Anda di halaman 1dari 23

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

DAN REMEDIAL TEACHING

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan dan


Bimbingan (DK301) yang diampu oleh Drs.Sudaryat Nurdin Akhmad, M.Pd.

oleh
Ananda Salma Putriyana 2100967
Nabila Siti Azzahro 2101482
Andini Ineke Khoerunisa 2103213
Rolland Daud Putra 2103331
Margie Maudy 2104639
Daffito Andwidjaya 2104662
Ghina Imanu Hasih 2107099

PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN PARIWISATA


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dengan tepat waktu. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “ Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Remedial
Teaching ” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap
makalah ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Bandung, April 2021


Tim Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUHUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar............................................................ 3
B. Ciri – Ciri Kesulitan Belajar ............................................................................ 3
C. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar....................................................... 4
D. Tujuan Diagnosis Belajar ................................................................................. 5
E. Mengatasi Kesulitan Belajar .............................................................................
6
F. Pengertisan Remedial Teaching ........................................................................
6
G. Tujuan Remedial Teaching ................................................................................
7
H. Strategi Remedial Teaching ...............................................................................
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 19
B. Saran .............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik agar dapat
mengetahui, mengevaluasi dan menerapkan setiap ilmu yang didapat dari
pembelajaran di kelas atau pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam proses belajar mengajar tersebut yang menjadi objeknya adalah
siswa atau peserta didik. Proses belajar mengajar dalam sebuah pendidikan
bertujuan untuk mendidik, membimbing dan mengarahkansiswanya sesuai dengan
tujuan pendidikan tersebut agar tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan tersebut maka diperlukan suatu
sistem bimbingan belajar untuk mengatasi setiap permasalahan yang menjadi
sebuah kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut, dan untuk
mengatasi permasalahan yang dialami siswa tersebut yaitu dengan mendiagnostik
kesulitan yang dialami siswa serta melaksanakan remedial teaching kepada siswa
yang mengalami kesulitan belajar.

B. Rumusan Masalah
Ada delapan isu yang akan dibahas dalam makalah ini. Kedelapan isu
adalah sebagai berikut.
1) Apa pengertian diagnosis kesulitan belajar ?
2) Apa ciri-ciri kesulitan belajar ?
3) Apa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ?
4) Apa tujuan diagnosis belajar ?
5) Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar ?
6) Apa pengertian remidial teaching ?
7) Apa tujuan remidial teaching ?
8) Bagaimana strategi remidial teaching ?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah adalah
sebagai berikut.
1) Memahami pengertian diagnosis kesulitan belajar
2) Mengetahui ciri-ciri kesulitan belajar
3) Mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
4) Mengetahui tujuan diagnosis belajar
5) Mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar
6) Memahami pengertian remidial teaching
7) Mengetahui tujuan remidial teaching
8) Mengetahui strategi remidial teaching

D. Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dalam makalah adalah sebagai
berikut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar


Bruce Shertzer dan Shelley C. Stone ( 1980 : 310 ) dan Hansel ea.al (1977 :
371 ) mengemukakan bahwa “Diagnosis merupakan upaya untuk mengenal dan
memahami klien sehingga upaya –upaya yang dilakukan selanjutnya dalam
pelaksanaan konseling dapat lebih terarah”.
Materi Layanan Pembelajaran, Depdikbud (1995/1996:1-2) menjelaskan:
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar
mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.
Dari pengertian dia atas dapat disimpulkan bahwa pengertian diagnosis
kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meneliti kasus,
menemukan penyebab timbulnya masalah serta usaha untuk menemukan letak dan
jenis kesulitan belajar yang dialami siswa dan menetapkan kemungkinan-
kemungkinan bantuan yang akan diberikan sehingga siswa yang bersangkutan
terlepas dari kesulitan yang dialaminya.

B. Ciri-ciri Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar sering dialami siswa dengan gejala di luar batas normal.
Guru dan orang tua siswa biasanya menganggap hal ini dikarenakan siswa bodoh
atau malas, bahkan tidak memiliki semangat belajar. Guru dan orang tua
semestinya tidak menganggap gejala kesulitan belajar seperti itu. Agar masalah ini
dapat terselesaikan, maka diperlukan penelitian dan pemberiaan solusi. Menurut
Moh. Surya (1978) (dalam Sugihatono, dkk. 2007: 154) mengemukakan ciri-ciri
anak yang mengalami kesulitan belajar, antara lain:
1) Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan
dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai
yang diperolehnya selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu
tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4) Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta, dan sebagainya.
5) Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau
di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan
belajar, dan sebagainya.
6) Menunjukkan gejala emosi yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan
perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak
kesulitan belajar yaitu hasil belajar yang rendah dan tidak seimbang dengan usaha
yang dilakukan, lambat dalam pembelajaran, menunjukkan sikap atau perilaku
yang berkelainan, dan menunjukkan emosi yang kurang wajar.

C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar menjadi fenomena yang sering dialami oleh siswa. Hal itu
tentu saja tidak terjadi begitu saja, artinya, ada faktor yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar. Selain itu, siswa yang mengalami kesulitan biasanya
melakukan hal-hal yang menyimpang, seperti membolos, mengganggu jalannya
pores belajar mengajar, tidak mengumpulkan tugas, dan sebagainya. Menurut
Syah (2006 : 55) faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar ada
dua, diantaranya:
1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang murni datang
dari dalam diri siswa sendiri.
2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa.
Kedua hal ini ini meliputi beberapa keadaan dan hal yang antara lain sebagai
berikut.
1) Faktor internal siswa
Faktor internal siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik
siswa, yakni (1) Bersifat kognitif (ranah cipta), yaitu berupa rendahnya kapasitas
intelektual/intelegasi siswa, (2) Bersifat afektif (ranah rasa), yaitu berupa tidak
stabilnya emosi dan perilaku, dan (3) Bersifat psikomotor (ranah karsa), yaitu
berupa terganggunya panca indera penglihatan dan pendengaran (mata dan
telinga).
2) Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal siswa meliputi semua keadaan lingkungan sekitar yang
kurang mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dibagi menjadi tiga macam,
yakni (1) Lingkungan keluarga, yaitu berupa faktor ekonomi keluarga, dan
rendahnya keharmonisan antara ayah dan ibu, (2) Lingkungan
perkampungan/masyarakat, yaitu berupa teman sekitar yang kurang mendukung
proses belajar dan wilayah kampung yang tidak nyaman, (3) Lingkungan sekolah,
yaitu berupa kondisi guru dan fasilitas sekolah yang kuraang berkualitas, letak
sekolah yang tidak strategis, dan keadaan sekolah yang tidak kondisional sehingga
mengganggu proses pembelajaran.

D. Tujuan Diagnosis Belajar


Kesulitan belajar menjadi masalah yang serius dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, diperlukan diagnosis belajar untuk mengetahui penyebab
timbulnya masalah serta usaha mencari solusinya berupa menemukan letak dan
jenis kesulitan belajar yang dialami siswa. Tujuan diagnosis belajar antara lain
sebagai berikut.
1) Tujuan Bagi Siswa
Diagnosis ini bertujuan agar siswa memahami dan mengetahui
kekeliruannya. Setelah mengetahui gejala-gejala yang menyebabkan siswa
kesulitan belajar, maka siswa akan memahami dan mulai untuk memperbaiki
kesalahannya. Dengan ini diharapkan siswa tidak lagi mengalami kesulitan
belajar. Untuk memperbaiki kesalahan, siswa dapat melakukannnya dengan
memilih cara atau metode yang efektif sesuai permasalahan yang dihadapi.
Dengan ini, siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik dan mampu
meniingkatkan prestasi belajarnya.
2) Tujuan Bagi Guru
Guru dapat mengetahui kelemahannya dan memperbaiki kelemahan tersebut
sehingga kesulitan belajar yang dialami siswa dapat berkurang dengan
meningkatnya kualitas guru atau pengajar.

E. Mengatasi Kesulitan Belajar


Menurut Aunurrahman (2009 : 200) , untuk mengatasi kesulitan belajar,
guru perlu mengadakan pendekatan pribadi disamping pendekatan instruksional
dalam berbagai bentuk yang memungkinkan guru dapat lebih mengenal dan
memahami siswa serta masalah belajarnya. Guru dalam hal ini bisa melakukan
layanan konseling individual, diantaranya sebagai berikut.
1) Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu.
2) Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan
pelajaran manakah kesulitan terjadi.
3) Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar.

F. Pengertian Remidial Teaching


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa kata
“Remidial” berarti berhubungan dengan perbaikan, pengajaran ulang murid yang
hasil belajarnya jelek,kata “Remidial” juga berarti bersifat menyembuhkan.
Sedangkan kata “Teaching” berarti proses perbuatan, cara sesuatu mengenai
mengajarkan, dan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar. Dengan
demikian, Remedial Teaching adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat jadi baik.
Salah satu bentuk pemberian bantuan, yaitu pemberian bantuan dalam
proses belajar mengajar yang berupa kegiatan perbaikan terprogram dan disusun
secara sistematis (Ishak S.W dan Warji R, 1982 : 1). Segala sesuatu yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar. Faktor-
faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan mengatasinya. Baik
secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan
data dan informasi yang seobjektif mungkin (M. Entang). Dalam proses belajar
mengajar siswa diharapkan dapat mencapai hasil sebaik-baiknya, sehingga bila
ternyata ada siswa yang belum berhasil sesuai dengan harapan, maka diperlukan
suatu proses pengajaran yang membantu agar tercapai hasil yang diharapkan.
Dengan demikian, perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal
sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa melalui keseluruhan proses
belajar, mengajar dan keseluruhan pribadi siswa.
Remidial Teaching merupakan pengajaran yang berfungsi menolong anak
tersebut untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengajaran perbaikan ini
bersifat khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang
dihadapi anak didik. Layanan ini diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang
ditetapkan. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
Berdasarkan pengertian diatas jelas bahwa Remedial Teaching adalah
sebuah program untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil
dalam menguasai pembelajaraan baik individu maupun kelompok agar lebih
mampu mengembangkan diri seoptimal mungkin untuk memenuhi kriteria
keberhasilan minimal yang ditetapkan.

G. Tujuan Remidial Teaching


Tujuan Remidial adalah memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan melalui proses perbaikan.
Secara rinci tujuan dari remidial teaching adalah :
1) Agar siswa memahami dan mengenali diri sediri khususnya yang
menyangkut dengan prestasi belajar,
2) Dapat memperbaiki atau engubah cara belajar ke arah yang lebih baik,
3) Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang baik, dan
4) Dapat menyelesaikan dan melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan
kepada peserta didik dengan baik dan benar, misalnya segi kemampuan,
segi kelemahan, dan serta jenis kesulitannya.

H. Strategi Remidial Teaching


Sasaran akhir pengajaran remedial adalah sama dengan pengajaran pada
umumnya, yaitu membantu murid dalam batas-batas normalitas tertentu agar
dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga mencapai tingkat
penguasaan tertentu, sekurang-kurangnya sesuai dengan batas kriteria
keberhasilan yang dapat diterima (minimum acceptable performance). Strategi
pendekatan Remidial Teaching dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1) Strategi dan Pendekatan Pengajaran Remedial Yang Bersifat Kuratif
Pengajaran remedial dapat dikatakan bersifat kuratif apabila dilakukan
setelah berlangsungnya program belajar mengajar sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Program proses belajar mengajar tersebut meliputi
program untuk tiap pertemuan, untuk satuan (unit) Bahan Pelajaran atau satuan
waktu tertentu (mingguan, bulanan,semester dan sebagainya). Strategi dan
pendekatan teknik ini diberikan kepada murid secara empirik yang menunjukkan
kesulitan belajar tertentu (prestasi lemah, kurang mampu melaksanakan
penyesuaian) yang diprediksikan atau diduga akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Pendekatan
kuratif tindakan remedial berpangkap dari hasil post test diagnostic berdasarkan
data-data hasil tes sumatif.
Adapun yang menjadi sasaran pokok pengajaran remedial yang bersifat
kuratif, yaitu (1) Murid yang prestasinya jauh dibaah kriteria keberhasilan,
diusahakan pada suatu saat tertentu dapat mencapai kriteria keberhasilan minimal
tersebut, dan (2) Murid yang masih kurang sedikit dari keberhasilan minimal
diupayakan suatu saat dapat disempurnakan.
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut para ahli psikologi
pendidikan telah mengembangkan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan
pengulangan (repeatition), pengayaan(enrichment) serta kecepatan (accelleration)
yang secara visual dalam bagan berikut :
a. Pendekatan Pengulangan (repeatition)
Sejalan dengan diagnosisnya, pengulangan terdiri dari beberapa tingkatan :
 Pada setiap akhir jam pertemuan tertentu
 Pada setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu
 Pada akhir setiap satuan program studi (triulan /semester)
Pengajaran remedial dapat diberikan dan diorganisasi secara individual
maupun secara kelompok. Secara individual apabila ternyata murid mempunyai
jenis/lokasi/sifat kesulitan belajar yang sama. Ada beberapa kemungkinan waktu
dan cara pelaksanaan pengajaran remedial yaitu :
 Dilaksanakan pada pertemuankelas biasa, jika memang sebagian besar
anggota kelas mengalami kesulitan yang serupa, di mana :
1. Bahan pelajaran dipresentasikan kembali; 
2. Diadakan latihan/penugasan soal kembali yang bentuknya sejenis dengan
soal terdahulu;
3. Diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil
peningkatannya ke arah keberhasilan yang diharapkan.
 Dilakukan di luar jam pertemuan biasa, jika yang mengalami kesulitan
belajar itu hanya seorang  murid atau sejumlah murid tertentu.
 Dilaksanakan pada kelas remedial (khusus bagi murid), yang mengalami
kesulitan belajar tertentu, dimana :
1. Murid lain belajar dalam kelas biasa, sedangkan murid tertentu belajar
dengan mendapatkan bimbingan khusus dari guru yang sama atau guru mata
pelajaran sampai yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan tertentu
untuk kemudian bersama-sama lagi dengan teman-temannya dikelas biasa;
2. Dilakukan pengulangan secara total, jika ternyata murid yang bersangkutan
prestasinya sangat jauh dari batas kriteria keberhasilan minimal yang kita
kenal sebagai tinggal kelas.
b. Pengayaan dan Pengukuhan (enrichment and reinforcement)
Layanan pengayaan diberikan kepada murid yang mempunyai kelemahan
ringan, dengan materi program pengayaan bersifat :
 Ekuivalen (horizontal) dengan program proses belajar mengajar utamanya
sehingga nilai bobot kredit dapat perhitungkan bagi murid yang
bersangkutan.
 Sekedar suplementer terhadap program proses belajar utama tanpa
menambah bobot kredit tertentu yang penting dapat meningkatkan
penguasaan pengetahuan, keterampilanbagi murid yang relatif lemahdan
memberikan kesibukan kepada murid yang cepat belajar untuk mengisi
kelebihan waktunya dibandignkan teman-teman sekelasnya.
Adapun teknik pelaksanaannya adalah: guru memberikan tugas/soal
pekerjaan ruah kepada murid-murid yang relatif lemah, sedangkan kepada murid-
murid yang cepat belajarnya tugas yang diberikan guru harus dikerjakan di kelas
itu juga, sementara murid-murid lain mengerjakan proses belajar mengajar
utamanya. Sebaliknya guru memeriksa dan memperhitungkan dengan pemahaman
bobot kredit apabila memberikan pekerjaan rumah atau tugas tambahan
c. Kecepatan (acceleration)
Pelayanan akselerasi diberikan kepada murid berbakat yang menunjukkan
kesulitan psikososial yaitu dengan jalan mengadakan akselarasi atau promosi
kepada program utama berikutnya yang lebih tinggi dengan dua kemungkinana
cara pelaksanaannya :
 Promosi penuh status akademisnya ke tingkat yang lebih tinggi  sebatas
kemungkinannya menunjukkan keunggulan yang menyeluruh dari program
studi yang ditempuhnya dengan luar biasa. Dalam hal ini dapat dilakukan
dengan cara“placement test” dari tingkat yang akan dimasuki.
 Maju berkelanjutan (continous progress)  pada beberapa bidang studi
tertentu dimana kasus sangat menonjol dapat diberikan layanan dengan
program pelajaran yang lebih tinggi sebatas kemampuannya dan status
akademisnya tetap bersama-sama teman seagkatannya.
Ketiga teknik pendekatan yang bersifat kuratif tersebut diadministrasikan
secara efektif guna keperluan peningkatan prestasi akademis maupun kemampuan
penyesuaiannya mungkin berangsur-angsur dapat dikurangi dalam lingkungan dan
sistem persekolahan.
2) Strategi dan Pendekatan Pengajaran Remedial Yang Bersifat Preventif
Sasaran pokok dari pendekatan preventif adalah berupaya sedapat mungkin
agar hambatan-hambatan dapat mencapai prestasi dapat diatasi dan
mengembangkan kemampuan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
diterapkan, pendekatan revensit bertolak dari hasil pretest atau test of entering
behaviors.Pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre teaching
diagnostic. Berdasarkan hasil pretest teaching diagnostic ini maka secara garis
besar murid dapat diidentifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu ;
 Mereka yang diperkirakan akan mampu menyelesaikan program proses
belajar mengajar utama sesuai dengan waktu yang telah disediakan kategori
normal rata-rata)
 Mereka yang diperkirakan akan sanggup menyelesaiakn program lebih
cepat dari waktu yang telah ditetapkan (murid yang cepat).
 Mereka yang diperkirakan akan terlambat atau tidak akan menyelesaikan
program sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan.
Atas dasar perkiraan di atas, maka ada tiga alternatif kemungkinan teknik
layanan pengajaran yang bersifat remedial :
a. Layanan Kepada Kelompok Belajar Homogen
Langkah pelayanan kelompok kepada kelompok belajar homogen dapat
dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
Dari bagan diatas nampak bahwa setelah diadakan penilaian terhadap murid
dikelompokkan ke dalam kelompok A (murid yang cepat), kelompok B
(kemampuan murid rata-rata) dan kelompok C (kemampuan murid
lambat) program kepada ketiga kelompok dengan ruang lingkup ekuivalen, tetapi
diorganisasikan secara relatif berbeda. Perbedaan tersebut terletak dalam cara
menerangkan, taraf kesukaran dalam memberikan tugas/soal, dan sebagainya.
Misal murid yang termasuk kelompok A sudah tentu diberikan tugas/soal dengan
taraf kesukaran dan jumlah relatif lebih banyak dari kelompok lainnya.
b. Layanan Pengajaran Individual
Konsep dasar teknik layanan pengajaran individual sama dengan teknik
layanan kepada kelompok belajar homogen yaitu peyesuaian layanan pengajaran
yang disesusaikan dengan kondisi obyektif murid. Namun pada teknik layanan
pengajaran individual secara fundamental diberikan kepada murid secara
individual.
Langkah-langkah pengajaran individual secara visual digambarkan sebagai
berikut :
Pada teknik pengajaran individual ini, setiap murid mempunyai waktu
tersendiri. Ia mempunyai kebebasan melakukan konsultasi dengan guru atau pihak
lain yang diperlukan degan tidak terikat keharusan mengikuti pelajaran seperti
biasa di kelas. Namun ia terikat oleh batas  waktu akhir periode belajara yang
telah ditetapkan.
Walaupun kegiatan belajar murid secara individual, tetapi masing-masing
dari murid dituntut menempuh post test  atau tes sumatif tertentu diorganisasikan
secara baku. Keperluan, program pengajaran individual, biasanya telah
diorganisasikan dalam bentuk modul dimana pada prinsipnya setiap murid
mendapat layanan secara individual.
c. Layanan Pengajaran Secara Kelompok Dilengkapi Kelas Khusus Remedial
dan Pengayaan
Teknik layanan ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Pada teknik pertama (layanan kelompok belajar homogen) sejak awal
sampai post test ataumasing-maisng murid mengikuti porgram A, B,atau C dan
tidak terjadi perpindahan selama program berlangsung, tetapi pada teknik kegiatan
ini pada prinsipnya murid berada dalam satu kelas yang samadengan mengikuti
proses belajar mengajar utama yang sama pula. namun di samping itu kepada
murid yang cepat belajarnya telah disediakan paket program pengayaan khusus,
begitu pula kepada murid yang ternyata mempunai kesulitan-kesulitan tertentu
telah disediakan tepat/waktu dan program layanan remedial.
Setelah murid-murid selesai dengan program pengayaan atau program
remedial, mereka kembali lagi ke dalam kelompok dan program belajar utama
bersama-sama dengan teman sekelasnya. Pada akhirnya mereka juga harus
menempuh post test secara bersama-sama pula. teknik pelayanannya dapat sama
dengan teknik pertama yaitu dilakukan oleh beberapa guru dalam satu waktu yang
bersamaan tau berada dan dapat pula dilakukan oleh guru yang sama pada saat
yang berbeda asal program dan fasilitas teknisnya sudah dipersiapkan.
3) Strategi dan Pendekatan Pengajaran Remedial Yang Bersifat Pengembangan
(Development)
Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari during teaching
diagnostic atau berupaya  diagnosis yang dilakukan guru selama berlangsung
program proses belajar mengajar.Sasaran pokok dari strategi pendekatan
pengembangan ini adalah agar murid mampu mengatasi kesulitan atau hambatan-
hambatan yang mungkin dialami selama melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar. Bantuan segera (intermediate treatment) dari saat ke saat selama
berlangsungnya proses belajar mengajar. Pada akhirnya murid diharapkan akan
dapat menyelesaiakan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang ditetapkan.
Pelaksanaan strategi pendektan pengembangan ini diperlukan adanya
pengorganisasian program proses belajar mengajar yang sistematis seperti dalam
bentuk sistem pengajaran berprogram, sistem pengajaran modul, self instrctional
audiotutorial system dan sebagainya. Dengan demikian proses layanan diagnosis
dan remedial itu dapat secara sekuensial dari unit ke unit secara teratur. Secara
visual pendekatan pengembangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Dari bagan tersebut di atas menunjukkan bahwa ada rangkaian
perkembangan diagnosis dan remedial yang berlangsung selama proses belajar
mengajar, dari modul ke modul atau unit ke unit. Dalam hal ini guru harus
mengadakan observasi atau memonitor selama proses belajar berlangsung
kemudian tiap selesai tes formatif hendaknya diadministrasikan.
Informasi dari kedua aktivitas itu merupakan feed back (umpan balik) dari
guru untuk segera mengadakan evaluasi diagnosis. Tindakan selanjutnya adalah
guru segera melakukan bantuan remedial baik kepada murid secara kelompok
maupun secara individual, tergantung pada pola proses belajar mengajar mana
yang digunakan. Kegiatan proses belajar mengajar baru dilanjutkan kepada
tingkat berikutnya (modul/ unit tertentu) apabila murid betul-betul telah
menyelesaikan program terdahulu secara tuntas (sesuai kriteria keberhasilan yang
ditetapkan)
Sudah barang tentu kalau program ini disajikan dalam bentuk modul, murid
yang sudah dipandang memenuhi  tidak perlu saling menunggu temannya.
Dengan perkataan lain bahwamurid yang bersangkutan sebaiknya diperkenankan
maju ke tingkat program yang lebih tinggi. Kegiatan seperti dilakukan sepanjang
satuan program yang lebih besar diselesaikan (tahunan, semester). Pada akhirnya
selayaknya diadakan suatu tes yang menyeluruh (sumatif test).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar
dengan baik disebabkan faktor-faktor yang datang dari luar (eksternal) maupun
dari dalam diri (internal) peserta didik. Ada beberapa indikator seorang siswa
mengalami kesulitan belajar, yaitu menunjukkan adanya hasil belajar yang
rendah, hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, lambat
dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, menunjukkan sikap-sikap yang
kurang wajar, menunjukkan perilaku yang berkelainan, dan menunjukkan gejala
emosi yang kurang wajar .
Untuk menangani kesulitan belajar,perlu dilakukan diagnosis kesulitan
belajar agar tepat dalam penentuan langkah penyelesaian selanjutnya. Ada
beberapa tahap yang harus dilakukan dalam melakukan diagnosis belajar, yaitu
mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, mendeteksi pada kawasan
tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan pelajaran manakah kesulitan
terjadi,dan analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Perlu digaris bawahi
bahwa dalam proses diagnosis kesulitan belajar, guru perlu mengadakan
pendekatan pribadi disamping pendekatan instruksional.
Remedial Teaching adalah salah satu bentuk pemberian bantuan, yaitu
pemberian bantuan dalam proses belajar mengajar yang berupa kegiatan perbaikan
terprogram dan disusun secara sistematis. Remedial teaching bisa menjadi tindak
lanjut dari diagnosis kesulitan belajar. Adapun tujuan dari remedial teaching yakni
agar siswa memahami dan mengenali dirinya khususnya yang menyangkut
prestasi belajar, dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah yang lebih
baik, mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang baik,dan dapat menyelesaikan dan melaksanakan
tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya dengan baik dan benar .

B. Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, kami merumuskan saran sebagai berikut.
1. Diharapkan guru memahami dan menguasai prosedur diagnosis kesulitan
belajar maupun remedial teaching.
2. Guru harus peka terhadap kondisi peserta didik agar dapat mengetahui siapa
yang membutuhkan bantuan.

DAFTAR PUSTAKA
Ainun.(2020, 16 Juni ). “Pengertian Pendidikan: Fungsi, Jenis, Tujuan Pendidikan
(Ahli & Umum)”. Diakses pada https://salamadian.com/pengertian-
pendidikan/.
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 2, Nomor 1
Desember 2015 : 1 - 14
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009).
Budiman,Nandang. (2009) . Remedial Teaching.(Bahan Ajar). Universitas
Pendidikan Indonesia.
Landayani.(2016).Diagnostik dan Remedial Teaching.Makalah Bimbingan dan
Konseling,1,8-16.
Makmun, Abin Syamsuddin.(2012). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modal . Palangkaraya : PT Remaja Rosda Karya.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan.UNY Press

Anda mungkin juga menyukai