Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN IPS


Dosen Pengampu: Dra. Hakop Walangadi, M. Si
Mata Kuliah: Pembelajaran IPS SD

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Fatma H. Mangadi 151421088
Sri fidya alamri 151421074
Siti Maryam Amlaiya 15142 1127

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
memberikan hidayah kepada seluruh umat dan atas berkah-Nya saya dapat menyelesaikan
tugas Makalah sesuai dengan jangka waktu yang telah diberikan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah pembelajaran IPS SD yang
diampuh oleh Prof. Dra. Hakop Walangadi, M. Si selain itu juga bertujuan untuk mengetahui
lebih lanjut tentang “ Lesson Study Dalam Pembelajaran IPS"

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang
lebih luas bagi pembacanya. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
kelebihan dan kekurangannya sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
A. Pengertian Lesson Study ........................................................................................... 4
B. Dampak Lesson Study ............................................................................................... 5
C. Ciri-ciri Lesson Study ................................................................................................ 7
D. Tujuan Lesson Study ................................................................................................. 7
E. Tahapan-tahapan Lesson study ................................................................................ 9
F. Manfaat Lesson study .............................................................................................. 14
G. Implementasi Lesson study Dalam Pengajaran IPS ............................................. 16
H. Model Pembinaan Guru Ips Berbasis Lesson Study ............................................ 18
I. Model Pendampingan Pembelajaran Berbasis Lesson Study ............................. 20

BAB III.................................................................................................................................... 25
PENUTUP............................................................................................................................... 25
Kesimpulan ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukanlah disiplin ilmu melainkan suatu
program pengajaran atau mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial (ilmu sejarah, ilmu geografi, ilmu ekonomi, dan
ilmu sosiologi) dan humaniora (aspek norma, nilai, bahasa, seni, dan budaya)
Meskipun pengetahuan sosial sesungguhnya sudah melekat pada diri seseorang namun IPS
perlu dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan pengetahuan sosial
alamiah itu belum cukup mengingat kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya itu
makin berkembang. Untuk menghadapi perkembangan yang terus menerus tersebut diperlukan
pendidikan formal, khususnya pendidikan IPS di sekolah

Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki pengertian yang sangat luas
dalam dunia pendidikan. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau sebagai
suatu proses membelajarkan peserta didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan
dievaluasi secara sistematis agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien.

Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, berarti pembelajaran berarti sebuah


komponen yang teroganisisr antara lain tujuan pembelajaran, materi pembalajan, strategi dan
model pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran

Menurut Hamalik Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas
(ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Proses tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal, namun proses itu
dipengaruhi oleh factor-faktor eksternal. Misalnya, perhatian peserta didik dalam pembelajaran
dipengaruhi oleh rangsangan yang berasal dari luar.
Dalam pembelajaran pendidik harus benar-benar mampu menarik perhatian peserta didik untuk
mencurahkan seluruh energinya sehingga dapat melakukan aktivitas belajar secara optimal dan
memperoleh hasil belajar seperti apa yang diharapkan. Pembelajaran adalah seperangkat

1
peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga sehingga
peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan
(Briggs,1992)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Istilah pembelajaran


lebih tepat digunakan karena ia menggambarkan upaya untuk membangkitkan prakarsa belajar
seseorang. Di samping itu, ungkapan pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk
mengungkapkan tujuan pendekatan pembelajaran dalam upaya membelajarkan peserta didik.
Sedangkan IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi,
seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-ketrampilan Sejarah,
Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lesson study?


2. Apa dampak lesson study?
3. Bagaimana tujuan lesson study?
4. Bagaimana tahapan lesson study?
5. Apa manfaat lesson study?
6. Bagaimana implementasi lesson studi dalam pengajaran IPS?
7. Bagaimana model pembinaan guru IPS berbasis lesson study implementasi kurikulum
nasional di SD?
8. Apa saja model pendampingan pembelajaran guru IPS berbasisi lesson study dalam
implementasi kurikulum nasional?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian lesson study.


2. Untuk mengetahui dampak lesson study.
3. Untuk mengetahui tujuan lesson study.
4. Untuk mengetahui bagaimana tahapan lesson study.
5. Untuk mengetahui manfaat lesson study.
6. Untuk mengetahui bagaimana implementasi lesson study dalam pengajaran IPS.
7. Untuk mengetahui bagaimana model pembinaan guru IPS berbasis lesson study.

2
8. Untuk mengetahui bagaimana model pendampingan pembelajaran guru IPS berbasis
lesson study.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lesson Study

Lesson Study dimulai di Jepang sekitar tahun 1870- an. Lesson Study adalah metode
berbasis praktik untuk mengembangkan profesionalisme guru dan sikap saling belajar dengan
metode praktik sebenarnya di dalam kelas dan dilakukan oleh para guru itu sendiri. Lesson
Study dibagi menjadi tiga bagian yaitu perencanaan, observasi, dan refleksi. Dalam sesi
perencanaan, guru ataupun sekelompok guru merencanakan suatu pembelajaran; pada tahap
observasi, satu orang guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana yang dibuat,
sedangkan rekan-rekan yang lain melakukan observasi; dan selanjutnya guru yang mengajar
bersama-sama dengan observer melakukan refleksi atas pembelajaran yang diamati.

Lesson Study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun
learning community. Lesson Study merupakan proses pengkajian pembelajaran dan dilakukan
secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson study dilakukan oleh kelompok guru yang sadar
terhadap pentingnya upaya peningkatan kompetensi mereka dalam proses belajar mengajar.
Para guru ini sadar bahwa proses pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan harus dikaji
dari waktu ke waktu agar dapat lebih meningkat efektivitasnya bagi upaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.

Harapan ideal yang ingin dicapai dalam kegiatan Lesson Study ini adalah membangun
masyarakat belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat (fe long learning). Lesson
Study telah dikembangkan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) bekerja sama
dengan pemerintah Indonesia sejak tahun 1998 di mana pada saat itu juga dikembangkan model
Pengembangan Sekolah Berbasis Masyarakat (PSBM) di tingkat kabupaten (Tedjawati, 2011).
merintah Indonesia sejak tahun 1998 di mana pada saat itu juga dikembangkan model
Pengembangan Sekolah Berbasis Masyarakat (PSBM) di tingkat kabupaten (Tedjawati, 2011).

1) Pengertian menurut para ahli


Menurut Catherine Lewis, Lesson Study yaitu suatu model (pola) pembinaan
profesi pendidik melalui pengkajian (studi) pembelajaran secara kolaboratif dan

4
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar (Lewis, 2004).
Sedangkan menurut Styler dan Hiebert dalam bukunya Herawati Susilo, dkk.,
mengatakan bahwa lesson study adalah suatu proses kolaboratif pada sekelompok guru
ketika mengidentifikasi masalah pembelajaran, merancang suatu skenario
pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang
akan dibelajarkan); membelajarkan peserta didik sesuai skenario (salah seorang guru
melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan
merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah
direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru
lain (Susilo, 2020)

B. Dampak Lesson Sudi

Dampak yang terjadi pada guru setelah melaksanakan lesson study adalah adanya
peningkatan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan
kompetensi kepribadian, guru lebih inovatif, metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih
relevan terhadap tingkat kemampuan siswa, guru tidak segan saling berbagi pengalaman dan
ide, saling memotivasi dan mendapa tkan umpan balik terhadap pembela jaran yang
dilaksanakan, adanya kepuasan dan keikhlasan dalam bekerja, dan meningkatnya kualitas serta
kuantitas guru dalam melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Selain itu, melalui
MGMP sejenis terjadi adanya keseragaman dalam pembelajaran mata pelajaran yang sama

Bagi siswa adanya program lesson study menyebabkan terjadinya peningkatan


pemahaman terhadap materi pelajaran, peningkatan minat siswa terhadap ma ta pelajaran,
peningkatan motivasi belajar, peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, tidak
ada rasa cemas, siswa gembira, berani bertanya, lebih percaya diri, dapat bekerja sama dengan
Siswa lain dengan kelompoknya atau lintas kelompok, rasa ego berkurang. peningkatan
efektivitas hasil belajar, dan adanya kepuasan dalam belajar.

Bagi sekolah adanya program lesson study menyebabkan terjadinya:

1) peningkatan nilai ujian yang membanggakan sehingga mendapatkan penghargaan


2) peningkatan prestasi akademik dan nonakademik dengan banyaknya kejuaraan yang
diraih baik tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional;

5
3) adanya peningkatan kepercayaan masyarakat denganmeningkatnya animo masyarakat
yang mendaftarkan anaknya;
4) meningkatnya kepercayaan dari kolega dengan meningkatnya frekuensi studi banding
ke sekolahnya; dan
5) meningkatnya kepercayaan pemerintah dengan meningkatnya bantuan yang diberikan
kepada sekolah.

Menurut koordinator lesson study bahasa Inggris, para guru MGMP sejenis dapat
menyusun bersama soal tes yang diperuntuk bagi siswa kelas IX dalam menghadapi Ujian
Nasional. Selain dampak implisit yang dirasakan para guru, ada dampak eksplisit bagi guru yai
tu adanya penerimaan sertifikat bagi guru yang telah mengikuti lesson study. Sertifikat tersebut
ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendidikan, diberikan setiap semester, dan berlaku nilainya
untuk meningkatkan penilaian dalam sertifikasi guru. Dalam sertifikat tersebut dicantumkan
jumlah jumlah jam yang diikuti dalam lesson study yang terdiri dari Plan, Do, dan See
(Tedjawati, 2011). Lesson study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran,
tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam
merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran.

Lesson study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang
tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total
Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-
menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong
terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis
melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana
memberikan rumusan tentang lesson study sebagai salah satu model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar

6
C. Ciri-ciri Lesson Study

Dalam tulisan yang lain, Catherine Lewis mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial
dari lesson study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di
Jepang, yaitu:

1) Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari
para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka
panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan
kemampuan akademik sebagainya.
2) Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan
pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa
serta sangat sulit untuk dipelajari siswa. 3) Studi tentang siswa secara cermat. Fokus
yang paling utama dari lesson study adalah pengembangan dan pembelajaran yang
dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam
belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan
tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas,
partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru
dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
3) Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan
merupakan jantungnya lesson study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara
melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (lesson plan) atau hanya melihat dari
tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung.
Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses
pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali
pun dapat digali. Penggunaan video tape atau rekaman bisa saja digunakan hanya
sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti (Muntago, Masruroh, 2016).

D. Tujuan Pembelajaran Dalam Lesson Study

Sesungguhnya apa tujuan dari pembelajaran itu? Berdasarkan pengalaman menjadi


praktisi, tujuan pembelajaran dalam lesson study itu sederhana yaitu membahagiakan siswa

7
dalam belajar yang bermakna. Oleh karena itu urgensi pencapaian lesson design sebagai inti
cara berpikir untuk meningkatkan kualitas pembelajaran selalu diakhiri dengan terwujudnya
gambaran kebahagiaan dari seorang siswa yang dianggap paling bermasalah dalam
pembelajaran. Seorang siswa yang dianggap paling bermasalah, ketika mengikuti proses
pembelajaran dan menemukan solusi atas masalahnya, maka pencapaian tujuan pembelajaran
dalam lesson study dianggap terlampaui. Dalam lesson study kita megenal istilah no child left
behind, dengan demikian acuan yang dapat dengan mudah digunakan adalah mengupayakan
siswa bermasalah dapat mengikuti pembelajaran dan menemukan perubahan sikap,
pengetahuan dan keterampilannya. Dalam lesoon study, anak bermassalah ini selalu dimonitor
perkembangannya. Bilamana hasil treatment melalui monitoring menunjukan perkembangan
yang baik, maka no left child behind dapat tercapai.

Penggambaran no child leftbehind ini dalam lesson design sering digambarkan dengan
personifikasi wajah siswa yang paling bermasaalah. Wajah tersebut pada mulanya
menunjukkan emoticon yang murung, bosan, menolak belajar atau bad emoticon lainnya. Pada
awalnya, penempatan siswa bermasalah di lesson design ditempatkan di pojok kiri bawah dari
lesson designSiswa bermasalah ini menjadi perhatian kusus, sehingga perkembangannya dalam
pembelajaran selalu diikuti. Pada akhir pelajaran siswa bermasalah diharapkan menjadi
berubah. Perubahan tersebut mengarah pada good emoticon seperti kebahagiaan, kesenangan
belajar dan ekspresi perasaan dalam kata Ahaaai...aku bisa!!!

Pergaulan yang secara ekstensif dan intensif dalam masyarakat belajar sebagaimana
yang menjadi cita cita lesson study, memberikan refleksi bahwa lesson study berkomitmen
pada pemecahan persoalan pendidikan pada inti atau bagian utamanya, yaitu kualitas
pembelajaran. K ualitas pembelajaran inilah yang kemudian dilakukan penelaahan, pengkajian
dan penelitian sehingga jawaban atau solusi atas permasalahan pembelajaran dapat diperoleh
dan diimplementasikan. Akan tetapi lesson study juga tanggap terhadap factor factor yang
mempengaruhi kualitas pembelajaran, Lesson study menyadari bahwa terdapat factor banan
aingat nak yang menyebabkan terjadinya permasalahan dalam pembelajaran, seperti suasana
yang kurang kondusif untuk belajar, tingkat partisipasi belajar yang belum optimal, motivasi
belajar siswa yang masih belum optimal dan faktor lain yang ikut menghambat pencapaian
tujuan pembelajaran.

Faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran menjadi terganggu ini


perlu diantisipasi dengan berbagai cara sehingga intensitasnya menjadi berkurang. Bilamana
8
factor tersebut berasal dari motivasi belajar siswa, maka berbagai bentuk permainan yang
menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan tentu sangat dibutuhkan. Sekali kali dalam
program belajar per semesternya, seorang guru dalam pembinaan lesson study, dianjurkan
untuk menyajikan TOKATSU. Apa itu tokatssu? Tokatsu adalah suatu permainan edukatif yang
mendorong konsentrasi berpikir tanpa harus melelahkan pikiran, namun justru membangkitkan
semangat atau menantang kemampuan berpikir. Menu permainan semacam ini banyak
dijumpai di kanal youtube dan dapat dipraktekkan untuk menguatkan konsentrasi siswa.

E. Tahapan-tahapan Lesson Study

A. Tahapan Lesson Study Menurut Lewis

Lesson study dapat diterapkan pada pelajaran teori dan praktik. Awalnya, penerapan
memang lebih diprioritaskan pada materi matematika di jenjang SD dan SMP. Namun,
penerapan lesson study kini semakin meluas ke jenjang lebih tinggi, yakni SMA/MA. Khusus
di Indonesia, lesson study telah diterapkan di jenjang SD, SMP/MTs, SMA/ MA dan saat ini
mulai dikembangkan di SMK. Pelajaran di jenjang SMK lebih mengutamakan praktik sehingga
siswa membiasakan diri aktif belajar. Hal ini sesuai prinsip lesson study yang mengutamakan
keaktifan belajar siswa sehingga dapat diterapkan di SMK.

Proses penerapan lesson study berlaku sama di jenjang mana pun. Lewis menjelaskan 6
tahapan lesson study seperti berikut.

1. Membentuk kelompok lesson study yang antara lain berupa kegiatan merekrut anggota
kelompok, menyu- sun komitmen waktu khusus, menyusun jadwal per- temuan, serta
menyetujui aturan kelompok.
2. Memfokuskan lesson study pada tiga kegiatan utama. Pertama, menyepakati tema
penelitian (research theme) tujuan jangka panjang bagi siswa. Kedua, memilih cakupan
materi. Ketiga, memilih unit pembelajaran dan tujuan yang disepakati.
3. Merencanakan rancangan pembelajaran. Hal ini meliputi kegiatan melakukan
pengkajian pembelajaran yang telah ada; mengembangkan petunjuk pembelajaran;
serta meminta masukan dari ahli bidang studi dari luar, entah itu dosen ataupun guru
lain yang berpengalaman.
4. Melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamatinya (observasi). Dalam hal ini,
pembelajaran dilakukan oleh salah seorang guru anggota kelompok sedangkan anggota

9
yang lain menjadi observer. Hal yang dilaku- kan observer sebatas mengamati sehingga
tidak diper- kenankan memberikan pengantar terhadap jalannya pembelajaran, baik
kepada guru maupun siswa.
5. Mendiskusikan dan menganalisis pembelajaran yang telah dilaksanakan. Diskusi dan
analisis sebaiknya mencakup refleksi oleh instruktur, informasi latar be- lakang anggota
kelompok, presentasi, dan pembahasan data hasil observasi pembelajaran, diskusi
umum, komentar dari ahli luar, serta ucapan terima kasih.
6. Merefleksikan pembelajaran dan merencanakan tahap- tahap selanjutnya. Pada tahap
ini, anggota kelompok diharapkan memikirkan langkah yang harus dilakukan
selanjutnya. Apakah berkeinginan untuk melakukan peningkatan agar pembelajaran
menjadi lebih baik, menguji coba di kelas masing-masing, serta mengecek kepuasan
anggota kelompok terhadap tujuan-tujuan lesson study dan cara kerja berkelompok.

Keenam tahapan ini membutuhkan kolaborasi antar guru dalam menyusun, menerapkan,
dan mengevaluasi rancangan. Kolaborasi dapat mempermudah guru dalam mengajar dan
menghasilkan pembelajaran yang kompre- hensif. Bentuk kolaborasi dengan pembagian tugas,
di antaranya guru model, observer, dan pembimbing.

Guru model menerapkan pembelajaran sesuai rancangan yang sudah disusun. Orang yang
menjadi guru model adalah guru mata pelajaran. Observer bertugas mengamati berlangsungnya
proses pembelajaran dan menyampaikan hasil pengamatan saat diskusi evaluasi pembelajaran.
Guru, kepala sekolah, dan dosen dapat bertindak sebagai observer. Adapun pembimbing adalah
orang yang bertugas memimpin jalannya lesson study. Pembimbing dapat mengajarkan
sekaligus mengarahkan guru model dan observer saat perencanaan dan evaluasi pelaksanaan
lesson study. Dalam hal ini, kepala sekolah atau pihak lain yang ahli di bidang lesson study
dapat menjadi pembimbing.

B. Tahapan Lesson Study Menurut Richardson

Tahapan lesson study juga dikembangkan oleh Richardson. Inti penjelasan Richardson
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pendapat Lewis. Namun, Richardson menganggap
persiapan observasi sebagai tahapan tersendiri. Berikut adalah penjelasan 7 tahapan lesson
study menurut Richardson.

10
1. Membentuk sebuah tim lesson study. Tim yang dianjur- kan berupa guru sesama
bidang, guru berbeda bidang studi, kepala sekolah, komite sekolah, serta ahli pen-
didikan atau dosen. Semua anggota terbagi menjadi 3 bagian tugas, yakni guru model,
observer, serta pem- bimbing/pemimpin. Semakin banyak anggota yang terlibat, guru
kian kaya pengetahuan dan semakin komprehensif dalam menyusun, melaksanakan,
dan mengevaluasi kegiatan lesson study. Dengan demikian, dapat didapatkan hasil
belajar siswa secara detail.
2. Memfokuskan lesson study. Diskusi yang dilakukan tim lesson study membahas
karakteristik materi dan siswa, media pembelajaran, serta perangkat evaluasi. Fokus
yang dibahas membutuhkan kerja sama melalui pertemuan yang intensif agar hasil
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Merencanakan rencana pembelajaran. Tim yang terlibat dalam lesson study merancang
apa pun yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Beberapa hal yang perlu disiapkan
adalah silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembe- lajaran), materi, alat atau media,
lembar evaluasi, serta karakter siswa.
4. Persiapan observasi. Orang yang ditugaskan mengamati proses pembelajaran
membutuhkan beberapa persiapan antara lain mengetahui rancangan pembelajaran
serta lembar observasi untuk mengamati sikap belajar siswa. Observer bertugas
mengamati semua sikap belajar siswa. Namun, jika observer terbatas maka dapat dibuat
penugasan 1 observer dapat mengamati sejumlah siswa. Misalnya, jumlah keseluruhan
siswa 30 orang dan hanya ada 5 observer. Maka, seorang observer ditugaskan meng-
amati 6 siswa.
5. Melaksanakan pengajaran dan observasinya. Proses pembelajaran mengutamakan
keaktifan siswa. Maka, guru model menggunakan metode, model, dan media
pembelajaran yang memberi stimulasi kepada siswa. Aktivitas belajar tiap siswa dari
awal sampai akhir diamati oleh observer dengan menggunakan alat evaluasi yang sudah
dirancang.
6. Melaksanakan tanya jawab atau diskusi pembelajaran. Penerapan lesson study dapat
dikatakan berhasil jika menghasilkan pembelajaran dua arah (student centered). Siswa
sebagai subjek dijadikan sebagai pusat belajar sehingga lebih banyak berperan aktif
daripada guru. Guru model bisa menerapkan metode belajar diskusi kepada siswa di
mana setiap kelompok memecahkan permasalahan yang diberikan guru model. Masing-
masing anggota kelompok menyampaikan pendapat dan berdiskusi sehingga
menghasilkan solusi. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan kepada kelompok lain.
11
Dalam kegiatan ini, guru bertugas mengarahkan kegiatan belajar siswa dan
memberikan masukan serta meluruskan pemahaman siswa apabila ada yang dirasa
kurang tepat.
7. Melakukan refleksi dan merencanakan tahap selanjut- nya. Kegiatan ini dilakukan
setiap pembelajaran ber- akhir. Guru model, observer, dan pembimbing lesson study
berkumpul bersama membahas hasil pembe- lajaran. Semua anggota tim
menyampaikan kelebihan dan kekurangan pembelajaran. Diskusi lebih mene- kankan
pada segala aktivitas belajar siswa. Siswa yang aktif, pasif, diam tetapi tidak
memperhatikan materi, serta apa pun aktivitas siswa yang mendukung atau
menghambat pembelajaran dicari solusinya. Hal ini penting agar pertemuan berikutnya
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

C. Tahapan Lesson Study Menurut Saito

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan merupakan tahapan awal yang disiapkan oleh tim lesson study. Guru
model, observer, pembimbing/pemimpin berdiskusi bersa- ma dalam menentukan konsep
pembelajaran yang akan dicapai. Konsep pembelajaran ini tercan- tum di dalam silabus dan
RPP. Pembelajaran yang disusun dalam silabus adalah untuk periode 6 bulan atau 1 tahun. Isi
silabus dijabarkan secara detail pada RPP. Misalnya, silabus dengan materi pokok "Sistem
Gerak pada Manusia". Maka, RPP menjabarkan identifikasi macam-macam tulang penyusun
dan sendi-sendi dalam sistem rangka manusia. Beberapa bagian yang dirancang pada silabus
dan RPP mencakup pendekatan/strategi/ metode pembelajaran, materi, media pembelajaran,
kegiatan, serta penilaian belajar.

Selain itu, tahapan perencanaan juga membahas alur pembelajaran yang diterapkan
guru dari awal hingga akhir pembelajaran. Penugasan guru model dibuat secara detail agar
capaian belajar dapat terpenuhi. Guru mengajar dibantu observer yang bertugas mengamati
segala aktivitas belajar siswa. Lembar pengamatan dirancang sebagai alat evaluasi observer
untuk menilai sikap belajar siswa. Observer mengamati siswa per orang. Namun, apabila
jumlah siswa dirasa terlalu banyak sementara observer ter- batas maka dapat disiasati dengan
beberapa kelom- pok siswa diamati oleh satu observer. Observer juga membutuhkan name tag
yang dipakai siswa guna mempermudah pengamatan. Oleh karena itu, ben- tuk name tag (tanda
pengenal nama) diusahakan dapat dibaca jelas oleh observer.

12
2. Pelaksanaan (Do)

Proses belajar mengajar pada tahapan do dise- but open class. Tahapan ini
membutuhkan guru model dan observer. Meningkatkan kemampuan penguasaan kelas dan
membentuk siswa aktif menjadi tugas guru model dalam proses belajar mengajar. Guru model
membutuhkan metode, model, pendekatan, dan media untuk diterapkan pada pembelajaran.
Terhadap semua perangkat yang digunakan, guru model mengupayakan proses pembelajaran
diterapkan secara wajar dan natural. Dalam proses interaksi guru dengan siswa selama
pembelajaran, pasti ditemukan berbagai permasalahan. Biasanya, permasalahan tersebut
berkisar pada aktivitas belajar siswa. Sebagai catatan, aktivitas belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh guru, terutama berkaitan dengan cara meng- ajar dan penguasaan materi.

Aktivitas belajar siswa diamati oleh observer. Pengamatan dilakukan sebagai bentuk
evaluasi selama pembelajaran berlangsung. Tujuan dari evaluasi bukan untuk menghakimi
guru, melainkan mengamati cara belajar siswa. Evaluasi mencakup tingkat kemandirian dan
berbagai interaksi belajar antarsiswa, dengan bahan ajar, guru, serta ling- kungan. Instrumen
evaluasi menggunakan catatan anekdot yang sudah terdapat pada pertanyaan. Namun, apabila
hasil pengamatan tidak tercantum di catatan anekdot, hal itu dapat ditambahkan. Selain itu,
observer dapat melakukan perekaman dengan alat perekam atau kamera digital.

Hal yang perlu diperhatikan juga dalam meng- amati adalah tidak melakukan intervensi
terha- dap proses belajar mengajar, seperti membantu guru menjelaskan materi, menyuruh
siswa untuk tertib, mengobrol tentang materi atau hal lain, dan sebagainya. Jadi, tugas observer
benar-benar hanya mengamati proses belajar mengajar dengan mencatat segala aktivitas siswa.
Hasil pengamatan dijadikan acuan evaluasi pada tahapan refleksi (see).

3. Refleksi (See)

Tahapan ini ditujukan untuk memperbaiki pembelajaran di pertemuan berikutnya.


Kegiatan refleksi melibatkan seluruh anggota lesson study, yakni guru model, observer, kepala
sekolah, komite sekolah, dan peserta lain. Semua anggota berdiskusi terkait pembelajaran yang
telah berlangsung berdasarkan fakta. Guru model menyampaikan kesan-kesan selama
mengajar baik kelebihan mau- pun kekurangan. Bilamana memberikan tugas, guru model juga
menyampaikan hasil pekerjaan siswa. Observer menyampaikan aktivitas siswa ber- dasarkan

13
catatan pengamatan. Semua fakta yang terjadi pada pembelajaran dibahas untuk dicari
solusinya.

Siswa yang pasif perlu diberi tindakan agar berubah menjadi aktif. Khusus bagi siswa
yang belum aktif, tindakan yang diperlukan adalah mengajak siswa yang aktif memberi tahu
atau mendampingi temannya agar semua siswa sama- sama menguasai materi. Siswa yang
sudah paham berusaha mengajarkan siswa yang belum paham. Sebaliknya, siswa yang tidak
paham berusaha belajar lebih giat dengan bertanya kepada teman dan guru serta banyak
membaca buku.

Masukan yang disampaikan dari peserta lesson study dijadikan acuan untuk merancang
ulang pembelajaran di pertemuan berikutnya. Tim lesson study membahas gaya guru mengajar,
metode, model, strategi, media, dan penguasaan kelas. Misalnya, pembagian kelompok
dibedakan dengan pertemuan sebelumnya. Siswa yang belum aktif bergabung dengan
temannya yang aktif agar tidak ada perbedaan signifikan di antara keduanya. Guru perlu
meningkatkan keaktifan membimbing, mengecek aktivitas siswa, dan penguasaan materi.
Media yang digunakan dibuat lebih komunikatif sehingga mempermudah siswa memahami isi
materi. Perbaikan yang telah disepakati bersama disusun pada RPP dan pembuatan perangkat
lain untuk menunjang pembelajaran. Semua yang sudah dibahas untuk perbaikan selanjutnya
dikerjakan pada tahapan plan.

F. Manfaat Lesson Study

Lesson study yang dikerjakan secara kolaboratif mem- berikan manfaat bagi guru dan
siswa. Guru sebagai fasilitator dan siswa selaku subjek belajar membutuhkan kerja sama yang
baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa aktif belajar dan guru memberikan
bimbingan dari materi yang sedang dipelajari. Kerja sama yang baik antara guru dan siswa
memudahkan ketercapaian pembelajaran melalui lesson study sehingga manfaatnya dapat
dirasakan bersama.

1. Manfaat bagi Guru

Berikut adalah beberapa manfaat lesson study bagi guru berdasarkan sebuah studi di Jepang.

a. Memikirkan secara lebih teliti tentang tujuan dan materi tertentu yang akan dipelajari
siswa.

14
b. Memikirkan secara mendalam tujuan-tujuan pem- belajaran untuk kepentingan masa
depan siswa, misalnya arti penting sebuah persahabatan, pe- ngembangan perspektif
dan cara berpikir siswa, ser- ta ketertarikan siswa terhadap ilmu pengetahuan.
c. Mengkaji hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan cara
belajar dari para guru lain, yakni peserta atau partisipan lesson study.
d. Mempelajari isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah
pengetahuan tentang hal-hal yang harus diberikan kepada siswa
e. Mengembangkan keahlian mengajar, baik pada saat merencanakan maupun selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
f. Membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial. Artinya, para guru dapat
saling belajar mengenai hal-hal yang dirasa masih kurang, baik pengetahuan maupun
keterampilan dalam mem- bimbing siswa.
g. Mengembangkan prinsip "the eyes to see students", yakni menghadirkan para
pengamat (observer) sehingga pengamatan tentang perilaku belajar siswa semakin
detail dan jelas.35

2. Manfaat bagi Siswa

Manfaat penerapan lesson study dalam pembela- jaran juga dirasakan oleh siswa selaku
subjek. Adapun beberapa manfaatnya disebutkan berikut ini.

a. Siswa terlatih untuk belajar mandiri. Siswa dapat aktif mencari berbagai sumber atau
referensi agar kedalaman ilmu semakin menyeluruh. Selain itu, siswa juga bebas
berdiskusi dengan teman sebaya atau guru.
b. Siswa bebas mengembangkan ilmu yang diperoleh. Pengembangan ilmu dapat
dilakukan dengan jalan penelitian atau percobaan sehingga bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Siswa terlatih berpikir kritis dan inovatif. Pem- belajaran lesson study lebih
menekankan pembe- lajaran yang berpusat pada siswa (student centered), bukan guru
(teacher centered). Maka, siswa harus aktif bertanya dan memiliki kemampuan
menelaah materi. Keaktifan ini akan memunculkan daya inovasi dalam
mengembangkan materi.

15
d. Menumbuhkan budaya belajar yang kuat. Budaya belajar yang dilandasi kesadaran
tinggi dapat berdampak pada prestasi belajar dan tumbuhnya ge- nerasi muda yang
memiliki kecerdasan intelektual, baik secara pengetahuan, sikap, maupun kete-
rampilan.
e. Meningkatkan etos belajar dan tanggung jawab ter- hadap sesuatu yang dikerjakan.
Sikap ini termasuk bagian dari pendidikan karakter yang perlu diasah secara terus-
menerus. Bimbingan guru dan orang tua secara komprehensif menjadi faktor penentu
siswa memiliki etos belajar yang tinggi dan sikap bertanggung jawab terhadap apa pun.

G. Implementasi Lesson Study dalam pengajaran IPS

Pasal 37 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistern Pendidikan Nasional mengamanatkan


bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat IPS yang merupakan ilmu
bumi, sejarah, ekonomi, dan sebagainya, yang dimaksud untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Sebagai implikasi dari maksud dan tujuan Pendidikan IPS tersebut, maka kurikulum
Pendidikan IPS hendaknya berisikan garisgaris besar struktur disiplin ilmu dan model perilaku
manusia yang tumbuh dalam masyarakat. Implimentasi kurikulum IPS dalam pendidikan dasar
secara ideal harus mampu membentuk siswa yang baik dan mampu berpikir secara cerdas.
Siswa mampu menyeleksi, mengadaptasi, mengabsorbsi, dan mengaplikasikan nilai-nilai yang
ada dalam agama, kebudayaan, negara, dan negara-negara lain.

Selain itu siswa harus mampu menyelesaikan permasalahan- permasalahan sosial


sederhana yang mereka hadapi, disamping permasalahan-permasalahan akademis. Dalam
pembelajaran bukan meletakkan kemampuan kognitif sebagai tujuan pembelajaran, tetapi
melakukan keseimbangan dengan afektif dan psikomotorik. Konsekuensinya, dalam
pembelajaran guru harus mampu mengajak siswa memasuki berbagai pengalaman baik nyata
maupun imajinasi melalui media. Menurut Azmi (2002: 243), dijelaskan bahwa kenyataan
menunjukkan bahwa di sekolah- sekolah di Indonesia, kondisi ideal tersebut belum tercapai.

Dalam kurikulum sering disebut pembelajaran inkuiri, namun belum terlaksana dengan
baik. Pembelajaran IPS masih menekankan pada jumlah pengetahuan yang harus dimiliki atau
akumulasi pengetahuan yang berbentuk fakta dan teori, lebih menekankan pada hafalan
daripada berpikir, sehingga siswa tidak terlatih melihat dan menghadapi kenyatan hidup yang

16
sebenarnya. Disamping itu fakta sosial menunjukkan bahwa masih terdapat intepretasi
masyarakat yang memandang bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mudah,
dapat dipelajari dalam wakt yang singkat dan tidak memiliki kontribusi yang besar dalam
pembangunan nasional.

Meskipun kurikulumn sudah mengalami perubahan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan


Pelajaran yang pada dasarnya masih tetap berbasis kompetensi, namun pelaksanaan
pembelajaran IPS belum banyak mengalami perubahan. Cara mengajar guru, materi pelajaran
setiap disiplin ilmu yang tergabung dalam mata pelajaran IPS disajikan secara tersendiri tanpa
dikaitkan dengan disiplin ilmu yang lain. Jadi pola pembelajarannya masih terpisah seperti
pada kurikulum 1994, khususnya di tingkat pendidikan dasar. Hal tersebut terjadi karena latar
belakang guru yang sudah terspesialisasi dalam disiplin ilmu tertentu seperti Pendidikan
Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, sehingga merasa sudah menjadi
tanggungjawabnya mengajar disiplin ilmu tersebut.

Disamping itu juga rendahnya pemahaman guru terhadap pembelajaran terpadu. Di


tingkat sekolah dasar, pengembangan kurikulum PIPS untuk sekolah dasar telah cukup lama
dikembangkan. Hanya saja masih terdapat beberapa permasalahan kurikulum Pendidikan IPS
di SD, diantaranya adalah, pertama, pendekatan proses yang menjadi salah satu acuan
kurikulum Pendidikan IPS di SD cenderung stagnan, terutama untuk SD yang jauh dari
komunikasi dengan sekolahsekolah lain. Kedua, persepsi Pendidikan IPS sebagai pelajaran
yang tidak terlalu penting, atau disepelekan karena terlalu mudah,menggiring pembelajaran
IPS hanya menekankan aspek kognitif. Aspek afektif dan psikomotorik jarang dibuat parameter
secara lebih tegas. Ketiga, pembelajaran IPS pada tingkat SD belum begitu besar peranannya
sebagai panduan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Implimentasi kurikulum IPS dalam pendidikan dasar secara ideal harus mampu
membentuk siswa yang baik dan mampu berpikir secara cerdas. Siswa mampu menyeleksi,
mengadaptasi, mengabsorbsi, dan mengaplikasikan nilai-nilai yang ada dalam agama,
kebudayaan, negara, dan negara-negara lain. Selain itu siswa harus mampu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan sosial sederhana yang mereka hadapi, disamping permasalahan-
permasalahan akademis. Dalam pembelajaran bukan meletakkan kemampuan kognitif sebagai
tujuan pembelajaran, tetapi melakukan keseimbangan dengan afektif dan psikomotorik.
Konsekuensinya, dalam pembelajaran guru harus mampu mengajak siswa memasuki berbagai
pengalaman baik nyata maupun imajinasi melalui media.
17
Pembelajaran IPS masih menekankan pada jumlah pengetahuan yang harus dimiliki
atau akumulasi pengetahuan yang berbentuk fakta dan teori, lebih menekankan pada hafalan
daripada berpikir, sehingga siswa tidak terlatih melihat dan menghadapi kenyatan hidup yang
sebenarnya. Disamping itu fakta sosial menunjukkan bahwa masih terdapat intepretasi
masyarakat yang memandang bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mudah,
dapat dipelajari dalam wakt yang singkat dan tidak memiliki kontribusi yang besar dalam
pembangunan nasional. Meskipun kurikulum sudah mengalami perubahan menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pelajaran yang pada dasarnya masih tetap berbasis kompetensi, namun
pelaksanaan pembelajaran IPS belum banyak mengalami perubahan. Cara mengajar guru,
materi pelajaran setiap disiplin ilmu yang tergabung dalam mata pelajaran IPS disajikan secara
tersendiri tanpa dikaitkan dengan disiplin ilmu yang lain. Jadi pola pembelajarannya masih
terpisah seperti pada kurikulum 1994, khususnya di tingkat pendidikan dasar.

Hal tersebut terjadi karena latar belakang guru yang sudah terspesialisasi dalam disiplin
ilmu tertentu seperti Pendidikan Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, sehingga merasa
sudah menjadi tanggungjawabnya mengajar disiplin ilmu tersebut. Disamping itu juga
rendahnya pemahaman guru terhadap pembelajaran terpadu. Pelaksanaan perkuliahan
Pembelajaran IPS di Kelas Tinggi yang dilaksanakan di semester IV memberikan catatan bagi
penulis bahwa efektifitas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tidak hanya ditentukan
oleh kemampuan dosen dalam menyiapkan perkuliahan melalui prosedur seperti penyusunan
SAP, menentukan metode mengajar, kemampuan menguasai materi dan melaksanakan evaluasi
saja. Dalam perkuliahan penulis menjumpai 1) perilaku mahasiswa yang pasif dalam mengikuti
perkuliahan, 2) lemah dalam mengembangkan inovasi materi/kajian IPS dalam konteks
pembelajaran pada siswa SD kelas tinggi. Sebagai pengajar bidang studi IPS penulis
dihadapkan pada dua tantangan yaitu menghilangkan stigma masyarakat yang mengatakan
bahwa belajar IPS adalah membosankan dan yang kedua adalah mewujudkan tujuan
pembelajaran IPS di kelas Tinggi melalui standar kompetensi yang telah ditentukan.

H. Model Pembinaan Guru Ips Berbasis Lesson Study Dalam Implenatasi Kurikulum
Nasional di SD Muhammadiyah Kartasura".

Model Pembinaan Guru IPS Berbasis Lesson Study dalam Implementasi Kurikulum
Nasional di SD Muhammadiyah Kartasura, menggunakan pendekatan,

18
a) Workshop dan Pelatihan Pembelajaran

b) Pelatihan Peer Teaching.

c) Pendampingan Pembelajaran.

Workshop dan Pelatihan Pembelajaran. Workshop dan pelatihan ini menggunakan


pendekatan laboratoris artinya pelatihan pembelajaran dilaksanakan di laboratorium micro
teaching, peserta yang mengikuti pelatihan pembelajaran loboratoris sebanyak 30 guru SD/MI
Muhammadiyah Kartasura. Sedangkan materi workshp mencakup;

a) Kebijakan dan Dinamika Perkembangan Kurikulum.

b) Penguatan Pendidikan Karakter.

c) Penerapan Literasi dalam Pembelajaran.

d) Lesson Study sebagai Model Pembinaan Pendidik Profesional.

e) Active Learning.

f) Straegi Pembelajaran.

g) Diskusi penyusunan RPP.

h) Penulisan artikel publikasi ilmiah, dan

Peer Teaching. Pelatihan Peer Teaching. Pelatihan ini menggunakan pendekatan


kelompok, dilaksakana dengan sistem siklus, ber-tahap, berbasis lesson study, dilaksanakan
oleh masing-masing kelompok lesson study, seorang guru sebagai model, guru yang lain
sebagai observer, sedangkan peneli sebagai supervisor.

Guru berkolaborasi dalam pembelajaran, langkah pembelajarannya 1) Pendahuluan, 2)


Inti pembelajaran, dan 3) Penutup. Kegiatan pendahuluan, meliputi; orientasi, motivasi,
apersepsi, dan menyampaikan tujuan. Kegiatan inti dengan menggunakan pendekatan saintifik
(mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jaringan). Sedangkan kegiatan
penutup, meliputi, simpulan, refleksi, evaluasi penugasan, dan tindak lanjut. Model Pembinaan
Guru IPS Berbasis Lesson Study dalam Implementasi Kurikulum Nasional di SD

19
Muhammadiyah Kartasura, menggunakan pendekatan; a) Workshop dan Pelatihan
Pembelajaran b) Pelatihan Peer Teaching. c) Pendampingan Pembelajaran. Workshop dan
Pelatihan Pembelajaran. Workshop dan pelatihan ini menggunakan pendekatan laboratoris
artinya pelatihan pembelajaran dilaksanakan di laboratorium micro teaching, peserta yang
mengikuti pelatihan pembelajaran loboratoris sebanyak 30 guru SD/MI Muhammadiyah
Kartasura.

Sedangkan materi workshp mencakup; 1) Kebijakan dan Dinamika Perkembangan


Kurikulum. 2) Penguatan Pendidikan Karakter. 3) Penerapan Literasi dalam Pembelajaran. 3)
Lesson Study sebagai Model Pembinaan Pendidik Profesional. 4) Active Learning. 5) Straegi
Pembelajaran. 6) Diskusi penyusunan RPP. 6) Penulisan artikel publikasi ilmiah, dan 7) Peer
Teaching. Pelatihan Peer Teaching. Pelatihan ini menggunakan pendekatan kelompok,
dilaksakana dengan sistem siklus, ber-tahap, berbasis lesson study, dilaksanakan oleh masing-
masing kelompok lesson study, seorang guru sebagai model, guru yang lain sebagai observer,
sedangkan peneli sebagai supervisor. Guru berkolaborasi dalam pembelajaran, langkah
pembelajarannya 1) Pendahuluan, 2) Inti pembelajaran, dan 3) Penutup. Kegiatan pendahuluan,
meliputi; orientasi, motivasi, apersepsi, dan menyampaikan tujuan. Kegiatan inti dengan
menggunakan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk
jaringan). Sedangkan kegiatan penutup, meliputi; simpulan, refleksi, evaluasi/ penugasan, dan
tindak lanjut.

I. Model Pendampingan Pembelajaran Guru IPS Berbasis Lesson Study dalam


Implementasi Kurikulum Nasional

Model pendampingan dilaksanakan di Sekolah mitra oleh guru model, menggunakan


pendekatan "saintifik berbasis lesson study, dengan sistem siklusempat tahap, yaitu;

a. Diskusi Akademik (Academic Discssion),

b. Perencanaan Pembelajaran (Learning Planning).

c. Pembelajaran dan Observasi (Learning and Observation).

d. Refleksi (Reflection).

20
Diskusi Akademik (Academic Discssion). Tahap diskusi akademik ini dilaksanakan
pada saat workshop dan pelatihan, guru berkolaborasi mengkaji silabus, KI, KD, indikator,
tujuan, medel pembelajaran, metode, media, kegiatan pembelajaran, pengembangan materi,
dan alat evaluasi. Perencanaan Pembelajaran (Learning Planning). Tahap perencanaan
pembelajaran ini dilaksankan bersamaan dengan workshop dan pelatihan, para guru
berkolaborasi membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan lampirannya
(Lampiran 1: Pengembangan Materi dan LKS/Lembar Kerja Siswa. Lampiran 2: Intrumen
Penilaian Sikap. Lampiran 3: Instrumen Penilaian Pengetahuan, dan Lampiran 4: Instrumen
Penilaian Ketrampilan).

Pembelajaran dan Observasi (Learning and Observation). Kegiatan pada tahap ini, guru
berkolaborasi melakukan pembelajaran implementasi Nasional (Kurikulum 2013) berbasis
lesson study, didampingi oleh dosen pendamping. Adapun langkah bembelajarannya sebagai
berikut; a) Pendahuluan (memberikan motivasi, apersepsi, dan menyampaikan tujuan). b) Inti
Pembelajaran; menggunakan pendekatan "saintifik" (mengamati, menanya, menalar, mencoba,
membentuk Jaringan), menggunakan strategi pembalajaran PBL (Problem Based Learning),
dan DCL (Descovery Learning. c) Penutup; kegiatan ini meliputi; simpulan, refleksi, evaluasi
penugasan, dan tindak lanjut. Refleksi (Peflection). Pada tahap ini, dilakukan diskusi, dan
evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, hasil diskusi digunakan untuk
memperbaiki persiapan maupun palaksanaan pembelajaran berikutnya.

Model pembinaan guru IPS berbasis lesson study, dalam implementasi Kurikulum
Nasional di SD Muhammadiyah Kartasura mengunakan pendekatan saintifik (mengamati,
menanya, menalar, mencoba dan membentuk jaringan), berkolaborasi melalui 3 kegiatan
pokok, yaitu; a) Workshop dan Pelatihan Pembelajaran b) Pelatihan Peer Teaching. c)
Pendampingan Pembelajaran. Hal ini seperti yang disarankan Stephen L. Thompson
(2007)[11], dalam penelitiannya yang berjudul: "Inquiry in the Life Sciences: The Plant-in-a-
Jar as a Catalyst for Learning" berkesimpulan bahwa: 1) Guru kreatif dan inovatif, idikatornya
ada usaha guru untuk mengubah pola pembelajaran, dari konfensional ke kooperatif learning.
2) Guru kreatif dan inovatif, guru yang melakukan pembinaan pembelajaran sebagai referensi
siswa untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Thompson menyarankan bahwa
pentingnya pengembangan profesional para pendidik yang lebih kreatif dan inovatif, yang
dapat mempengaruhi pembelajaran sehingga menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan
demokratis.

21
Dalam peer teaching guru berkolaborasi dalam langkah-langkah pembelajaran
(Pendahuluan, Inti, dan Penutup). Kegiatan pendahuluan, meliputi; orientasi, motivasi,
apersepsi, dan menyampaikan tujuan. Kegiatan inti dengan menggunakan pendekatan saintifik
(mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jaringan). Sedangkan kegiatan
penutup, meliputi; simpulan, refleksi, evaluasi/ penugasan, dan tindak lanjut. Hal ini sejalan
dengan pandangan Saito (2006) [12], bahwa pada dasarnya kegiatan pembinaan guru dengan
menggunakan lesson study ada tiga tahap, yaitu: Planning Doing-Seeing. Tahap 1, Planning,
pada tahap ini guru secara kolaborasi membuat rencana pembelajaran dengan skenarionya.
Tahap 2, Doing, pada tahap ini guru model melaksanakan pembelajran dan guru yang lain
menjadi observer, dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran ini satuan waktu pembelajaran
dibagi tiga yaitu; penyampaian pendahuluan, pembelajaran inti, dan mengakhiri pembelajaran.
Tahap 3 Seeing, pada tahap ini para guru melakukan refleksi pembelajaran dan berdiskusi
tentang pelaksanaan pembelajaran, mengevaluasi dan refisi pencanna pembelajaran serta
memperbaikan pelaksanaan pembelajaran.

Pembinaan guru IPS berbasis lesson study ini dapat peningkatan kualitas guru.
Indikatornya; a) Guru berkolaborasi dalam membuat RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) b) Guru berkolaborasi menggunakan multi media. c) Guru berkolaborasi
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. d) Guru berkolaborasi menggunakan
pendekatan saintifik. e) Guru berkolaborasi memberikan penilaian, dengan memperhatikan
karakteristik belajar tuntas, autentik, berkesinambungan. f) Peningkatan The 7th University
Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta 162 nilai prites dengan
postes, yakni nilai pretes yang dinyatakan lulus dengan nilai > 59 sebesar 50%, dan nilai postes
yang dinyatakan berhasil dengan nilai >69 sebesar 100%. Hal ini sejalan dengan penelitian
Heni (2010)[13], dalam Jumal Makara, Sosial Humaniora Strategi, yang berjudul; Strategi
Pembelajaran Tipe Kepribadian dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama, berkesimpulan bahwa; (1) Hasil belajar siswa yang mengikuti strategi
pembelajaran kooperatif lebih tinggi dari pada yang mengikuti pembelajaran individual, (2)
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang berkepribadian ekstrover
dan introver, (3) Terdapat interaksi yang positif antara strategi pembelajaran dan tipe
kepribadian siswa pada hasil belajar bahasa Indonesia, (4) Hasil belajar siswa yang ekstrover,
yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada mengikuti strategi
pembelajaran individual.

22
Pembahasan yang berkaitan dengan model pendampingan guru IPS berbasis lesson
study dilaksanakan di Sekolah mitra oleh guru model, menggunakan pendekatan "saintifik".
Langkah bembelajarannya; a) Pendahuluan (memberikan motivasi, apersepsi, dan
menyampaikan tujuan). b) Inti Pembelajaran; menggunakan strategi pembalajaran PBL
(Problem Based Learning), dan DCL (Descovery Learning. c) Penutup; kegiatan ini meliputi;
simpulan, refleksi, evaluasi/ penugasan, dan tindak lanjut.

Sedangkan sistem pendampingannya menggunakan sistem siklus- empat tahap, yaitu;


a) Diskusi Akademik (Academic Discssion), b) Perencanaan Pembelajaran (Learning
Planning), c) Pembelajaran dan Observasi (Learning and Observation), d) Refleksi
(Reflection). Pendampingan pembelajaran ini menghasilkan rancangan model pendampingan
berbasis lesson study modification. Hal ini sejalan dengan lesson study yang dikembangkan
oleh Saito. Ia berpendapat bahwa; lesson study sebagai salah satu kegiatan pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran.

Lesson study diartikan sebagai studi untuk analisis suatu praktik pembelajaran yang
dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset, untuk menemukan inovasi
pembelajaran tertentu. Dalam banyak literature, pembelajaran berbasis lesson study merupakan
pembelajaran yang bersiklus, siklus dalam pembelajaran berbasis lesson study ini dilaksanakan
dalam 3 (tiga) tahap, yaitu; "Plan" (merencanakan), "Do" (melaksanakan dan observasi), "See"
(refleksi dan evaluasi), ketiga tahap tersebut dilaksanakan secara kolaborasi dan berkelanjutan
(Saito, 2006). Sejalan juga dengan Lewis (2002), bahwa ide yang terkandung di dalam lesson
study sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan
pembelajaran, salah satu caranya adalah guru harus berkolaborasi dengan guru lain, dalam
membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan observasi, melakukan
refleksi dan evaluasi, terhadap pembelajaran yang dlakukan.

Dengan kata lain lesson study, merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip
kolegialitas dan saling membantu dalam pembelajaran, untuk membangun komunitas belajar.
Apabila di mencermati konsep dasar lesson study, maka terdapat 7 (tujuh) kata kunci, yaitu, 1)
Pembinaan profesi, 2) Pengkajian pembelajaran, 3) Kolaborasi, 4) Berkelanjutan, 5)
Kolegiallias, 6) Mutual learning, dan 7) Komunitas belajar.

23
Temuan tersebut di atas, juga sejalan dengan penelitian Subadi (2016)[16] yang
berjudul; Model Pembinaan Pendidik Profesional (Suatu Penelitian dengan Pendekatan Lesson
Study pada Guru-Guru Sekolah Muhammadiyah Kabupaten Sukoharjo), yang berkesimpulan
bahwa; 1) Validasi model pembinaan guru profesional melalui lesson study, untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran di SD, SMP, SMA, SMK Muhammadiyah Kabupaten Sukoharjo
adalah lesson study modifikasi empat tahap tiga siklus. Terdapat dua validasi lesson study,
yaitu; a) Validasi lesson study kelas tertutup. b) Validasi lesson study kelas terbuka. 2) Sistem
pendampingannya menggunakan pendekatan saintifik, sistem siklus, dan bertahap.

24
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Lesson Study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun
learning community. Lesson Study merupakan proses pengkajian pembelajaran dan dilakukan
secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson study dilakukan oleh kelompok guru yang sadar
terhadap pentingnya upaya peningkatan kompetensi mereka dalam proses belajar mengajar.
Para guru ini sadar bahwa proses pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan harus dikaji
dari waktu ke waktu agar dapat lebih meningkat efektivitasnya bagi upaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hobri & Eri Sarimanah, dkk. (2021). BEST PRACTICE PELAKSANAAN LESSON STUDY DI
INDONESIA. Sumatera Barat: CV. Azka Pustaka.

Haris Abizar (2017). Buku Master Lesson Study. Yogyakarta: DIVA Press.

26

Anda mungkin juga menyukai