DOSEN PENGAMPU
Prof. Drs. H. RUSTAM EFFENDI, M. Pd.,Ph.D/DESSY DWITALIA SARI,
M. Pd
DISUSUN OLEH
KELAS 4B
KELOMPOK 1
NURLAILA JUM’AH 1910125120032
KHALAWATUL ZAKIAH 1910125120047
MUHAMMAD FAJAR TAMAMI 1910125210127
HARMINA 1910125220022
ESYA FATIKHATUL ISLAMY 1910125220112
SITI FATIMAH 1910125220117
SITI AISYAH ISMI 1910125320047
2021
KATA PENGANTAR
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna menjadikan makalah
ini menjadi lebih sempurna. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Kesimpulan..................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan menyimak merupakan faktor yang sangat penting bagi
keberhasilan seseorang untuk memahami keterampilan berbahasa yang
lain. Apabila kemampuan seseorang dalam menyimak kurang, dapat di
pastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar dengan baik.
Dalam proses menyimak, seseorang tidak memusatkan perhatian pada
setiap kata yang disimaknya melainkan inti pesan yang tersimak. Misalnya
sewaktu kita menyimak acara diradio, kita hanya menangkap beberapa hal
dan tidak dapat menangkap beberapa hal yang lain. Tidak tertangkapkan
beberapa hal itu disebabkan oleh kurang perhatian, kurang tertarik pada
topik, atau kurang efisien dalam menyimak. Sedangkan Keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian
nada, tekanan, dan penempatan persendian. Keterampilan berbicara dalam
Bahasa Indonesia merupakan suatu keterampilan bahasa yang perlu
dikuasai dengan baik, karena keterampilan ini merupakan suatu indikator
terpenting bagi keberhasilan siswa dalam belajar bahasa.
Di dalam pembelajaran perlu adanya model pembelajaran agar
memeudahkan guru dalam proses pembelajaran. Model-model
pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-
model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola
umum prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Jocyce & Weil berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum dan pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
1
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Maka dari itu kami menyusun makalah ini yang
berjudul model pembelajaran Keterampilan menyimak dan berbicara agar
memudahkan baik guru maupun siswa didalam proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Keterampilan Menyimak dan Berbicara?
2. Apa Tujuan dari Keterampilan Menyimak dan Berbicara?
3. Bagaimana Hubungan Keterampilan Menyimak dan Berbicara?
4. Bagaimana Cara meningkatkan Keterampilan Menyimak dan
Berbicara?
5. Model Pembelajaran Apa Saja yang Cocok untuk Keterampilan
Menyimak dan Berbicara?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Keterampilan Menyimak dan Berbicara.
2. Untuk Mengetahui Tujuan dari Keterampilan Menyimak dan
Berbicara.
3. Untuk Mengetahui Hubungan Keterampilan Menyimak dan Berbicara.
4. Untuk Mengetahui Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan
Berbicara.
5. Untuk Mengetahui Model Pembelajaran yang Cocok untuk
Keterampilan Menyimak dan Berbicara.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis dan praktis. Manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat
yang memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa
khususnya dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara.
2. Manfaat Praktis
Bagi Guru
2
1) Mampu meningkatkan kinerja guru dalam mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia tentang keterampilan menyimak dan berbicara.
2) Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan
berbicara.
Bagi Siswa
1) Memberi kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk belajar
bersama sehingga memudahkan siswa menyelesaikan tugas
ketrampilan menyimak dengan baik.
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam ketrampilan menyimak
sebuah film dokumenter yang bertema kepahlawanan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mendengarkan, mengenal, menginterpretasi lambang-lambang lisan
atau ujaran. Kegiatan menyimak yang dilakukan, siswa dituntun untuk
mendengarkan dengan penuh perhatian dan konsentrasi. Selain itu
menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya
merupakan alat untuk menerima pesan dalam komunikasi,
perbedaannya terdapat pada jenis komunikasi. Menyimak berhubungan
dengan komunikasi lisam, sedangkan membaca berkaitan dengan
komunikasi tertulis. Dalam hal ini tujuannya mengandung kesamaan,
yaitu untuk memperoleh informasi, menangkap isi, dan memahami
makna komunikasi.
Menurut Heryadi (2008:7) kegiatan menyimak merupakan
tindakan atau aktivitas mental dalam menangkap, memahami,
menimbang, dan merespon pesan yang terkandung dalam simbol-
simbol bahasa lisan. Peristiwa menyimak akan melalui dua proses,
yaitu proses mendengar dan proses mendengarkan, dengan kata lain
menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu proses menyerap
informasi yang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu
mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan mendengarkan
respon terhadap apa yang disimak. Peristiwa menyimak akan
melibatkan beberapa hal, yaitu pendengaran, penglihatan,
penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan hati nurani juga terlibat
dalam peristiwa menyimak.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan keterampilan
menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan atau memahami
makna secara lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman tentang
suatu yang didengarkan baik berupa informasi, isi atau pesan sehingga
perolehan makna dari hal yang didengar tersebut.
2. Keterampilan Berbicara
Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan berbicara
yang bersifat produktif atau memberikan informasi. Menurut Musaba
(2012:22) berbicara berarti mengungkapkan sesuatu secara lisan.
Selanjutnya, Pamungkas (2012:40) berpendapat bahwa berbicara
5
merupakan salah satu jenis komunikasi selain komunikasi tertulis.
Hermawan (2014:135) berpedapat bahwa berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau
perasaan kepada mitra bicara. Nurgiyantoro (2012:399)
mengemukakan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua
yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa setelah
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi bahasa yang didengarkan
itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu
untuk berbicara. Hal serupa juga diungkapkan oleh Nurjamal, dkk.
(2011:4) keterampilan berbicara itu merupakan keterampilan
berikutnya yang kita kuasai setelah kita menjalani proses latihan
belajar menyimak (mendengarkan). Berbicara adalah salah satu alat
komunikasi penting untuk dapat menyatakan diri sebagai anggota
masyarakat. Dengan kata lain,untuk menghubungkan sesama anggota
masyarakat diperlukan komunikasi. Menurut Saddhono dan Slamet
(2014:55) keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan
kata-kata dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide,
gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan penyimak atau pendengar agar apa yang
disampaikan dapat dipahami oleh penyimak atau pendengar sesuai
dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Tarigan (2008:16), tujuan umum berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
pembicara memhami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud,
yaitu: 1) memberitahukan dan melaporkan; 2) menjamu dan
menghibur; 3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara adalah keterampilan dalam menyampaikan
suatu informasi, pesan, ide atau gagasan secara lisan kepada lawan
6
tutur sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik dan
komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
7
dapat berbicara, membaca dan menulis. Selain itu, aktivitas menyimak
dapat memberikan kenikmatan dan merangsang minat budaya,
partisipasi dalam budaya sasaran melalui film, radio, TV, lagu, dan
seni pertunjukan, apresiasi keindahan bahasa kiasan, ucapan, ekspresi
sehari-hari, serta pemenuhan kebutuhan sosial seperti pengembangan
hubungan, kepercayaan, mengumpulkan informasi untuk setiap
kebutuhan hidup (Cahyaningrum,2017). Menyimak adalah
keterampilan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang
disampaikan secara lisan oleh orang lain. Menyimak merupakan suatu
faktor yang penting dalam kehidupan manusia, karena melalui
kegiatan menyimak setiap individu dapat memahami berbagai
informasi yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari. Proses
menyimak merupakan kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Pentingnya mencapai tujuan tersebut
menimbulkan kegiatan berpikir dalam menyimak. Kegiatan menyimak
yang tidak tepat dapat menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.
Menurut Iskandarwassid & Sunendar (2016) menyimak memiliki
tujuan yang beraneka ragam diantaranya sebagai berikut.
1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama
agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang
pembicara.
2) Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak
dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang diperdengarkan.
3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud
agar dapat menilai apa-apa yang disimak.
4) Menyimak untuk mengapresiasi, yaitu menyimak dengan maksud
agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak.
5) Menyimak untuk mengomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu
menyimak dengan maksud agar dapat mengomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain
dengan lancar dan tepat.
8
6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak
dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi
dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti dan mana bunyi
yang tidak membedakan arti.
7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis.
8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan.
9
b) Pembelajaran dalam melatih keterampilan berbicara harus mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai
kemampuan berbicara dengan baik. Menurut Hermawan (2014),
tujuan keterampilan berbicara bagi peserta didik adalah sebagai
berikut
c) Kemudahan berbicara, peserta didik harus dilatih untuk
mengembangkan keterampilan berbicara agar terlatih kepercayaan
diri dalam pengucapannya.
d) Kejelasan, untuk melatih peserta didik agar dapat berbicara dengan
artikulasi yang jelas dan tepat dalam pengucapan.
e) Bertanggung jawab, latihan untuk peserta didik agar berbicara
dengan baik dan dapat menempatkan pada situasi yang sesuai agar
dapat bertanggung jawab.
f) Membentuk pendengar yang kritis, melatih peserta didik dalam
menyimak lawan bicara dan mampu mengoreksi jika ada ucapan
yang salah.
g) Membentuk kebiasaan, yaitu membiasakan peserta didik dalam
mengucapkan kosakata atau kalimat sederhana secara baik dan ini
juga harus dibantu oleh lingkungan sekolah atau guru.
Gambar 1.1
Diagram Komunikasi Interaktif
10
Kegiatan komunikasi interaktif seperti dilukiskan dalam diagram di
atas, terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual, atau dalam suatu
diskusi kelompok. Dalam hal ini, A berbicara dan B mendengarkan.
Setelah itu giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun, ada pula
dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif,
yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan.
Agar lebih jelas, situasi komunikasi tersebut digambarkan dalam diagram
berikut ini.
B, C, D, E
A F, G, H, I
Gambar 1.2
Diagram Komunikasi Noninteraktif
11
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
mendengarkan berarti pula membantu meningkatkan kualitas
berbicara.
4. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang
berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang (terutama
anak-anak). Oleh karena itu, suara dan materi pembicaraan yang
berkualitas baik yang didengar dari seorang guru, tokoh-tokoh, atau
dari pemuka-pemuka agama, dari rekaman-rekaman atau cerita-cerita
yang bernilai tinggi, sangat membantu anak atau seseorang yang
sedang belajar berbicara.
12
e) Menyadari prasangka sendiri
f) Memahami prasangka pembicara
g) Memeriksa fakta-fakta pembicara
h) Menyimak pembicaraan sampai selesai
i) Memanfaatkan waktu menyimak sebaik-baiknya.
a) Memusatkan perhatian
Pemusatan perhatian dilakukan terhadap bahan simakan,
bahan simakan tersebut biasanya menggunakan dua isyarat, yaitu
13
isyarat visual dan isyarat verbal, isyarat visual terdiri dari gerak
tubuh (gesture), tulisan atau kerangka informasi penting, dan
perubahan ekspresi wajah (mimik), sedangkan isyarat verbal terdiri
dari perhentian, naik turunnya suara, lambatnya pengucapan butir-
butir penting, dan pengulangan informasi penting
b) Membuat catatan
Membuat catatan dilakukan agar proses menyimak semakin
baik. Catatan digunakan untuk mengingat-ingat kembali bahan.
Dalam membuat catatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu (1) catatan harus sesederhana mungkin, catatan yang terlalu
panjang akan mengganggu proses menyimak, dalam membuat
catatan yang diperlukan hanyalah ide pokok yang berupa frase
atau kalimat pendek; (2) catatan hendaknya menggunakan
singkatan dan simbol; (3)catatan harus jelas.
14
ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Peningkatan
ini dapat dilihat pada beberapa hal.
Pertama, peningkatan kualitas proses yang ditandai dengan
adanya peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran
berbicara, peningkatan keaktifan siswa saat membuat mind
mapping, dan minat dan motivasi siswa saat bercerita tokoh idola.
Hal tersebut terbukti dari meningkatnya jumlah siswa yang aktif
dan termotivasi dalam pembelajaran berbicara baik dari siklus I
kesiklus II maupun dari siklus II kesiklus III. Peningkatan
keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran berbicara
mengindikasikan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran
berbicara.
Kedua, peningkatan kualitas hasil ditandai dengan: siswa
yang mampu menceritakan tokoh idola dengan pedoman
kelengkapan identitas tokoh meningkat, siswa yang mampu
mengorganisasikan perkataannya sehingga dapat menceritakan
tokoh idola dengan terstruktur meningkat, dan siswa yang
memperoleh nilai minimal 70 (≥70) dalam pembelajaran berbicara
meningkat. Peningkatan aspek tersebut mengindikasikan adanya
peningkatan kualitas hasil pembelajaran berbicara
b. Dengan menerapkan metode bercerita
Metode bercerita adalah salah satu metode yang dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Melalui penerapan
metode bercerita, dapat mengembangkan potensi kemampuan
berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian mampu
menuturkannya kembali dengan tujuan melatih anak dalam
bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
Musfiroh (Marlina,2014:17).
c. Dengan cara memperhatikan factor berikut:
Menurut Maidar (1988:17) ada dua hal utama yang harus
diperhatikan untuk meningkatkan keterampilan dalam berbicara,
yaitu:
15
1. Faktor kebahasaan
Faktor kebahasaan adalah hal utama dalam keterampilan
berbicara. Aspek-aspek tersebut antara lain:
a) Ketepatan ucapan
Ketepatan ucapan pada dasarnya setiap orang
memiliki gaya tersendiri dalam berbicara dan gaya
tersebut dapat berubah-ubah tergantung pada apa yang
sedang dibicarakan, bagaimana kondisi pembicara, dan
kepada siapa pembicaraan tersebut ditujukan. Hal
tersebutlah yang membuat ketepatan dalam pengucapan
terlihat fleksibel. Namun tidak sepenuhnya benar, karena
ketepatan dalam pengucapan memiliki teknik-teknik
khusus yang bertujuan agar pendengar tidak bosan dan
meminimalisir persepsi ganda atas apa yang sedang
dibicarakan. Perbedaan dalam pengucapan masih dapat
ditoleransi, selama perbedaan tersebut tidak mengganggu
makna dari isi pembicaraan.
b) Penempatan tekanan, nada dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi
merupakan faktor utama dalam berbicara. Karena dengan
penggunaan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang tepat
dapat mengubah pembicaraan yang sebenarnya kurang
menarik menjadi sebuah pembicaraan yang diminati dan
dinikmati oleh para pendengarnya. Sebaliknya, isi
pembicaraan yang menarik akan terasa membosankan jika
pembicara tidak menguasai tekanan, nada, sendi, dan
durasi dengan baik. Hal tersebutlah yang membuat faktor
tekanan, nada, sendi, dan durasi memiliki daya tarik
tersendiri dalam suatu pembicaraan.
c) Pilihan kata (diksi)
Pemilihan kata atau diksi penting dikuasai oleh
pembicara, karena dengan pemilihan kata yang tepat akan
16
memudahkan pendengar untuk mengerti akan isi
pembicaraan yang disampaikan. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pemilihan kata adalah situasi dan
pendengar. Tepat situasi adalah bagaimana pembicara
menyesuaikan pemilihan kata dengan situasi dimana
pembicaraan sedang berlangsung, pemilihan kata yang
fleksibel akan lebih cocok untuk situasi pembicaraan
nonformal, sedangkan pemilihan kata yang terstruktur dan
protokoler diterapkan pada pembicaraan yang bersifat
formal. Tepat pendengar merupakan penyesuaian dengan
siapa pembicaraan akan disampaikan. Jika para pendengar
terdiri dari masyarakat umum dan masyarakat akademis,
dapat menggunakan kosakata yang netral atau kata-kata
yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari agar
semua pendengar mengerti isi pembicaraan. Sedangkan
pemilihan kata yang akademis dikhususkan jika pendengar
merupakan kalangan mahasiswa, guru, atau dosen.
d) Ketepatan sasaran pembicaraan
Suatu pembicaraan dikatakan tepat sasaran atau
tidak dapat dilihat pada akhir pembicaraan. Pembicaraan
akan tepat sasaran jika apa yang dipahami pendengar sama
dengan apa yang telah disampaikan oleh pembicara, isi
pembicaraan dapat diresapi pendengar secara lengkap.
Pembicaraan yang tidak tepat sasaran adalah jika inti
pembicaraan tidak sampai pada pendengar atau diterima
hanya bagian-bagian tertentu saja. Jika terjadi demikian,
maka perlu evaluasi untuk mengetahui kesalahan dalam
penyampaian informasi baik dari segi kebahasaan maupun
non-kebahasaan, ketika penyebab permasalahan telah
diketahui penyebabnya, pembicara dapat belajar dan
memperbaiki apa yang akan disampaikan selanjutnya pada
kesempatan yang akan datang.
17
2. Faktor non-kebahasaan
Sebarapa jauh penguasaan keterampilan berbicara tidak
hanya dilihat dari faktor kebahasaan, namun faktor non-
kebahasaan juga ikut mempengaruhi. Jika faktor ini kurang
diperhatikan maka proses penyampaian pesan akan sangat
terganggu, hal itu disebabkan karena aspek non-kebahasaan
dapat dilihat atau dinilai dengan jelas secara visual. Aspek
non-kebahasaan tersebut antara lain:
a) Sikap wajar, tenang, dan tidak kaku
b) Arah pandangan mata
c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain
d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat
e) Kenyaringan suara
f) Kelancaran
g) Relevansi/penalaran,dan
h) Penguasaan topik.
18
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
d. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat menjawab tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan
19
d) Pembelajaran kooperatif tidak dapat menerapkan pembelajaran
secara cepat.
e) Penilaian terhadap individu, kelompok, dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
3. Demonstration
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan
disampaikan
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan
sesuai skenario yang telah disiapkan
e. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya
20
f. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga
pengalaman siswa didemonstrasikan.
g. Guru membuat kesimpulan
4. Word Square
Model pembelajaran Word square adalah model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model pembelajaran
words square adalah salah satu dari model pembelajaran inovatif yang
merupakan pengembangan dari metode ceramah. Media: Soal dalam
bentuk teka-teki.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin
dicapai
b. Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
c. Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan
huruf-huruf sesuai pertanyaan)
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
21
tergantung kebutuhan) sebagai media untuk menuangkan gagasan
sesuai instruksi guru.
Langkah-langkah:
1) guru membuka pelajaran dengan apersepsi
2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
3) Siswa mendengarkan teks berita yang diperdengarkan oleh
guru
4) Siswa mencatat hal-hal yang penting mengenai pokok isi berita
yang didengar
5) Guru menyediakan kertas yang berisi pertanyaan sebagai bola
salju
6) Guru melemparkan bola dan siswa menjawab dan menulis
nama pada bola salju
7) Guru mengumpulkan bola dan membacakan jawaban siswa
8) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
22
Kekurangan model pembelajaran snow ball throwing:
6. Jigsaw
Langkah-langkah;
a. Guru membentuk siswa menjadi enam kelompok (kelompok asal)
dengan jumlah anggota kelompok yang sama banyak yaitu 5 orang.
b. Setiap siswa dalam kelompok asal diberikan tugas yang berbeda-
beda dari guru untuk dipelajari.
c. Setiap siswa yang telah mempelajari materinya berkumpul dengan
siswa dari kelompok lain yang mendapat materi sama dan
membentuk kelompok ahli untuk bersama-sama mendiskusikan
tentang materi tersebut.
d. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke
kelompok asal masing-masing dan secara bergantian
mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman-temannya dalam
23
kelompok asalnya. Setiap siswa dalam kelompok asal mendapat
kesempatan untuk berbicara secara bergantian dengan
menyampaikan materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.
7. Cooperative Script
Model pembelajaran kooperatif script adalah kerja sama dalam
belajar dan membuat ringkasan atau mengikhtisarkan suatu ide pokok
materi yang sedang dipelajari, selain itu siswa belajar menghargai
pendapat pasangannya. Model ini bertujuan agar siswa dapat berproses
di dalam kelas dengan bekerja sama untuk berpasangan dan bergantian
mendefinisikan materi bagian inti. Siswa juga dapat memasukkan ide-
ide atau gagasan baru dalam materi ajar dan siswa dapat saling
melengkapi satu sama lain.
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana atau materi kepada setiap siswa
untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya kurang lengkap dan
membantu mengingat atau menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi
lainnya.
5) Bertukar peran. Siswa yang semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya.
24
6) Siswa membuat kesimpulan bersama dengan guru.
7) Penutup, siswa melakukan refleksi bersama guru.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan atau
memahami makna secara lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman
tentang suatu yang didengarkan baik berupa informasi, isi atau pesan
sehingga perolehan makna dari hal yang didengar tersebut sedangkan
keterampilan berbicara adalah keterampilan dalam menyampaikan suatu
informasi, pesan, ide atau gagasan secara lisan kepada lawan tutur
sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik dan
komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Adapun Tujuan menyimak
sebagai dasar menganalisis fakta yaitu untuk mengetahui dan memahami
secara mendalam makna yang terkandung dalam fakta. Sedangkan tujuan
umum dari berbicara yaitu, adanya dorongan keinginan untuk
menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain (yang diajak
berbicara).
Hubungan Keterampilan Menyimak dan Berbicara merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung. Cara meningkatkan
keterampilan menyimak adalah Memahami maksud pembicaraan,
Menghindari ketergesa-gesaan, Memahami maksud sendiri,
Memperhatikan perbedaan pemakaian bahasa, Menyadari prasangka
sendiri, Memahami prasangka pembicara, Memeriksa fakta-fakta
pembicara, Menyimak pembicaraan sampai selesai, dan Memanfaatkan
waktu menyimak sebaik-baiknya. Cara meningkatkan keterampialan
berbicara, yaitu Dengan cara menerapkan metode Mind Mapping, Dengan
menerapkan metode bercerita, dan dengan cara Dengan cara
memperhatikan faktor (Kebahasaan dan nonkebahasaan). Sedangkan
model pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara, yaitu STAD,
Problem Based introduction, Demonstration, Word Square, Snow Ball
Throwing, Jigsaw, dan Cooperative Script.
26
B. Saran
Guru tidak dapat melepaskan diri dari bantuan model pembelajaran
dalam melakukan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara ini.
Dengan dukungan model pembelajaran ini, kami berharap seorang guru
dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan membentuk keterampilan
berbicaranya. Didalam proses pembelajaran guru sangat dituntut untuk
bisa mengembangkan model model pembelajaran yang kreatif terutama
didalam materi menyimak dan berbicara ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Tarigan, J. (2019). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Yogyakarta:
Gramedia.
WidiantiI AKS, dkk. 2015. Penerapan Metode Bercerita dengan Media Gambar
untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Anak. e-journal
PGPAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini. 3(1).
29