Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah yang berjudul
“Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Berbicara” dapat selesai seperti waktu yang
telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Frida Destini, S.Pd, M.Pd. dan Ibu Nindy Profithasari, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Lampung.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan serta doa.
3. Teman-teman kelompok 5 yang telah membantu dalam meyelesaikan makalah ini.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan, makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia yang
membahas tentang Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Berbicara. Tak ada gading
yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 20
B. Saran................................................................................................................................ 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bealakang
Bahasa adalah sarana komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui bahasa,
seseorang dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Menurut Tarigan (2008:
1) bahwa keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh setiap manusia karena bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang dalam berbahasa, maka
semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa meliputi empat
keterampilan dasar, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan
mempunyai hubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan
tersebut hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang banyak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat pembelajaran bahasa Indonesia?
2. Bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar?
3. Apa pengertian pembelajaran berbicara?
4. Bagaimana penerapan model pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus berbicara?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran yang dimaksud dalam uraian berikut ini adalah pembelajaran
dalam situasi formal. Pembelajarn pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang
sistemik, sistematis, dan terencana. Untuk mewujudkan ketiga karakteristik pelajaran
Bahasa, terdapat beberapa permasalahan yang harus diantisipasi dan didudukkan secara
poporsional. Permasalah tersebut berkaitan dengan (1) tujuan pembelajaran, (2) materi
pembelajaran, (3) strategi pembelajaran, (4) evaluasi, (5) pengajar(guru), (6) siswa.
Dalam pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia (BI)
sebagai bahasa kedua (B2)/ salah satu segi yang sering disorot dan dipertanyakan adalah
strategi atau teknik, metode, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sukses atau
tidaknya suatu program pemngajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua sering
5
dinilai dari strategi dan metode yang digunakan.
Agar dapat melaksanakan pelajaran berbicara di SD, hal-hal yang terlebih dahulu
dipelajari:
Teori Berbicara
Komponen berbicara
Hakikat Berbicara
Jenis-jenis berbicara
6
menggunakan bahasa Indonesia lisan untuk mengemukakan pemikiran, pendapat,
perasaan, dan pengalaman, serta menjalin komunikasi, melakukan interaksi sosial dengan
anggota masyarakat yang lain.
a) Suhendar dan Supinah (1993:131) menyatakan bahwa berbicara bukan hanya
sekedar mengucapkan mengeluarkan bunyi-bunyi, hanya mengucapkan kata-kata,
berbicara sebagai aspek keterampilan berbahasa adalah keterampilan
mengemukakan pikiran, keterampilan menyampaikan perasaan melalui bahasa
lisan, melalui ujaran, melalui tuturan. Berbicara bukan hanya cepat mengeluarkan
kata-kata dari alat ucap, tetapi utamanya adalah menyampaikan pokok-pokok
pikiran secara teratur dalam berbagai ragam bahasa sesuai dengan fungsi
komunikasi.
b) Nurhadi (1995: 342) mengungkapkan bahwa berbicara berarti mengungkapkan
ide atau pesan lisan secara aktif. Jadi berbicara termasuk salah satu aspek
kemampuan berbahasa yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara
lisan.
c) Marie M.Strewart dan Kenneth Zimmer (dalam Suharyanti dan Edy Suryanto,
1996: 129) Pengertian berbicara adalah suatu proses pemindahan pesan dari suatu
sumber kepada orang lain. Jadi terjadi pemindahan pesan dari komunikator
(pembicara) kepada komunikan (pendengar). Pesan yang akan disampaikan
kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh
kedua belah pihak.
d) Menurut Nuraeni (2009: 1), berbicara merupakan proses penyampaian informasi
dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang
diterimanya.
e) Henry Guntur Tarigan (1981: 15) menyatakan dengan jelas bahwa berbicara ialah
suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.
7
perasaan, dan pengalaman, serta menjalin komunikasi, melakukan interaksi sosial dengan
anggota masyarakat yang lain.
5. Teknik Berbicara
Teknik berbicara di muka terwujud, dalam beberapa persiapan, yaitu menentukan
maksud pembicaraan, mengenalisis pendengar dan situasi, memilih dan menyempitkan
topik, mengumpulkan bahan, membuat kerngka uraian, menguraikan secara mendetail,
dan berlatih dengan suara nyaring. Sementara ada beberapa syarat agar seseorang mahir
dalam berbicara, yaitu:
a) Memiliki keberanian dan tekat yang kuat.
b) Memiliki pengetahuan yang luas
c) Memahami proses komunikasi massa
d) Menguasai bahasa yang baik dan lancar
e) Pelatihan yang memadai
6. Efektifitas Berbicara
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara, adalah sebagai berikut:
a) Adanya kesamaan kepentingan antara pembicara dan pendengar.
b) Adanya sikap saling mendukung dari kedua belah pihak.
c) Adanya sikap positif, artinya pikiran atau ide yang di utarakan dapat diterima.
d) Sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya.
e) Adanya sikap keterbukaan yang disampaikan keduabelah pihak.
f) Adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan sebaik-
baiknya(ada unsur empati) pada mitra bicara.
8
i) Memanfaatkan alat bantu
j) Berpenampilan meyakinkan
k) Mempunyai rencana
9
d. Melatih siswa berpikir logis dan kritis
e. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain.
a) Ulang Ucap
Metode ulang ucap sangat cocok untuk siswa SD karena pada tahap-tahap awal siswa
belajar berbicara memerlukan contoh pelafalan secara benar sebagai pajanan (Expose).
Jika siswa salah mengucapkan dalam menirukan kata itu dapat diulang lagi sampai lafal
siswa betul (sesuai dengan lafal guru). Di sini dapat menggunakan kartu transkripsi
fonetis sebagai media.
10
Misalnya:
Guru : mama
Siswa : mama
b) Lihat Ucap
Metode ini dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan sesuatu yang konkret atau
gambar benda sebagai media, kemudian siswa menyebutkan warna benda tersebut dan
menceritakan isi gambar. Metode lihat ucapkan dapat digunakan untuk lafal yang masih
sering salah bagi siswa kita atau model penseritaan deskriptif.
Misalnya:
Guru menunjukkan gambar berseri.
Siswa membaca gambar dengan lafal gambar ber-[seri].
Guru menunjukkan gambar orang senyum berseri-seri.
Siswa membaca gambar dengan lafal gambar [seri].
c) Memerikan
Dalam pelaksanaannya, siswa disuruh memperlihatkan sesuatu yang dapat berwujud
benda atau peristiwa dengan waktu yang telah ditentukan, kemudian siswa disuruh
memerikan atau mendeskripsikan sesuatu yang diperlihatkan tersebut secara lisan.
Misalnya, guru membawa dan memperlihatkan daun pepaya kepada siswa dan meminta
siswa sejenak mengamatinya. Setelah itu, guru meminta siswa memerikan bentuknya,
wana daunnya, manfaat dan sebagainya.
d) Menjawab Pertanyaan
Metode ini digunakan untuk semua mata pelajaran dan dalam pembelajaran BI dapat
digunakan untuk semua standar kompetensi karena dalam setiap pembelajaran guru dapat
mengawali dengan memberikan pertanyaan. Siswa yang pemalu lama-lama akan menjadi
terlatih keberanian berbicaranya apabila ia selalu diberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan secara lisan.
11
Misalnya:
Guru : siapa namamu?
Siswa : Ariel, Bu
Guru : di mana tempat tinggalmu?
Siswa : di Malang
Guru : sempurnakan jawabanmu!
Siswa : saya tinggal di jalan Jembawan XII Nomor 25 Sawojajar Malang
Guru : kamu tinggal bersama siapa saja?
Siswa : saya tinggal bersama ayah, ibu, kakak, dan adik.
Guru : bisakah kamu gambarkan keluargamu dengan kalimat yang lengkap?
Siswa : Kakak saya bernama Arief, adik saya bernama Aries, kami saling
menyayangi, kedua orang tuaku bekerja di kantor
e) Bertanya
Guru yang baik selalu memberika kesempatan kepada siswanya untuk bertanya.
Jangan lupa bahwa setiap guru akan mengawali pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas, dan belum mengakhiri
guru harus memberi tugas atau memberitahukan materi yang harus dikerjakan siswa
untuk pelajaran yang akan datang. Dengan demikian, akan sering terjadi tanya jawab
atau pertanyaan dari siswa-siswi tentang tugas yang diberikan. Bertanya kepada siswa
bukan hanya pada kegiatan berbicara saja karena pada hakikatnya pembelajaran
semua keterampilan selalu ada pertanyaan. Melalui pertanyaan siswa dapat
mengungkapkan keingintahuannya tentang sesuatu hal. Melalui pertanyaan pula guru
akan tahu kemampuan siswa dalam berbicara.
Misalnya:
Guru membawa/menyimpan benda dalam dos atau di atas meja yang ditutup.
Kemudian, siswa disuruh bertanya tentang benda yang dimaksud secara bergilir.
Pertanyaan yang diajukan siswa harus bisa dijawab dengan jawaban ya atau tidak.
Guru : Benda apa yang ada dalam dos ini?
Siswa : Apakah benda itu bernyawa?
Guru : Tidak
Siswa : Apakah benda itu berwarna?
Guru :Ya
12
Siswa : Apakah benda itu untuk kegiatan belajar?
Guru : Ya
Siswa : Buku
Guru : Bagus (guru memberi reward)
f) Bertanya Menggali
Pertanyaan menggali dimaksudkan untuk melatih siswa banyak berbicara karena
pertanyaan menggali merangsang siswa untuk banyak berpikir. Pertanyaan menggali
merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang berupa penjelasan. Jadi,
bukan sekedar jawaban ya atau tidak. Pertanyan menggali yang dilakukan guru dapat
juga digunakan untuk mengetahui kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu
masalah
Misalnya
Guru : Apa yang Anda ketahui tentang hujan?
Siswa : Hujan itu adalah air yang turun dari langit.
Guru : Bagaimana proses terjadinya?
Siswa : Hujan berasal dari air yang menguap karena adanya panas. Uap tersebut
membentuk awan, setelah terkumpul jadilah hujan.
g) Melanjutkan Cerita
Pelaksanaan metode ini, kita sebagai seorang guru dapat membuat sesuatu permainan
cerita. Siswa disuruh menceritakan sesuatu, kemudian siswa yang lain disuruh
melanjutkan cerita itu. Guru dapat terlibat langsung dengan bertindak sebagai
motivator atau pengumpan
Misalnya:
Guru : Kelas IIB selalu menjadi juara. Ruang kelas terletak di dekat ruang guru.
Suasana kelas ini tertata baik karena siswa-siswinya selalu bekerja sama.
Siswa A : Iuran untuk penataan kelas pun dilakukan bersama-sama. Pemilihan
dekorasinya selalu dimusyawarahkan.
Siswa B : Semua siswa kelas IIB selalu merasa nyaman di kelas dan nyaman
dalam belajar sehingga selalu memperoleh prestasi yang membanggakan.
h) Melanjutkan Cerita
Metode ini dapat diterapkan untuk mengintegrasikan kompetensi membaca,
mendengarkan, dan sastra. Untuk memulai pelajaran guru dapat memutar kaset,
13
memberi bahan bacaan, atau membacakan sebuah bacaan sastra kepada siswa. Tinggal
dari mana guru memulai pembelajaran jika dengan kaset, guru cukup memutarkan
kemudian siswa disuruh melanjutkan ceritanya. Apabila memberikan bahan bacaan,
siswa disuruh membaca kemudian disuruh menceritakan isi bacaan.
i) Bercakap-Cakap
Percakapan merupakan pertukaran pikiran atau pendapat tentang suatu masalah atau
topik antara dua orang atau lebih. Pada umumnya, suasana dalam percakapan adalah
suasana akrab dan spontan. Dalam penggunaan metode ini, guru dapat menanyakan
apa yang sedang siswa bicarakan atau mereka terima sebelumnya. Kemudian, guru
gunakan sebagai bahan percakapan siswa
k) Bercerita
Dengan metode ini guru dapat meminta siswa memilih cerita yang menarik tentang
dirinya, cerita orang lain, atau cerita yang pernah ia baca. Kegiatan bercerita ini akan
menuntun siswa menjadi pembicara yang baik. Perlu diingat, dengan menggunakan
metode ini bukan berarti seluruh kegiatan diisi siswa bercerita. Akan tetapi, diselingi
dengan lain yang menunjang kegiatan bercerita siswa.
l) Memberi Petunjuk
Dalam menggunakan metode ini, guru meminta siswa untuk memberi petunjuk
tentang suatu acara, tempat, letak, atau cara menggunakan/mengerjakan sesuatu
dengan bahasa yang singkat, jelas, dan tepat.
Misalnya:
Guru : Coba kalian jelaskan bagaimana cara menuju sekolah ini dari rumah masing-
masing.
Siswa : Rumah saya di jalan Danau Sentani. Dari rumah ke sini bisa jalan kaki, naik
sepeda, atau naik angkot jurusan Cemorokandang-Landungsari.
m) Melaporkan
14
Dalam pembelajaran dengan teknik “Melaporkan”, guru dapat meminta siswa untuk
melaporkan sesuatu secara lisan. Agar laporan baik dan lancar terlebih dahulu siswa
disuruh menulis apa yang akan dilaporkan. Hal yang dilaporkan dapat diambil dari
peristiwa yang ada di sekitar siswa.
Misalnya:
Guru : sesuai dengan tugas yang ibu berikan minggu lalu maka sekarang ibu minta
secara bergilir melaporkan ke depan. Siapa yang berani?
Siswa : Saya, Bu. Boleh saya mulai, Bu?
Guru : Boleh silakan.
Siswa : Pulang sekolah kemarin, saya ke sebuah toko buku di jalan Bali, di sana
banyak orang tua yang mencarikan buku anak-anaknya. Ternyata buku yang dicari
banyak yang tidak tersedia. Setelah mencari buku yang dimaksud saya pergi ke toko
buku lainnya untuk membeli buku yang tidak ada di toko buku di jalan Dieng.
n) Bermain Peran
Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja, dalam percakapan
seseorang memerankan diri sendiri masing-masing, sedangkan dalam bermain peran
seseorang memerankan orang lain.
o) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Dalam situasi formal,
orang yang diwawancarai adalah orang yang berprestasi, ahli, atau yang mengalami.
Adapun dalam situasi nonformal, wawancara dapat berlangsung antarteman. Agar
siswa dapat mewawancarai dengan baik, terlebih dahulu siswa dilatih membuat
pertanyaan secara tertulis apa yang akan ditanyakan.
Misalnya:
Guru : Anak-anak kalian buat daftar pertanyaan untuk tugas kalian berwawancara.
Kalian boleh memilih siapa yang akan kalian wawancarai, boleh di kantor puskesmas,
sekolah, atau teman.
Siswa : di puskesmas saja Bu.
Guru : menentukan harinya dan membentuk kelompok. Kelompok satu
mewawancarai dokter umum, kelompok dua mewawancarai dokter gigi. Kelompok
tiga mewawancarai bagian obat, dan kelompok empat mewawancarai pasien. Sebagai
contoh:
15
Kel. 1 : Selamat pagi Dokter? Maaf mengganggu, sampai jam berapa waktu periksa
dok? Jumlah pasien tiap hari berapa ya, dok? Kebanyakan yang diderita pasien apa,
dok? Dan seterusnya.
p) Diskusi
Diskusi adalah percakapan dalam bentuk lanjut karena isi, cara, dan bobot
pembicaraan lebih tinggi daripada percakapan biasa (Tarigan dalam Idra, dkk.
2002:68). Oleh sebab itu, metode diskusi dapat digunakan pada kelas tinggi,
khususnya kelas 5 dan 6.
q) Bertelepon
Melalaui metode ini, guru dapat meminta siswa untuk mendemonstrasikan berbicara
lewat telepon. Yang perlu diketahui siswa bahwa dalam telepon, pembicaraan harus
jelas, lugas, dan singkat karena waktu sangat diperhitungkan. Media yang dapat
digunakan adalah telepon-teleponan (telepon mainan) dan jika sekolah bisa digunakan
sekadar contoh.
r) Dramatisasi
Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran karena guru dan siswa harus
mempersiapkan skenario, pelaku, dan perlengkapan. Dalam hal ini, skenario dapat
dibuat oleh guru atau siswa dan dapat juga menggunakan skenario yang sudah ada
yang ditulis orang lain. Dengan dramatisasi ini, siswa di latih mengekspresikan
perasaan dan pikiran tokoh dalam bentuk bahasa lisan.
16
yakni, keterpaduan dengan fokus keterampilan tertentu dan keterpaduan tanpa
fokus, yang berarti keempatnya diberlakukan secara seimbang atau sama, tanpa
ada penekanan agar pelaksanaan pengajaran benar-benar dapat terpadu antara
keempat keterampilan (kompetensi dasar), kompetensi dasar kebahasaan, dan
sastra. Keterpaduan dalam perencanaan pembelajaran akan tampak mulai dari
kompetensi dasar yang dijadikan fokus, hasil belajar yang diharapkan,
indikator, langkah-langkah pembelajaran, media/sumber belajar, dan pemilihan
dan penerapan penilaiannya.
Artinya, pada saat menentukan komponen-komponen rencana
pembelajaran tersebut, perencana harus memikirkan bahwa komponen-
komponen yang dipilih dan ditetapkan itu bukan semata-mata untuk
pengembangan salah satu kompetensi dasar saja, tetapi juga untuk keempat
kompetensi dasar, dan ditambah unsur kebahasaan, serta sastra yang harus
diajarkan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, langkah-langkah penyusunan
rencana pembelajaran perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan berpegang
pada prinsip keutuhan, keterpaduan, kesinambungan, dan kealamiahan
(Suyono, 1994:114).
Hal yang penting bagi guru bahasa adalah:
a) Memahami betul karakteristik pembelajaran untuk masing-masing kompetensi
b) Memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat
c) Memahami dan menafsirkan secara kreatif dan kritis isi kurikulum
d) Memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran BI di SD
17
apa yang dipelajari. Oleh karena itu, guru harus dapat:
a) Memahami metode pembelajaran membaca kelas rendah
b) Memahami teori belajar bahasa kedua
c) Memilih media yang tepat
d) Memahami organisasi kelas bahasa yang komunikatif dan integrative
Sedangkan untuk pembelajaran membaca pada kelas timggi, anak diajak agar dapat
memahami apa yang dibaca. Oleh karena itu, guru harus dapat:
a) Menguasai materi (bahan) membaca
b) Menguasai berbagai metode dan teknik pembelajaran membaca
c) Menciptakan bahan membaca yang terkini dan sesuai dengan usia anak pada
masing-masing kelas
d) Memahami keinginan anak
e) Menjadikan anak gemar membaca
Pembelajaran menulis pada kelas rendah yang perlu ditanamkan pada siswa adalah:
1) Menguasai tulisan (huruf)
2) Penulisan kata
18
3) Penulisan kalimat sederhana
4) Kaidah penulisan
Menulis merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis dilakukan secara
bertahap, yaitu perencanaan menulis (prapenulisan), penulisan, dan revisi (Mc
Crimmon, 1984: 10, Akhadiah dkk, 1999: 3-5).
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai target hasil belajar
tertentu. Salah satu target hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
berbicara di sekolah dasar adalah siswa. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh
para siswa SD karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses
belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan
belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara
mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
B. SARAN
Makalah ini dibuat dengan mengumpulkan materi dari berbagai sumber. Penulis
meyakini bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dan bahkan mungkin kekeliruan
atau kesalahan yang terjadi diluar keinginan dan kehendak penulis. Untuk itu, koreksi
dan sumbang saran dari para pembaca sangat diharapkan
20
DAFTAR PUSTAKA
Suharyanti dan Edy Suryanto. 1996. Reorika: Buku Pegangan Kuliah. Surakarta: UNS
Press.
21