Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN


BERBICARA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SD 2

DOSEN PENGAMPU
Prof. Drs. H. RUSTAM EFFENDI, M. Pd.,Ph.D/DESSY DWITALIA SARI,
M. Pd

DISUSUN OLEH
KELAS 4B
KELOMPOK 1
NURLAILA JUM’AH 1910125120032
KHALAWATUL ZAKIAH 1910125120047
MUHAMMAD FAJAR TAMAMI 1910125210127
HARMINA 1910125220022
ESYA FATIKHATUL ISLAMY 1910125220112
SITI FATIMAH 1910125220117
SITI AISYAH ISMI 1910125320047

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT


serta sholawat dan salam tak lupa senantiasa kita mengucapkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad saw yang mana atas karunia-Nya dan syafaat beliau kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul "Model Pembelajaran
Keterampilan Menyimak dan Berbicara" sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak


Prof. Drs.H. Rustam Effendi, M. Pd., Ph.D dan Ibu Dessy Dwitalia Sari, M. Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia SD 2 beserta
pihak-pihak yang sudah mendukung penulisan makalah ini. Harapan kami semoga
makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna menjadikan makalah
ini menjadi lebih sempurna. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Banjarmasin,15 Februari 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan............................................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Pengertian Keterampilan Menyimak dan Berbicara.....................................4

B. Tujuan Keterampilan Menyimak dan Berbicara...........................................6

C. Hubungan Keterampilan Berbicara dan Menyimak......................................9

D. Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan Berbicara.....................11

E. Model Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara...................17

BAB III KESIMPULAN........................................................................................25

A. Kesimpulan..................................................................................................25

B. Saran............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan menyimak merupakan faktor yang sangat penting bagi
keberhasilan seseorang untuk memahami keterampilan berbahasa yang
lain. Apabila kemampuan seseorang dalam menyimak kurang, dapat di
pastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar dengan baik.
Dalam proses menyimak, seseorang tidak memusatkan perhatian pada
setiap kata yang disimaknya melainkan inti pesan yang tersimak. Misalnya
sewaktu kita menyimak acara diradio, kita hanya menangkap beberapa hal
dan tidak dapat menangkap beberapa hal yang lain. Tidak tertangkapkan
beberapa hal itu disebabkan oleh kurang perhatian, kurang tertarik pada
topik, atau kurang efisien dalam menyimak. Sedangkan Keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian
nada, tekanan, dan penempatan persendian. Keterampilan berbicara dalam
Bahasa Indonesia merupakan suatu keterampilan bahasa yang perlu
dikuasai dengan baik, karena keterampilan ini merupakan suatu indikator
terpenting bagi keberhasilan siswa dalam belajar bahasa.
Di dalam pembelajaran perlu adanya model pembelajaran agar
memeudahkan guru dalam proses pembelajaran. Model-model
pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-
model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola
umum prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Jocyce & Weil berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum dan pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh

1
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Maka dari itu kami menyusun makalah ini yang
berjudul model pembelajaran Keterampilan menyimak dan berbicara agar
memudahkan baik guru maupun siswa didalam proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Keterampilan Menyimak dan Berbicara?
2. Apa Tujuan dari Keterampilan Menyimak dan Berbicara?
3. Bagaimana Hubungan Keterampilan Menyimak dan Berbicara?
4. Bagaimana Cara meningkatkan Keterampilan Menyimak dan
Berbicara?
5. Model Pembelajaran Apa Saja yang Cocok untuk Keterampilan
Menyimak dan Berbicara?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Keterampilan Menyimak dan Berbicara.
2. Untuk Mengetahui Tujuan dari Keterampilan Menyimak dan
Berbicara.
3. Untuk Mengetahui Hubungan Keterampilan Menyimak dan Berbicara.
4. Untuk Mengetahui Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan
Berbicara.
5. Untuk Mengetahui Model Pembelajaran yang Cocok untuk
Keterampilan Menyimak dan Berbicara.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis dan praktis. Manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat
yang memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa
khususnya dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara.
2. Manfaat Praktis
Bagi Guru

2
1) Mampu meningkatkan kinerja guru dalam mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia tentang keterampilan menyimak dan berbicara.
2) Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan
berbicara.
Bagi Siswa
1) Memberi kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk belajar
bersama sehingga memudahkan siswa menyelesaikan tugas
ketrampilan menyimak dengan baik.
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam ketrampilan menyimak
sebuah film dokumenter yang bertema kepahlawanan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Menyimak dan Berbicara


1. Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak lebih dominan melibatkan indera
pendengar seseorang. Apabila baik indera pendengar seseorang dan
penuh konsentrasi maka apa yang disimak akan mudah dipahami.
Menurut Depdiknas (dalam Suharyadi,2013:24), mendengar berbeda
dengan menyimak, mendengar hanya menangkap bunyi saja,
sedangkan menyimak adalah memperhatikan dengan teliti apa yang
diucapkan seseorang. Selanjutnya, menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia (2007:1124) menyimak adalah mendengarkan
(memperhatikan) baik-baik apa yang didengar atau dibaca. Hal ini
berarti menyimak bukan sekedar kegiatan mendengarkan, melainkan
menyimak merupakan kegiatan untuk memahami dan memperhatikan
dengan seksama apa yang didengar yang selanjutnya dapat
menceritakan kembali baik lisan maupun tulisan dari apa yang
disimak.
Subyantoro dan Hartono (dalam Sunaji dan Lagan desa,2015:123)
menjelaskan bahwa keterampilan menyimak untuk memperoleh
pemahaman terhadap wacana lisan tidak akan terbentuk secara
otomatis atau hanya dengan perintah supaya mendengarkan saja.
Senada dengan itu,Tarigan (2008:28) menyatakan bahwa menyimak
adalah suatu kegiatan untuk memahami sesuatu yang didengar, dibaca,
dan dilihat dengan berbagai cara seperti memperhatikan, memberikan
aspirasi, interpretasi terhadap yang telah disimak, serta untuk
memperoleh informasi, merangkap ide atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan. Hal yang sama juga dijelaskan oleh
Alwi (dalam Sugono,2007:14) menyimak merupakan proses

4
mendengarkan, mengenal, menginterpretasi lambang-lambang lisan
atau ujaran. Kegiatan menyimak yang dilakukan, siswa dituntun untuk
mendengarkan dengan penuh perhatian dan konsentrasi. Selain itu
menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya
merupakan alat untuk menerima pesan dalam komunikasi,
perbedaannya terdapat pada jenis komunikasi. Menyimak berhubungan
dengan komunikasi lisam, sedangkan membaca berkaitan dengan
komunikasi tertulis. Dalam hal ini tujuannya mengandung kesamaan,
yaitu untuk memperoleh informasi, menangkap isi, dan memahami
makna komunikasi.
Menurut Heryadi (2008:7) kegiatan menyimak merupakan
tindakan atau aktivitas mental dalam menangkap, memahami,
menimbang, dan merespon pesan yang terkandung dalam simbol-
simbol bahasa lisan. Peristiwa menyimak akan melalui dua proses,
yaitu proses mendengar dan proses mendengarkan, dengan kata lain
menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu proses menyerap
informasi yang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu
mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan mendengarkan
respon terhadap apa yang disimak. Peristiwa menyimak akan
melibatkan beberapa hal, yaitu pendengaran, penglihatan,
penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan hati nurani juga terlibat
dalam peristiwa menyimak.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan keterampilan
menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan atau memahami
makna secara lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman tentang
suatu yang didengarkan baik berupa informasi, isi atau pesan sehingga
perolehan makna dari hal yang didengar tersebut.
2. Keterampilan Berbicara
Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan berbicara
yang bersifat produktif atau memberikan informasi. Menurut Musaba
(2012:22) berbicara berarti mengungkapkan sesuatu secara lisan.
Selanjutnya, Pamungkas (2012:40) berpendapat bahwa berbicara

5
merupakan salah satu jenis komunikasi selain komunikasi tertulis.
Hermawan (2014:135) berpedapat bahwa berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau
perasaan kepada mitra bicara. Nurgiyantoro (2012:399)
mengemukakan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua
yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa setelah
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi bahasa yang didengarkan
itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu
untuk berbicara. Hal serupa juga diungkapkan oleh Nurjamal, dkk.
(2011:4) keterampilan berbicara itu merupakan keterampilan
berikutnya yang kita kuasai setelah kita menjalani proses latihan
belajar menyimak (mendengarkan). Berbicara adalah salah satu alat
komunikasi penting untuk dapat menyatakan diri sebagai anggota
masyarakat. Dengan kata lain,untuk menghubungkan sesama anggota
masyarakat diperlukan komunikasi. Menurut Saddhono dan Slamet
(2014:55) keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan
kata-kata dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide,
gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan penyimak atau pendengar agar apa yang
disampaikan dapat dipahami oleh penyimak atau pendengar sesuai
dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Tarigan (2008:16), tujuan umum berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
pembicara memhami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud,
yaitu: 1) memberitahukan dan melaporkan; 2) menjamu dan
menghibur; 3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara adalah keterampilan dalam menyampaikan
suatu informasi, pesan, ide atau gagasan secara lisan kepada lawan

6
tutur sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik dan
komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

B. Tujuan Keterampilan Menyimak dan Berbicara


1. Tujuan Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak berperan penting bagi keberhasilan
akademik siswa. Melalui keterampilan menyimak siswa dapat
memperoleh pengetahuan secara langsung yang dipaparkan oleh guru.
Di sekolah dasar, pemahaman materi tidak terlepas dari peran guru
yang menerangkan materi secara langsung. Meskipun penggunaan
media pembelajaran membantu akan tetapi siswa tetap membutuhkan
penjelasan dari guru. Bila siswa dapat menyimak dengan baik maka
mereka dapat menerima, menalar, dan menghubungkan informasi
baru dengan informasi lama. Kemudian, keterampilan menyimak
selalu memiliki kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lain
(Diakidoy,2014). Keterampilan menyimak berperan penting dalam
penguasaan keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini
sejalan dengan pendapat Susanti (2016) bahwa keterampilan berbahasa
satu dengan yang lain memiliki hubungan yang sangat erat satu sama
lain. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, mula mula seorang
individu harus memiliki keterampilan menyimak terlebih dahulu,
kemudian keterampilan berbicara, selanjutnya keterampilan membaca
dan menulis. Keterampilan menyimak yang baik sangat penting
dimiliki oleh setiap siswa, karena dengan keterampilan menyimak
akan mempermudah siswa dalam menguasai tiga keterampilan
berbahasa yang lain dan mempermudah memahami setiap mata
pelajaran yang diajarkan. Disisi lain, keterampilan menyimak terlibat
dalam proses pengembangan bersosial siswa. Melalui menyimak,
siswa dapat memahami pemikiran temannya dan menjadi pendengar
yang baik dalam pertemanan. Keterampilan menyimak menyediakan
inputaural yang berfungsi sebagai dasar untuk pemerolehan bahasa dan
memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi dalam komunikasi
lisan maupun tulisan. Tanpa belajar menyimak, orang mungkin tidak

7
dapat berbicara, membaca dan menulis. Selain itu, aktivitas menyimak
dapat memberikan kenikmatan dan merangsang minat budaya,
partisipasi dalam budaya sasaran melalui film, radio, TV, lagu, dan
seni pertunjukan, apresiasi keindahan bahasa kiasan, ucapan, ekspresi
sehari-hari, serta pemenuhan kebutuhan sosial seperti pengembangan
hubungan, kepercayaan, mengumpulkan informasi untuk setiap
kebutuhan hidup (Cahyaningrum,2017). Menyimak adalah
keterampilan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang
disampaikan secara lisan oleh orang lain. Menyimak merupakan suatu
faktor yang penting dalam kehidupan manusia, karena melalui
kegiatan menyimak setiap individu dapat memahami berbagai
informasi yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari. Proses
menyimak merupakan kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Pentingnya mencapai tujuan tersebut
menimbulkan kegiatan berpikir dalam menyimak. Kegiatan menyimak
yang tidak tepat dapat menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.
Menurut Iskandarwassid & Sunendar (2016) menyimak memiliki
tujuan yang beraneka ragam diantaranya sebagai berikut.
1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama
agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang
pembicara.
2) Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak
dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang diperdengarkan.
3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud
agar dapat menilai apa-apa yang disimak.
4) Menyimak untuk mengapresiasi, yaitu menyimak dengan maksud
agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak.
5) Menyimak untuk mengomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu
menyimak dengan maksud agar dapat mengomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain
dengan lancar dan tepat.

8
6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak
dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi
dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti dan mana bunyi
yang tidak membedakan arti.
7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis.
8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan.

Pendapat lain dipaparkan oleh Sutari yang dikutip Hijriah (2016)


yang menjelaskan bahwa menyimak bertujuan untuk memperoleh
fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi,
mendapatkan hiburan, dan mengembangkan keterampilan berbicara.
Mendapatkan fakta dapat diperoleh melalui membaca, penelitian riset,
eksperimen. Cara lain yang biasa digunakan untuk mendapatkan fakta
adalah menyimak melalui radio, televisi, melalui kegiatan diskusi,
seminar, atau simposium. Setelah mendapat fakta, maka penyimak
dapat menganalisis fakta yang merupakan proses menaksir fakta atau
informasi secara detail, lalu memprediksi sebab akibat yang
terkandung dalam fakta. Tujuan menyimak sebagai dasar menganalisis
fakta yaitu untuk mengetahui dan memahami secara mendalam makna
yang terkandung dalam fakta.

2. Tujuan Keterampilan Berbicara


a) Tujuan berbicara secara umum adalah karena adanya dorongan
keinginan untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada
orang lain (yang diajak berbicara). Sedangkan tujuan secara khusus
ialah mendorong orang untuk lebih bersemangat, mempengaruhi
orang lain agar mengikuti atau menerima pendapat (gagasannya),
menyampaikan sesuatu informasi kepada lawan bicara,
menyenangkan hati orang lain, memberi kesempatanlawan bicara
untuk berpikir dan menilai gagasannya.

9
b) Pembelajaran dalam melatih keterampilan berbicara harus mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai
kemampuan berbicara dengan baik. Menurut Hermawan (2014),
tujuan keterampilan berbicara bagi peserta didik adalah sebagai
berikut
c) Kemudahan berbicara, peserta didik harus dilatih untuk
mengembangkan keterampilan berbicara agar terlatih kepercayaan
diri dalam pengucapannya.
d) Kejelasan, untuk melatih peserta didik agar dapat berbicara dengan
artikulasi yang jelas dan tepat dalam pengucapan.
e) Bertanggung jawab, latihan untuk peserta didik agar berbicara
dengan baik dan dapat menempatkan pada situasi yang sesuai agar
dapat bertanggung jawab.
f) Membentuk pendengar yang kritis, melatih peserta didik dalam
menyimak lawan bicara dan mampu mengoreksi jika ada ucapan
yang salah.
g) Membentuk kebiasaan, yaitu membiasakan peserta didik dalam
mengucapkan kosakata atau kalimat sederhana secara baik dan ini
juga harus dibantu oleh lingkungan sekolah atau guru.

C. Hubungan Keterampilan Berbicara dan Menyimak

Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan


mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat
langsung. Apabila kita amati peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi
dalam masyarakat, pernyataan Brooks itu benar untuk peristiwa
komunikasi dalam situasi interaktif, seperti diagram berikut ini.
A B

Gambar 1.1
Diagram Komunikasi Interaktif

10
Kegiatan komunikasi interaktif seperti dilukiskan dalam diagram di
atas, terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual, atau dalam suatu
diskusi kelompok. Dalam hal ini, A berbicara dan B mendengarkan.
Setelah itu giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun, ada pula
dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif,
yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan.
Agar lebih jelas, situasi komunikasi tersebut digambarkan dalam diagram
berikut ini.

B, C, D, E

A F, G, H, I

Gambar 1.2
Diagram Komunikasi Noninteraktif

Aktivitas komunikasi seperti yang dilukiskan dalam Gambar 1.2 di


atas, misalnya dalam kegiatan khotbah di masjid, pidato dalam suatu acara
perayaan hari-hari besar, berkampanye,atau berbicara dalam suatu acara
siaran berita televisi. Di sini, hanya satu pihak yang berbicara. Pihak lain
hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara berbicara
dan mendengarkan, seperti berikut ini.
1. Ujaran biasanya dipelajari melalui proses mendengarkan dan proses
meniru. Dengan demikian, materi yang didengarkan dan direkam
dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang.
2. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan
keluarga dan masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam
penggunaan intonasi, kosakata, dan pola-pola kalimat.

11
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
mendengarkan berarti pula membantu meningkatkan kualitas
berbicara.
4. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang
berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang (terutama
anak-anak). Oleh karena itu, suara dan materi pembicaraan yang
berkualitas baik yang didengar dari seorang guru, tokoh-tokoh, atau
dari pemuka-pemuka agama, dari rekaman-rekaman atau cerita-cerita
yang bernilai tinggi, sangat membantu anak atau seseorang yang
sedang belajar berbicara.

Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan antara


berbicara dan mendengarkan, berikut ini dipaparkan diagram hubungan
tersebut menurut Tarigan (1994:4) dengan beberapa modifikasi.
Menyimak Sifat Berbicara
Langsung Interaktif Langsung/tak langsung
Apresiatif interaktif Produktif
Reseptif
fungsional ekspresif

D. Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan Berbicara


1. Cara Mengingkatkan Keterampilan Menyimak
Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan
keterampilan menyimak. Hal ini dilakukan karena kemampuan
menyimak dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kebiasaan
secara sadar yang membedakan antara pendengar yang efektif dan
yang tidak. Menurut Webb dalam Tarigan, (2008:70) cara
meningkatkan keterampilan menyimak adalah sebagai berikut:
a) Memahami maksud pembicaraan
b) Menghindari ketergesa-gesaan
c) Memahami maksud sendiri
d) Memperhatikan perbedaan pemakaian bahasa

12
e) Menyadari prasangka sendiri
f) Memahami prasangka pembicara
g) Memeriksa fakta-fakta pembicara
h) Menyimak pembicaraan sampai selesai
i) Memanfaatkan waktu menyimak sebaik-baiknya.

Adapun cara lainnya untuk mengembangkan dan meningkatkan


keterampilan menyimak dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai
berikut:

a) Mengetahui kelebihan pembicara dalam subjek yang merupakan


sesuatu yang belum pernah diketahui audiens.
b) Bersikap netral agar dapat mengurangi dampak emosional terdapat
sesuatu yang disampaikan dan dapat menahan sikap menolak
sampai seluruh pesan didengar.
c) Mengatasi gangguan dengan menutup pintu atau jendela dan lebih
mendekati pembicara.
d) Mendengar konsep dan pokok pikiran, serta mengetahui perbedaan
antara ide, contoh, bukti, dan argumen.
e) Meninjau ulang pokok pembicaraan.
f) Tetap berpikir terbuka dengan mengajukan pertanyaan yang
mengklarifikasikan pemahaman.
g) Tidak menyela pembicara.
h) Memberikan umpan balik (feedback).
i) Mengevaluasi dan mengkritisi isi pembicaraan bukan
pembicaranya.
j) Membuat catatan tentang pokok pembicaraan.

Sedangkan,menurut Mulyati (2008:2.6-2.7), terdapat dua strategi


dalam meningkatkan keterampilan menyimak, yaitu dengan cara:

a) Memusatkan perhatian
Pemusatan perhatian dilakukan terhadap bahan simakan,
bahan simakan tersebut biasanya menggunakan dua isyarat, yaitu

13
isyarat visual dan isyarat verbal, isyarat visual terdiri dari gerak
tubuh (gesture), tulisan atau kerangka informasi penting, dan
perubahan ekspresi wajah (mimik), sedangkan isyarat verbal terdiri
dari perhentian, naik turunnya suara, lambatnya pengucapan butir-
butir penting, dan pengulangan informasi penting
b) Membuat catatan
Membuat catatan dilakukan agar proses menyimak semakin
baik. Catatan digunakan untuk mengingat-ingat kembali bahan.
Dalam membuat catatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu (1) catatan harus sesederhana mungkin, catatan yang terlalu
panjang akan mengganggu proses menyimak, dalam membuat
catatan yang diperlukan hanyalah ide pokok yang berupa frase
atau kalimat pendek; (2) catatan hendaknya menggunakan
singkatan dan simbol; (3)catatan harus jelas.

Pada penelitian ini, strategi menyimak dilakukan pada bahan


berupa film kartun. Sehingga strategi menyimak dilakukan dengan
memusatkan perhatian dilakukan pada isyarat verbal dan visual yang
ditunjukkan oleh tokoh-tokoh yang terdapat didalam film kartun.
Sedangkan strategi membuat catatan, dilakukan dengan mencatat hal-
hal yang dianggap penting dari film kartun yang diputarkan.

2. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara


Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan berbicara, diantaranya sebagai berikut:
a. Dengan cara menerapkan metode Mind Mapping
Metode Mind Mapping atau peta pikiran merupakan salah
satu metode membuat catatan tentang materi yang kita pelajari.
Menurut Bobbi De Porter, Mark Reardon, & Sarah Singer Nourie
(2008:175) metode ini dapat membantu kita mengingat perkataan
dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu
mengorganisasikan materi, dan memberikan wawasan baru karena
didalamnya memuat kata-kata kunci dalam sebuah topik. Metode

14
ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Peningkatan
ini dapat dilihat pada beberapa hal.
Pertama, peningkatan kualitas proses yang ditandai dengan
adanya peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran
berbicara, peningkatan keaktifan siswa saat membuat mind
mapping, dan minat dan motivasi siswa saat bercerita tokoh idola.
Hal tersebut terbukti dari meningkatnya jumlah siswa yang aktif
dan termotivasi dalam pembelajaran berbicara baik dari siklus I
kesiklus II maupun dari siklus II kesiklus III. Peningkatan
keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran berbicara
mengindikasikan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran
berbicara.
Kedua, peningkatan kualitas hasil ditandai dengan: siswa
yang mampu menceritakan tokoh idola dengan pedoman
kelengkapan identitas tokoh meningkat, siswa yang mampu
mengorganisasikan perkataannya sehingga dapat menceritakan
tokoh idola dengan terstruktur meningkat, dan siswa yang
memperoleh nilai minimal 70 (≥70) dalam pembelajaran berbicara
meningkat. Peningkatan aspek tersebut mengindikasikan adanya
peningkatan kualitas hasil pembelajaran berbicara
b. Dengan menerapkan metode bercerita
Metode bercerita adalah salah satu metode yang dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Melalui penerapan
metode bercerita, dapat mengembangkan potensi kemampuan
berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian mampu
menuturkannya kembali dengan tujuan melatih anak dalam
bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
Musfiroh (Marlina,2014:17).
c. Dengan cara memperhatikan factor berikut:
Menurut Maidar (1988:17) ada dua hal utama yang harus
diperhatikan untuk meningkatkan keterampilan dalam berbicara,
yaitu:

15
1. Faktor kebahasaan
Faktor kebahasaan adalah hal utama dalam keterampilan
berbicara. Aspek-aspek tersebut antara lain:
a) Ketepatan ucapan
Ketepatan ucapan pada dasarnya setiap orang
memiliki gaya tersendiri dalam berbicara dan gaya
tersebut dapat berubah-ubah tergantung pada apa yang
sedang dibicarakan, bagaimana kondisi pembicara, dan
kepada siapa pembicaraan tersebut ditujukan. Hal
tersebutlah yang membuat ketepatan dalam pengucapan
terlihat fleksibel. Namun tidak sepenuhnya benar, karena
ketepatan dalam pengucapan memiliki teknik-teknik
khusus yang bertujuan agar pendengar tidak bosan dan
meminimalisir persepsi ganda atas apa yang sedang
dibicarakan. Perbedaan dalam pengucapan masih dapat
ditoleransi, selama perbedaan tersebut tidak mengganggu
makna dari isi pembicaraan.
b) Penempatan tekanan, nada dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi
merupakan faktor utama dalam berbicara. Karena dengan
penggunaan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang tepat
dapat mengubah pembicaraan yang sebenarnya kurang
menarik menjadi sebuah pembicaraan yang diminati dan
dinikmati oleh para pendengarnya. Sebaliknya, isi
pembicaraan yang menarik akan terasa membosankan jika
pembicara tidak menguasai tekanan, nada, sendi, dan
durasi dengan baik. Hal tersebutlah yang membuat faktor
tekanan, nada, sendi, dan durasi memiliki daya tarik
tersendiri dalam suatu pembicaraan.
c) Pilihan kata (diksi)
Pemilihan kata atau diksi penting dikuasai oleh
pembicara, karena dengan pemilihan kata yang tepat akan

16
memudahkan pendengar untuk mengerti akan isi
pembicaraan yang disampaikan. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pemilihan kata adalah situasi dan
pendengar. Tepat situasi adalah bagaimana pembicara
menyesuaikan pemilihan kata dengan situasi dimana
pembicaraan sedang berlangsung, pemilihan kata yang
fleksibel akan lebih cocok untuk situasi pembicaraan
nonformal, sedangkan pemilihan kata yang terstruktur dan
protokoler diterapkan pada pembicaraan yang bersifat
formal. Tepat pendengar merupakan penyesuaian dengan
siapa pembicaraan akan disampaikan. Jika para pendengar
terdiri dari masyarakat umum dan masyarakat akademis,
dapat menggunakan kosakata yang netral atau kata-kata
yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari agar
semua pendengar mengerti isi pembicaraan. Sedangkan
pemilihan kata yang akademis dikhususkan jika pendengar
merupakan kalangan mahasiswa, guru, atau dosen.
d) Ketepatan sasaran pembicaraan
Suatu pembicaraan dikatakan tepat sasaran atau
tidak dapat dilihat pada akhir pembicaraan. Pembicaraan
akan tepat sasaran jika apa yang dipahami pendengar sama
dengan apa yang telah disampaikan oleh pembicara, isi
pembicaraan dapat diresapi pendengar secara lengkap.
Pembicaraan yang tidak tepat sasaran adalah jika inti
pembicaraan tidak sampai pada pendengar atau diterima
hanya bagian-bagian tertentu saja. Jika terjadi demikian,
maka perlu evaluasi untuk mengetahui kesalahan dalam
penyampaian informasi baik dari segi kebahasaan maupun
non-kebahasaan, ketika penyebab permasalahan telah
diketahui penyebabnya, pembicara dapat belajar dan
memperbaiki apa yang akan disampaikan selanjutnya pada
kesempatan yang akan datang.

17
2. Faktor non-kebahasaan
Sebarapa jauh penguasaan keterampilan berbicara tidak
hanya dilihat dari faktor kebahasaan, namun faktor non-
kebahasaan juga ikut mempengaruhi. Jika faktor ini kurang
diperhatikan maka proses penyampaian pesan akan sangat
terganggu, hal itu disebabkan karena aspek non-kebahasaan
dapat dilihat atau dinilai dengan jelas secara visual. Aspek
non-kebahasaan tersebut antara lain:
a) Sikap wajar, tenang, dan tidak kaku
b) Arah pandangan mata
c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain
d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat
e) Kenyaringan suara
f) Kelancaran
g) Relevansi/penalaran,dan
h) Penguasaan topik.

Sedangkan, Menurut Ellis (lewat Numan,1991:46)


mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan
secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara:

a) Menirukan pembicaraan orang lain.


b) Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah
dikuasai.
c) Mendekatkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran
sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa yang
sudah benar.

E. Model Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara


1. Student Teams-Achievment Divisions (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin).

18
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
d. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat menjawab tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan

Keuntungan Pembelajaran model Koopertaif Tipe STAD ini:


a) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
d) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa
sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
e) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan
mereka lebih aktif dalam diskusi.
f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya,
dan menghargai pendapat orang lain.

Kekurangan model Koopertaif Tipe STAD ini:

a) Pembelajaran Kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk


memecahkan suatu masalah.
b) Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri.
c) Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga
target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.

19
d) Pembelajaran kooperatif tidak dapat menerapkan pembelajaran
secara cepat.
e) Penilaian terhadap individu, kelompok, dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

2. Problem Based introduction (pembelajaran berdasarkan Masalah)


Langkah-langkah:
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan
sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa
untuk terlibat dalam aktivitas masalah masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menentukan topik, tugas, jadwal).
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan menangani
masalah.
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi berbagi informasi.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.

3. Demonstration
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan
disampaikan
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan
sesuai skenario yang telah disiapkan
e. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya

20
f. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga
pengalaman siswa didemonstrasikan.
g. Guru membuat kesimpulan

4. Word Square
Model pembelajaran Word square adalah model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model pembelajaran
words square adalah salah satu dari model pembelajaran inovatif yang
merupakan pengembangan dari metode ceramah. Media: Soal dalam
bentuk teka-teki.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin
dicapai
b. Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
c. Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan
huruf-huruf sesuai pertanyaan)
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

Kelebihan model pembelajaran word square, yaitu Meningkatkan


ketelitian, kritis, mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran dan berpikir efektif siswa. Karena siswa dituntun untuk
mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari
jawabanyang ada dalam lembar kerja. Sedangkan kekurangan model
pembelajaran word square, yaitu siswa hanya menerima bahan materi
dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena
siswa hanya dituntut mencari jawaban bukan untuk mengembangkan
pikiran siswa masing masing

5. Snow Ball Throwing (Lemparan Bola Salju)


Model ini dapat memotivasi siswa belajar dalam mengembangkan
pikirannya melalui kertas-kertas (HVS warna yang jumlahnya

21
tergantung kebutuhan) sebagai media untuk menuangkan gagasan
sesuai instruksi guru.
Langkah-langkah:
1) guru membuka pelajaran dengan apersepsi
2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
3) Siswa mendengarkan teks berita yang diperdengarkan oleh
guru
4) Siswa mencatat hal-hal yang penting mengenai pokok isi berita
yang didengar
5) Guru menyediakan kertas yang berisi pertanyaan sebagai bola
salju
6) Guru melemparkan bola dan siswa menjawab dan menulis
nama pada bola salju
7) Guru mengumpulkan bola dan membacakan jawaban siswa
8) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

Kelebihan model pembelajaran Snow Ball Throwing:

1) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa


seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa
lain.
2) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir karena diberikesempatan utk membuat
soal dan diberikan pada siswa lain.
3) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena
siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
4) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
5) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa
terjun langsung dalam praktek.
6) Pembelajaran menjadi lebih efektif.
7) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor
dapat tercapai

22
Kekurangan model pembelajaran snow ball throwing:

1) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami


materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini
dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya
seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal
yang telah diberikan.
2) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik
tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami
materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk
siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok
sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk
bekerja sama. tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru
untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan
penghargaan kelompok.
4) Memerlukan waktu yang panjang
5) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar dan Kelas
sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

6. Jigsaw
Langkah-langkah;
a. Guru membentuk siswa menjadi enam kelompok (kelompok asal)
dengan jumlah anggota kelompok yang sama banyak yaitu 5 orang.
b. Setiap siswa dalam kelompok asal diberikan tugas yang berbeda-
beda dari guru untuk dipelajari.
c. Setiap siswa yang telah mempelajari materinya berkumpul dengan
siswa dari kelompok lain yang mendapat materi sama dan
membentuk kelompok ahli untuk bersama-sama mendiskusikan
tentang materi tersebut.
d. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke
kelompok asal masing-masing dan secara bergantian
mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman-temannya dalam

23
kelompok asalnya. Setiap siswa dalam kelompok asal mendapat
kesempatan untuk berbicara secara bergantian dengan
menyampaikan materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe


Jigsaw ini memberi kesempatan yang banyak kepada siswa untuk
berbicara. Hal ini membuat siswa lebih terlatih untuk dapat berbicara
dengan baik. Latihan berbicara yang dilakukan secara terus-menerus
membuat siswa mengalami peningkatan dalam keterampilan
berbicara. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran ini dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

7. Cooperative Script
Model pembelajaran kooperatif script adalah kerja sama dalam
belajar dan membuat ringkasan atau mengikhtisarkan suatu ide pokok
materi yang sedang dipelajari, selain itu siswa belajar menghargai
pendapat pasangannya. Model ini bertujuan agar siswa dapat berproses
di dalam kelas dengan bekerja sama untuk berpasangan dan bergantian
mendefinisikan materi bagian inti. Siswa juga dapat memasukkan ide-
ide atau gagasan baru dalam materi ajar dan siswa dapat saling
melengkapi satu sama lain.
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana atau materi kepada setiap siswa
untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya kurang lengkap dan
membantu mengingat atau menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi
lainnya.
5) Bertukar peran. Siswa yang semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya.

24
6) Siswa membuat kesimpulan bersama dengan guru.
7) Penutup, siswa melakukan refleksi bersama guru.

Dalam model pembelajaran cooperative script semua siswa


berperan aktif dalam proses pembelajan sehingga siswa dapat
memahami pelajaran lebih mudah dalam cooperative script ini
mengandung suatu unsure kerjasama dalam kelompok yang membuat
siswa berperan aktif dalam pembelajaran bukan seorang guru. Guru
bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan dan memotivasi bagi
siswa.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterampilan menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan atau
memahami makna secara lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman
tentang suatu yang didengarkan baik berupa informasi, isi atau pesan
sehingga perolehan makna dari hal yang didengar tersebut sedangkan
keterampilan berbicara adalah keterampilan dalam menyampaikan suatu
informasi, pesan, ide atau gagasan secara lisan kepada lawan tutur
sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik dan
komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Adapun Tujuan menyimak
sebagai dasar menganalisis fakta yaitu untuk mengetahui dan memahami
secara mendalam makna yang terkandung dalam fakta. Sedangkan tujuan
umum dari berbicara yaitu, adanya dorongan keinginan untuk
menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain (yang diajak
berbicara).
Hubungan Keterampilan Menyimak dan Berbicara merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung. Cara meningkatkan
keterampilan menyimak adalah Memahami maksud pembicaraan,
Menghindari ketergesa-gesaan, Memahami maksud sendiri,
Memperhatikan perbedaan pemakaian bahasa, Menyadari prasangka
sendiri, Memahami prasangka pembicara, Memeriksa fakta-fakta
pembicara, Menyimak pembicaraan sampai selesai, dan Memanfaatkan
waktu menyimak sebaik-baiknya. Cara meningkatkan keterampialan
berbicara, yaitu Dengan cara menerapkan metode Mind Mapping, Dengan
menerapkan metode bercerita, dan dengan cara Dengan cara
memperhatikan faktor (Kebahasaan dan nonkebahasaan). Sedangkan
model pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara, yaitu STAD,
Problem Based introduction, Demonstration, Word Square, Snow Ball
Throwing, Jigsaw, dan Cooperative Script.

26
B. Saran
Guru tidak dapat melepaskan diri dari bantuan model pembelajaran
dalam melakukan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara ini.
Dengan dukungan model pembelajaran ini, kami berharap seorang guru
dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan membentuk keterampilan
berbicaranya. Didalam proses pembelajaran guru sangat dituntut untuk
bisa mengembangkan model model pembelajaran yang kreatif terutama
didalam materi menyimak dan berbicara ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Darmiyati Zuhdi. 1998/1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DiKelas Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.

Bulan, Ivone Y.K. 2016. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas Iv Sdn 1 Blunyahan
[Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.

Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Ilham, M. (2020). Keterampilan Berbicara. Pasuruan: Lembaga Academic &


Research Institute.

Kusmintayu, Norma, dkk. 2012. Penerapan Metode Mind Mapping Untuk


Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya.1(1): 206-2018.

Mulyati, Y. (2017). Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Putri,D.,& Elvina. (2019). Keterampilan Berbahasa di Sekolah Dasar Melalui


Metode Game's. CV. Penerbit Qiara Media.

Sakila. 2019. Media Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. The first on


publisherin Indonesia (ID): Guepedia

Subhayani, dkk. 2017. Keterampilan Berbicara. Banda Aceh: Syiah Kuala


University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Angkasa: Bandung.

28
Tarigan, J. (2019). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Yogyakarta:
Gramedia.

WidiantiI AKS, dkk. 2015. Penerapan Metode Bercerita dengan Media Gambar
untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Anak. e-journal
PGPAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini. 3(1).

Yudhistira, dimas. 2014. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara


Menggunakan Model Quantum Learning pada Siswa Kelas V Sdn
Karangkan di RT 04 Cilacap. [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas
Negeri Yogyakarta

29

Anda mungkin juga menyukai