.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
Kelas 4B
1. Mislian Dinda Norjanah (1910125220087)
2. Ahmad Shabirin (1910125310032)
3. Muhammad Sugiyannor (1910125310064)
4. Mira Erdiyanti (1910125320022)
5. Maya Aulia (1910125320042)
6. Siti Uswatun Khasanah (1910125320062)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”BIMBINGAN BELAJAR BAGI
SISWA YANG KESULITAN BERBAHASA” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Pada kesempatan ini kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Prof. Drs. H. Rustam Effendi, M.Pd, Ph.D dan Ibu Dessy
Dwitalia Sari, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia
SD 2 yang telah memberi kesempatan kami belajar dalam pembuatan makalah
ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih kurang. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar masih dijumpai permasalahan-permasalahan yang
menimbulkan seseorang terhambat dalam belajar yaitu mencapai suatu
tujuan dan cita-cita. Faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi
seseorang itu bisa muncul dari diri sendiri (kurang percaya diri, pemalu,
mudah putus asa, kemampuan fisik, dan lain-lain) maupun masalah yang
muncul dari luar diri sendiri serta dari lingkungannya. Proses
perkembangan anak tidak selalu berjalan lancar dan berhasil. Siswa
mengalami berbagai hambatan, kesulitan, dan kegagalan. Siswa tidak
hanya dibantu dalam mengembangkan potensi tetapi juga dibantu untuk
mengatasi kesulitan dan mengatasi permasalahan yang dimiliki.
Apapun keadaannya, guru sebagai salah satu komponen terpenting
dalam system pendidikan diharapkan bisa melakukan bimbingan pada
siswa sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya masing-masing. Cece
Wijaya dan A. Tabrani Rusman (1991:173) menegaskan bahwa
memberikan bimbingan merupakan salah satu kemampuan professional
dasar guru dalam proses belajar mengajar. Bantuan dan bimbingan sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan melalui belajar-mengajar
di sekolah. Oleh sebab itu, guru perlu memahami penyebab juga teknik
bimbingan dan dapat memilih teknik yang tepat untuk membantu siswa.
Dalam makalah yang akan kami paparkan kali ini yaitu mengenai
materi bimbingan belajar bagi siswa yang kesulitan berbahasa yang
nantinya akan membantu seorang pendidik lebih mudah memahami materi
tersebut kepada peserta didiknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bimbingan belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan kesulitan berbahasa?
3. Apa saja istilah-istilah kesulitan atau gangguan berbahasa?
4. Apa penyebab gangguan berbahasa pada siswa?
1
5. Bagaimana solusi bimbingan belajar bagi siswa yang kesulitan
berbahasa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami makna dari bimbingan belajar.
2. Untuk mengetahui dan memahami makna dari kesulitan berbahasa.
3. Untuk mengetahui dan memahami istilah-istilah kesulitan/gangguan
berbahasa.
4. Untuk mengetahui dan memahami penyebab gangguan berbahasa bagi
siswa.
5. Untuk mengetahui dan memahami solusi bimbingan belajar bagi siswa
yang kesulitan berbahasa.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar
pendidik dapat memahami tentang penyebab juga solusi yang dapat
diberikan untuk peserta didik yang mengalami kesulitan berbahasa dengan
memberikan bimbingan belajar untuk siswa tersebut. Perannya bisa
meningkatkan kemampuan mendidik atau mengajar terhadap anak
didiknya serta mampu mengembangkan potensi diri peserta didik,
mengembangkan kreativitas dan mendorong adanya penemuan keilmuan
dan teknologi yang inovatif, sehingga para siswa mampu bersaing dalam
masyarakat global.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran, cara mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu,
cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran. Selain itu
bentuk layanan bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa adalah
layanan bimbingan yang disesuaikan dengan masalah belajar yang
dihadapi oleh siswa.
4
faktor lain yang berpengaruh secara tidak langsung (Wardani, IGAK.,
p.39). kesulitan-kesulitan berbahasa misalnya: (1) kesulitan dalam
menyampaikan pikiran dalam bentuk bahasa lisan, (2) kesulitan dalam
membedakan kata-kata sapaan, (3) kesulitan dalam menuliskan apa
yang diinginkannya secara tepat, (4) kesulitan menjawab pertanyaan-
pertanyaan guru, (5) kesulitan berbicara sekaligus kesulitan dalam
bentuk dan penggunaan bahasa.
5
c. Aphasia Konduktif, yaitu mengalami kesulitan dalam meniru
pengulangan bunyi-bunyi bahasa.
d. Aphasia Amnestic atau nominal aphasia atau anomia, yaitu
kesulitan dalam memilih dan menggunakan simbol-simbol yang
tepat (Tarmansyah, 1995., p.94)
2. Dysarthria dan Apraxia
Dysarthria muncul menyertai aphasia, yaitu berupa gangguan
berbicara yang diakibatkan oleh hilangnya control otot-otot pada
mekanisme berbicara (Owen, Jr., 1984). Kerusakan atau cidera pada
system syaraf dapat berakibat pada terganggunya gerakan, baik dalam
bentuk gerakan itu sendiri, kecepatannya maupun irama gerakannya.
Oleh karena itu dysarthria dapat muncul dalam bentuk penghilangan
atau distrorsi (penyimpangan) bunyi, penghilangan bunyi, atau salah
ucap yang terjadi secara permanen. Misalnya penderita dysarthria
selalu menghilangkan bunyi pada awal, tengah, atau akhir kata.
Misalnya: kata berangkat diucapkan angkat, meskipun diucapkan
kipun atau mespun. Apraxia merupakan gangguan yang muncul dalam
memilih dan memprogram pembicaraan. Karakteristik yang menonjol
dalam gangguan ini antara lain tercermin dalam munculnya kesulitan
untuk memulai pembicaraan, kesalahan pengucapan yang tidak
konsisten, serta tampaknya gerakan meraba-raba atau mengubah sikap
badan untuk ke sumber suara, walaupun apraxia dan dysarthria bukan
merupakan gangguan linguistik, tetapi keduanya dapat muncul
bersama dengan munculnya gangguan linguistic seperti aphasia.
3. Dyslexia
Gangguan ini berkaitan dengan hilangnya kemampuan untuk
membaca. Gangguan ini terjadi karena tidak berfungsinya secara
normal syaraf yang berhubungan atau yang mengatur kemampuan
membaca. Dyslexia sering disebut sebagai “word blindness”
(kebutaan akan kata-kata) karena penderita seolah-olah tidak mengenal
kata-kata yang dibacanya. Gangguan ini mencakup berbagai variasi
dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda, dari yang paling ringan
6
sampai dengan yang paling parah. Hakikat dyslexia terletak pada
kebingungan dan kesulitan yang dialami seseorang selama karena ia
seolah-olah tidak mengenal bunyi, arti, ataupun ejaan dari kata yang
dilihatnya.
4. Dysgraphia
Gangguan ini berkaitan dengan berkurangnya atau hilangnya
kemampuan dalam menulis, sehingga tulisan yang dihasilkan sangat
buruk dan hampir tidak dapat dibaca. Gangguan ini terjadi karena otot-
otot serta syaraf-syaraf yang berfungsi dalam mengendalikan gerakan
halus (fine motor) terganggu atau tidak berfungsi.
5. Gagap
Gangguan ini merupakan gangguan dalam kelancaran dan irama
berbicara yang dapat muncul dalam bentuk yang paling ringan sampai
paling parah. Penderita gangguan ini biasanya susah menghasilkan
atau memulai pengucapan bunyi, mengulang-ulang kata berkali-kali,
memanjangkan kata, atau berhenti terlalu lama. Penderita gangguan ini
kadang-kadang berkeringat, mengedipkan mata, kerutan wajah, dan
gerakan kepala pada saat mengucapkan kata-kata, terlebih pada kata-
kata pertama.
6. Suara Sumbang atau Kelainan dalam Suara
Volume, tempo, keras linak suara serta kualitas suara memegang
peranan penting dalam berkomunikasi oral. Gangguan terjadi akibat
ada kelainan pada alat-alat ucapnya, seperti: gigi geligi tidak lengkap,
sumbing, pita suara putus satu, celah langit-langit dan sebagainya.
Contohnya, orang yang mengalami celah langit-langit (clep palate)
bicaranya sengau.
7. Salah Pengucapan
Gangguan ini sering muncul dalam empat bentuk, yaitu:
penghilangan penggantian, penyimpangan, serta penambahan bunyi.
Misalnya: sekolah diucapkan sekola, buku diucapkan puku, Bandung
diucapkan mbandung, gelas diucapkan gela.
8. Disaudia
7
Yaitu kesulitan bicara yang disebabkan oleh gangguan
pendengaran.
9. Dislogia
Yaitu kesulitan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas
berpikir atau taraf kecerdasan dibawah normal.
10. Disglosia
Kesulitan bicara yang disebabkan oleh kelainan bentuk struktur
dari organ bicara yaitu articulator, seperti: palatoskisis (celah pada
palatum), celah bibir, maloklusi (salah temu gigi atas dan gigi bawah),
anomaly (penyimpangan dari nilai baku, seperti: bentuk lidah yang
tebal, tidak tumbuh velum, tali lidah pendek).
11. Dislalia
Kesulitan bicara yang disebabkan oleh factor psikososial yang
paling dominan disebabkan oleh factor lingkungan dan gejala
psikologis.
12. Afonia
Kesulitan dalam memproduksi suara atau tidak dapat bersuara
sama sekali. Kesulitan ini disebabkan adanya kelumpuhan pita suara.
13. Gangguan Suara
Suara dihasilkan oleh pita suara yang diawali dengan keluarnya
udara dari paru-paru, kemudian melalui pita suara menyentuh dinding
resonansi, atau menggetarkan pita suara itu sendiri sehingga
menimbulkan getaran udara. Getaran-getaran tersebut yang disebut
sebagai getaran suara. Gangguan dalam proses produksi suara meliputi
aktivitas pada saat fonasi sehingga mempengaruhi unsur-unsur suara,
yaitu nada, kekerasan, dan kualitas udara.
Kelainan nada. Kelainan ini terjadi karena adanya
gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu
fonasi. Nada yang dihasilkan seseorang ditentukan oleh
frekuensi getaran pita suara, semakin besar frekuensinya
makin tinggi nada yang dihasilkan, sebaliknya makin kecil
frekuensinya makin kecil pula nada yang dihasilkan.
8
Kelainan kualitas suara. Kelainan ini terjadi karena adanya
ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat
aduksi sehingga suara yang dihasilkan tidak sama seperti
suara normal. Kontak yang kurang baik pada saat aduksi
menyebabkan terjadinya aliran udara yang tidak
terkendalikan atau tidak terjadi getaran secara sempurna.
9
Keterlambatan berbicara yang dapat dipicu faktor lingkungan, gangguan
pendengaran atau gangguan tumbuh kembang.
2. Gangguan pendengaran baik parsial maupun total yang jenisnya antara lain :
Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan oleh suatu penyakit
yang mengganggu fungsi telinga bagian luar dan tengah sehingga
penyandangnya perlu menggunakan alat bantu pendengaran.
Gangguan pendengaran kompleks akibat rusaknya fungsi pada telinga
bagian luar, tengah dan dalam.
Gangguan pusat pendengaran yang terjadi akibat kerusakan akibat
kerusakan pada syaraf atau jaringan otak.
3. Gangguan akibat kondisi tertentu seperti :
Kesulitan belajar yang dapat menjadi sebab maupun akibat gangguan
bahasa
Selebral palsy atau lumpuh otak
Retardasi atau keterbelangan mental
Bibir sumbing
Kesulitan yang dihadapi siswa / anak pada saat belajar bicara dapat
disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
Keterbatasan pendengaran
Keterlambatan perkembangan jaringan otot organ wicara sehingga anak
kesulitan menggerakan otot wicara dengan cepat untuk menghasilkan
suara
Keterlambatan pemahaman bahasa orang dewasa yang perkataannya
panjang dan rumit
Kurang berinteraksi dengan orang lain
Terlalu pasif dalam pergaulan sosial
Terlalu mengandalkan komunikasi nonverbal yang efektif diterapkan di
rumah tetapi tidak berterima di masyarakat, anak akan malas mencoba
menggunakan kata-kata
Kurang diperdulikan orang lain karena dianggap sama sekali tidak
mampu bicara atau memahami orang lain
Ketika ditanya jawabannya sering diwakilkan oleh orang lain
10
Tidak cukup waktu karena orang lain tidak memberinya kesempatan
merespon sementara anak membututhkan waktu untuk mulai bicara
Rangsangan terlalu banyak dalam arti bahasa yang diajarkan terlalu
banyak, sama halnya dengan melempar banyak bola pada anak yang
sedang belajar menangkap bola
Terlalu banyak bahasa formal bukan bahasa komunikatif yang diberikan,
misalnya tentang angka dan macam-macam warna yang kurang
bermanfaat untuk komunikasi harian
Terlalu sering bermain sendiri karena yang dihadapi hanya mainan bukan
orang lain
E. Solusi Bimbingan Belajar Bagi Siswa yang Kesulitan Berbahasa
1. Bimbingan dari orang tua
a. Melatih komunikasi dua arah dengan anak
Mengajak anak berbicara sangatlah penting untuk
mencegah speech delay pada anak. Sering mengajak anak ngobrol sejak
dini dapat memicu keberanian anak untuk berbicara.
Selain itu, merespons sangat anak berbicara juga bisa jadi cara
mencegah gangguan bicara pada anak.
11
Tak hanya membacakan, ketika anak sudah menginjak usia
membaca, bunda juga dapat biasakan anak membaca. Sehingga dapat
menambah perbendaharaan kosakata anak.
12
maka ulangi sekali lagi bahasa yang mereka ucapkan untuk
memastikan mengenai usaha mereka.
Hal seperti ini melatih anak untuk mengatakan bahasa dan kosakata
yang benar. Jika rajin maka semakin hari akan semakin banyak
meskipun harus melewati proses yang panjang.
c. Permainan
Hal yang paling disukai anak-anak adalah bermain, bagaimanapun
jiwa mereka adalah bermain. Terutama anak yang baru belajar
mengembangkan bahasa mereka akan memaksa jika anda mmeberikan
pelajaran, pengaruh permainan terhadap perkembangan jiwa anak juga
besar. Lantas bagaimana dengan perkembangan bahasa dan
komunikasi mereka ?
Nah jalan satu-satunya yakni dengan mengajak mereka melakukan
permainan yang mengasah kata atau benda. Seperti halnya tebak
benda, dimana tunjuk benda atau gambar benda dan minta anak untuk
menyebutkan nama benda tersebut. pilih benda yang mereka sukai
terlebih dahulu kemudian menyebar ke berbagai bentuk atau benda.
13
pasti bisa melakukan hal tersebut dan juga dilakukan dimana saja
dengan rutin.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan belajar merupakan bentuk layanan yang sangat penting
sehingga perlu diselenggarakan di sekolah. Dengan diselenggarakannya
bimbingan belajar di sekolah diharapkan siswa akan memiliki kebiasaan
belajar yang baik.
Gangguan berbicara, pendengaran, atau akibat kondisi tertentu
menyebabkan gangguan berbahasa pada siswa. Untuk mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan belajar bagi
siswa yang kesulitan berbahasa. Dapat dilakukan dengan bimbingan orang
tua maupun guru.
B. Saran
Setelah kita mempelajari materi tentang bimbingan belajar bagi
siswa yang kesulitan berbahasa, kita mengetahui bahwa materi ini dapat
membantu kita untuk memahami dan mengatasi kesulitan berbahasa siswa
dengan memberikan bimbingan belajar. Sebaiknya kita dapat
memanfaatkannya dengan baik sehingga kita tidak kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran nanti.
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari
pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah yang akan kami buat
selanjutnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
E.F, Rifda, Adi Putra Purbaya. 2016. Penerapan Bimbingan Belajar Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Bimbingan dan Konseling,03(2), 171-
184.
Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, nila, 2008. Proses Bimbingan konseling Di
Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
16