Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Supervisi Pendidikan Imaniach Elfa Rachmah, M.Pd.I

UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU

Oleh:

NAMA : Renita Amanda Putri


NIM : 19.01.11.1488
NAMA : Siti Mariyam
NIM : 19.01.11.1496

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ i

BAB I

PEMBUKAAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Rumusan Masalah ........................................................................ 2

BAB II

PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

A. Pengertian Pembinaan Profesionalisme Guru........................................... 4

1. Pengertian Pembinaan.........................................................................4
2. Pengembangan Profesionalisme Guru.................................................5

B. Upaya Pembinaan Kompetensi Guru........................................................6


C. Tujuan Pembinaan Profesionalisme Guru.................................................9

1. Memperbaiki Tujuan Khusus Mengajar Guru.....................................9


2. Memperbaiki Materi............................................................................10
3. Memperbaiki Metode..........................................................................10

BAB III

PENUTUP ...........................................................................................................11

A. Simpulan ...................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam upaya pembangunan pendidikan nasional, sangat diperlukan
guru (pendidik) dalam standard mutu kompetensi dan profesionalisme yang
terjamin. Untuk mencapai jumlah guru profesional yang dapat mengerakkan
dinamika kemajuan pendidikan nasional diperlukan suatu proses pembinaan
berkesinabungan, tepat sasaran dan efektif. Proses menuju guru profesional ini
perlu didukung oleh semua unsur yang terkait dengan guru. Unsur-unsur
tersebut dapat dipadukan untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat dengan
sendirinya berkerja menuju pembentukan guru-guru yang profesional dalam
kulitas maupun kuantitas yang mencukupi.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah, melalui UU No. 14 Tahun 2005
pasal 7 mengamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru diselengarakan
melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan,
tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik
profesi. Disamping itu menurut pasal 20, dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dengan mengingat berat dan kompleksnya membangun pendidikan,
adalah sangat penting untuk melakukan upaya-upaya guna mendorong dan
memberdayakan tenaga pendidik untuk semakin profesional. Hal ini tidak lain
dimaksudkan untuk menjadikan upaya membangun pendidikan kokoh, serta
mampu untuk terus menerus melakukan perbaikan ke arah yang lebih
berkulitas.
Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai
utamanya dalam hal bidang keilmuaannya. Misalnya guru Biologi dapat
mengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar bahasa

1
2

Indonesia. Mutu dan profesionalisme guru memang belum sesuai dengan


harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkulitas dan menyampaikan materi
yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan
menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkulitas.1
Guru merupakan pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tangung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin.
Guru merupakan pemeran utama kegiatan pembelajaran yang
berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam kegiatan proses belajar
mengajar. Guru pelaksana terdepan pendidikan di sekolah. berhasil tidaknya
upaya peningkatan kualitas peningkatan pendidikan banyak ditentukan oleh
kemampuan yang ada pada guru dalam mengemban tugas pokok sebagai
pengelola kegiatan pembelajaran di kelas. Mengingat begitu penting peranan
guru maka sudah sepatutnya guru benar-benar memiliki kompetensi yang
sesuai dengan tuntutan profesi.2
Makalah ini akan membahas mengenai pembinaan profesionalisme
guru. Guna meningkatkan kualitas dan kuantitas guru untuk kemajuan dunia
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan profesionalisme guru?
2. Apa saja upaya pembinaan profesionalisme guru?
3. Apa tujuan pembinaan profesionalisme guru?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui maksud pembinaan profesionalisme guru.
2. Mengetahui upaya pembinaan profesionalisme guru.
3. Mengetahui tujuan pembinaan profesionalisme guru.

1
Dahrin D, Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi
Pendidikan, (Komunitas, Forum Rektor Indonesia , Vol 1, No). h. 24
2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profisional Menciptakan Kreatif dan Menyenangkan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 37
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembinaan Profesionalisme Guru


1. Pengertian pembinaan
Dalam KBBI pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti
bimbing, awasi, mengusahakan supaya lebih baik dan sempurna. Kata
“Pembinaan” berarti proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara
berhasil guna memperoleh hasil yang baik.3
Menurut Zakiah Drajat pembinaan adalah upaya pendidikan baik
formal ataupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana,
terarah dan bertangung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang
seimbang dan selaras.4
Secara lebih luar, pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian
upaya, pengendalian profesional terhadap semua unsur organisasi agar
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat terlaksana secara efektif
dan efesien.5
Pembinaan guru berarti serangkaian usaha ataupun bantuan yang
diberikan kepada guru. Terutama bantuan yang berwujud layanan
profesional, yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas serta pembina
lainnya untuk meningkatkan proses mengajar dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembinaan adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan
profesional, yang diberikan oleh orang yang ahli (kepala sekolah, pemilik
yayasan, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru, agar guru tersebut dapat
meningkatkan kualitas mengajar, proses dan hasil belajar sehingga temuan
pendidikan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik.

3
Dapertemen dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya,
1995), h. 135
4
Zakiyah Drajat , Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang), h. 36
5
Djuju Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: Nusantara
Press, 1992), h. 157
5

2. Pengembangan Profesionalisme Guru


Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada
penguasaan ilmu pengetahu atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Maister mengemukakan bahwa profesionalisme bukan
sekedar pengetahuan teknologi dan menajemen tetapi lebih merupakan
sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan
hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah
laku yang dipersyaratkan.
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam
kehidupan suatu bangsa. Hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang
sangat penting dalam konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan
unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas
pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan
peran dan tugasnya di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk
terus mengembangkan profesi pendidik menjadi salah satu syarat mutlak
bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatkan kualitas pendidik akan
mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun
hasilnya.6
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang
tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Agar
proses pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efesien, maka guru
mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta
didiknya mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai
kompetensi tersebut, maka akan menjadikan guru profesional, baik secara
akademis maupun non akademis.
Masalah kompetensi guru merupakan masalah yang urgen yang
harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru
yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan
mampu melakukan socila adjusment dalam masyarakat. Kompetensi guru
6
Maister, DH, True Professionalism,( new York: The Free Press. 1997)
6

sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum. Ini dikarenakan


kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasrkan kemampuan guru.
Tujuan, program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi dan lain
sebagainya, hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan
tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan demikian diharapkan
guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tangung jawab yang sebaik
mungkin.7
Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa,
kompentensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil
belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan
isi kurikulum, tetapi sebagaian besara ditentukan oleh kompetensi guru
yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten akan
lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar siswa berbeda pada
tingkat optimal.8
Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkunga
belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan
meningkatkan kompetensinya. Di antara kriteria-kreteria kompetensi guru
yang harus dimiliki, yaitu:
a. Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan
intelektual.
b. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap,
menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang
berkenaan dengan tugas dan profesinya.
c. Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan furu dalam berbagai
keterampilan atau berprilaku.9

B. Upaya Pembinaan Kompetensi Guru


Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan
mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan, maka peningkatan dan
pengembangan aspek kompetensi professional guru merupakan kebutuhan.

7
Oemar Hamalik, Pendidikan guru Berdasarkan pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006) h. 366
8
Ibid. h. 366
9
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: PT KANISUIS, 1994),
h. 53-54
7

Benar bahwa mutu pendidkan bukan hanya ditentukan oleh guru semata,
melainkan juga oleh beberapa komponen pendidikan lainnya. Akan tetapi
seberapa banyak pendidikan dan pengajaran mengalami kemajuan dalam
perkembanganya selaman ini, banyak bergantung kepada kepiawan guru
dalam menerapkan kompetensi standar yang harus dimiliki termasuk
kompetensi professional. Upaya pembinaan guna meningkatkan kompetensi
professional guru, yaitu:
1. Dalam melaksanakan pembinaan professional guru, kepasa sekolah bisa
menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki kualifikasi
D III agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga mereka dapat
menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang menunjang
tugasnya.
2. Untuk meningkatkan professional guru yang sifatnya khusus, bila
dilakukan kepala sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui seminar
dan pelatihan yang diadakan Diknas maupun di luar Diknas. Hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam membenahi dan
metodologi pembelajaran.
3. Peningkatan professionalisme guru melalui PKG (Pemantapan Kerja
Guru). Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari berbagai
pengalaman mengenai metodologi pembelajaran bahan ajar yang dapat
diterapkan di dalam kelas.
4. Meningkatkan kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru tidak dapat
diabaikan, karena merupakan salah satu faktir penentu dalam peningkatan
kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan.
Peningkatan professional guru dapat dilakukan, antara lain dengan
pemberian insentif di luar gaji, imbalan dan penghargaan, serta tunjangan-
tunjangan yang dapat meningkatkan kinerja, kepala sekolah pun dapat
memberikan motivasi dan mengikutsertakanya pada kegaitan pembinaan,
yaitu dengan belajar sendiri di rumah, belajar di perpustakaan, membentuk
persatuan pendidik sebidang studi, mengikuti pertemuan ilmiah, belajar
secara formal S1-S3, mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan,
ikut mengambil dalam kompetensi ilmiah.
Dengan cara membentuk persatuan pendidik bidang studi atau yang
berspesialisasi sama dengan melakukan tukar pikiran arau berdiskusi
8

dalam kelompok masing-masing. Cara belajar seperti ini dilakuan lembaga


pendidikan sangat intensif sebab masing-masing peserta akan
menyumbangkan pengalaman dan pikirannya yang memberikan banyak
masukan kepada para pendidikan.
Mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dimanapun pertemuan itu
diadakan selama masih menjangkau oleh pendidik. Pertemuan-pertemuan
seperti ini biasanya diisi oleh para ahli yang sudah mempunyai nama.
Dengan mengikuti hasil karya mereka dan berpartisipasi aktif akan
memberikan pengalaman tambahan kepada para pendidik disamping
kemungkinan ada materi baru yang perlu diserap.
Sesudah mengetahui cara dan empat pengembangan profesi,
sekarang dilanjutkan dengan apa yang harus dilakukan dalam
mengembangkan profesi itu, yaitu:
a. Membaca buku atau diket.
b. Meringkas bacaan.
c. Membuat makalah
d. Melakukan penelitian,
e. Membuat artikel.
f. Menulis buku ilmiah.
g. Mengaplikasikan ilmu untuk kepentingan masyarakat.

Dengan demikian kepala sekolah dalam memberdayakan


kompetensi guru tak hanya memberikan motivasi untuk memberdayakan
potensi diri, melainkan pula mengikutsertakan pada kegiatan ilmiah di
luar sekolah, seperti pendidikan formal, seminar, penataran serta
peningkatan kesejahteraan guru. Melalui upaya menyeluruh maka
kompetensi guru secara bertahap akan mengalami peningkatan
kualitasnya.

C. Tujuan Pembinaan Professionalisme Guru


9

Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan


profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui
pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru,
jika dalam proses belajar meningkat maka hasil belajar diharapkan juga
meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru
akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.
Secara umum, pembinaan guru atau supervisi bertujuan untuk
memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang
lebih baik melalui usaha peningkatan profesional mengajar, masing-masing
guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan
dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk di perbaiki sendiri.10
Djajadisastra mengemukakan tujuan pembinaan guru atau supervisi
sebagai berikut:
1. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa.11
Tujuan khusus mengajar agar guru mampu melaksanakan proses
pembelajaran efektif sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditetapkan, yakni dilakukan secara interaktifi, inspiratif, memotivasi,
menyenangkan dan mengasyikkan untuk mendorong siswa berpartisipasi
aktif, inisiatif, kreatif, dan mandiri sesuai bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta kematangan psikologis.12 Jadi tujuan khusus guru adalah
melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan aktif yang bertujuan
agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran secara maksimal.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Siswa adalah penentu terjadinya atau tidaknya proses belajar.13 Belajar pada
dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku, meliputi perubahan
pengetahuan, perubahan sikap, perubahan perbuatan, perubahan
pemahaman dan perubahan keterampilan.14

10
Hamzah, B. Uno, Model Pembelajran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif), (Bandung: Bumi Aksara, 2014), h. 171
11
Ibid. h. 171
12
Andi, Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Yogyakarta: Diva Press, 1999),
h.15
13
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,( Jakarta: Renika Cipta, 1999), h. 7
14
Anas Salahudin dan Irwanto, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan
Budaya Bangsa), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 67
10

2. Memperbaiki materi (bahan ajar) dan kegiatan belajar mengajar dan lebih
berhasil.15
pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu maka
tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih mudah terarah. 16 Kegaitan belajar
mengajar adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang
merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.17
3. Memperbaiki metode. Yaitu cara mengorganisasikan kegaiatan belajar
mengajar.18
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara
penilaian yang akan dilaksanakan.19

15
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran... h. 171
16
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Renika Cipta, 1997), h. 27
17
Ibid. h. 171
18
Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran... h. H. 171
19
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
h. 19
BAB III PENUTUP

A. Simpulan
Melalui UU No. 14 Tahun 2005 pasal 7 mengamanatkan bahwa
pemberdayaan profesi guru diselengarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Pembinaan adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan
profesional, yang diberikan oleh orang yang ahli (kepala sekolah, pemilik
yayasan, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru, agar guru tersebut dapat
meningkatkan kualitas mengajar, proses dan hasil belajar sehingga temuan
pendidikan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Agar profesi guru bisa dimaksimalkan maka guru dianjurkan untuk
mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dimanapun pertemuan itu diadakan
selama masih menjangkau oleh pendidik. Pertemuan-pertemuan seperti ini
biasanya diisi oleh para ahli yang sudah mempunyai nama. Dengan mengikuti
hasil karya mereka dan berpartisipasi aktif akan memberikan pengalaman
tambahan kepada para pendidik disamping kemungkinan ada materi baru yang
perlu diserap.
DAFTAR PUSTAKA

Anas Salahudin dan Irwanto, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Bangsa), Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Andi, Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Yogyakarta: Diva Press, 1999.

Dahrin D, Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi


Pendidikan, Komunitas, Forum Rektor Indonesia , Vol 1.

Dapertemen dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya,
1995.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Renika Cipta, 1999.

Djuju Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Nusantara Press,
1992.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profisional Menciptakan Kreatif dan Menyenangkan, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Hamzah, B. Uno, Model Pembelajran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif), Bandung: Bumi Aksara, 2014.

Maister, DH, True Professionalism, New York: The Free Press. 1997.

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta: PT KANISUIS, 1994.

Oemar Hamalik, Pendidikan guru Berdasarkan pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi


Aksara, 2006.

Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Renika Cipta, 1997.

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Zakiyah Drajat , Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Anda mungkin juga menyukai