Anda di halaman 1dari 6

KONSEP SISTEM MIKRO MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ISU-ISU

MANAJEMEN PENDIDIKAN SECARA MIKRO

Mata Kuliah Kapita Selekta Manajemen Pendidikan

Oleh:

Siti Miftakhul Jannah / 22070845016

Junaidi / 22070845014

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN PENDIDIKAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Manajemen
Pendidikan dengan tepat waktu. Shalawat dan salam juga penyusun haturkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Erny Roesminingsih, M.Si
atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses pembelajaran hingga pembuatan
makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan konsep study literature, dimana penyusun
merujuk dari buku dan jurnal untuk memberikan pemahaman mendalam dan diskusi tentang
konsep sistem mikro manajemen pendidikan dan isu-isu manajemen pendidikan secara
mikro.

Besar harapan penyusun makalah ini semoga dapat bermanfaat untuk menambah
referensi dan pemahaman tentang topik yang dibahas. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyususunan makalah ini terdapat kekurangan, sehingga saran dari pembaca sangat
diperlukan dalam rangka perbaikan dalam penyusun dalam pembuatan makalah.

Surabaya, 11 Oktober 2022

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ISU-ISU MANAJEMEN PENDIDIKAN SECARA MIKRO

1. Sasaran pendidikan (aspek afektif)


Isu umum yang masih ada di sekolah-sekolah adalah tidak ada upaya untuk
memperhatikan aspek afektif. Contoh nya dari seorang anak yang baru masuk
sekolah, perubahan afektif apakah yang diharapkan terjadi. Apakah peserta didik akan
menjadi lebih good attitude, memiliki rasa tanggung jawab kepada diri sendiri
maupun orang lain. Maraknya tawuran, konsumsi narkoba, jual beli jawaban ujian itu
semua bukti bahwa sasaran afektif masih banyak dilupakan dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Dan hal tersebut disebabkan karena tidak adanya sasaran
afektif yang di jabarkan secara nyata.

2. Manajemen guru
Guru merupakan sumber daya terpenting dalam pendidikan. Manajemen guru
meliputi proses seleksi dan rekrutmen guru dengan kriteria objektif dan relevan,
proses pengembangan kemampuan guru sebagai tenaga pengajar dan proses motivasi
guru agar dapat mempunyai komitmen tinggi. Tetapi kenyataannya, mulai dari gaji
guru yang tidak cukup untuk hidup layak sampai tidak adanya jaminan kesehatan
apalagi jaminan di hari tuanya. Pihak penyelenggara pendidikan lebih mementingkan
surplus sekolah dibandingkan meningkatkan kesejahteraan guru. Padahal pendidikan
serta keberhasilan sekolah dalam mencapai sasaran amat sangat ditentukan oleh guru.
Ada pepatah yang mengatakan “Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari”.
3. Peningkatan pengawasan
Dari berbagai fungsi manajemen, fungsi pengawasan merupakan titik
terlemah. Intensitas fungsi kontrol (pengawasan) merupakan titik lemah banyak
lembaga pendidikan kita. Hampir tidak ada upaya untuk menganalisis misalnya
mengapa jumlah siswa merosot padahal uang sekolah sudah murah bahkan ada yang
gratis. Jika ada kegiatan pengawasan sejauh ini lebih di fokuskan kepada absensi guru
dan murid. Walaupun hal ini penting, tetapi ada banyak aspek pendidikan yang
berkaitan dengan pencapaian sasaran yang luput dari pengawasan. Termasuk juga
follow up berbagai rencana sekolah.
4. Manajer pendidikan (kepala sekolah)
Pendidikan kita masih kurang memiliki manajer-manajer yang handal.
Pengelola pendidikan haruslah terdiri dari manajer pendidikan bukan sekedar guru.
Tugas dari pengelola pendidikan dan guru jelaslah berbeda. Faktanya yang selama ini
terjadi promosi seorang guru yang baik menjadi manajer pendidikan (kepala sekolah)
tanpa melewati persiapan memadai seperti pelatihan dan persiapan mind set baru.
Tidak banyak penyelenggara pendidikan yang sadar akan hal tersebut dan
mengirimkan para manajer pendidikan untuk belajar mengenai manajemen
pendidikan. Keberhasilan penyelenggara pendidikan sangat ditentukan oleh
tersedianya manajer pendidikan yang handal. Isu ini menjadi lebih relevan mengingat
persaingan dalam setiap jenjang dunia pendidikan yang semakin intens. Tanpa
manajemen serta manajer yang handal, maka banyak lembaga pendidikan yang akan
gulung tikar karena tidak berhasil memuaskan para stakeholders.
5. Aliansi antar sekolah
Meskipun secara umum good management practice masih elusif (sulit dipahami) di
sekolah-sekolah yang masih belum baik, tetapi ada lembaga pendidikan yang sudah
menerapkan manajemen pendidikan dengan cukup baik. Melalui koordinasi asosiasi
lembaga pendidikan, suatu lembaga pendidikan dapat belajar dari good practice
lembaga lainnya. Melalui proses benchmarking (tolok ukur, perbandingan,
mengadopsi hal-hal baik), jadi suatu lembaga dapat belajar dari pengalaman lembaga
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai