Disusun Oleh :
NPM : 19550001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya penulis dapat
menyusun makalah ini hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi aupun pikirannya.
Makalah yang berjudul Cara Mendiagnosis Permasalahan belajar dan Cara Mengatasi
ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULIAN
A. DIAGNOSIS
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan
Hagen (Abin S.M., 2002 : 307). Diagnosis merupakan Upaya atau proses menemukan kelemahan
atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan
studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms). Atau bisa di artikan Studi yang
seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-
kesalahan dan sebagainya yang esensial. Atau Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu
studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
1. Tes Prasyarat
Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat
ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
Contoh tes prasyarat diagnosis kesulitan belajar :
Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran
ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar
atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan
belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode
dan/atau media yang lebih tepat.
2. TES DIAGNOSTIK
Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai
kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik
mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau
perkalian.
Contoh Tes diagnostik diagnosis kesulitan belajar :
Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip
pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami
kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill)
untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
3. WAWANCARA
Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk
menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.
Contoh wawancara diagnosis kesulitan belajar :
Seorang pendidik yang melakukan pendekatan langsung kepada peserta didik,
memposisikan diri sebagai sahabat yang siap emndengarkan dan memberi solusi terhadap
masalah yang sedang peserat didik hadapi.
4. OBSERVASI
Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar
peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab
kesulitan belajar peserta didik.
Contoh observasi diagnosis kesulitan belajar :
Seorang peserta didik yang mengalami gangguan pengelihatan tentu informasi yang di
terima akan berbeda dengan peserta didik lain yang dapat melihat normal. Seorang pendidik
dalam tahap observasi ini dapat menyarankan kepada siswa untuk memaksimalkan
pembelajaran di kelas dengan bantuan kacamata.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah beberapa teknik mendiagnosis kesulitan belajar siswa, semoga dapat
membantu para pendidik profesional dalam melaksanakan pembelajaran disekolah. Dapat
disimpulkan bahwa Teknik mendiagnosis kesulitan belajar ini menjadi penting untuk dapat
melahirkan sumber daya manusia yang aktif, produktif serta memiliki kemampuan di atas standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pendidikan nasional.