Oleh:
DAFTAR ISI........................................................................................................ i
BAB I
PEMBUKAAN .................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
1. Pengertian Pembinaan.........................................................................4
2. Pengembangan Profesionalisme Guru.................................................5
BAB III
PENUTUP ...........................................................................................................11
A. Simpulan ...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1
Dahrin D, Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi
Pendidikan, (Komunitas, Forum Rektor Indonesia , Vol 1, No). h. 24
2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profisional Menciptakan Kreatif dan Menyenangkan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 37
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dapertemen dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya,
1995), h. 135
4
Zakiyah Drajat , Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang), h. 36
5
Djuju Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: Nusantara
Press, 1992), h. 157
5
7
Oemar Hamalik, Pendidikan guru Berdasarkan pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006) h. 366
8
Ibid. h. 366
9
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: PT KANISUIS, 1994),
h. 53-54
7
Benar bahwa mutu pendidkan bukan hanya ditentukan oleh guru semata,
melainkan juga oleh beberapa komponen pendidikan lainnya. Akan tetapi
seberapa banyak pendidikan dan pengajaran mengalami kemajuan dalam
perkembanganya selaman ini, banyak bergantung kepada kepiawan guru
dalam menerapkan kompetensi standar yang harus dimiliki termasuk
kompetensi professional. Upaya pembinaan guna meningkatkan kompetensi
professional guru, yaitu:
1. Dalam melaksanakan pembinaan professional guru, kepasa sekolah bisa
menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki kualifikasi
D III agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga mereka dapat
menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang menunjang
tugasnya.
2. Untuk meningkatkan professional guru yang sifatnya khusus, bila
dilakukan kepala sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui seminar
dan pelatihan yang diadakan Diknas maupun di luar Diknas. Hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam membenahi dan
metodologi pembelajaran.
3. Peningkatan professionalisme guru melalui PKG (Pemantapan Kerja
Guru). Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari berbagai
pengalaman mengenai metodologi pembelajaran bahan ajar yang dapat
diterapkan di dalam kelas.
4. Meningkatkan kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru tidak dapat
diabaikan, karena merupakan salah satu faktir penentu dalam peningkatan
kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan.
Peningkatan professional guru dapat dilakukan, antara lain dengan
pemberian insentif di luar gaji, imbalan dan penghargaan, serta tunjangan-
tunjangan yang dapat meningkatkan kinerja, kepala sekolah pun dapat
memberikan motivasi dan mengikutsertakanya pada kegaitan pembinaan,
yaitu dengan belajar sendiri di rumah, belajar di perpustakaan, membentuk
persatuan pendidik sebidang studi, mengikuti pertemuan ilmiah, belajar
secara formal S1-S3, mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan,
ikut mengambil dalam kompetensi ilmiah.
Dengan cara membentuk persatuan pendidik bidang studi atau yang
berspesialisasi sama dengan melakukan tukar pikiran arau berdiskusi
8
10
Hamzah, B. Uno, Model Pembelajran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif), (Bandung: Bumi Aksara, 2014), h. 171
11
Ibid. h. 171
12
Andi, Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Yogyakarta: Diva Press, 1999),
h.15
13
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,( Jakarta: Renika Cipta, 1999), h. 7
14
Anas Salahudin dan Irwanto, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan
Budaya Bangsa), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 67
10
2. Memperbaiki materi (bahan ajar) dan kegiatan belajar mengajar dan lebih
berhasil.15
pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu maka
tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih mudah terarah. 16 Kegaitan belajar
mengajar adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang
merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.17
3. Memperbaiki metode. Yaitu cara mengorganisasikan kegaiatan belajar
mengajar.18
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara
penilaian yang akan dilaksanakan.19
15
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran... h. 171
16
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Renika Cipta, 1997), h. 27
17
Ibid. h. 171
18
Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran... h. H. 171
19
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
h. 19
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Melalui UU No. 14 Tahun 2005 pasal 7 mengamanatkan bahwa
pemberdayaan profesi guru diselengarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Pembinaan adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan
profesional, yang diberikan oleh orang yang ahli (kepala sekolah, pemilik
yayasan, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru, agar guru tersebut dapat
meningkatkan kualitas mengajar, proses dan hasil belajar sehingga temuan
pendidikan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Agar profesi guru bisa dimaksimalkan maka guru dianjurkan untuk
mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dimanapun pertemuan itu diadakan
selama masih menjangkau oleh pendidik. Pertemuan-pertemuan seperti ini
biasanya diisi oleh para ahli yang sudah mempunyai nama. Dengan mengikuti
hasil karya mereka dan berpartisipasi aktif akan memberikan pengalaman
tambahan kepada para pendidik disamping kemungkinan ada materi baru yang
perlu diserap.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Salahudin dan Irwanto, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Bangsa), Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Andi, Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Yogyakarta: Diva Press, 1999.
Dapertemen dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya,
1995.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Renika Cipta, 1999.
Djuju Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Nusantara Press,
1992.
Hamzah, B. Uno, Model Pembelajran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif), Bandung: Bumi Aksara, 2014.
Maister, DH, True Professionalism, New York: The Free Press. 1997.
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.