Anda di halaman 1dari 21

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DENGAN FOKUS BERBICARA

Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia


Semester/Kelas :4/E
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dosen Pengampu : 1. Frida Destini, S.Pd, M.Pd.
2. Nindy Profithasari, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 5:


1. Demas Arya Guna 2013053007
2. Desnilia Pramesti 2013053057
3. Eni Annisa 2013053045
4. Halimatuss’adiah Maulidya Ulfa 2013053018
5. Khairunnisa Aulia 2013053025
6. Siska Wulandari 2013053001
7. Sofi Cahya Fitri 2013053028

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah yang berjudul
“Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Berbicara” dapat selesai seperti waktu yang
telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Frida Destini, S.Pd, M.Pd. dan Ibu Nindy Profithasari, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Lampung.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan serta doa.
3. Teman-teman kelompok 5 yang telah membantu dalam meyelesaikan makalah ini.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan, makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia yang
membahas tentang Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Berbicara. Tak ada gading
yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Metro, 24 Mei 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD .......................................................................... 5

1. Hakikat Pembelajaran ....................................................................................................... 5

2. Pembelajaran Bahasa ........................................................................................................ 5

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ............................................................................. 6

4. Pengertian Pembelajaran Berbicara .................................................................................. 6

5. Teknik Berbicara ............................................................................................................. 8

6. Efektifitas Berbicara ......................................................................................................... 8

7. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Berbicara ............................................... 9

8. Tujuan Pembelajaran Berbicara ........................................................................................ 9

B. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Berbicara .......................... 10

1. Materi atau Bahan Yang Sesuai Untuk Kegiatan Berbicara ........................................... 10

2. Metode Dan Media Pembelajaran Berbicara ................................................................. 10

3. Menyusun Model Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus


Berbicara ......................................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 20

B. Saran................................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Bealakang
Bahasa adalah sarana komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui bahasa,
seseorang dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Menurut Tarigan (2008:
1) bahwa keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh setiap manusia karena bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang dalam berbahasa, maka
semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa meliputi empat
keterampilan dasar, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan
mempunyai hubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan
tersebut hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang banyak.

Tarigan (2008:1) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa biasanya diperoleh


manusia secara berurutan. Keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai manusia
adalah berbicara baru kemudian membaca dan menulis. Keterampilan berbicara dipelajari
sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari saat
memasuki jenjang sekolah. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan yang paling praktis dan taktis
untuk melakukan komunikasi ialah berbicara. Di mana saja, kapan saja, dan siapa saja
berbicara untuk berkomunikasi. Bahkan terhadap bayi yang belum mampu berbahasa pun
orang menyapa dengan bahasa. Oleh karena itu, guru yang mengajarkan keterampilan
berbahasa (dengan fokus berbicara) diharapkan dapat memberikan dorongan kepada peserta
didik melalui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan
baik (Mudini dan Salamat Purba, 2009:1).

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat pembelajaran bahasa Indonesia?
2. Bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar?
3. Apa pengertian pembelajaran berbicara?
4. Bagaimana penerapan model pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus berbicara?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD


1. Hakikat Pembelajaran
Kimble (dalam hergenhahm, 1982) mengungkapkan bahwa perubahan tingkah
laku siswa setelah melaksanakan pembelajaran adalah tingkah laku yang relatif
permanen, tingkah laku yang diakibatkan oleh adanya penguatan (reinforcement)
praktis. Beberapa hakikat pembelajaran tersebut dikemukakan sebagai berikut :

1. Pembelajaran menyebabkan tingkah laku


2. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat permanen
3. Perubahan tingkah laku tidak dapat begitu saja berubah menjadi pengalaman
walaupun potensi untuk itu telah dimiliki.
4. Perubahan tingkah laku disebabkan pengalaman/ latihan praktis
5. Pengalaman/latiahan harus selalu ditajamkan, terutama pada tanggapan yang
memerlukan adanya penghargaan (reward)

Pembelajaran dapat membuat seseorang memiliki pengalaman dan tingkah laku


sesuai dengan pengalaman atau pelatihan yang diterimanya. Oleh sebab itu, dalam
pembelajaran BI bagi siswa sekolah dasar (SD) perlu diberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih menggunakan bahasa agar apa yang dilakukan itu dapat mengubah
tingkah laku dalam berbahasa indonesia.

2. Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran yang dimaksud dalam uraian berikut ini adalah pembelajaran
dalam situasi formal. Pembelajarn pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang
sistemik, sistematis, dan terencana. Untuk mewujudkan ketiga karakteristik pelajaran
Bahasa, terdapat beberapa permasalahan yang harus diantisipasi dan didudukkan secara
poporsional. Permasalah tersebut berkaitan dengan (1) tujuan pembelajaran, (2) materi
pembelajaran, (3) strategi pembelajaran, (4) evaluasi, (5) pengajar(guru), (6) siswa.
Dalam pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia (BI)
sebagai bahasa kedua (B2)/ salah satu segi yang sering disorot dan dipertanyakan adalah
strategi atau teknik, metode, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sukses atau
tidaknya suatu program pemngajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua sering

5
dinilai dari strategi dan metode yang digunakan.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


Bahasa Indonesia bagi sebagian besar masyarakat Indonesia diperoleh dengan
dua cara, yaitu pemerolehan secara formal dan nonformal. Menurut kurikulum 2004,
yakni kurikulum berbasis kompetensi (KBK), mata pelajaran bahasa Indonesia
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berkomunikasi baik lisan maupun
tulis sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain, berpikir kritis dalam
berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan sikap menghargai bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan apresiatif terhadap karya sastra Indonesia (Mulyasa,
2003:89).

Untuk kelas I dan II (kelas rendah), pembelajaran bahasa Indonesia menekankan


pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan, sedangkan
untuk kelas III - VI (kelas tinggi) menekankan pada peningkatan kemampuan
berkomunikasi lisan dan tulis. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar
kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum.

Standar kompetensi mata pelajaran BI bersumber pada hakikat pembelajaran


bahasa, yaitu belajar bahasa adalah berkomunikasi dan belajar sastra belajar menghargai
manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, pembelajaran BI mengupayakan
peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis serta
menghargai karya cipta bangsa Indonesia, Ruang lingkup standar kompetensi mata
pelajaran BI SD terdiri atas aspek mendengarkan (menyimak lisan), berbicara,
membaca, dan menulis.

Agar dapat melaksanakan pelajaran berbicara di SD, hal-hal yang terlebih dahulu
dipelajari:
Teori Berbicara
Komponen berbicara
Hakikat Berbicara
Jenis-jenis berbicara

4. Pengertian Pembelajaran Berbicara


Pembelajaran berbicara merupakan yang penting untuk diajarkan dan tidak boleh
diabaikan. Sebab, melalui pembelajaran ini siswa diharapkan mampu
mengungkapkan/menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau perasaannya
dengan baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran berbicara di sekolah yaitu agar
siswa dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi secara tepat dan benar dengan

6
menggunakan bahasa Indonesia lisan untuk mengemukakan pemikiran, pendapat,
perasaan, dan pengalaman, serta menjalin komunikasi, melakukan interaksi sosial dengan
anggota masyarakat yang lain.
a) Suhendar dan Supinah (1993:131) menyatakan bahwa berbicara bukan hanya
sekedar mengucapkan mengeluarkan bunyi-bunyi, hanya mengucapkan kata-kata,
berbicara sebagai aspek keterampilan berbahasa adalah keterampilan
mengemukakan pikiran, keterampilan menyampaikan perasaan melalui bahasa
lisan, melalui ujaran, melalui tuturan. Berbicara bukan hanya cepat mengeluarkan
kata-kata dari alat ucap, tetapi utamanya adalah menyampaikan pokok-pokok
pikiran secara teratur dalam berbagai ragam bahasa sesuai dengan fungsi
komunikasi.
b) Nurhadi (1995: 342) mengungkapkan bahwa berbicara berarti mengungkapkan
ide atau pesan lisan secara aktif. Jadi berbicara termasuk salah satu aspek
kemampuan berbahasa yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara
lisan.
c) Marie M.Strewart dan Kenneth Zimmer (dalam Suharyanti dan Edy Suryanto,
1996: 129) Pengertian berbicara adalah suatu proses pemindahan pesan dari suatu
sumber kepada orang lain. Jadi terjadi pemindahan pesan dari komunikator
(pembicara) kepada komunikan (pendengar). Pesan yang akan disampaikan
kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh
kedua belah pihak.
d) Menurut Nuraeni (2009: 1), berbicara merupakan proses penyampaian informasi
dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang
diterimanya.
e) Henry Guntur Tarigan (1981: 15) menyatakan dengan jelas bahwa berbicara ialah
suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian


Pembelajaran berbicara merupakan pembelajaran yang penting untuk diajarkan dan tidak
boleh diabaikan. Sebab, melalui pembelajaran ini siswa diharapkan mampu
mengungkapkan /menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau perasaannya
dengan baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran berbicara di sekolah yaitu agar
siswa dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi secara tepat dan benar dengan
menggunakan bahasa Indonesia lisan untuk mengemukakan pemikiran, pendapat,

7
perasaan, dan pengalaman, serta menjalin komunikasi, melakukan interaksi sosial dengan
anggota masyarakat yang lain.

5. Teknik Berbicara
Teknik berbicara di muka terwujud, dalam beberapa persiapan, yaitu menentukan
maksud pembicaraan, mengenalisis pendengar dan situasi, memilih dan menyempitkan
topik, mengumpulkan bahan, membuat kerngka uraian, menguraikan secara mendetail,
dan berlatih dengan suara nyaring. Sementara ada beberapa syarat agar seseorang mahir
dalam berbicara, yaitu:
a) Memiliki keberanian dan tekat yang kuat.
b) Memiliki pengetahuan yang luas
c) Memahami proses komunikasi massa
d) Menguasai bahasa yang baik dan lancar
e) Pelatihan yang memadai

6. Efektifitas Berbicara
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara, adalah sebagai berikut:
a) Adanya kesamaan kepentingan antara pembicara dan pendengar.
b) Adanya sikap saling mendukung dari kedua belah pihak.
c) Adanya sikap positif, artinya pikiran atau ide yang di utarakan dapat diterima.
d) Sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya.
e) Adanya sikap keterbukaan yang disampaikan keduabelah pihak.
f) Adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan sebaik-
baiknya(ada unsur empati) pada mitra bicara.

Sementara tarigan (1990:218) mengemukakan ciri-ciri pembicara yang baik,, antara


lain :
a) Pandai menemukan topik yang tepat dan up to date
b) Menguasai materi
c) Memahami pendengar
d) Memahami situasi
e) Merumuskan tujuan dengan jelas
f) Memiliki kemampuan linguastik yan memadai
g) Menjalin kontak dengan pendengar
h) Menguasai pendengar

8
i) Memanfaatkan alat bantu
j) Berpenampilan meyakinkan
k) Mempunyai rencana

7. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Berbicara


Pembelajaran keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan pemfokusan diri
dan dengan tidak pemfokusan. Jika pembelajaran dilakukan dengan pemfokusan, semua
aktivitas pembelajaran berangkat, tertuju, dan berpulang pada keterampilan berbicara.
Aktivitas keterampilan berbahasa yang lain dan kompetensi kebahasaan yang
ditampilkan sekedar pendukung berjalannya secara wajar kegiatan pembelajaran.
Menginat pembelajaran berfokus pada pembelajaran keterampilan berbicara maka
aktivitas pembelajaran didominasi oleh pembelajaran berbicara.

8. Tujuan Pembelajaran Berbicara

Tujuan utama pembelajaran berbicara adalah membangun keterampilan berbicara


kepada peserta didik. Pembelajaran berbicara adalah sebuah proses belajar mengajar yang
mengarah pada tujuan pembelajaran, yaitu peserta didik memiliki kemampuan
mengkomunikasikan ide, gagasan, perasaan, dan pendapatnya kepada orang lain. Dengan
kata lain, bahwa tujuan pembelajaran berbicara adalah agar peserta didik memahami dan
menerapkan bentuk-bentuk tindak perbuatan berbahasa yang berhubungan dengan aspek
intelektual, informasi faktual, sikap emosi, dan sebagainya. Tujuan ini akan dicapai
dengan maksimal apabila proses pembelajaran diselenggaran dengan pendekatan dan
strategi yang tepat.

Tujuan pembelajaran berbicara di SD dikelompokkan atas :

1) Tujuan pembelajaran Berbicara dikelas Rendah:


a. Melatih keberanian siswa
b. Melatih siswa menceritakan pengetahuan dan pengalamannya.
c. Melatih menyampaikan pendapat
d. Membiasakan siswa untuk bertanya

2) Tujuan pembelajaran Berbicara dikelas Tinggi:


a. Memupuk keberanian siswa
b. Mengungkapkan pengetahuan dan wawasan siswa
c. Melatih siswa menyanggah/menolak pendapat orang lain

9
d. Melatih siswa berpikir logis dan kritis
e. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain.

B. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Berbicara

1. Materi Atau Bahan Yang Sesuai Untuk Kegiatan Berbicara


Materi pelajaran berbicara di SD dapat kita lihat pada standar kompetensi atau
pada penjabaran masing-masing kompetensi dasar dan materi pokok yang ada didalam
kurikulum. Dari beberapa materi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dan materi
mana yang harus diajarkan terlebih dahulu. Dengan metode , dan teknik apa, serta
bagaimana siswa belajar berbicara . semua materi tersebut seyogianya diintegrasikan
kedalam keterampilan berbahasa yang lainnya , yaitu mendengarkan, membaca, dan
menulis. Di samping itu juga harus diintegrasikan dengan kompetensi kebahasan dan
sastra.

2. Metode Dan Media Untuk Pembelajaran Berbicara


Metode pembelajaran adalah cara menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa. Apabila dikaitkan dengan pengalaman belajar, metode berfungsi sebagai sarana
untuk mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang (Tarigan, 1980:260).
Beberapa metode pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan (Tarigan dalam Idra,
2002: 56) adalah metode ulang ucap, lihat ucap, memerikan, menjawab pertanyaan,
bertanya, bertanya menggali, melanjutkan cerita, menceritakan kembali, bercakap-cakap,
mereka cerita gambar, bercerita, memberi petunjuk, melaporkan, bermain peran,
wawancara, diskusi, bertelepon, dan dramatisasi.
Adapun media pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan siswa
dan guru untuk proses belajar mengajar. Media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran berbicara adalah telepon, pengeras suara, bahan bacaan, gambar, radio, tape
recorder, program televis, dsb. Berikut ini penjelasan beberapa metode pembelajaran
berbicara.

a) Ulang Ucap

Metode ulang ucap sangat cocok untuk siswa SD karena pada tahap-tahap awal siswa
belajar berbicara memerlukan contoh pelafalan secara benar sebagai pajanan (Expose).
Jika siswa salah mengucapkan dalam menirukan kata itu dapat diulang lagi sampai lafal
siswa betul (sesuai dengan lafal guru). Di sini dapat menggunakan kartu transkripsi
fonetis sebagai media.

10
Misalnya:

Guru : mama

Siswa : mama

Guru : ini mama

Siswa : ini mama

Guru : ini nana

Siswa : ini nana

Guru : ini mama nana

Siswa : ini mama nana

b) Lihat Ucap
Metode ini dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan sesuatu yang konkret atau
gambar benda sebagai media, kemudian siswa menyebutkan warna benda tersebut dan
menceritakan isi gambar. Metode lihat ucapkan dapat digunakan untuk lafal yang masih
sering salah bagi siswa kita atau model penseritaan deskriptif.
Misalnya:
Guru menunjukkan gambar berseri.
Siswa membaca gambar dengan lafal gambar ber-[seri].
Guru menunjukkan gambar orang senyum berseri-seri.
Siswa membaca gambar dengan lafal gambar [seri].

c) Memerikan
Dalam pelaksanaannya, siswa disuruh memperlihatkan sesuatu yang dapat berwujud
benda atau peristiwa dengan waktu yang telah ditentukan, kemudian siswa disuruh
memerikan atau mendeskripsikan sesuatu yang diperlihatkan tersebut secara lisan.
Misalnya, guru membawa dan memperlihatkan daun pepaya kepada siswa dan meminta
siswa sejenak mengamatinya. Setelah itu, guru meminta siswa memerikan bentuknya,
wana daunnya, manfaat dan sebagainya.

d) Menjawab Pertanyaan
Metode ini digunakan untuk semua mata pelajaran dan dalam pembelajaran BI dapat
digunakan untuk semua standar kompetensi karena dalam setiap pembelajaran guru dapat
mengawali dengan memberikan pertanyaan. Siswa yang pemalu lama-lama akan menjadi
terlatih keberanian berbicaranya apabila ia selalu diberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan secara lisan.

11
Misalnya:
Guru : siapa namamu?
Siswa : Ariel, Bu
Guru : di mana tempat tinggalmu?
Siswa : di Malang
Guru : sempurnakan jawabanmu!
Siswa : saya tinggal di jalan Jembawan XII Nomor 25 Sawojajar Malang
Guru : kamu tinggal bersama siapa saja?
Siswa : saya tinggal bersama ayah, ibu, kakak, dan adik.
Guru : bisakah kamu gambarkan keluargamu dengan kalimat yang lengkap?
Siswa : Kakak saya bernama Arief, adik saya bernama Aries, kami saling
menyayangi, kedua orang tuaku bekerja di kantor

e) Bertanya
Guru yang baik selalu memberika kesempatan kepada siswanya untuk bertanya.
Jangan lupa bahwa setiap guru akan mengawali pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas, dan belum mengakhiri
guru harus memberi tugas atau memberitahukan materi yang harus dikerjakan siswa
untuk pelajaran yang akan datang. Dengan demikian, akan sering terjadi tanya jawab
atau pertanyaan dari siswa-siswi tentang tugas yang diberikan. Bertanya kepada siswa
bukan hanya pada kegiatan berbicara saja karena pada hakikatnya pembelajaran
semua keterampilan selalu ada pertanyaan. Melalui pertanyaan siswa dapat
mengungkapkan keingintahuannya tentang sesuatu hal. Melalui pertanyaan pula guru
akan tahu kemampuan siswa dalam berbicara.
Misalnya:
Guru membawa/menyimpan benda dalam dos atau di atas meja yang ditutup.
Kemudian, siswa disuruh bertanya tentang benda yang dimaksud secara bergilir.
Pertanyaan yang diajukan siswa harus bisa dijawab dengan jawaban ya atau tidak.
Guru : Benda apa yang ada dalam dos ini?
Siswa : Apakah benda itu bernyawa?
Guru : Tidak
Siswa : Apakah benda itu berwarna?
Guru :Ya

12
Siswa : Apakah benda itu untuk kegiatan belajar?
Guru : Ya
Siswa : Buku
Guru : Bagus (guru memberi reward)

f) Bertanya Menggali
Pertanyaan menggali dimaksudkan untuk melatih siswa banyak berbicara karena
pertanyaan menggali merangsang siswa untuk banyak berpikir. Pertanyaan menggali
merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang berupa penjelasan. Jadi,
bukan sekedar jawaban ya atau tidak. Pertanyan menggali yang dilakukan guru dapat
juga digunakan untuk mengetahui kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu
masalah
Misalnya
Guru : Apa yang Anda ketahui tentang hujan?
Siswa : Hujan itu adalah air yang turun dari langit.
Guru : Bagaimana proses terjadinya?
Siswa : Hujan berasal dari air yang menguap karena adanya panas. Uap tersebut
membentuk awan, setelah terkumpul jadilah hujan.

g) Melanjutkan Cerita
Pelaksanaan metode ini, kita sebagai seorang guru dapat membuat sesuatu permainan
cerita. Siswa disuruh menceritakan sesuatu, kemudian siswa yang lain disuruh
melanjutkan cerita itu. Guru dapat terlibat langsung dengan bertindak sebagai
motivator atau pengumpan
Misalnya:
Guru : Kelas IIB selalu menjadi juara. Ruang kelas terletak di dekat ruang guru.
Suasana kelas ini tertata baik karena siswa-siswinya selalu bekerja sama.
Siswa A : Iuran untuk penataan kelas pun dilakukan bersama-sama. Pemilihan
dekorasinya selalu dimusyawarahkan.
Siswa B : Semua siswa kelas IIB selalu merasa nyaman di kelas dan nyaman
dalam belajar sehingga selalu memperoleh prestasi yang membanggakan.

h) Melanjutkan Cerita
Metode ini dapat diterapkan untuk mengintegrasikan kompetensi membaca,
mendengarkan, dan sastra. Untuk memulai pelajaran guru dapat memutar kaset,

13
memberi bahan bacaan, atau membacakan sebuah bacaan sastra kepada siswa. Tinggal
dari mana guru memulai pembelajaran jika dengan kaset, guru cukup memutarkan
kemudian siswa disuruh melanjutkan ceritanya. Apabila memberikan bahan bacaan,
siswa disuruh membaca kemudian disuruh menceritakan isi bacaan.

i) Bercakap-Cakap
Percakapan merupakan pertukaran pikiran atau pendapat tentang suatu masalah atau
topik antara dua orang atau lebih. Pada umumnya, suasana dalam percakapan adalah
suasana akrab dan spontan. Dalam penggunaan metode ini, guru dapat menanyakan
apa yang sedang siswa bicarakan atau mereka terima sebelumnya. Kemudian, guru
gunakan sebagai bahan percakapan siswa

j) Mereka Cerita Gambar


Guru menunjukkan beberapa gambar atau rangkaian gambar, kemudian siswa disuruh
menceritakan isi gambar yang telah guru tunjukkan dengan bahasanya masing-masing
sesuai dengan pemahamannya.

k) Bercerita
Dengan metode ini guru dapat meminta siswa memilih cerita yang menarik tentang
dirinya, cerita orang lain, atau cerita yang pernah ia baca. Kegiatan bercerita ini akan
menuntun siswa menjadi pembicara yang baik. Perlu diingat, dengan menggunakan
metode ini bukan berarti seluruh kegiatan diisi siswa bercerita. Akan tetapi, diselingi
dengan lain yang menunjang kegiatan bercerita siswa.

l) Memberi Petunjuk
Dalam menggunakan metode ini, guru meminta siswa untuk memberi petunjuk
tentang suatu acara, tempat, letak, atau cara menggunakan/mengerjakan sesuatu
dengan bahasa yang singkat, jelas, dan tepat.
Misalnya:
Guru : Coba kalian jelaskan bagaimana cara menuju sekolah ini dari rumah masing-
masing.
Siswa : Rumah saya di jalan Danau Sentani. Dari rumah ke sini bisa jalan kaki, naik
sepeda, atau naik angkot jurusan Cemorokandang-Landungsari.

m) Melaporkan

14
Dalam pembelajaran dengan teknik “Melaporkan”, guru dapat meminta siswa untuk
melaporkan sesuatu secara lisan. Agar laporan baik dan lancar terlebih dahulu siswa
disuruh menulis apa yang akan dilaporkan. Hal yang dilaporkan dapat diambil dari
peristiwa yang ada di sekitar siswa.
Misalnya:
Guru : sesuai dengan tugas yang ibu berikan minggu lalu maka sekarang ibu minta
secara bergilir melaporkan ke depan. Siapa yang berani?
Siswa : Saya, Bu. Boleh saya mulai, Bu?
Guru : Boleh silakan.
Siswa : Pulang sekolah kemarin, saya ke sebuah toko buku di jalan Bali, di sana
banyak orang tua yang mencarikan buku anak-anaknya. Ternyata buku yang dicari
banyak yang tidak tersedia. Setelah mencari buku yang dimaksud saya pergi ke toko
buku lainnya untuk membeli buku yang tidak ada di toko buku di jalan Dieng.

n) Bermain Peran
Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja, dalam percakapan
seseorang memerankan diri sendiri masing-masing, sedangkan dalam bermain peran
seseorang memerankan orang lain.

o) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Dalam situasi formal,
orang yang diwawancarai adalah orang yang berprestasi, ahli, atau yang mengalami.
Adapun dalam situasi nonformal, wawancara dapat berlangsung antarteman. Agar
siswa dapat mewawancarai dengan baik, terlebih dahulu siswa dilatih membuat
pertanyaan secara tertulis apa yang akan ditanyakan.
Misalnya:
Guru : Anak-anak kalian buat daftar pertanyaan untuk tugas kalian berwawancara.
Kalian boleh memilih siapa yang akan kalian wawancarai, boleh di kantor puskesmas,
sekolah, atau teman.
Siswa : di puskesmas saja Bu.
Guru : menentukan harinya dan membentuk kelompok. Kelompok satu
mewawancarai dokter umum, kelompok dua mewawancarai dokter gigi. Kelompok
tiga mewawancarai bagian obat, dan kelompok empat mewawancarai pasien. Sebagai
contoh:

15
Kel. 1 : Selamat pagi Dokter? Maaf mengganggu, sampai jam berapa waktu periksa
dok? Jumlah pasien tiap hari berapa ya, dok? Kebanyakan yang diderita pasien apa,
dok? Dan seterusnya.

p) Diskusi
Diskusi adalah percakapan dalam bentuk lanjut karena isi, cara, dan bobot
pembicaraan lebih tinggi daripada percakapan biasa (Tarigan dalam Idra, dkk.
2002:68). Oleh sebab itu, metode diskusi dapat digunakan pada kelas tinggi,
khususnya kelas 5 dan 6.

q) Bertelepon
Melalaui metode ini, guru dapat meminta siswa untuk mendemonstrasikan berbicara
lewat telepon. Yang perlu diketahui siswa bahwa dalam telepon, pembicaraan harus
jelas, lugas, dan singkat karena waktu sangat diperhitungkan. Media yang dapat
digunakan adalah telepon-teleponan (telepon mainan) dan jika sekolah bisa digunakan
sekadar contoh.

r) Dramatisasi
Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran karena guru dan siswa harus
mempersiapkan skenario, pelaku, dan perlengkapan. Dalam hal ini, skenario dapat
dibuat oleh guru atau siswa dan dapat juga menggunakan skenario yang sudah ada
yang ditulis orang lain. Dengan dramatisasi ini, siswa di latih mengekspresikan
perasaan dan pikiran tokoh dalam bentuk bahasa lisan.

3. Menyusun Model Perencanaan Pembelajaran bahasa Indonesia Dengan Fokus


Berbicara
Menyusun model perencanaan pembelajaran BI dengan fokus berbicara
terdiri atas Menyusun model perencanaan pembelajaran BI dengan fokus
berbicara dikelas rendah dan Menyusun model perencanaan pembelajaran BI
dengan fokus menyimak dikelas tinggi.
Menurut Kurikulum 2004 Mata Pelajaran BI, empat keterampilan
bahasa yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.yang harus
mendapatkan perhatian yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu.
Keterpaduan pembelajaran yang dimaksud dapat diwujudkan dalam dua cara

16
yakni, keterpaduan dengan fokus keterampilan tertentu dan keterpaduan tanpa
fokus, yang berarti keempatnya diberlakukan secara seimbang atau sama, tanpa
ada penekanan agar pelaksanaan pengajaran benar-benar dapat terpadu antara
keempat keterampilan (kompetensi dasar), kompetensi dasar kebahasaan, dan
sastra. Keterpaduan dalam perencanaan pembelajaran akan tampak mulai dari
kompetensi dasar yang dijadikan fokus, hasil belajar yang diharapkan,
indikator, langkah-langkah pembelajaran, media/sumber belajar, dan pemilihan
dan penerapan penilaiannya.
Artinya, pada saat menentukan komponen-komponen rencana
pembelajaran tersebut, perencana harus memikirkan bahwa komponen-
komponen yang dipilih dan ditetapkan itu bukan semata-mata untuk
pengembangan salah satu kompetensi dasar saja, tetapi juga untuk keempat
kompetensi dasar, dan ditambah unsur kebahasaan, serta sastra yang harus
diajarkan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, langkah-langkah penyusunan
rencana pembelajaran perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan berpegang
pada prinsip keutuhan, keterpaduan, kesinambungan, dan kealamiahan
(Suyono, 1994:114).
Hal yang penting bagi guru bahasa adalah:
a) Memahami betul karakteristik pembelajaran untuk masing-masing kompetensi
b) Memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat
c) Memahami dan menafsirkan secara kreatif dan kritis isi kurikulum
d) Memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran BI di SD

Pembelajaran medengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang


dapat dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas
tinggi. Pembelajaran mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk
mengetahui daya simak siswa, daya apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga
digunakan sebagai dasar diungkapkan pengetahuan, kemampuan, dan keberanian
siswa dalam berbicara. Keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan dan berbicara
merupakan kegiatan yang resiprokal. Artinya, kegiatan tersebut saling mengisi.
Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan huruf, kata,
dan kalimat sederhana pada anak. Sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak
memahami apa yang dibaca. Dalam membaca di kelas rendah, guru dituntut untuk
memberikan pelajaran secara verbal sehingga anak dengan mudah dapat mengerti

17
apa yang dipelajari. Oleh karena itu, guru harus dapat:
a) Memahami metode pembelajaran membaca kelas rendah
b) Memahami teori belajar bahasa kedua
c) Memilih media yang tepat
d) Memahami organisasi kelas bahasa yang komunikatif dan integrative

Sedangkan untuk pembelajaran membaca pada kelas timggi, anak diajak agar dapat
memahami apa yang dibaca. Oleh karena itu, guru harus dapat:
a) Menguasai materi (bahan) membaca
b) Menguasai berbagai metode dan teknik pembelajaran membaca
c) Menciptakan bahan membaca yang terkini dan sesuai dengan usia anak pada
masing-masing kelas
d) Memahami keinginan anak
e) Menjadikan anak gemar membaca

Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat dilakukan


dengan metode langsung, metode ekletik, ataupun metode linguistik. Sedangkan
untuk pembelajaran membaca pemahaman dapat menggunakan teknik membaca
sekilas (skiming), teknik membaca memindai (scanning), dan teknik SQ3R. Pada
pembelajaran kelas awal atau pembaca pemula dapat menggunakan teknik atau
sering diebut SAS, metode global, metode permainan, dsb. Sedangkan pada kelas
tinggi dapat menggunakan teknik membaca nyaring, membaca ekstensif, membaca
intensif dengan teknik scramble, dan membaca dengan teknik SQ3R.

Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran yang sering dinilai banyak orang


belum berhasil. Agar memiliki keterampilan menulis, seseorang dituntut:
1) Memiliki kemampuan mendengarkan (daya simak) yang tinggi
2) Gemar membaca
3) Dan Kemampuan mengungkapkan apa yang disimak dan dibaca
4) Menguasai kaidah penulisan

Pembelajaran menulis pada kelas rendah yang perlu ditanamkan pada siswa adalah:
1) Menguasai tulisan (huruf)
2) Penulisan kata

18
3) Penulisan kalimat sederhana
4) Kaidah penulisan

Sedangkan pada kelas tinggi, pembelajaran menulis menuntut anak untuk:


1) Menguasai teknik menulis
2) Menuangkan ide ke dalam tulisan
3) Mengembangkan ide yang dimilikinya
4) Mampu memilih kata, kalimat, dan gaya dalam menulis

Menulis merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis dilakukan secara
bertahap, yaitu perencanaan menulis (prapenulisan), penulisan, dan revisi (Mc
Crimmon, 1984: 10, Akhadiah dkk, 1999: 3-5).

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setiap kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai target hasil belajar
tertentu. Salah satu target hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
berbicara di sekolah dasar adalah siswa. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh
para siswa SD karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses
belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan
belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara
mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.

Pembelajaran berbicara di sekolah dasar dilaksanakan dengan berbagai metode.


Setiap metode pembelajaran berbicara mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Metode yang satu akan melengkapi metode yang lain. Guru dapat memilih
salah satu atau menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kondisi siswa dan
tersedianya sarana pendukung lainnya. Selain itu, guru juga boleh menciptakan model
baru dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara. Dalam kegiatan pengembangan
materi itu dapat dikembangkan semua keterampilan berbahasa; menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan padukannya semua
keterampilan dalam suatu kegiatan guru dituntut untuk lebih kreatif.

B. SARAN

Makalah ini dibuat dengan mengumpulkan materi dari berbagai sumber. Penulis
meyakini bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dan bahkan mungkin kekeliruan
atau kesalahan yang terjadi diluar keinginan dan kehendak penulis. Untuk itu, koreksi
dan sumbang saran dari para pembaca sangat diharapkan

20
DAFTAR PUSTAKA

RAEHANAH, H. (2017). Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca, Menulis,


dengan Fokus Berbicara Melalui Metode DM (Direct Method) Dalam
Pembelajaran Tematik Pada Siswa Kelas I SDN I Darmaji Tahun Pelajaran
2016/2017. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 3(2), 57-70.

Suarsih, C. (2018). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan


Menerapkan Metode Show And Tell Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas Ii Di Sd Negeri
Sumurbarang Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang Tahun Pelajaran. JPG:
Jurnal Penelitian Guru Fkip Universitas Subang, 1(01).

Sintadewi, N. G. A., Sriasih, S. A. P., & Sudiana, I. N. (2017). Teknik Penilaian


Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA
Negeri 4 Denpasar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha, 7(2).

Suharyanti dan Edy Suryanto. 1996. Reorika: Buku Pegangan Kuliah. Surakarta: UNS
Press.

Henry Guntur Tarigan. 1981. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Penerbit Angkasa.

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan: Landasan Penyusunan Buku Pelajaran


Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press

AGUS SETYONEGORO. 2013. PEMBELAJARAN BERBICARA BERBASIS


MASALAH: STRATEGI DAN PENDEKATAN SEBAGAI
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013. Jurnal Pendidikan. Vol.3 No.2 13
Desember. Jambi

21

Anda mungkin juga menyukai