkah-langkah yang

perlu ditempuh, adalah sebagai berikut: Re Ceking data (baik itu

pengumpulan maupun pengolaan data), Re Diagnosis, Re

Prognosis, Re Treatment dan Re Evaluasi.

Begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil

mengatasi kesulitan belajar anak yang bersangkutan.

4. Melaksanakan program perbaikan

Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat

dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya

bisa dimana saja., asal tempat itu memungkinkan siswa (siswa yang

18
memerlukan bantuan) memusatkan perhatiannya terhadap proses

pengajaran perbaikan tersebut.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah kesulitan belajar telah menjadi masalah yang umum

dihadapi oleh siswa sekolah dasar. Kesulitan belajar ini tidak hanya

dialami oleh siswa-siswa yang memiliki tingkat inteligensi yang

rendah, siswa yang memiliki tingkat inteligensi yang rata-rata bahkan

yang tinggi sekalipun dapat mengalami kesulitan dalam belajar.

Guru selaku pendidik dalam dunia pendidikan dituntut agar

bertanggung jawab penuh atas perkembangan peserta didik. Oleh sebab

itu guru dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan

kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu

perkembangan peserta didik secara optimal.

Guru hendaknya mampu mengenali dan memahami peserta didik

yang mengalami kesulitan belajar. Guru hendaknya bersikap terbuka

dan mengasah keterampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar

peserta didik. Dikarenakan dengan kesulitan belajar yang dialami

tersebut mampu mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik

yang mengalami kesulitan belajar.

Mendiagnosis kesulitan belajar, terlebih dahulu harus diketahui

penyebab dari kesulitan belajar itu sendiri, setelah itu barulah dilakukan

diagnosis dengan melihat gejala- gejala yang tampak dari diri peserta

didik yang mengalami kesulitan belajar. Setelah melihat gejala-gejala

20
yang tampak, guru bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan

melakukan tes diagnostik.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas penulis dapat menyarankan bahwa

diagnosis kesulitan belajar sangat penting dalam pendidikan yang harus

dilakukan secara terarah dalam pembelajatran. Maka dari itu pendidik

mempunyai peran peting dalam mengetahu penyebab kesulian belajar

peserta didiknya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Gordon, Thomas. 1990 Cara Mengatasi Kesulitan dalam Kelas.

Jakarta: Rajawali Press.

Mahmud, 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Supandi, 1992. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes, Jakarta:

Depdikbud.

Syah, muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada.

Yusuf, 2009. Pendidikan bagi anak dengan problema belajar.

Bandung: Tiga Serangkai.

22

Anda mungkin juga menyukai