Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DESAIN KURIKULUM MUATAN LOKAL DAN KOMPONEN-KOMPONEN DALAM


PENGEMBANGAN KURILUKUM MUATAN LOKAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

Dosen Pengampu:

Dr. Deasylina Da Ary, S.Pd., M.Sn

Disusun oleh:

Rinda Triliana Aisya (1401417428)

No Absen (25)

Rombel (J)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Prinsi-prinsip dan Model Konsep
Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal”

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada, Ibu Dr. Deasylina Da
Ary, S.Pd., M.sn. dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, teman-teman dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Semarang, 27 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang


Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal (kurikulum
berbasis lokal) dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat
beranekaragam kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan
bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan
wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya.
Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup muatan
lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal .

Pengembangan kurikulum harus dimulai dengan menentukan landasan atau azas-azas


pengembangannya sebagai pondasi, selanjutnya mengembangkan komponen-komponen
kurikulum. Pengembangan komponen-komponen inilah yang kemudian membentuk sistem
kurikulum. Sistem adalah suatu kesatuan komponen yang lalu sama lain berkaitan, kurikulum
merupakan suatu sistem yang memiliki komponen tertentu. Manakalah komponen yang
membantu sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan yang lainnya maka
sistem kurikulum akan terganggu pula.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Desain Kurikulum Muatan Lokal ?

1.2.2 Apa Saja Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui Desain Kurikulum Muatan Lokal.

1.3.2 Mengetahui Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Desain Kurikulum Muatan Lokal

Konsep dari desain kurikulum berfokus pada cara kurikulum tersebut dibentuk,
terutama penyusunan yang aktual dari bagian rencana kurikulum. Istilah disain kurikulum
(beberapa menyebutnya organisasi kurikulum) menunjuk pada penyusunan bagian-bagian
kurikulum kedalam pokok persoalan yang sesungguhnya. Yang pemilihan desainnya
dipengaruhi oleh pendekatan kurikulumnya dan orientasi folosofi.

Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsurr-unsur atau


komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari
lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar
dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju pada
yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.

Berdasarkan pada apa yang menjadi focus pengajaran, sekurang-kurangnya


dikenal tiga desain kurikulum, yaitu :
1. Subject centered design,
yaitu kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum
tersusun atas sejumlah mata pelajaran, dan mata pelajaran tersebut diajarkan secara
terpisah-pisah. Karena terpisah-pisah itu maka kurikulum ini disebut
juga separated subject curriculum. Subject centered
design berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan,
nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya mewariskannya kepada
generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject
matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic
curriculum
2.   Learner –centered desaign, 
Desain ini berbeda dengan subject centered, yang bertolak dari cita-cita untuk
melestarikan dan mewariskan budaya, dank arena itu mereka mengutamakan peranan
isi dari kurikulum. Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta
didik. Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah
peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar-
mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Learner centered desaign bersumber dari konsep Rousseau tentang
pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian
kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.
3. Problem centered desaign
Problem centered desaign berpangkal pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia (man centered). Berbeda dengan learner centered yang
mengutamakan manusia atau peserta didik  secara individual, Problem centered
desaign menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan
masyarakat Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari
asumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama. Dalam
kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus
dipecahkan bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.

  Pertimbangan Dimensi Desain.


Disain kurikulum  adalah statmen yang menerangkan bahwa relasi (hubungan)
merupakan komponen/elemen sebuah kurikulum. Pembuat kurikulum, ketika
mempertimbangkan desain harus melihatnya dari dimensi yang beragam:
1) Skop (jangkauan)
Ketika mempertimbangkan disain kurikulum, pendidik harus menetapkan luas
dan dalamnya isi kurikulum, Hal ini disebut skop (jangkauan). Galen Sailor
mendefenisikan skop sebagai: luas, macam/jenis, dan tipe pengalaman pendidikan yang
disediakan pelajar sebagai peningkatan mereka melalui program sekolah.
2) Integrasi.
Tantangan utama dalam membuat skop adalah mengintegrasi banyak
pembelajaran. Idealnya  pendisain kurikulum menyadari bahwa pembelajaran lebih
efektif ketika isinya saling berkaitan satu dengan lainnya.
3) Kesinambungan.
Ketika mempertimbangkan kesinambungan, pembuat kurikulum ditantang untuk
bersepakat/bertransaksi secara efektif dengan elemen kurikulum, jadi kurikulum
membantu perkembangan komulatif dan pembelajaran yang berkelanjutan.
4) Keberlanjutan.
Keberlanjutan berhubungan dengan manipulasi vertikal atau repetisi komponen
kurikulum. Keberlanjutan sangat jelas menurut Bruner dalam “Kurikulum Spiral”. Bruner
menyatakan bahwa kurikulum harus diatur berdasarkan hubungan atau struktur ide dasar
“mereka harus dikembangkan dan dikembangkan ulang dalam gaya yang spiral”.
5) Artikulasi dan Keseimbangan.
Artikulasi merupakan hubungan dari aspek kurikulum yang beragam
hubungannya dapat berupa vertikal (melukiskan hubungan aspek tertentu dalam
rangkaian kurikulum) dan horizontal (artikulasi yang berhubungan dengan tempat).
Keseimbangan kurikulum merupakan kesempatan siswa untuk menguasai
pengetahuan dan untuk memanfaatkannya dengan cara menghargai tujuan perorangan,
sosial, dan tujuan intelektual. Karena kurikulum dapat dilihat dari referensi yang berbeda
komponen kurikulum yang akan diseimbangi akan mendapatkan bentuk dan dimensi
yang berbeda.

2.2 Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal


Dalam pengembangan kurikulum muatan local terdapat 2 darah dalam
pengembangannya, yaitu:
 Pengembangan untuk jangka panjang
Agar para siswa dapat melatih keahlian dan keterampilan yang sesuai
dengan harapan yang nantinya dapat membantu dirinya, keluarga,
masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan negara. Oleh karena itu
perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan
secara sedemikian rupa oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat
dengan perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun
swasta. Untuk muatan lokal di sekolah dasar masih bersifat concentris,
kemudian dilaksanakan secara kontinue di sekolah menengah pertama dan
akan terjadi konvergensi di sekolah menengah atas.
 Pengembangan untuk jangka pendek
Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh
sekolah setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal
kemudian menyusun Indikatornya dan direvisi setiap saat.
Komponen – komponen sebagai dasar dalam penyusunan kurikulum inti terdiri
dari tujuan, isi, metode (tehnik menyampaikan dalam proses belajar mengajar), evaluasi
program. Menurut Tyler, kurikulum menyangkut hal-hal berikut :
 Tujuan yang akan dicapai
 Isi materi apa yang harus diprogramkan untuk mencapai tujuan tersebut
 Bagaimana isi kurikulum itu diorganisasikan
 Bagaimana mengetahui bahwa tujuan yang akan dicapai dimiliki peserta
didik.

Komponen-Komponen yang membentuk sistem kurikulum


Sebelum melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum, seorang
pengembangan terlebih dahulu mengenal komponen atau elemen atau unsur atau bagian
yang terdapat dalam kurikulum.
Adapun komponen atau elemen atau unsur yang terdapat dalam kurikulum, terdiri
dari : Tujuan, materi / pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi.
1. Komponen tujuan. 
Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum  merupakan kekuatan-kekuatan
fundamental yang peka sekali, karena hasil kurikuler diinginkan tidak hanya
sangat mempengaruhi bentuk kurikulum, tetapi memberikan arah dan fokus
untuk seluruh program pendidikan.
2. Komponen Materi/pengalaman belajar.
Hal  yang merupakan fungsi khusus dari kerikulum pendidikan formal adalah
memilih dan menyusun isi (komponen kedua dari kurikulum) supaya
keinginan tujuan kurikulum dapat dicapai dengan cara paling efektif dan
supaya pengetahuan paling penting yang diinginkan pada jalurnya dapat
disajikan secara efektif
3. Komponen Organisasi
Perbedaan antara belajar di sekolah dan belajar dalam kehidupan adalah dalam
hal pengorganisasian secara formal di sekolah. Jika kurikulum merupakan
suatu rencana untuk belajar maka isi dan pengalaman belajar membutuhkan
pengorganisasian sedemikian rupa sehingga berguna bagi tujuan-tujuan
pendidikan
4. Komponen Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan
informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi 
memegang peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat
ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih
mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri,
kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya
tanah air.

Sekolah adalah wahana untuk proses pendidikan secara formal. Sekolah adalah
bagian dari masyarakat karena itu sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian
karakteristik atau kekhasan lingkungan sekitar sekolah ataupun daerah dimana sekolah itu
berada. Untuk merealisasikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan
yang dapat memberikan wawasan kepada peserta didik tentang apa yang menjadi
karekteristik lingkungan di daerahnya, baik yang berkaitan dengan kondisi alam, sosial,
budaya maupun menjadi kebutuhan daerah. Berdasarkan kenyataan ini, diperlukan
pengembangan program pendidikan yang sesuai dengan potensi daerah, minat, dan
kebutuhan peserta didik dan kebutuhan daerah. Hal ini berarti, sekolah harus
mengembangkan suatu program pendidikan yang berorientasi pada lingkungan sekitar
dan potensi daerah atau muatan lokal. Dengan demukian, anak didik diharapkan memiliki
perasaan cinta terhadap lingkungan dan mempunyai pemahaman dan pemiliharaan moral
akan keterampilan dasar yang selanjutnya dapat dikembangkan lebih jauh lagi.

3.2 Saran
Sebagai calon guru di Sekolah Dasar, sebaiknya kita sudah mempelajari dan
mengetahui bagaimana desain dan komponen dalam pengembangan kurikulum muatan
local. Sehingga saat sudah terjun dalam dunia pendidikan kita dapat berperan aktif dalam
pengembangan dan pembelajaran dalam kurikulum muatan local. Sedangkan untuk
pengajar di Sekolah Dasar dalam pengembangan kurikulum muatan local harus sesui
dengan desain serta komponen dan mengetahui pembelajaran apa yang cocok dan pas
untuk diterapkan kepada peserta didik agar sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, 2020. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal, Semarang : Universitas Negeri


Semarang

Yeni Karunia. 2018. “Desain Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal”


https://www.academia.edu/10028287/DESAIN_KURIKULUM_PENGEMBANGAN_MUATA
N_LOKAL Diakses hari Jumat tanggal 27 Maret 2020

Anwar. 2012. “Pengembangan Desain Kurikulum Muatan Lokal” http://anwarwan43-


anwar.blogspot.com/2012/06/pengembangan-desain-kurikulum-lokal.html Diakses hari Jumat
tanggal 27 Maret 2020

Syahputri Melda. 2015. “Desain Kurikulum”


http://meldasyahputri.blogspot.com/2015/12/desain-kurikulum.html Diakses hari Jumat tanggal
27 Maret 2020

Burhannuddin Afid. 2014. “Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal”.


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/02/05/pengelolaan-kurikulum-muatan-lokal-3/ Diakses
hari Jumat tanggal 27 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai