Anda di halaman 1dari 28

Peningkatan Kualitas Pembelajaran SBdP Melalui Model Pembelajaran

Project Based Learning Berbasis Seni di Kelas IV SD N 2 Kebumen


Sukorejo
USULAN PENELITIAN

Oleh :

Azalea Dewi Larassati

1401417427

PEDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN
2020
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PTK

Judul Penelitian : Peningkatann Kualitas Pembelajaran SBdP Melalui Model


Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Seni di Kelas IV SD
N 2 Kebumen Sukorejo

Bidang Studi : Seni Budaya dan Prakarya (SBdP)


Peneliti
a. Nama Lengkap : Azalea Dewi Larassati
b. NIP/NI :
c. Pangkat/Golongan :
d. Guru Bidang Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
e. Nama Sekolah : SD N 2 Kebumen Sukorejo
f. Dinas/Yayasan : Laksamana Martadinata
g. Alamat Institusi : Jl. Sumber, Kebumen, Kec. Sukorejo, Kab
Kendal.
h. Telepon/Faks/Email :

Lama Penelitian : ... Bulan


Rencana Pelaksanaan : Semester (Ganjil)

Semarang, ..........Mei 20..


Dosen Pembimbing Peneliti

Dra. Sri Sami Asih, M. Kes. Azalea Dewi Larassati


NIP. 19631224198703 2001 NIM. 1401417427

Mengetahui :
Ketua Jurusan

Drs. Isa Ansori, M.Pd.


NIP : 196008041986011001
BIDANG KAJIAN
Azalea Dewi Larassati, NIM: 1401417427. Penelitian tindakan kelas dengan judul
Peningkatan Kualitas Pembelajaran SBdP Melalui Model Pembelajaran Project Based
Learning Berbasis Seni di Kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo kecamatan sukorejo
kabupaten kendal Tahun 2019.

Penelitian ini untuk mengetahui penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning
Berbasis Seni meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran SBdP di kelas Kelas IV SD N 2
Kebumen Sukorejo. Apakah ada pengaruh pada hasil belajar dengan menggunakan penerapan
Model Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Seni.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas / Classroom Action Research (CAR). Untuk
mengumpulkan data digunakan metode observasi, interview, dokumentasi dan tes praktek
yang terdiri dari pres test (tes sebelum diadakan penelitian kelas ) dan post test (test setelah
diadakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus)

Hasil belajar siswa SD N 2 Kebumen Sukorejo kecamatan sukorejo kabupaten kendal pada
pelajaran SbdP tahun 2019, setelah dianalisis mempunyai hasil yang rendah. Hal tersebut
ditujukkan dengan dari jumlah siswa kelas IV yang berjumlah 14 terdapat 8 siswa yang
mendapat nilai dibawah KKM. Hal ini diduga karena model pembelajaran yang diterapkan
belum tepat. Maka dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan Model Pembelajaran Project
Based Learning Berbasis Seni pada pembelajaran SBdP dimana dalam penerapan model ini
membuat sedemikian menarik supaya dapat membangkitkan minat belajar, kemauan dalam
belajar SBdP. Tolok ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil
belajar siswa ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar SBdP siswa.
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud Nomor 22


Tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa pembelajaran di SD/MI/SDLB/Paket A adalah
pembelajaran tematik terpadu. Yang mana karakteristik proses pembelajaran disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah menyebutkan kompetensi yang harus dicapai dalam muatan Seni Budaya dan
Prakarya pada Sekolah Dasar, yaitu: (1) Mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan
karya kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah tuhan; (2) Menunjukkan sikap berani
mengekspresikan diri dalam berkarya seni; (3) Menunjukkan rasa ingin tahu dalam mengamati
alam di lingkungan sekitar untuk mendapatkan ide dalam berkarya seni; (4) Menunjukkan
perilaku Mengenal sikap disiplin, tanggung jawab dan kepedulian terhadap alam sekitar
melalui berkarya seni; (5) Mengenal karya dua dan tiga dimensi berdasarkan pengamatan; (6)
Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan; (7)
Mengenal tari-tari daerah dan keunikan geraknya; (8) Mengetahui berbagai alur cara dan
pengolahan media karya kreatif; (9) Memahami cerita terkait situs-situs budaya baik benda
maupun tak benda di Indonesia dengan menggunakan bahasa daerah.
Menurut Pemendikbud No. 37 Tahun 2018 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
tujuan kurikulum mencakup 4 kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Keempat kompetensi tersbut dapat dicapai
melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Seni Budaya dan Prakarya merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan
pada siswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman dalam
berkreasi untuk menghasilkan suatu karya berupa benda nyata yang bermanfaat bagi
kehidupannya. Dalam mata pelajaran ini, siswa melakukan interaksi terhadap benda-benda
karya kerajinan dan teknologi yang ada di sekitar siswa, sehingga secara tidak langsung siswa
memperoleh pengalaman kreatif dalam hidupnya (Puskur Balitbang, 2007:2).
Menurut Kristanto (2013:41) secara umum, Seni Budaya dan Prakarya bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai untuk dirinya sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial dan budaya. Selain itu, menurut Puskur Balitbang (2007:9) pendidikan
seni juga berfungsi membangun jiwa anak menuju perkembangan yang sesuai dengan situasi
dan tingkat usia anak. Inti pendidikan lewat seni adalah menarik seni sebagai alat untuk
mengembangkan fungsi-fungsi jiwa seperti cipta, rasa dan karsa (istilah Ki Hajar Dewantara).
Anak usia SD (sekitar usia 7 sampai 12 tahun) memerlukan berkomunikasi visual
(berekspresi seni) sejalan dengan perkembangan fisik dan psikisnya. Bidang seni rupa
merupakan salah satu media berkomunikasi (berekspresi seni) yang memiliki daya tarik bagi
anak SD. Berkreasi seni rupa dapat mengembangkan kompetensi dasar motorik halus yang
sesuai dengan masa-masa perkembangan yang bersifat polos, unik, kreatif, spontanitas, dan
dinamis.
Pemberian pengalaman belajar pada masa peka ini merupakan saat yang paling baik,
karena dapat mengembangkan kemampuan anak baik fisik dan psikis secara utuh dan
bermakna. Demikian pula pengalaman untuk berkarya lewat seni rupa yang salah satu
materinya adalah kolase.
Pendidikan Seni di Sekolah Dasar biasa disebut Seni Budaya dan Prakarya. Mata
pelajaran Seni Budaya dan Prakarya ini memuat seni rupa, seni kerajinan, seni tari, seni teater
dan juga seni musik. Namun untuk penelitian ini yang akan dibahas yaitu seni rupa tentang
materi Kolase. Kolase termasuk sub tema yang memang sudah dirancang ada pada buku
tematik kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya.
Dan juga Seni merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Seni seharusnya
menjadi dasar pendidikan (Plato, 1970). Seni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, bukan untuk kepentingan seni itu sendiri. Pendekatan education through art
(pendidikan melalui seni) menerapkan penyelenggaran pendidikan seni berkewajiban
mengarahkan ketercapaian tujuan pendidikan secara umum yang memberikan keseimbangan
rasional dan emosional, intelektual, dan sensibilitas.
Pada mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya inilah peserta didik dituntut untuk
memahami seni dan juga berkarya seni kolase. Pengertian Seni adalah kegiatan berkesenian.
Menurut Soehardjo (2005: 2) pengertian pendidikan seni adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan agar
menguasai kemampuan berkesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan.
Dalam pendidikan seni pun tentu tidak akan luput dari keterkaitan belajar dan
pembelajaran. Berusaha untuk memudahkan pembelajaran atau kegiatan belajar pada peserta
didik selalu diusahakan dan diupayakan terus menerus oleh guru dan juga peran pemerintah
pada umumnya. Berbagai model belajar yang sudah ada dan telah disesuaikan oleh guru yang
memang menurut mereka sesuai untuk mata pelajaran yang diajarkan. Penggunaan model
dalam sebuah pengajaran juga suatu usaha untuk memecahkan masalah agar dalam
menyampaikan bahan ajar tertentu dapat disampaikan dengan baik oleh guru, yang selanjutnya
dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik.
Namun pada kenyataannya, berbagai tujuan SBdP tersebut belum terlaksana dengan
optimal. Masih terjadi banyak permasalahan dalam pembelajaran SBdP di Sekolah Dasar.
Permasalahan tersebut didukung dengan data hasil belajar siswa kelas IV pada muatan
SBdP. Jumlah siswa kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo adalah 14 siswa, dengan 7 siswa
laki-laki dan 7 siswa perempuan. Dan di SD N 2 Kebumen Sukorejo ini memiliki masalah
terhadap pendalaman materi SBdP pada pembelajaran tematik yang belum maksimal.
Dikarenakan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajran tematik terpadu kurang baik
sehingga pendalaman materi SBdP menjadi kurang. Permasalahan pada siswa kelas IV SD N 2
Kebumen Sukorejo dalam pembelajaran SBdP yaitu dari 14 siswa kelas IV SD N 2 Kebumen
Sukorejo, ada 8 siswa (57%) mendapatkan nilai di bawah KKM dan hanya 6 siswa (43%) yang
mencapai KKM. Dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 70.
Dari permasalahan yang ada peneliti ingin memecahkan permasalahan dengan berbasis
seni pada pembelajaran SBdP kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo untuk membantu
mengoptimalkan pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan
judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran SBdP Melalui Model Pembelajaran Project Based
Learning Berbasis Seni di Kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo”.

1.2 Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) adalah salah satu mata pelajaran yang sangat
menarik perhatian siswa dan begitu diminati peserta didik, tapi dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar banyak ditemukan model yang kurang efektif dan penyajianya monoton
sehingga anak kurang menarik kurang aktif dan tidak menyenangkan. Indikasinya dapat dilihat
dari proses pembelajaran dimana anak kurang tertarik pada guru, sehingga peserta didik
kurang begitu aktif dalam pembelajaran. Disamping itu model yang dipakai guru tidak mampu
mendorong meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Akhirnya hasil belajar
peserta didik cenderung menurun.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil


belajar siswa. Melalui penelitian tindakan kelas ini Diharapkan, dengan menggunakan melalui
model pembelajaran Project Based Learning berbasis seni diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar muatan SBdP siswa kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo.

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Rumusan Umum

“Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran SBdP model pembelajaran


Project Based Learning berbasis seni dalam upaya untuk meningkatan proses pembelajaran
muatan SBdP di SD N 2 Kebumen Sukorejo?”.

Rumusan Khusus

1. Apakah dengan model pembelajaran Project Based Learning berbasis seni dapat
meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran SBdP kelas IV SD N 2
Kebumen Sukorejo?
2. Apakah dengan model pembelajaran Project Based Learning berbasis seni dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo dalam
pembelajaran SBdP?
3. Apakah dengan model pembelajaran Project Based Learning berbasis seni dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo
dalam pembelajaran SBdP?

1.3 Pemecahan Masalah


Maka pemecahan maslah yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Seni pada
pembelajaran SBdP, dimana dalam penerapan model ini membuat sedemikian menarik
supaya dapat membangkitkan minat belajar, kemauan dalam belajar SBdP. Tolok ukur
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa
ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar SBdP siswa.
sumber referensi yang digunakan.
1) Dari penelitian yang dilakukan oleh Izati, Wahyudi, & Martin Sugiyarti, tahun
2018 yang berjudul Project Based Learning Berbasis Literasi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Tematik. Tujuan dari peneloyian ini penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar tematik melalui penerapan project
based learning berbasis literasi. Penelitian dilakukan melalui penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus pada siswa kelas V SD Negeri
Salatiga 05. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa
dari 78,13% menjadi 84,38%. Peningkatan aktivitas siswa tersebut berdampak
pada ketuntasan hasil belajar tematik yang ditunjukkan pada siklus I sebesar
70,6% dan meningkat menjadi 82,35% pada siklus II. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan project based learning
berbasis literasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar muatan
SBdP dengan menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning Berbasis
Seni.
Tujuan Umum
Untuk menjelaskan cara meningkatkan kualitas pembelajaran SBdP model
pembelajaran Project Based Learning berbasis seni dalam upaya untuk meningkatan
proses pembelajaran muatan SBdP di SD N 2 Kebumen Sukorejo.
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang model pembelajaran Project Based Learning berbasis seni
dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran SBdP kelas IV SD N
2 Kebumen Sukorejo.
2. Menjelaskan tentang model pembelajaran Project Based Learning berbasis seni
dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo
dalam pembelajaran SBdP.
3. Menjelaskan tentang model pembelajaran Project Based Learning berbasis seni
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas IV SD N 2 Kebumen
Sukorejo dalam pembelajaran SBdP.

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat:
1. Bagi Peserta Didik
Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam muatan SBdP di SD N 2
Kebumen Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal tahun pelajaran
2019/2020.
2. Bagi Guru
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi seorang guru agar
dapat mendidik peserta didik secara maksimal, sehingga peserta didik terdorong
untuk lebih giat belajar dan akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajarnya.
3. Bagi sekolah
Dengan mengetahui hasil penelitian ini, pihak sekolah memiliki sikap proaktif
terhadap usaha guru serta mendukung dan memberi kesempatan kepada guru untuk
senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman melakukan penelitian tindakan
kelas.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

1. Kajian Teori

a. Hakikat Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar menurut Oemar Hamalik (2008:36) kegiatan yang dapat modifikasi atau
memperkuat tingkah laku seseorang melalui pengalaman dan latihan . Pendapat ini didukung
dengan pengetian belajar menurut Slameto (2013:2) merupakan sebuah usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan suatu
konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga akan menimbulkan terjadinya perubahan
perilaku dalam berpikir, merasa dan bertindak (Ahmad Susanto 2013:4).
Menurut Achmad Rifa’I (2016 : 68) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku seseorang dan belajar itu sendiri mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan oleh seseorang.
Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan upaya yang dilakukan seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan dalam
pola pikir dan perilaku kearah yang lebih baik.

2) Unsur-unsur Belajar
Perubahan perilaku dalam belajar berupa susunan sistematis yang didalamnya terdapat
beberapa unsur. Menurut Hamalik (2011:50) berbagai unsur belajar saling terkait antar satu
sama lain. Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a.Motivasi siswa
Motivasi merupakan sebuah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perubahan atau tindakan tertentu.
b. Bahan ajar
Bahan ajar merupakan sebuah unsur yang penting didalam belajar dan harus menjadi
perhatian guru.
c.Alat bantu belajar
Alat bantu belajar merupakan segala alat yang dapat digunakan untuk memudahkan siswa
dalam kegiatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien.
d. Suasana belajar
Merupakan bagian penting dalam belajar, suasana sangat mempengaruhi kefektifan belajar.
Dimana suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan semangat belajar dan berjalan
efektif, sebaliknya apabila suasana kacau, ramai tidak kondusif maka semangat belajar
kurang dan belajar menjadi tidak efektif.
e. Kondisi subjek belajar
Kondisi subjek belajar juga menentukan keberhasilan kegiatan belajar. Apabila siswa dalam
kondisi sehat maka dapat belajar dengan efektif dan efesien,intelegensi memadai,kesiapan
untuk belajar,bakat khusus,minat belajar dan pengalaman yang berkaitan dengan pelajaran

Dalam (Ahmad Rifa’i ,2016 : 70) menurut Gagne (1977 : 4) unsur belajar adalah sebagai
berikut :
a.Peserta didik
Peserta didik merupakan seseorang yang melakukan kegiatan belajar di sekolah. Dengan
memiliki organ mengindraan peserta didik menggunakanya untuk menangkap suatu
rangsangan,kemudian otak mentransfermasikan hasil rangsangan tersebut kedalam memori
yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan sesuatu yang di
pelajari yang ditujukan dalam sebuah kinerja.
b. Rangsangan
Stimulus merupakan suatu peristiwa yang merangsang pengindraan peserta didik. Stimulus
dapat diperoleh dari lingkungan seseorang. Contohnya seperti
suara,sinar,warna,panas,dingin,tanaman,dan gedung.
c.Memori
Pada diri peserta didik terdapat memori yang berisi bebagai macam kemampuan yang
dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya berupa pengetahuan,keteramilan,dan sikap.
d. Respon
Suatu tindakan yang dihasilkan dari akulturalisasi disebut respon. Respon pada peserta
didik diamati pada akhir proses belajar yag disebut dengan perubahan perilaku atau
perubahan kinerja (performance).
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai unsur unsur belajar dapat di simpulkan bahwa
suatu proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif jika seluruh unsur pembelajaran dapat
terpenuhi. Apabila terjadi interaksi antara stimulus dan memori akan menimbulkan suatu
perubahan pada perilaku peserta didik. Dan perubahan perilaku tersebut merupakan sebuah
indikator yang menyatakan bahwa peserta didik sudah melakukan kegiatan belajar
Berdasarkan unsur-unsur belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar akan
terjadi, apabila terdapat interaksi antara stimulus dan memori, sehigga menimbulkan suatu
perubahan pada perilaku tersebut. Apabila terjadi suatu perubahan perilaku, maka perubahan
perilaku tersebut menjadi sebuah indikator bahwa peserta didik sudah melakukan suatu
kegiatan belajar.
3) Prinsip-prinsip Belajar
Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2012:79) menjelaskan prinsip-prinsip belajar terdiri dari: 1)
Keterdekatan (contiguity), yaitu respon baik siswa yang sesuai harapan terhadap stimulus yang
disampaikan apabila stimulus itu diampaikan dengan waktu yang sedekat. 2) Pengulangan
(repetition), yaitu pengulangan stimulus serta respon supaya belajar dapat diperbaiki dan
retensi belajar meningkat. 3) Penguatan (reinforcement), merupakan suatu hal atau tindakan
yang menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu
diikiuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan seperti penghargaan atau hukuman.
Prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2012:4) :
Pertama, bahwa prinsip belajar merupakan perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang
dapat dikatakan sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri tertentu diantaranya:
(1) Merupakan hasil tindakan perubahan yang dilakukan secara sadar / rasional instrumental
(2) Perubahan perilaku bersifat kontinu.
(3) Perubahan perilaku bersifat fungsional / bermanfaat.
(4) Perubahan perilaku bersifat positif.
(5) Merupakan suatu usaha yang direncanakan dan dilakukan secara aktif.
(6) Perubahan perilaku bersifat permanen.
(7) Memiliki tujuan yang terarah.
(8) Perubahan perilaku yang mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, bahwa prinsip belajar merupakan proses. Karena pada saat belajar dibutuhkan
dorongan serta suatu tujuan yang ingin dicapai. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
berbagai komponen belajar. Belajar yaitu proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan
organik.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari
interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa saat
melakukan kegiatan belajar harus memperhatikan stimulus yang diberikan pada siswa
sehingga siswa dapat memberikan respon yang sesuai keinginan dan juga kita harus
memberikan penguatan terhadap respon yang diberikan siswa sehingga siswa termotivasi
untuk belajar. Dan dalam kegiatan belajar yang merupakan suatu proses perubahan perilaku
melalui pengamalan maka harus diperhatikan belajar harus bersifat rasional instrumental,
kuntinu, fungsional, positif, aktif, permanen, memiliki tujuan, dan mencakup potensi
kemanusiaan. Serta harus berjalan secara sistematis yang dikaitan dengan interaksi siswa
dengan lingkungannya.
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2013: 54) diklasifikasikan
menjadi 2 golongan yaitu faktor intern yang besal dari dalam individu dan faktor ekstern yang
berasal dari luar individu. Faktor intern yang berpengaruh dalam proses belajar dikelompokan
menjadi tiga, yaitu faktor jasmani (fisik), faktor psikologis (kejiwaan), dan faktor kelelahan
(fisik dan psikis). Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh dalam proses pembelajaran
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga (orang tua, latar belakang keluarga,
suasana tempat tinggal, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (guru, teman sekolah,
metode mengajar, kurikulum,media pembelajaran, kondisi sekolah, metode belajar, dan tugas
rumah).dan faktor masyarakat (Interaksi antara siswa dengan lingkungannya, media massa,
teman rumah, dan kehidupan masyarakat).
Faktor – faktor diatas sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Oleh
karena itu dalam kegiatan belajar agar tercapi tujuannya maka harus memperhatikan faktor –
faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

5) Teori Belajar
Slameto (2013: 8-13) menyebutkan ada 2 teori tentang belajar yaitu :
1. Teori Gestalt
Belajar yang penting bukan mengulangi suatu hal yang harus dipelajari, akan tetapi
mengerti atau memperoleh inisigh. Prinsip belajar menurut teori Gestalt yaitu belajar
berdasarkan keseluruhan; belajar adalah suatu proses perkembangan; siswa sebagai organisme
keseluruhan; terjadi transfer; belajar adalah organisasi pengalaman; belajar harus dengan
inisigh (melihat hubugan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem);
belajar akan berhasil jika berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa; belajar
berlangsung terus menerus.
2. Teori belajar menurut J.Bruner
Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum
sekolah menjadi sedemikia rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Untuk
meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning
environment”, dimana masyarakat dapat menemukan suatu penemuan-peneuan baru yang
dianggap hamper mirip dengan yang sudah mereka ketahui
Achmad Rifa’I (2016: 147-156) berpendapat bahwa ada beberapa tentang teori belajar,
yaitu :
1. Teori belajar Kognitif
Teori belajar kognitif menekan pada cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar,
mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikiran
seara efektif.
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar konstruktivisme merupakan suatu proses seseorang untuk melakukan
penemuan(discovery) dan transformasi informasi secara kompleks yang berlangsung pada diri
seseorang.
Slameto (2010: 12-15) ada beberapa pendapat tentang teori belajar, yaitu :
1. Teori belajar Piaget
Anak mempunyai struktur perkembangan proses belajar yang berbeda dengan orang dewasa.
Perkembangan struktur anak melalui mental. Mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :
kemasakan ; pengalaman; interkasi social; equilibration. Ada 3 tahapan perkembangan pada
anak, yaitu : berpikir secara intuitif ± 4 tahun; beroperasi secara konkret ± 7 tahun ; beroperasi
secara formal ± 11 tahun.
2. Teori dari R. Gagne
Ada definisi belajar, yaitu
a. Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
b. Belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari
instruksi.

b. Pembelajaran
1. Hakikat Pembelajaran
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 meyebutkan
bahwa pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik
sedemikian rupa sehingga peserta didik akan memperoleh kemudahan (Briggs, 1992) (dalam
Achmad Rifa’i , 2016 : 90).
Pembelajaran diidentikan dengan “mengajar”. Menurut Hamalik (2001:44-53) dalam buku
Ahmad Susanto (2013 : 25) mengemukakan pengertian mengajar ke dalam enam rumusan,
sebagai berikut:
a.Menyampaikan pengetahuan kepada siswa
b. Mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
c.Usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa
d. Memberikan bimbingan belajar kepada siswa
e.Kegiatan mempersiapkan siswa utuk menjadi warga Negara yang baik
f. Suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan di atas, kita dapat
menyimpulkan pengertian pembelajaran yaitu proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan
siswa, berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas yang mendukung terjadinya interaksi
guru dan siswa untuk mencapai tujuan atas kompetensi yang harus dikuasai siswa.
2. Komponen-komponen Pembelajaran
Achmad Rifa’i (2016: 92) brpendapat bahwa ada beberapa komponen-komponen
pembelajaran, yaitu :
1) Tujuan
Tujuan secara ekspelisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran adalah
instructional effect biasanya dapat berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap yang
dirumuskan secara eksplisit dalam TPK semakin spesifik dan operasional.
2) Subjek belajar
Subjek dalam pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan subjek sekaligus
objek. Disebut sebagai subyek karena peserta didik merupakan individu yang melakukan
proses beajar, sedangkan dikatakan sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan
dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.
3) Materi pelajaran
Materi pelajaran juga mengandung peranan utama dalam proses pembelajaran, karea materi
pembelajaran akan memberikan sebuah warna dan bentuk dari sebuah kegiatan.
Materi pelajaran dalam sebuah pembelajaran terletak pada Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) , dan buku sumber.
4) Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum untuk mewujudkan proses pembelajaran
yakni dapat dijamin efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5) Media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan suatu alat yang dapat digunakan pendidik dalam proses
pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan dalam pembelajaran.
6) Penunjang
Komponen penunjang dalam pembelajaran seperti, fasilitas belajar, buku sumber, alat
pelajaran, bahan pelajaran dan lain sebagainya.

3. Pembelajaran Efektif
Menurut Susanto (2013:53) pembelajaran efektif merupakan tolok ukur suatu keberhasilan
guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif jika terjadi bila mana
siswa terlihat aktif, baik mental maupun sosialnya (Susanto, 2013 :53).
Untuk mewujudkan suatu pembelajaran efektif, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Guru membuat pembelajaran yang sistematis
b. Proses KBM harus berkualitas tinggi
c. Menggunakan waktu sistematis selam pembelajaran
d. Keseimbangan antara motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa.

c. Hasil Belajar
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic
assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh.
Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan
perolehan belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak instruksional
(instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada
aspek sikap.
Hasil penilaian autentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial)
pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian
autentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan
Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman, catatan
anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan di
akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis.
Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran
(Permendikbud No 22 Tahun 2016).

d. Pembelajaran SBDP
Pembelajaran merupakan interaksi dari proses pendidikan yang didalamnya terdapat
hubungan timbal balik antara pendidik dengan peserta didik dan hubungan timbal balik
tersebut memiliki tujuan edukatif tertentu (Jihad&Haris,2012:12). Pembelajaran terdiri dari
dua aspek yang dikombinasi, aspek pertama belajar tertuju pada apa yang dilakukan oleh
peserta didik dan aspek kedua, mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan oleh
pendidik sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan saling berperan dengan cara
dikolaborasikan menjadi suatu kegiatan yang nantinya menjadi kegiatan saat terjadi interaksi
antara pendidik dengan peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik saat
pembelajaran tersebut berlangsung (Jihad&Haris,2012:11).
Seni budaya menurut wawancara penulis kepada ahli seni Dr.Arif Budi Wurianto,
merupakan suatu istilah yang salah akan tetapi sudah menjadi istilah umum bahkan menjadi
nama mata pelajaran. Seni merupakan segala suatu macam keindahan dari ungkapan atau
ekspresi hati yang disalurkan dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan orang
lain, sedangkan budaya merupakan hasil karya, cipta, dan rasa manusia yang tidak akan
terpisahkan dari kehidupan karena meliputi banyak aspek pada diri individu yang berupa
kemampuan berpikir, bertindak, dan berperilaku yang kemudian diwariskan secara turun
temurun. Secara konten dan isi, seni merupakan bagian dari budaya, jadi ruang lingkuo budaya
lebih besar daripada seni, dengan kata lain seni merupakan bagian dari aktivitas yang bernama
budaya. Seni, dapat dikatakan seni jikalau mengandung suatu filsafat estetika, dan disebut seni
jika bisa dikaji filsafat estetika. Budaya memiliki tiga filsafat antara lain : (1) filsafat logika (2)
filsafat etika (3) filsafat estetika.
Pembelajaran seni budaya dan prakarya merupakan interaksi dari proses pendidikan yang
didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara pendidik dengan peserta didik dan
hubungan timbal balik tersebut memiliki tujuan edukatif tertentu yang menggunakan seni
sebagai media pendidikan dengan mengakomodasikan kebutuhan peserta didik untuk kegiatan
yang kreatif sesuai dengan kemampuannya masing-masing (Eny,2014:8). Pembelajaran seni di
Sekolah Dasar dapat menjadi salah satu upaya dalam melestarikan kebudayaan, karena
pendidikan berfungsi sebagai pemelihara dan penerus kebudayaan, alat transformasi
kebudayaan, dan alat pengembang individu peserta didik. Kompetensi yang diharapkan dari
pembelajaran seni budaya dan prakarya kepada peserta didik yang pertama mampu
memadukan unsur etika, logika dan estetika, yang kedua memiliki kepekaan inderawi dalam
mendukung kecerdasan emosional, intelektual, moral dan spiritual sesuai kebutuhan dan
perkembangan siswa, dan yang ketiga mampu menghargai karya sendiri dan karya orang lain
serta keragaman seni budaya setempat dan nusantara. Tujuan dari pembelajaran seni yaitu : (1)
memperoleh pengalaman seni berupa pengalaman apresiasi seni dan pengalaman ekspresi seni,
(2) memperoleh pengetahuan seni, misalnya teori tentang seni, sejarah seni, kritik seni dan
lain- lain (Eny,2014:9).
Bentuk pembelajaran seni tari, harus disesuaikan dengan pengorganisasian materinya, yakni
didasarkan pada aktivitas siswa. Selain itu juga diselaraskan dengan tujuan utama pendidikan
seni, untuk peningkatan sensitivitas dan kreativitas siswa serta untuk pembaharuan
masyarakat. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan guru mampu
menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi pengembangan individu siswa sekaligus
perbaikan masyarakatnya (Eny,2014:10). Bentuk pembelajaran seni di Sekolah Dasar
berdasarkan pada sifat pendidikan seni itu sendiri, yaitu: multilingual, multidimensional, dan
multikultural. Multilingual berarti seni bertujuan mengembangkan kemampuan
mengekspresikan diri dengan berbagai cara seperti melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan
paduannya. Multidimensional berarti seni mengembangkan kompetensi kemampuan dasar
siswa yang mencakup persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan
produktivitas dalam menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur
logika, etika dan estetika, dan multikultural berarti seni bertujuan menumbuhkembangkan
kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global sebagai
pembentukan sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab dan hidup rukun dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas, 2001: 7). Bentuk model pembelajaran
yang diperlukan adalah model yang memberikan peranan pada guru untuk mengelola
lingkungan alam dan fisik, sosial, budaya, dan individual, serta sekaligus hidup atau bertindak
di dalamnya dengan sikap-sikap yang memberi peluang berkembangnya potensi pribadi ke
arah kreatif dan apresiatif terhadap seni tari. Model pendidikan tersebut dapat digambarkan
sebagai sebuah sistem dengan tujuan akhir adalah kreatif dan apresiatif (Eny,2014:10).

e. Penilaian Autentik
Pelaksanaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran setiap kurikulum mempunyai
perbedaan. Salah satunya yaitu penilaian. Sistem penilaian yang diterapkan pada kurikulum
2013 disebut penilaian autentik.
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik (Panduan Penilaian, 2016 : 5). Selain itu, permedikbud
No 23 tahun 2016 juga menjelaskan bahwa penilaian autentik peserta didik pada sekolah dasar
dan menengah meliputi 3 aspek , yaitu :
1. Penilaian sikap
Penilaian sikap adalah penilain yang digunakan menilai sikap pserta didik dalam
pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sikap social.
1) Sikap spiritual
Sikap spiritual (KI -1) yang akan diamati seperti sikap menerima, menjalankan, dan
menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2) Sikap sosial
Sikap sosial (KI-2) yang akan diamati seperti sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan
negara.
Teknik penilaian yang digunakan seperti observasi melalui wawancara, catatan anekdot
(anecdotal record), dan catatan kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur penilaian
utama. Teknik penilaian sikap di Sekolah Dasar yang dilakukan oleh pendidik dapat disajikan
dalam skema berikut ini:

Skema Penilaian Sikap


Sumber : Panduan Penilaian untuk SD, 2016: 14

2. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KD dari KI-1) dapat dilakukan dengan cara mengukur penguasaan
peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan
metakognisi dalam berbagai tingkatan dalam proses berpikir.
Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan, pengembangan
instrument penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan dan pelaporan, serta pemanfaatan
hasil penilaian.
Pencapaian peengetahuan dapat dilaporkan dalam bentuk angka, predikat, dan deskripsi.
Angka menggunakan rentang nilai antara 0-100. Predikat disajikan dalam huruf A, B,C dan
D. Akan tetapi, rentang predikat (interval) ini ditentukan oleh satuan pendidikan dengan cara
mempertimbangkan KKM. (Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar, 2016: 15). Teknik
penilaian pengetahuan dapat menggunakan tes tertulis, tes lisan dan penugasan.
1) Tes tertulis
Tes tertulis merupakan tes yang soal dan jawabannya secara tertulis, anatara lain dapat
berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
2) Tes lisan
Tes lisan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan seperti perintah, kuis yang diberikan pendidik
secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan.
3) Penugasan
Penugasan merupakan pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan
dan memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.
Teknik penilaian pengetahuan di Sekolah Dasar yang dilakukan oleh pendidik dapat
disajikan dalam skema berikut ini:

Skema Penilaian Pengetahuan

Sumber : Panduan Penilaian untuk SD, 2016: 16

3. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan (KD dari KI-4) dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknik
peniliain kinerja, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Penilaian keterampilan dapat
menggunakan rentang askor 0 sampai 100, predikat, dan deskripsi. (Panduan Penilaian untuk
Sekolah Dasar, 2016: 16).
1) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan penilaian yang menuntut peserta
didik untuk dapat mendmonstrasikan dan mengaplikasikannya ke dalam berbagai macam
konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
2) Penilain Proyek
Penilaian proyek merupakan suatu kegiatan penilaian yang dilakukan terhadap suatu tugas
yang harus dilakukan dalam periode atau waktu tertentu.
3) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan suatu kumpulan dokumen dari hasil penilaian, penghargaan, dan
karya sastra peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan perkembangan (reflektif-
integratif) dalam kurum waktu tertentu.
Teknik penilaian keterampilan di Sekolah Dasar yang dilakukan oleh pendidik dapat
disajikan dalam skema berikut ini.

Gambar 3. Skema Penilaian Portofolio

Sumber : Panduan Penilaian untuk SD, 2016: 18

f. Model Project Based Learning


Mulyasa (2014: 145) mengatakan Project Based Learning, atau PJBL adalah model
pembelajaran yang bertujuan untuk memfokuskan pserta didik pada permasalahan kompleks
yang diperlukan dalam melakukan investigasi dan memahami pelajaran melalui investigasi.
Model ini juga bertujuan untuk membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif
yang mengintegrasikan serbagai subyek (materi) kurikulum, memberikan kesempatan kepada
para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Menurut Fathurrohman (2016: 121-122) prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis


proyek adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas tugas pada kehidupan
nyata untuk memperkaya pelajaran
b. Tugas proyek menakankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik
yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara autentik dengan menghasilkan produk
nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema atatu topik yang
disusun dalam bentuk produk (laporan tatu hasil karya)
d. Kurikulum. PJBL tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan strategi
sasaran dimana proyek sebagai pusat
e. Responbility. PJBL menekankan responbility dan answerbility para peserta didik ke
diri panutannya
f. Realisme. Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan
situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan
menghasilkan sikap profesional
g. Active learning. Menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan
peserta didik untuk menentukan jawaban yang relevan sehingga terjadi proses
pembelajaran yang mandiri
h. Umpan balik. Diskusi. Presentasi dan evaluasi terhadap peserta didik menghasilkan
umpan balik yang berharga. Hal ini mendorong ke arah pembelajaran berdasarkan
pengalaman.
i. Keterampilan umum. PJBL dilkembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan
pengerahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar terhadap keterampilan
mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self menegement
j. Driving question. PJBL difokuskan pada pertanyaan atau permsalahan yang memicu
peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip, dan ilmu
pengetahuan yang sesuai
k. Constructive investigation. PJBL sebagai titk pusat, proyek harus disesuaikan dengan
pengetahuan peserta didik.
l. Autonomy. Proyek menjadikan aktivitas peserta didik yang penting. Blumenfeld
mendeskripsikan model pembelajaran berbasis proyek berpusat pada prose relatif
berjangka waktu, unit pembelajaran bermakna.

Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 162), Model pembelajaran Project Based Learning
mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.


b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan.
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Langkah –langkah pelaksanaan model pembelajaran PJBL (Project Based Learning) menurut
Mulyasa (2014: 145-146) adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar
peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena
yang ada
b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada
disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan
c. Menyusun jadwal sebagai langkah nyatadari sebuah proyek. Penjadwalan sangat
penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai
dengan target
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek
yang sedang dikerjakan
g. Pembelajaran melalui seni
Seni seharusnya menjadi dasar pendidikan (Plato, 1970). Seni seharusnya menjadi alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, bukan untuk kepentingan seni itu sendiri. Pendekatan
education through art (pendidikan melalui seni) menerapkan penyelenggaran pendidikan seni
berkewajiban mengarahkan ketercapaian tujuan pendidikan secara umum yang memberikan
keseimbangan rasional dan emosional, intelektual, dan sensibilitas.
Pada mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya inilah peserta didik dituntut untuk
memahami seni dan juga berkarya seni kolase. Pengertian Seni adalah kegiatan berkesenian.
Menurut Soehardjo (2005: 2) pengertian pendidikan seni adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan agar
menguasai kemampuan berkesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan.

2. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka pemikiran untuk penelitian ini digambarkan pada gambar seperti
berikut :

Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran

KONDISI TINDAKAN TUJUAN/HASIL

Pembelajaran masih Penjelasan Guru mampu


bersifat konvensional pembelajaran menerapkan model PjBL
Belum menggunakan Pelatihan model PBL Kualitas
model PjBL Simulasi pembelajaran meningkat
Hasil belajar siswa rendah Aktifitas siswa menjadi
pembelajaran model PjBL
lebih aktif

Diskusi Penjadwalan Penerapan Model


Evaluasi Awal Projek PjBL
Evaluasi Akhir
Kerangka pemikiran pada penelitian tindakan kelas Sumber Muhammad Faiq (2013)

Kegitan belajar yang diharapkan dapat memperdayakan siswa untuk menjadi seorang
individu yang mandiri dan mampu meghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya di
kemudian hari. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran melalui diskusi kelompok. Sehingga pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan kreatifitas siswa.

Disekolah SD N 2 Kebumen Sukorejo peserta didik masih pasif terhadap proses


pembelajaran dikelas, kurangnya motivasi yang diberikan dari guru kepada peserta didik dan
peserta didik cenderung bersikap pasif. Kurangnya tahap berfikir kritis siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran sehingga siswa masih mencapai nilai yang
rendah di bawah KKM.

Pada kesempatan ini penulis ingin mencoba menggunakan salah satu model
pembelajaran Problem Based Learning dalam Subtema Kebersamaan dalam Keberagaman
dengan menggunakan soal pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran dan menyelesaikan
soal pemecahan masalah tersebut dengan konteks pengalaman siswa yang pernah
dialaminya.

3. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto,2006:71). Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, maka

hipotesis tindakan adalah sebagai berikut : Dengan menggunakan Model Project

Based Learning keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar SBdP tema

Selalu Hemat Energi pada siswa kelas IV SD N 2 Kebumen Sukorejo akan

meningkat.

Anda mungkin juga menyukai