Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“TAHAP PERSIAPAN DAN PERANCANGAN BIMBINGAN KONSELING


DI SD”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Bimbingan Konseling di SD”
Dosen Pengampu :
Dr. Nina Permatasari, S.Psi., M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Kelas : 7B PGSD

1. Diny Syafira Yulianti 1810125320099


2. Rahimah 1910125220007
3. Tazkiatul Mahfuzah 1910125220012
4. Mislian Dinda Norjanah 1910125220087
5. Esty Fahlupi Yurinda 1910125320027
6. Nor Latifah 1910125320037
7. Renci Rolenta Hutapea 2210125820049

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT


serta sholawat dan salam tak lupa senantiasa kita hanturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw yang mana atas karunia-Nya dan syafaat beliau kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata


kuliah Bimbingan Konseling di SD, Semester 7 Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lambung Mangkurat, dengan materi pembahasan mengenai “Tahap Persiapan dan
Rancangan Bimbingan Konseling di SD”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina Permatasari, S.Psi.,


M.Pd selaku dosen pengampu beserta pihak-pihak yang sudah mendukung
penulisan makalah ini. Kami pun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna
menjadikan makalah ini menjadi lebih sempurna. Kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin Yarobbal Aalamiin.

Banjarmasin, 29 Agustus 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................3

A. Pengertian Tahap Perencanaan Program Bimbingan Konseling..................3

B. Tujuan dari Persiapan dan Perancangan BK Di SD......................................4

C. Manfaat Persiapan dan Perancangan Program Bimbingan dan Konseling...5

D. Langkah Tahap Persiapan dalam Bimbingan dan Konseling.......................8

E. Langkah Tahap Perancangan dalam Bimbingan dan Konseling................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

A. Kesimpulan.................................................................................................18

B. Saran............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Bimbingan dan Konseling merupakan rencana


keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan di
sekolah dan menjadi bagian terpadu dari keseluruhan program pendidikan
di sekolah. Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling diarahkan
untuk memfasilitasi peserta didik dalam mengenal dan menerima dirinya
sendiri serta lingkungannya secara positif dan dinamis, mampu mengambil
keputusan yang bertanggung jawab, mengembangkan serta mewujudkan
diri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkan di
masa depan. Hal tersebut dilakukan agar pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah dapat terlaksana secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, maka programnya harus disusun secara
terencana dan sistematis.

Untuk mencapai itu semua, diperlukan manajemen bimbingan dan


konseling. Manajemen bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling,
pengorganisasian semua aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan
dan konseling, menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan dan konseling, memotivasi sumber daya manusia serta
mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengetahui apakah
semua layanan sudah dilaksanakan dan mengetahui bagaimana hasilnya.

Dalam program bimbingan dan konseling, persiapan dan


perancangan perlu diperhatikan dengan baik. Kedua tahap tersebut
berpengaruh dalam tercapainya proses bimbingan dan konseling di sekolah
dasar, sehingga peran guru sangat diperlukan untuk melakukan
manajemen bimbingan dengan penuh tanggung jawab.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tahap perencanaan program bimbingan dan
konseling?
2. Apa tujuan dari persiapan dan perancangan program bimbingan dan
konseling?
3. Apa manfaat dari persiapan dan perancangan program bimbingan dan
konseling?
4. Bagaimana langkah tahap persiapan dalam bimbingan dan konseling?
5. Bagaimana langkah tahap perancangan dalam bimbingan dan
konseling?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tahap perencanaan program
bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui tujuan dari persiapan dan perancangan program
bimbingan dan konseling.
3. Untuk mengetahui manfaat dari persiapan dan perancangan program
bimbingan dan konseling.
4. Untuk mengetahui langkah tahap persiapan dalam bimbingan dan
konseling.
5. Untuk mengetahui langkah tahap perancangan dalam bimbingan dan
konseling.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
serta pengetahuan tentang tahap persiapan dan perancangan bimbingan
konseling di SD dan juga agar pembaca dapat menerapkannya saat proses
pembelajaran berlangsung.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Tahap Perencanaan Program Bimbingan Konseling


Bimbingan dan konseling sebagai ilmu dan profesi diharapkan
mampu memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan serta berkontribusi
dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kegiatan bimbingan dan
konseling tidak dibatasi hanya di sekolah, melainkan juga menjangkau
bidangbidang di luar sekolah yang memberikan nuansa dan corak pada
penyelenggaraan pendidikan formal dan pengembangan sumber daya
manusia. Guru bimbingan konseling diharapkan lebih tanggap, antisipatif,
proaktif, dan responsif terhadap perkembangan peserta didik yang terjadi
dalam masyarakat. (Hermawan, 2020)
Secara operasional, program Bimbingan Konseling diwujudkan
dalam berbagai layanan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah-masalah yang menghambat perkembangan psikologi dan sosial
yang berpengaruh besar dalam perkembangan dan pertumbuhan siswa,
kepribadian, intelegensi, emosional, religius, dan sosial. Namun demikian,
pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak hanya bersifat kuratif
melainkan juga bersifat pengembangan.
Program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian
rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang
selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam
pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Program bimbingan dan
konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling yang
akan diberikan kepada peserta didik dalam rangka menunjang tercapainya
tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan visi/misi yang ada di
sekolah secara khusus. Penyusunan program bimbingan dan konseling
hendaknya merujuk pada pedoman kurikulum dan berdasarkan kondisi
objektif yang berkaitan dengan kebutuhan nyata di sekolah yang
disesuaikan dengan tahapan perkembangan peserta didik. Program

3
bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif di dalamnya akan
tergambarkan visi, misi, tujuan, fungsi, sasaran layanan, kegiatan, strategi,
personel, fasilitas dan rencana evaluasinya. (Al-Anshari, 2019)
Program bimbingan dan konseling merupakan landasan kerja
utama untuk guru bimbingan dan konseling dalam pemberian layanan,
karena program kerja merupakan rencana kegiatan yang sudah guru
bimbingan dan konseling buat untuk satu tahun ajaran sekolah tanpa
adanya program kerja maka layanan yang ingin dijalankan guru bimbingan
dan konseling tidak akan berjalan dengan lancar karena terlaksananya
kegiatan bimbingan dan konseling dengan lancar tidak bisa lepas dari
perencanaan yang baik. (Ilahi dkk, 2019)
Pembelajaran melalui pelayanan BK perlu direncanakan oleh guru
BK atau konselor sekolah. Dalam pelayanan BK rencana pelaksanaan
layanan sering disebut RPL (rencana pelaksanaan layanan) atau dikenal
juga dengan satuan layanan (satlan) dan rencana kegiatan pendukung
disebut juga dengan (RKP) atau satkung (satuan pendukung). Program
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan layanan dan kegiatan
pendukung yang akan dilaksanakan pada periode tertentu pada satuan
pendidikan.
Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling, terdapat
dua tahapan, yaitu (1) tahap persiapan (preparing) dan (2) tahap
perancangan (designing). Tahap persiapan (preparing) terdiri dari (1)
melakukan asesmen kebutuhan, (2) aktivitas mendapatkan dukungan unsur
lingkungan sekolah, dan (3) menetapkan dasar perencanaan. Tahap
perancangan (designing) terdiri atas (1) menyusun rencana kerja, (2)
menyusun program tahunan, dan (3) menyusun program semesteran.
(Hermawan, 2020)

B. Tujuan dari Persiapan dan Perancangan BK Di SD


(Nelissa et al., 2020) mengatakan bahwa adapun tujuan dari
persiapan dan perancangan BK di SD ialah sebagai berikut:

4
1. Memandu guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
memfasilitasi dan memperhatikan ragam kemampuan, kebutuhan, dan
minat sesuai dengan karakteristik peserta didik/konseling.
2. Agar seluruh kegiatan dapat terorganisasi dan terkoordinasi secara
sistematis, sehingga dapat berjalan dengan lancar, efisien, dan efektif
kearah pencapaian suatu tujuan.
3. Memfasilitasi guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindak
lanjut.
4. Memberi acuan guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling secara
utuh dan optimal dengan memperhatikan hasil evaluasi dan daya
dukung sarana dan prasarana,
5. Memandu guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
menyelenggarakan bimbingan dan konseling agar peserta didik/konseli
dapat mencapai perkembangan diri secara optimal, mandiri, sukses,
sejahtera dan bahagian dalam menjalani kehidupan dan
6. Memberikan acuan bagi pemangku kepentingan penyelenggaraan
bimbingan dan konseling.
7. Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan
dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya
baik itu menyangkut masalah pribadi, belajar, sosial dan karir.
8. Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan
menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam bidang
pendidikan dan dalam lapangan kerja secara tepat.

C. Manfaat Persiapan dan Perancangan Program Bimbingan dan


Konseling
Perencanaan sebelum melakukan pembelajaran di kelas sangat
penting dilakukan. Oleh karena itu, hendaknya perencanaan disusun atau

5
direncanakan dengan baik dan matang sehingga tujuan dari pembelajaran
dapat tercapai dengan baik.
Manfaat yang didapat dari perencanaan yang baik antara lain:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang dilakukan
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap
unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun murid
4. Sebagai alat ukur keefektifan suatu proses pembelajaran sehingga
setiap saat dapat diketahui ketepatan dan kelambanan kerja
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya

Perencanaan pengajaran mempunyai beberapa faktor yang mendukung


tujuan pembelajaran tercapai misalnya :

1. Persiapan sebelum mengajar


2. Situasi ruangan dan letak sekolah dari jangkauan kendaraan umum
3. Tingkat intelegensi siswa
4. Materi pelajaran yang akan disampaikan

Karena adanya perencanaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi


baik dan efektif. Yang dimaksud disini adalah maka seorang guru bisa
memberikan materi pelajaran dengan baik karena ia harus dapat
menghadapi situasi di dalam kelas secara mantap, tegas dan fleksibel dan
karena perencanaan maka seseorang akan tumbuh menjadi seseorang guru
yang baik. Yang di maksud adalah guru membuat persiapan yang baik dan
adanya pertumbuhan berkat pengalaman dan akibat dari hasil belajar yang
terus menerus. Oleh karena itu timbul pertanyaan, pertanyaannya adalah
Bagaimana cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yang dijadikan
pedoman dalam setiap kali membuat perencanaan?

Ada 7 aspek persiapan untuk mencapai dari pertanyaan tadi yakni :

6
1. Persiapan terhadap situasi
Mancakup tempat, suasana ruangan kelas, dan lain-lain. Dan situasi
umum harus dimiliki sebelum saudara mengajar di dalam kelas
tersebut dengan pengetahuan saudara dapat membuat ancang- ancang
terhadap variabel faktor masalah dan menghadapi situasi kelas.
2. Persiapan terhadap siswa yang akan dihadapi
Maksudnya, sebelum guru mengajar ia harus mengetahui keadaan
siswa tsb atau dengan kata lain guru harus membuat gambaran yang
jelas mengenai keadaan siswa yang akan dihadapi selain dari pada
faktor intern siswa tersebut (laki- laki dan Pr), seorang guru harus
mengetahui taraf kematangan dan pengetahuan serta khusus dari pada
siswa tersebut.
3. Persiapan dalam tujuan umum pembelajaran
Yang menyangkut tujuan instruksional apa yang akan dicapai oleh
para siswa harus dimiliki seorang guru mencakup antara lain
pengetahuan, kecakapan, keterampilan atau sikap tertentu yang konkrit
yang bisa di ukur dengan alat-alat evaluasi.
4. Persiapan tentang bahan pelajaran yang akan diajarkan
Yang dimaksud dengan ini, dengan adanya pengetahuan yang akan
dihadapkan kepada siswa, si guru memiliki persiapan yang akan di
sampaikan kepada siswa yang harus terdapat batas-batas, luas dan
urutan-urutan pengajaran perlu dipersiapkan.
5. Persiapan tentang metode-metode mengajar yang hendak di pakai
a. metode ceramah
b. metode tanya jawab dan diskusi
6. Persiapan dalam penggunaan alat- alat peraga
Misalnya kapur dan papan tulis, pengahapus paling sedikit di gunakan
tetapi dalam belajar pembelajaran di pergunakan alat pembantu adalah
media yang mempertinggi komunikasi pada saat proses belajar
berlangsung.
7. Persiapan dalam jenis teknik evaluasi

7
Tujuan evaluasi adalah sampai sejauh mana daya serap terhadap
produk bahasan yang saudara terapkan.

D. Langkah Tahap Persiapan dalam Bimbingan dan Konseling


Tohirin (2007) mengemukakan secara umum proses konseling
terbagi atas tiga tahap yaitu: pertama, tahap awal (tahap identifikasi
masalah). Kedua, tahap pertengahan (tahap kerja dengan masalah tertentu).
Ketiga, tahap akhir (action). Berikut akan dijelaskan masing-masing
keterampilan dalam masing-masing tahapan konseling.
1. Tahap Awal Konseling
Tahap awal konseling disebut dengan tahap identifikasi masalah.
Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa diterapkan oleh
konselor yaitu: (1) attending, (2) mendengarkan, (3) empati, (4)
refleksi, (5) eksplorasi, (6) bertanya, (7) mengungkap pesan utama, (8)
mendorong dan dorongan minimal.
a. Keterampilan Attending (attending skills)
Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri
klien yang diwujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien,
bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Keterampilan attending juga
mencerminkan bagaimana konselor menghampiri klien yang
diwujudkan dalam perilaku diatas. Proses konseling menuntut
keterlibatan atau partisipasi dari klien. Oleh karena itu,
kemampuan attending konselor, akan memudahkannya untuk
membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka.
b. Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau
konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama
proses konseling berlangsung. Pembingbing atau konselor harus
bisa menjadi pendengar yang baik selama sesi konseling
berlangsung. Tanpa keterampilan ini, pembingbing atau konselor
tidak akan dapat menangkap pesan pembicaraan.

8
c. Keterampilan Berempati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan
untuk atau tentang klien. Empati diawali dengan simpati, yaitu
kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran , keinginan, dan
pengalaman klien.
d. Keterampilan Refleksi
Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang perasan, pikiran dan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan nonverbalnya.
e. Keterampilan Eksplorasi
Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian.
Keterampilan eksplorasi adalah suatu keterampilan konselor untuk
menggali perasaan, pikiran, pengalaman klien. Keterampilan ini
penting karena dalam konseling terkadang klien menyimpan
rahasia, menutup diri, dan diam seribu bahasa atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya secara terus terang. Melalui
ketrempilan ini, akan memungkinkan klien untuk bebas berbicara
tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam.
f. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu kemampuan pembimbing atau
konselor mengajukan pertanyaan-pertanyan pada sesi konseling.
keterampilan ini penting dimiliki oleh setiap konselor. Tanpa
keterampilan ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
konselor mungkin tidak dipahami klien sehingga ia tidak bisa
menjawab (diam).
g. Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)
Dalam sesi konseling sering klien mengemukakan perasaan,
pikiran, dan pengalamannya secara berbelit-belit. Oleh sebab itu,
dperlukan kemampuan konselor menangkap pesan utama (ide

9
utama) dari penuturan-penuturan klien selanjutanya dinyatakan
sederhana dan disampaikan dengan bahasa sendiri oleh konselor,
sehingga mudah dipahami.
h. Keterampilan Memberikan Dorongan
Minimal Keterampilan memberikan dorongan minimal adalah
kemampuan konselor memberikan dorongan langsung dan singkat
terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien. Melalui keterampilan
ini, klien akan selalu terlibat dalam pembicaraan dan terbuka.
Tujuan keterampilan ini adalah menjadikan klien terbuka dan
bersedia untuk berbicara serta dapat mengarahkan agar
pembicaraan (wawancara konseling) mencapai tujuan.
2. Tahap Pertengahan
a. Keterampilan Menyimpulkan Sementara
Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu kemampuan
konselor bersama klien untuk menyampaikan kemajuan hasil
pembicaraan, mempertajam atau memperjelas focus wawancara
konseling.
b. Keterampilan Memimpin
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang,
konselor harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan
konseling dapat tercapai secara efektif dan efisien. Memimpin arah
pembicaraan bukan berarti konselor mengarahkan klien kea rah
pembicaraan sesuai keinginan konselor, melainkan lebih banyak
mengatur jalannya wawancara konseling.
c. Keterampilan Memfokuskan
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus
melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan
klien. Keterampilan ini akan membantu klien memutuskan
perhatiannya pada pokok pembicaraan.
d. Keterampilan Melakukan Konfrontasi

10
Konfrontasi merupakan suatu kemampuan konselor menantang
klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi (ketidak
konsistenan) antara perkataan dengan bahasa badan atau perbuatan,
ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan
sebagainya.
e. Keterampilan Menjernihkan (Clarifying)
Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor
menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien yang samar-
samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuan keterampilan ini
adalah; (a) mengajak klien untuk menyatakan pesannya secara
jelas, dan (b) agar menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan
perasaannya.
f. Keterampilan Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar
klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan
perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas sehingga
komunikasi dan partisipasi meningkat serta proses konseling
berlangsung secara efektif.
g. Keterampilan Mengarahkan (Directing)
Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan
klien untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling.
Melalui keterampilan ini, konselor mengajak klkien agar berbuat
sesuatu atau mengarahkannya agar berbuat sesuatu.
h. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal (Minimal
Encouragement)
Minimal encouragement atau keterampilan memberikan dorongan
minimal adalah suatu upaya konselor memberikan dorongan secara
langsung dan singkat agar kliennya selalu terlibat dalam
pembicaraan dan dirinya terbuka. Keterampilan ini bertujuan agar
klien terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan
mencapai tujuan.

11
i. Keterampilan Sailing (Saat Diam)
Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi
teknik konseling. Oleh sebab itu, konselor harus dapat
memanfaatkan situasi ini. Keadaan diam akan membantu
konsselor: (a) untuk mendorong klien untuk berbicara, (b)
membantu klien untuk memahami dirinya, (c) setelah diam, klien
dapat mengikuti ekspresi yang membawanya berpikir dan bangkit
dengan tilikan yang mendalam, (d) mengurangi kecepatan
wawancara.
j. Keterampilan Mengambil Inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan oleh konselor apabila klien
kurang bersemngat untuk berbicara, sering diam, dan kurang
partisipatif. Konselor dapat mengucapkan kata-kata yang mengajak
klien untuk berpartisipasi dan berinisiatif dalam menuntaskan
pembicaraan.
k. Keterampilan Memberi Nasihat
Nasihat bisa diberikan oleh konselor kepada klien apabila ia
meminta. Meskipun demikian pemberian nasihat tetap perlu harus
di pertimbangkan. Hal yang harus dijaga untuk memberi nasihat
adalah tujuan konseling, yakni kemandirian klien.
l. Keterampilan Memberi Informasi
Informasi diberikan oleh konselor kepada klien harus hal-hal yang
diketahui konselor. Apabila konselor tidak mengetahui informasi
apa yang dikehendaki klien, konselor secara jujur harus
mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui informasi tersebut.
m. Keterampilan Menafsirkan Atau Interpretasi
Keterampilan menafsirkan atau interpretasi merupakan upaya
konselor mengulas pikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan
merujuk pada teori-teori. Sifat-sifat subjektif tidak boleh
dimasukan ke dalam interpretasi. Tujuan keterampilan ini adalah
untuk memberikan rujukan, pandangan atau perilaku klien agar

12
klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan
baru tersebut.
3. Tahap Akhir (Action)
a. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan merupakan kemampuan kkonselor
mengambil inti pokok pembicaraan selama proses konseling
berlangsung. Kesimpulan pembicaraan atau wawancara konseling
bisa dilakukan konselor bersama klien.
b. Keterampilan Merencanakan
Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat
membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu
program untuk action, yaitu rencana perbuatan nyata yang
produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik harus
merupakan hasil kerja sama antara konselor dan klien.
c. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)
Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan
konselor menetapkan batas-batas atau ukuran- ukuran keberhasilan
proses konseling yang telah dilaksanakan. Melalui keterampilan
ini, konselor menetapkan sisi mana dari proses konseling yang
telah dicapai dan sisi mana yang belum. Selain itu juga bisa
ditetapkan kendala apa yang menjadi penghambat proses
konseling. Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi ditentukan apa
tindak lanjutnya ( follow up-nya).
d. Keterampilan Mengakhiri Konseling
Keterampilan mengakhiri konseling merupakan suatu kemampuan
konselor menutup sesi konseling. Berbagai cara bisa dilakukan
oleh konselor untuk menutup sesi konseling. Penutupan sesi
konseling tidak harus dilakukan secara seragam oleh semua
konselor.

13
E. Langkah Tahap Perancangan dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling saat
melakukan evaluasi input terdiri dari tahap Perancangan (Designing).
Tahap perancangan (designing) terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu
penyusunan program tahunan dan penyusunan program semesteran.
1. Penyusunan Program Tahunan Bimbingan dan Konseling
Proses penyusunan struktur program tahunan bimbingan dan konseling
mencakup beberapa hal, seperti rasional, dasar hukum, visi dan misi,
deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, bidang layanan,
rencana operasional, pengembangan tema atau topik, rencana evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut serta anggaran biaya dan sarana prasarana.
a. Merumuskan rasional
Hal-hal yang diuraikan dalam merumuskan rasional adalah latar
belakang yang melandasi program bimbingan dan konseling yang
akan diselenggarakan. Beberapa aspek yang perlu diuraikan dalam
rasional, antara lain yaitu:
1) urgensi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar
(SD).
2) kondisi objektif di sekolah masing-masing berupa
permasalahan, hambatan, kebutuhan, budaya sekolah dan
potensi-potensi keunggulan yang dimiliki oleh siswa.
3) kondisi objektif yang ada di lingkungan masyarakat yang
menunjukkan daya dukung lingkungan dan ancaman-ancaman
yang mungkin berpengaruh terhadap perkembangan siswa.
4) harapan dari layanan bimbingan dan konseling yang ingin
dicapai.
b. Menentukan Dasar Hukum
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di satuan pendidikan,
dasar hukum dijadikan sebagai landasan kebijakan guru bimbingan
dan konseling atau konselor. Penulisan dasar hukum
memperhatikan kaidah urutan dari perundangan tertinggi yang

14
relevan sampai aturan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan,
contohnya Undang-Undang, peraturan pemerintah, peraturan
menteri, peraturan daerah dan surat keputusan kepala sekolah.
c. Merumuskan visi dan misi
Saat perumusan visi dan misi bimbingan dan konseling harus
disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Oleh karena itu, sebagai
guru kita harus terlebih dahulu menelaah visi dan misi sekolah
sebelum menetapkan visi dan misi program layanan bimbingan dan
konseling.
d. Mendeskripsikan Kebutuhan
Dalam mendeskripsikan kebutuhan harus diidentifikasi
berdasarkan asumsi tentang tugas perkembangan yang seharusnya
dicapai peserta didik/konseli dan asesmen kebutuhan yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya. Hasil asesmen inilah yang
selanjutnya menjadi deskripsi kebutuhan yang akan difasilitasi
dalam pencapaian tujuan layanan yang akan diberikan.
e. Merumuskan Tujuan
Ketika merumuskan tujuan, kita sebagai guru harus memperhatikan
kebutuhan peserta didik/konseli. Rumusan tujuan yang akan
dicapai disusun berdasarkan perilaku yang harus dikuasai peserta
didik/konseli setelah mendapatkan layanan bimbingan dan
konseling.
f. Menentukan Komponen Program
Guru perlu menentukan komponen program bimbingan dan
konseling yang akan dilakukan. Komponen program bimbingan
dan konseling di sekolah dasar, antara lain yaitu layanan orientasi,
layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan
kelompok dan layanan konseling kelompok.
g. Mengidentifikasi bidang layanan

15
Pada satuan pendidikan, ada empat bidang layanan dalam
bimbingan dan konseling yaitu bidang layanan yang memfasilitasi
perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karier. Materi yang
disajikan secara proporsional sesuai dengan hasil asesmen
kebutuhan empat bidang layanan, yaitu bidang pribadi, bidang
sosial, bidang belajar dan bidang karier.
h. Menyusun Rencana Kegiatan (Action Plan)
Rencana kegiatan (action plan) bimbingan dan konseling adalah
rencana detail yang menguraikan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dari hasil asesmen terhadap
kondisi siswa serta standar kompetensi kemandirian siswa. Oleh
karena itu, diperlukan rencana operasional yang memberikan
panduan dalam penyusunan program tahunan dan semester.
i. Mengembangkan Tema atau Topik Layanan Bimbingan dan
Konseling
Tema atau topik merupakan tahapan lanjutan dari identifikasi
deskripsi kebutuhan peserta didik/konseli dalam aspek
perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karier yang dituangkan
dalam Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
(RPL bimbingan dan konseling).
j. Rencana Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut
Saat melakukan evaluasi program, harus didasarkan pada rumusan
tujuan yang ingin dicapai dari layanan yang dilakukan. Rencana
evaluasi program dan hasil layanan bimbingan dan konseling
dibuat berdasarkan tujuan layanan bimbingan dan konseling yang
telah dikembangkan sebelumnya
k. Menyusun Anggaran Biaya Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam perencanaan program layanan bimbingan dan konseling,
guru perlu merencanakan anggaran biaya yang diperlukan selama
program tersebut dijalankan. Usulan dana yang dibutuhkan perlu

16
dilampirkan agar terlihat rinciannya secara jelas sehingga sejalan
dengan program bimbingan dan konseling.
2. Penyusunan Program Semesteran Bimbingan dan Konseling
Perancangan program semester dapat dilakukan setelah guru
bimbingan dan konseling atau konselor merancang program tahunan
dalam bentuk kalender. Setelah itu baru dirinci kembali dalam bentuk
program semester. Program semester ini dikembangkan berbasis pada
rencana operasional (action plan) yang telah disusun sebelumnya.
Penyusunan program semester dirumuskan dalam bentuk matriks
kegiatan berdasarkan komponen program dan terdistribusi dalam
semester ganjil dan genap.

Sebagai arahan dalam penyusunan program bimbingan dan


konseling komprehensif, Gysbres (2012:140) mengemukakan bahwa
terdapat enam tahap dalam mewujudkan desain program BK, antara lain
sebagai berikut:

1. Menentukan struktur program dasar dari program yang akan disusun,


termasuk menyusun struktur komponen dan menentukan komponen
program.
2. Merancang kompetensi siswa berdasarkan isi wilayah dan tingkat
sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Menegaskan kembali dukungan kebijakan pengembangan program
bimbingan dan konseling.
4. Menetapkan prioritas pada program delivery.
5. Menetapkan parameter untuk alokasi sumber daya program.
6. Menempatkan semua keputusan secara tertulis dan mendistribusikan
pedoman pelaksanaan program kepada semua konselor dan para
pengelola.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian
rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang
selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam
pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Dalam perencanaan program
bimbingan dan konseling, terdapat dua tahapan, yaitu tahap persiapan
(preparing) dan tahap perancangan (designing). Tujuan persiapan dan
perancangan salah satunya untuk memandu guru BK dalam memfasilitasi
dan memperhatikan ragam kemampuan, kebutuhan dan minat sesuai
dengan karakteristik siswa. Manfaat persiapan dan perancangan salah
satunya adalah sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang dilakukan. Pada langkah persiapan ada tiga kegiatan
yang dilalui yaitu identifikasi masalah, tahap pertengahan dan tahap akhir,
sedangkan pada tahap perancangan ada dua kegiatan yang dilakukan yaitu
penyusunan program tahunan dan penyusunan program semesteran. Oleh
karena itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan diperlukan kinerja guru
yang baik dalam kedua tahap tersebut dengan saling berkomunikasi
dengan guru lainnya, sehingga proses bimbingan dan konseling dapat
berjalan optimal.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca
dapat mengetahui dan memahami tentang bagaimana tahap persiapan dan
tahap perancangan BK di SD. Semoga dengan adanya penulisan makalah
ini pembaca dapat mengambil manfaat. Penulis menyadari bahwa laporan
makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan
saran, pendapat maupun kritikan terhadap makalah kami ini, supaya
makalah kami ini dapat disempurnakan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshari, A. F. (2019). Manajemen Program Bimbingan Dan Konseling Di


Sekolah Menengah Kejuruan (Smk). Visipena, 10(1), 66–77.

ABKIN. (2013). Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pada


Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: ABKIN.

Hermawan, A. (2020). STUDI EVALUASI PENGELOLAAN PROGRAM


BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMAN I KOTA BENGKULU DAN
SMAN 11 KOTA BENGKULU. Jurnal Manajer Pendidikan, 14(02), 1–9.

Ilahi, F. N., Komalasari, G., & Hidayat, D. R. (2019). MANAJEMEN


PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMK DKI
JAKARTA. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling, 5(2), 8–
17.

Nasution, H. S., & Abdillah, A. (2019). Bimbingan Konseling: Konsep, Teori Dan
Aplikasinya.

Nelissa, Z., Hikmah, H., & Martunis, M. (2020). Penerapan panduan operasional
penyelenggaraan bimbingan dan konseling pada layanan bimbingan dan
konseling. JRTI (Jurnal Riset Tindakan), 5(2), 13–21.
https://jurnal.iicet.org/index.php/jrti/article/view/631

Putra, C.B. (2017). Program Bimbingan Dan Konseling Komprehensif Untuk


Mengembangkan Standar Kompetensi Siswa. Jurnal Konseling Andi
Matappa, 1(1), 137-138.

Rachmawati, A. M. 2021. Implementasi Pelayanan Bimbingan Konseling dalam


Panduan Kemendikbud 2016. Ahlimedia Press: Malang.

Suhertina. (2014). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. CV Mutiara Pesisir


Sumatera: Pekanbaru.

Suriswo. Maufur. Aulia, F. (2019). Studi Evaluatif Pada Pelaksanaan Kurikulum


BK 2013 di Kota Tegal (Studi tentang Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada

19
MGBKKota Tegal dalam Hal Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Kurikulum 2013). Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2(1), 4-5.

20

Anda mungkin juga menyukai