Anda di halaman 1dari 15

Makalah

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI GURU PROFESIONAL


DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Abdul Haris Panai, S.Pd, M.Pd
Mata Kuliah: Profesi Keguruan

Oleh:
Kelompok 10
Yakob Arif H. Bukango (151420167)
Komang Ismawati (151421095)
Niken Ayu (151421094)

4D

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa memberikan hidayah kepada seluruh umat dan atas berkah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas sesuai dengan jangka waktu yang telah diberikan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Profesi
Keguruan yang di ampuh oleh Bapak Prof. Dr. H. Abdul Haris Panai, S.Pd, M.Pd.
Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang “Permasalahan yang
dihadapi Guru Profesional dan Alternatif Pemecahannya”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.

Gorontalo, Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Permasalahan yang Dihadapi Guru Profesional............................................3

2.2 Alternatif Pemecahan Permasalahan untuk Guru Profesional.......................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan..................................................................................................11

3.2 Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang
peranannya sangat penting. Guru dapat dikatakan sebagai penggerak proses
pembelajaran khususnya yang terjadi di ruang lingkup sekolah. Bertolak dari hal
tersebut, guru dianggap sebagai salah satu aspek penting dalam pendidikan, karena
guru dianggap sangat berperan dalam menentukan mutu pendidikan. Bidang
pekerjaan guru terbagi ke dalam empat hal yaitu; pendidikan, proses belajar-mengajar
atau bimbingan dan penyuluhan, pengembangan profesi, dan penunjang proses
belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan. Mengacu pada hal tersebut,
peningkatkan pendidikan dan profesionalisme guru menjadi hal yang sigfinikan
karena guru bukan hanya semata pekerjaan, tetapi juga profesi yang menjadi salah
satu pilar penting dalam pendidikan.
Berkaitan dengan profesionalisme, perlu didefinisikan secara singkat dalam
kaitannya dengan profesi guru. Menurut Darling-Hamond & Goodwin (1993) dalam
suatu pekerjaan disebut professional jika paling tidak mempunyai tiga ciri utama
yaitu: penerapan ilmu dalam pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada kepentingan
individu pada setiap kasus, mempunyai mekanisme internal yang terstruktur, yang
mengatur rekrutmen, pelatihan, pemberian lisensi (ijin kerja), dan ukuran standar
untuk praktik yang ethis dan memadai; serta mengemban tanggung jawab utama
terhadap kebutuhan kliennya. Sedangkan menurut Profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Dengan demikian profesi guru dapat disimpulkan sebagai pekerjaan yang
mengandung unsur profesionalisme karena untuk menjadi guru diperlukan ilmu baik
secara konten maupun pedagogi. Profesionalisme guru menjadi perhatian secara
global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-

iv
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan
jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Guru dalam hubungannya
dengan profesionalisme tidak hanya sebuah pekerjaan semata, melainkan sebuah
profesi yang posisinya sangat penting. Selain itu untuk menjadi guru profesional
diperlukan beragam keterampilan yang akan menunjang tugasnya di lapangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang dihadapi guru profesional?
2. Apa saja alternatif pemecahan permasalahan untuk guru profesional?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru profesional.
2. Untuk mengetahui alternatif pemecahan permasalahan untuk guru profesional.

v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan yang Dihadapi Guru Profesional
1. Pengertian Problematika
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu problematic
yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema
berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan masalah; permasalahan;
situasi yang dapat didefinisikan sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan,
diatasi atau disesuaikan (Sultan Rajasa, 2002: 499)1.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), problematika mempunyai
arti: masih menimbulkan masalah, hal yang masih belum dapat dipecahkan
permasalahan. Sedangkan Syukir (1983:65), menyatakan bahwa problematika adalah
suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat diselesaikan
atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu2.
Uraian pendapat tentang problematika adalah berbagai persoalan-persoalan
sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari individu
(faktor internal) maupun dalam upaya pemberdayaan SDM atau guru dalam dunia
pendidikan.
2. Problematika Guru
Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu problem yang berasal dari diri guru yang bersangkutan dan
problem yang berasal dari dalam diri guru lazim disebut problem internal, sedangkan
yang berasal dari luar disebut problem eksternal.
1) Problematika Internal
Menurut Nana Sudjana (1998: 41), bahwa problem internal yang
dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetensi profesional yang
dimilikinya, baik bidang kognitif seperti penguasaan bahan/materi, bidang

1
Sultan Rajasa . 2002. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Karya Utama Surabaya. Hlm 499
2
Asmuni, Syukir. 1983. Strategi Dakwah Islam . Surabaya: Usaha Nasional. Hlm 65

vi
sikap seperti mencintai profesinya (kompetensi kepribadian) dan bidang
perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa
(kompetensi pedagogis) dan lain-lain3.
a) Menguasai Bahan/Materi
Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan menyiapkan
bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak didiknya. Agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, rancangan dan
penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan sistematis. Rancangan atau
persiapan bahan ajar/materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah
pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat
terarah dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan
bahan ajar disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang
kreatif, dengan memperhatikan segenap hal yang terkandung dalam
makna belajar peserta didik (Iskandar Agung, 2010: 54)4.
b) Mencintai Profesi Keguruan
Bertolak dari kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru dan
adanya keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yang baik, persoalan
profesi guru di sekolah terus menarik untuk dibicarakan, didiskusikan,
dan menuntut untuk dipecahkan, karena masih banyak guru yang punya
anggapan bahwa mengajar hanyalah pekerjaan sambilan, padahal guru
merupakan faktor dominan dalam pendidikan formal pada umumnya
karena bagi siswa, guru sering dijadikan teladan dan tokoh panutan.
Untuk itu guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang
memadai dalam mengembangkan peserta didik secara utuh. Peran guru
adalah perilaku yang diharapkan (expected behavior) oleh masyarakat
3
Nana Sudjana. 1998. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hlm 41
4
Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta : Penerbit Bestari
Buana Murni. Hlm 54

vii
dari seseorang karena status yang disandangnya. Status yang tinggi
membuat seorang guru mengharuskan tampilnya perilaku yang terhormat
dari penyandangnya. Menurut Tilaar (2002: 296)5.

2) Problematika Eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu
sendiri. Menurut Nana Sudjana (1998: 42-43) mengemukakan bahwa kualitas
pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan karakteristik sekolah,
yaitu (a) karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas
dan sumber belajar yang tersedia; dan (b) karakteristik sekolah yang dimaksud
misalnya disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah memberikan
perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur6.
Dalam konteks pertimbangan faktor eksternal, terutama yang
menyangkut lingkungan kerja, secara rinci dikemukakan oleh M. Arifin
(dalam Muhaimin, 2002: 119) bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi
semangat kerja, yaitu:
a. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan.
b. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim.
c. Pemahaman sikap dan pengertian di kalangan pekerja.
d. Sikap jujur dan dapat di percaya dari kalangan pemimpin terwujud
dalam kenyataan.
e. Penghargaan terhadap hasrat dan kebutuhan yang berprestasi (Need for
Achievement).
f. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti
tempat olah raga, masjid dan rekreasi7.

5
H.A.R. Tilaar. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm 295
6
Nana Sudjana, 1998. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm
42-43
7
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm 119

viii
2.2 Alternatif Pemecahan Permasalahan Untuk Guru Profesional
Arti solusi adalah proses pembelajaran di mana kita berusaha untuk
memperbaiki diri dari praktek yang kita lakukan sehari-hari. Definisi solusi adalah
cara pemecahan/penyelesaian masalah tanpa tekanan. Seperti saat kita melakukan
dengan metode ilmiah, kita merumuskan masalah dan membuat hipotesis, kesimpulan
itu adalah solusinya, tanpa tekanan artinya kita menuruti kaidah-kaidah yang ada dan
bukan dari argumen kita sendiri, sebab sekalipun argumen kita dipaksakan kalau yang
terjadi tidak sesuai argumen kita, tetap akan terjadi seperti yang tidak kita
argumenkan sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377), yang
dimaksud dengan solusi adalah penyelesaian; pemecahan (masalah dan sebagainya)
atau jalan keluar8.
Berikut beberapa alternatif pemecahan permasalahan untuk meningkatkan
kualitas guru serta memperbaiki kompetisinya:
1. Menyelenggarakan Program Program Pengembangan Profesionalisme
Guru yang Efektif
Tuntutan untuk tersedianya guru yang berkualitas dan efektif menjadi hal
yang sangat urgent sejalan dengan paparan tentang kompentensi guru yang telah
dijelaskan. Tuntutan ini bertujuan menghasilkan guru yang terus menerus berusaha
meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya. Salah satu solusi yang ditawarkan
adalah menyelenggarakan program pengembangan profesionalisme. Pengembangan
profesionalisme atau professional development (PD) merupakan suatu istilah yang
merujuk pada sekumpulan aktivitas, baik formal dan informal yang dirancang untuk
pengembangan pribadi dan professional bagi guru (Eze, Adu, & Ruramayi, 2013:17).
Menurut Darling Hammond, Hyler, & Gardner (2017:17), Pengembangan
profesionalisme yang efektif adalah “structured professional learning that results in
changes in teacher practices and improvements in student learning outcomes”. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengembangan profesionalisme yang efektif akan

8
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 2005. Jakarta: PT (Persero) penerbitan dan percetakan. Hlm
377

ix
berdampak pada perbaikan pada praktek pengajaran yang dilakukan guru yang akan
berdampak juga pada siswa dalam bentuk capaian pembelajaran9.
Pengembangan profesionalisme merupakan salah satu solusi yang ditawarkan
dalam memperbaiki kualitas guru. Pengembangan profesionalisme umumnya
dilaksanakan dalam bentuk seminar atau workshop dalam waktu beberapa hari dan
sifatnya adalah satu arah. Pengembangan profesionalisme semacam ini diistilahkan
sebagai pengembangan profesionalisme yang konvensional. Selain itu,
pengembangan profesionalisme dalam bentuk pelatihan dan seminar tidak diikuti oleh
follow up sehingga kegiatan tersebut berhenti pada saat kegiatan berakhir. Penelitian
yang dilakukan oleh Darling Hammond, Hyler, & Gardner (2017:17) memberikan
alternative penyelenggaraan yang sifatnya berkelanjutan dan memberikan ruang
untuk bertukar pikiran antar sesama guru dan instruktur. Pengembangan
profesionalisme ini selain dilaksanakan melalui pelatihan dan seminar juga
diselenggarakan melalui sosial media dimana para partisipan dapat terus berinteraksi
dengan instruktur maupun dengan sesama guru. Interaksi dapat berbentuk diskusi,
bertukar ide dan pengalaman, memberikan umpan balik, berbagi informasi dan
pengalaman serta banyak hal lain yang menarik dan bermanfaat.
Selain itu, pengembangan profesionalisme semacam ini akan efektif karena
dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Banyak media social yang dapat
digunakan, seperti misalnya Facebook. Guru dan instruktur dapat membuat grup di
Facebook untuk mewadahi kegiatan ini. Rancangan dan rencana juga dapat dibuat
sehingga membuat grup sebagai wadah pengembangan profesionalisme online
tersebut berjalan sesuai dengan fungsinya dan memberikan manfaat bagi peningkatan
kualitas guru.
2. Melibatkan Guru dalam Program Pengembangan Profesionalisme
Selain itu pengembangan guru di abad 21 sebaiknya lebih ditekankan pada
model pengembangan yang berlandaskan pada konsep kepemimpinan guru dan

9
Darling-Hammond, L., Hyler, M.E. and Gardner, M. 2017. Effective Teacher Professional
Development. Learning Policy Institute. Hlm 17

x
menggunakan proses pembelajaran kooperatif yang otentik dan melekat pada
pekerjaan guru sehari-hari. Model ini dikenal dengan model bottom-up yang
menekankan kolaborasi yang berorientasi pada memampukan staf mengatasi setiap
permasalahan yang dihadapi, merupakan program-program yang interaktif dan saling
terkait, yang dilaksanakan secara kontinyu dan direncakan secara sistematik dan
komprehensif (Castetter, 1996: 19)10. Dalam penelitiannya, Andriani mengutip
pernyataan (Castetter, 1996; Helterban, 2008); tentang pentingnya melibatkan guru
dalam perencanaan program pengembangan yang memperhatikan latar belakang,
tahap perkembangan, dan juga kebutuhan guru dan selalu melibatkan guru dalam
pembelajaran profesional sehari-hari di sekolah melalui kelompok-kelompok diskusi
dan kegiatan-kegiatan praktis yang difokuskan langsung pada permasalahan ataupun
upaya perbaikan proses belajar mengajar di kelas (Beach and Reinhartz, 2000:19)11.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pengembangan profesionalisme
harus melibatkan guru dan memperhatikan kebutuhan setiap guru yang tentunya
berbeda. Pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan profesionalisme sebaiknya tidak
hanya didasarkan pada meningkatkan kualitas guru semata tapi memperhatikan guru
sebagai pihak yang terlibat dan berperan aktif di dalamnya.
3. Peningkatan Kompetensi Melalui Program Sertifikasi Guru
Selain melalui Pengembangan profesionalisme , peningkatan kualitas guru
juga dapat dilakukan melalui sertifikasi profesi guru. Guru yang dinyatakan lolos dan
telah memiliki sertifikat profesi akan mendapatkan tunjangan finansial yang ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sertifikasi pendidik merupakan salah
satu cara yang diterapkan pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru melalui
peningkatan kompetensi yang disertai pemberian tunjangan.
Sertifikasi pendidik atau guru dalam jabatan akan di laksanakan dalam bentuk
penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman
10
Castetter, William. B. 1996. The Human Research for Educational Administration. New Jersey : A.
Simon & Schuster Company. Hlm 19
11
Beach, D.M. & Reinhartz, J. 2000. Supervisory Leadership: Focus on Instruction. Boston: Allyn and
Bacon. Hlm 19

xi
profesional guru dalam bentuk kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: a)
kualifikasi akademik; b) pendidikan dan pelatihan; c) pengalaman mengajar; d)
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; e) penilaian dari atasan dan pengawas; f)
prestasi akademik; g) karya pengembangan profesi; h) keikutsertaan dalam forum
ilmiah; i) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan j)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Guru yang memenuhi penilaian
portofolio akan dinyatakan lulus dan mendapat sertifikat pendidik, sedangkan yang
belum lulus akan mengikuti serangkaian kegiatan untuk melengkapi portofolio serta
mengikuti pelatihan-pelatihan sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
penyelenggara sertifikasi.
4. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan Penggunaan Teknologi
Digital
Pentingnya integrasi teknologi dalam penyelenggaraan proses belajar
mengajar untuk meningkatkan interaksi antara guru dan siswa serta meningkatkan
daya tarik pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa guru
dalam pengembangan profesionalismenya perlu meningkatkan keterampilannya
dalam penguasaan teknologi, khususnya teknologi digital. Hal ini dilakukan untuk
menjawab tantangan yang saat ini dihadapi oleh guru pada era revolusi digital. Selain
itu penguasaan teknologi digital akan sangat bermanfaat untuk pelaksanaan
pembelajaran dan komunikasi yang efektif.
5. Mendorong Guru untuk Aktif dalam Kegiatan Ilmiah
Solusi lain yang dapat ditambahkan adalah mendorong guru untuk mengikuti
seminar dan forum ilmiah yang diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi dan
institusi. Kegiatan semacam ini sangat penting untuk memperbaharui pengetahuan
guru baik pengetahuan pedagogi maupun keilmuan. Terdapat banyak forum ilmiah
yang mengundang guru dan dosen untuk mempresentasikan hasil penelitian maupun
makalah konspetual, sehingga dalam forum semacam ini guru dapat berbagi dan
memperoleh ide-ide baru dalam menyelenggarakan pembelajaran yang berkualitas.
Kewajiban untuk berpartisipasi dalam forum dan kegiatan ilmiah semacam ini

xii
sebaiknya juga dijadikan salah satu aturan dalam undang-undang dan dijadikan
persyaratan dalam memperoleh sertifikasi pendidik.
Dalam kaitannya dengan kemampuan penguasaan Bahasa Inggris, perlu
dirancang sebuah model pelatihan yang dapat dilaksanakan secara kontinyu dan fokus
pada pelatihan keterampilan berbahasa Inggris secara komunikatif. Sekolah atau
pembuat kebijakan sebaiknya mendorong dan pada akhirnya mewajibkan guru untuk
mengikuti pelatihan tersebut, sehingga keterampilan dalam penguasaan Bahasa
Inggris dapat ditingkatkan.
6. Pelatihan untuk Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris
Kemajuan teknologi informasi dan pengembangannya menyebabkan
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional meningkat. Dalam suatu
penelitian tentang penggunaan video untuk menilai keterampilan berbahasa Inggris
dan presentasi calon guru menyebutkan juga pentingnya penguasaan bahasa Inggris
sebagai bahasa komunikasi. Berbagai produk teknologi yang saat ini digunakan dan
dibutuhkan menggunakan bahasa Inggris dalam pengoperasiannya. Demikian juga
aplikasi pendukung pembelajaran yang semakin banyak diciptakan.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih baik kualitasnya serta lebih
sesuai dengan karakter generasi milenial guru sebaiknya menggunakan berbagai
produk teknologi tersebut. Untuk menggunakan teknologi tersebut, keterampilan
berbahasa Inggris sebaiknya juga ditingkatkan. Sehingga penguasaan teknologi
menjadi lebih mudah tercapai. Selain itu, keterampilan berbahasa Inggris akan
mendukung kiprah guru dalam kegiatan ilmiah yang bersifat internasional. Seperti
misalnya konferensi dan seminar internasional dengan narasumber dan materi yang
disampaikan dalam bahasa Inggris. Saat ini juga telah banyak webinar bermutu baik
untuk meningkatkan kualitas guru seperti yang diselenggarakan oleh Cambridge dan
British Council.

xiii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Guru adalah profesi yang mulia sekaligus salah satu aspek penting dalam
pendidikan, karena itu perlu diperhatikan peningkatan kualitasnya dan kesejahteraan
hidupnya. Seorang guru dituntut untuk memiliki empat kompetensi sesuai dengan
yang disyaratkan oleh undang-undang nomor 14 tahun 2005 yaitu kompentensi
pedagogik, profesional, kepribadian dan social. Dalam rangka meningkatkan kualitas
guru, empat kompetensi tersebut harus diperhatikan.
Peningkatan kualitas guru dapat diselenggarakan melalui pengembangan
profesionalisme baik yang berupa seminar dan lokakarya maupun yang dilakukan
secara daring melalui social media. selain itu, untuk menjawab tantangan di era
revolusi digital guru juga perlu meningkatkan ketrampilan dalam hal penggunaan
teknologi digital untuk meningkatkan kualitas dan daya Tarik pembelajaran.
Pemberian sertifikasi pendidik dan tunjangan sertifikasi guru dapat digunakan juga
untuk memperbaiki kualitas guru. Selain itu guru perlu juga didorong untuk
meningkatkan kemampuan dalam meneliti dan menggunakan Bahasa Inggris. Pada
akhirnya segala upaya tersebut membutuhkan peranan pemerintah sebagai pembuat
keputusan untuk mendorong perbaikan kualitas guru yang akan berdampak pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian guru sebaiknya
memang berperan aktif dalam kegiatan pengembangan profesionalisme. Hal ini erat
kaitannya dengan pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan oleh guru
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya
kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan, oleh
kerena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

xiv
DAFTAR PUSTAKA
Hoesny, Mariana Ulfah, Rita Darmayanti. 2021. Permasalahan dan Solusi Untuk
Meningkatkan Kompetensi dan Kualitas Guru. Malang: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. Vol 11. Hlm 128-131

Puspidalia, Yuentie Sova. 2012. Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia di


SD/MI dan Alternativ Pemecahannya. Ponorogo: Jurnal Cendekia. Vol 10.
Hlm 124

Slameto. 2014. Permasalan-Permasalahan Terkait Dengan Profesi Guru SD.


Salatiga: Jurnal Scholaria. Vol 04. Hlm 7-9

Wibowo, Catur Hari. 2015. Problematika Profesi Guru dan Solusinya bagi
Peningkatan Kualitas Pendidikan di MTSN Nguntoronadi Kabupaten
Wonogiri. Surakarta: ERLANGGA

xv

Anda mungkin juga menyukai