Anda di halaman 1dari 15

Tugas Individu Dosen Pengampu

Islam Dan Budaya Banjar Saifuddin, S.Ag, MA

Asal usul suku banjar

Oleh :
Nina emelia NIM : 19.01.11.1479

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2020
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫الحمد هلل رب العالمين والصالة والسالم على أشرف األ نبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى اله‬
‫وصحبه اجمعين اما بعد‬

Dengan menyebut Nama Allah Yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah, Tuhan seru sekalian Alam, karena atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya
jualah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah untuk mata kuliah islam dan budaya
banjar yang berjudul asal usul suku banjar .Shalawat serta salam tak lupa juga kita haturkan
kepada keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
pengikut beliau dari dulu hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama
sekali kepada yang terhormat :
1. Bapak Saifuddin, S.Ag, MA selaku pembimbing mata kuliah ini serta dapat membantu
menyempurnakan makalah ini.
2. Semua pihak yang ikut membantu, sehingga data-data dapat terkumpul untuk penyusunan
makalah ini.
Saya menyadari pada penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya
kepada Allah jualah penulis berserah diri, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Batulicin, 15 juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang…………………………………………………………………….1

Rumusan Masalah…………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

Definisi dan Pengertian Kebudayaan………………………………………………2

Asal Usul Suku Banjar…………………………………………………………….3

Unsur Kebudayaan Suku Banjar…………………………………………………..4

Kerajinan………………………………………………………………………….5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..8

 
BAB I

PENDAHULUAN

 1.1  Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku,


kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat
terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah
di Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun
sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan
keberadaannya, inimerupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka
juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari
kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang
kebudayaan yangada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di
daerah Kalimantan Selatan yaitu³suku Banjar´.Melihat keunikkan dari
daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik untuk membahasnya lebih
lanjut.

1.2  Rumusan Masalah

– Bagaimana sejarah kebudayaan suku banjar?

– Bagaimana kesenian suku banjar?

– Bagaimana system kepercayaan suku banjar?

– Bagaimana system kekerabatan suku banjar?


  BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Pengertian Kebudayaan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya
itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-
unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi


dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
“individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam”
di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya
dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren


untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai


sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang


kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana


hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh


manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.2 Asal Usul Suku Banjar

Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang menempati


wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan
sebagian Kalimantan Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat
ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung
Malaysia karena migrasi Orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.

Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar


2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang Banjar tinggal
di wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di luar
Kalimantan.

Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran


masyarakat beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS Barito, DAS
Martapura dan DAS Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini suku Banjar sejak
berabad-abad yang lalu bergerak melakukan migrasi secara sentrifugal atau secara
lompat katak. Secara genetika suku Banjar kuno sudah terbentuk ribuan tahun yang
lalu dan telah melakukan migrasi keluar pulau Kalimantan sekitar 1.200 tahun
yang lalu menuju Madagasikara alias Madagaskar dan ke wilayah lainnya.

Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka diikuti
seluruh kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama Islam,
sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya
sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamis. Kelompok
masyarakat yang telah menganut Islam ini disebut Oloh Masih dalam bahasa
Dayak Ngaju atau Ulun Hakey dalam bahasa Dayak Maanyan.

Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwa
kemaritiman. Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar Tamjidillah I
dengan VOC-Belanda tentang monopoli perdagangan oleh VOC-Belanda di
Kesultanan Banjar diantaranya mengatur bahwa orang Banjar tidak boleh berlayar
ke sebelah timur sampai ke Bali, Sumbawa, Lombok, batas ke sebelah barat tidak
boleh melewati Palembang, Johor, Malaka dan Belitung.

Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun sisa-sisa jiwa
kebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan masyarakat
Banjar di daerah perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh Suku Banjar
sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar
(yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18
yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin berasal dari bahasa Arab,
yakni madah (‫ )ﻤﺪﺡ‬yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim
bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan
bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku
secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah
sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan,
sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya
menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh
pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.

2.3 Unsur Budaya Suku Banjar

A. Larangan

Masyarakat suku banjar juga mempercayai pantangan – pantangan yang harus


dihindari oleh istri yang hamil dan suaminya, yaitu :

a.       tidak boleh duduk didepan pintu, dikhawatirkan akan susah dalam


melahirkan

b.      tidak boleh keluar pada waktu maghrib,karena akan diganggu oleh roh jahat

c.       tidak boleh makan pisang dompet, dikhawatirkan anak akan kembar siam

d.      jangan membelah kayu api yang sudah terbakar, karena anak yang dilahirkan
bisa sumbing

e.       dilarang pergi kehutan,karewna wanita hamil baunya harum,dan dapat


diganggu roh jahat

f.       dilarang menganyam bakul, karena jari- jari anak yang dilahirkan dapat
dempet menjadi satu

B.     Kepribadian Banjar

Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya
yang berkaitan dengan religi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan
assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya.
Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam
kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan
pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam
kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.

C. Makanan

Dalam pembuatan makanan diperlukan sistem teknologi yang digunakan untuk


membuat makanan tersebut mempunyai nilai lebih. Bagaimana cara mengolah,
memasak dan menyajikannya juga harus diperhatikan, palagi penggunaan bumbu-
bumbunya. Salah satu hasil makanan orang Banjar yang terkenal adalah SOTO
BANJAR yang telah tuurun temurun menggunakan resep warisan leluhur mereka.

2.4 Budaya Banjar

1.      MADIHIN

Madihin berasal dari kata madah dalam bahasa arab artinya nasihahat. Madihin
dapat diartikan sebagai sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia, karena ia
nenyanyikan syair-syair yang berasal dari kata akhir persamaan bunyi atau sebagai
kalimat puji-pujian ( bahasa arab) karena bisa dilihat dari kalimat dalam madihin
yang kadang kala berupa puji-pujian. Menurut (2006) mendifinisikan madihin
yaitu puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam
bahasa Banjar. Penyampaian syair-syair yang dibacakan oleh seniman madihin
yang disebut Pamadihin.
Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para
pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan
supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh
gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan hormat Datu
Madihin. Datu Madihin yang menjadi sumber asal-usul Pulung diyakini sebagai
seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari. Datu
Madihin diyakini sebagai orang pertama yang secara geneologis menjadi cikal
bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar di Kalsel.

Kesenian madihin pada umumnya dipergelarkan pada malam hari, lamanya sekitar
2 sampai 3 jam ditempatkan diarena terbuka. Seniman pamadihin ini terdiri dari 1
samapai 4 orang pria atau wanita.Seorang pamadihin harus memiliki keterampilan
memukul terbang sesuai dengan penyajian syair-syair yang dibacakan, madihin ini
temanya saling sindir menyindir antara pamadihinnya.

2.      PASAR TERAPUNG

Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan sebuah bukti
aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya pasar-pasar yang
ada di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan transaksi jual beli barang
seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, dan berbagai kebutuhan
rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan
tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut
panyambangan.

Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar
dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana
kemari dan kapalnya yang dimainkan gelombang Sungai Barito. Pasar terapung
tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa
jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang
dagangan.

3.      BAAYAN MAULID

Baayun asal katanya “ayun” yang diartikan”melakukan proses ayunan”. Asal kata
maulid berasal dari peristiwa maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW.

Sebelum mendapat pengaruh Islam, maayun anak sudah dilaksanakan ketika


masyarakat masing menganut kepercayaan nenek moyang. Tradisi asalnya
dilandasi oleh kepercayaan Kaharingan. Setelah Islam masuk dan berkembang
serta berkat perjuangan dakwah para ulama, akhirnya upacara tersebut bisa
“diislamisasikan”.

Dengan demikian, baayun anak adalah salah satu tradisi simbol pertemuan antara
tradisi dan pertemuan agama. Inilah dialektika agama dan budaya, budaya berjalan
seiring dengan agama dan agama datang menuntun budaya.

4.      PLUI

Palui merupakan salah satu tokoh cerita rakyat kalimantan tengah yang ketika itu
secar administrative bergabung dengan bagian Kalimantan selatan namun dalam
perkembangannya justru berkembang diwilayah Kalimantan selatan.
Penulisnya adalah seorang tokoh bernama Drs. H. Z Yustan Adzin kini almarhum
yang mengangkat cerita khas, muncul setiap hari diharian Banjarmasin Post sejak
awal terbitnya yaitu tahun 1971 dalam bahasa banjar dan berbagai logat bahasa
banjar derah seperti Banjar Kuala,Banjarmasin, Martapura, Pelaihari dan Banjar
Hulu.
Cerita si Palui yang dipublikasikan pada harian Banjarmasin Post mengandung
nilai budaya Banjar yang cukup beragam, tokoh Palui mencerminkan bagaimana
dinamika dan perkembangan kehidupan orang Banjar. Kehidupan keseharian orang
Banjar sangat terikat dengan nilai-nilai Islam.

2.5 Kerajinan

Salah satu kerajinan penduduk yang telah ada sejak dulu adalah mengukir
(= menatah), memberikan tatah = ukiran dari kayu untuk perhiasan rumah, pinti-
pintu rumah (tatah dahi lawang), jendela, juga ukiran-ukiran pada perahu-perahu,
makam. Selain itu ada juga ukiran pada bahan-bahan kuningan seperti tempat sirih
pinang (penginangan), peludahan, peti kuningan dan sebagainya terutama dibuat
oleh orang Banjar Negara. Selain itu dibuat pula ukiran-ukiran dari bahan tanduk
dan kayu untuk kepala keris dna tongkat yang terutama dikembangkan di Amuntai,
Barabai, Martapura dan Banjarmasin.

 
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan.Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera,
Kalimantan dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang.

Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan


Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Pengakuan bahwa religi
sebagai suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari bagian-
bagian yang behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya
merupakan satu sistem yang tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://manajemen2015uniwidyagama.wordpress.com/2017/03/15/makalah-suku-banjar/
https://yolitha371.wordpress.com/2012/03/20/kebudayaan-kalimantan-selatan-dan-pengaruhnya-
terhadap-kehidupan-sehari-hari/
https://www.plengdut.com/komponen-kebudayaan/337/
https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-banjar

Anda mungkin juga menyukai