Anda di halaman 1dari 4

Strategi Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Menyimak merupakan salah satu keterampilan yang penting untuk


dipahami oleh setiap siswa. Setiap melakukan komunikasi dan saat mengikuti
proses pembelajaran, siswa tentu secara tidak langsung sudah melakukan kegiatan
menyimak. Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memeroleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan (Tarigan dalam Utami, 2013). Dalam melakukan kegiatan menyimak si
penyimak tidak bisa hanya sekedar mendengarkan informasi atau pesan yang
disampaikan secara verbal, melainkan harus dilakukan secara sadar, penuh
perhatian dan harus ada interaksi antara yang menyimak dengan sumber
informasi. Menurut Wibowo dan Susanti (2015), dalam melakukan kegiatan
menyimak diharapkan dapat menaksirkan butir-butir pendapat atau gagasan yang
disimaknya secara tersirat maupun tersurat, selain itu si penyimak juga diharapkan
mampu mengevaluasi gagasan dari segi keunggulan dan kelemahan, menyerap
serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh si pembicara.

Pada umumnya orang setiap hari menggunakan waktu komunikasinya


45% untuk mendengarkan/menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca,
dan 9% untuk menulis (Burhan, dalam Utami, 2013). Dari pernyataan tersebut
disimpulkan bahwa aspek menyimak sangat diperlukan dalam berkomunikasi
termasuk juga dalam kegiatan belajar karena proses belajar yang baik adalah
dengan menyimak sebaik-baiknya. Siswa yang menyimak penjelasan guru dengan
baik, maka akan dengan mudah memahami materi yang diberikan oleh guru,
sebaliknya apabila siswa kurang menyimak penjelasan dari guru, maka akan sulit
dalam memahami dan menafsirkan informasi yang telah diberikan oleh guru
(Wibowo dan Susanti, 2015).

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, aspek menyimak


merupakan salah satu acuan dalam mengukur kemampuan berbahasa siswa. Guru
memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan siswa
dalam menyimak. Guru harus mampu memfasilitasi dan memotivasi siswa agar
dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Salah satu hal yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengoptimalkan kemampuan menyimak siswa adalah
dengan menayangkan video yang terkait dengan materi. Siswa kemudian disuruh
untuk menyimak video tersebut, setelah menyimak video tersebut siswa kemudian
diminta untuk menceritakan kembali mengenai video yang telah disimaknya. Jika
siswa mampu menceritakan kembali apa yang telah disimaknya dengan baik,
sesuai dan terstruktur, maka siswa tersebut dapat dikategorikan memiliki
kemampuan menyimak dengan baik. Pada dasarnya, untuk melatih kemampuan
siswa dalam menyimak harus dilakukan secara berkelanjutan dan hal-hal yang
disimak siswa hendaknya mampu menarik perhatian dan rasa ingin tahu siswa.

Menurut Arini, dkk., dalam Utami (2013) bahwa, bahan pembelajaran


menyimak harus memiliki kriteria sebagai berikut. (1) Bahan pembelajaran
menyimak merupakan informasi terbaru yang berbeda dengan informasi-
informasi yang telah dipelajarinya. (2) Bahan pembelajaran menyimak merupakan
informasi yang berupa masalah yang sedikit melebihi kemampuan siswa. (3)
Bahan pembelajaran menyimak haruslah setaraf dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa. (4) Bahan pembelajaran menyimak haruslah berupa informasi
dunia nyata siswa atau pengalaman nyata siswa. (5) Bahan pembelajaran
menyimak haruslah disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik.

Pentingnya siswa memiliki kemampuan menyimak yang baik untuk dapat


berkomunikasi di lingkungan sekitar dan untuk memahami materi pembelajaran,
maka guru harus menggunakan strategi-strategi tertentu dalam pembelajaran yang
dapat mengembangkan kemampuan menyimak siswa. Strategi-strategi
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan menyimak meliputi
demonstrasi, cerita pribadi, wawancara, bertelepon, survei kelompok dan pidato I
singkat (Nurhayati, 2008). Penjelasan mengenai masing-masing strategi tersebut
adalah sebagai berikut.

1. Demonstrasi
Dalam strategi demonstrasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD,
siswa melihat sebuah demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa (yang
diminta guru) di dalam kelas. Demonstrasi tersebut dapat berupa bagaimana
proses membuat kerajinan tangan atau membuat yang lainnya sesuai dengan
materi yang dibahas. Demonstrasi harus dilakukan secara jelas urutan-urutan
dan langkah-langkah yang harus dilewati. Dengan adanya demontrasi tersbut
akan dapat menarik perhatian siswa dalam menyimak, karena siswa ingin tahu
langkah-langkah dalam membuat kerajinan tersebut. Dengan demikian, siswa
menunjukkan pemahaman mereka terhadap kegiatan yang telah disaksikan
dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk merespons secara verbal
(Nurhayati, 2008).

2. Cerita Pribadi
Dalam pembelajaran dengan strategi cerita pribadi siswa diajak untuk
mendengarkan cerita personal guru (Nurhayati, 2008). Selanjutnya, siswa
diberi kesempatan untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru
tentang cerita yang telah disimaknya. Siswa diberikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan adalah bertujuan untuk mengembangkan perhatian
siswa secara lebih lama terhadap cerita dan menimbulkan interaksi dengan
pembicara (guru). Setelah itu, siswa diminta untuk membuat rangkuman
tentang cerita yang telah disimaknya, kemudian melaporkan hasil
rangkumannya di depan kelas.

3. Wawancara
Dalam pembelajaran dengan strategi wawancara, siswa diminta untuk
melakukan kegiatan wawancara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan (rambu-
rambu wawancara) yang telah disediakan (Nurhayati, 2008). Hal ini bertujuan
untuk membantu kelancaran siswa dalam berkomunikasi. Selain itu juga dapat
membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyimak,
karena siswa akan menyimak informasi yang diberikan oleh orang yang
diwawancarainya.

4. Bertelepon
Dalam pembelajaran dengan strategi bertelepon dilakukan dengan saling
mendengarkan dan menjawab telepon (Nurhayati, 2008). Kegiatan dilakukan
secara berpasangan di dalam kelompok, sehingga menimbulkan terjadinya
interaksi dan komunikasi yang baik. Dengan cara ini semua siswa mendapat
kesempatan melatih diri yang bertujuan mengembangkan kemampuan
berkomunikasi. Selain itu, kegiatan bertelepon dapat melatih siswa untuk
menyimpulkan kalimat-kalimat yang didengarnya.

5. Bagan Cerita (Story Maps)


Dalam pembelajaran dengan strategi bagan cerita, siswa diajak mendengarkan
sebuah cerita (Nurhayati, 2008). Sambil mendengarkan cerita, siswa mengisi
bagan-bagan cerita yakni tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita, masalah
cerita, pemecahan masalah, dan akibat pemecahan masalah. Selanjutnya,
kegiatan dapat dilanjutkan dengan meminta siswa memerankan tokoh-tokoh
cerita berdasarkan responsnya. Hal ini bertujuan mengembangkan kemampuan
siswa dalam mengorganisasi cerita dengan bantuan bagan-bagan, kemampuan
melatih daya ingat, dan kemampuan merespons kembali cerita dengan cara
memerankannya.

6. Survei Kelompok
Dalam pembelajaran dengan strategi survei kelompok, siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan survei personal kemudian
melaporkannya ke seluruh anggota kelas (Nurhayati, 2008). Masalah yang
menjadi bahan survei misalnya cita-cita teman, keadaan keluarga teman, dan
pengalaman temannya. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam berinteraksi dengan temannya, dan juga dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam menyimak dan berkomunikasi.

7. Pidato Singkat
Dalam pembelajaran dengan strategi pidato singkat, siswa mendengarkan
pidato singkat yang diberikan temannya (Nurhayati, 2008). Siswa yang
menjadi pendengar mencatat isi pidato dan memberikan pertanyaan kepada
temannya yang berpidato. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi
dan perhatian siswa dalam melakukan kegiatan menyimak.

Anda mungkin juga menyukai