Anda di halaman 1dari 23

PERENCANAAN PESERTA DIDIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Manajemen Kesiswaan

Semester Genap 2021

Disusun Oleh: Kelompok 1/ MPI A

1. Alifia Citra Resti 206190002


2. Anisa Aulia Dewi 206190005
3. Ayu Sulistyowati 206190011

Dosen Pengampu:

Nur Rahmi Sonia, M.Pd.

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

JANUARI 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan
rahmat-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“PERENCANAAN PESERTA DIDIK”.

Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari
segi materi maupun segi bahasa. Namun demikian, kami sebagai penulis berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Kemudian kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Nur Rahmi Sonia, M.Pd. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Kesiswaan, yang telah berkenan untuk membimbing serta
membantu mengarahkan agar penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kesiswaan
sebagai syarat terlaksananya presentasi kelompok. Terakhir, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
Allah senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.

Demikian makalah ini kami buat dengan harapan dapat menjadi acuan untuk
proses belajar mengajar.

Ponorogo, 31 Januari 2021

Kelompok 1/ MPI A
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Peserta Didik

B. Langkah-langkah dan Kegiatan Dalam Perencanaan Peserta


Didik

C. Kebijakan Penyusunan Program

D. Sensus Sekolah..........................................................................

E. Penentuan Jumlah Peserta Didik Yang Diterima.......................

F. Pendekatan Perencanaan Penerimaan Peserta Didik..................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan (sekolah) akan sangat bergantung
pada komponen-komponen pendidikan. Komponen tersebut seperti kurikulum, sarana
dan prasarana, pembiayaan, tenaga pendidik dan peserta didik. Dalam komponen
peserta didik, keberadaanya sangatlah dibutuhkan karena keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan juga dapat diukur dengan kualitas peserta didiknya.
Manajemen peserta didik memang sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan
karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan
ketrampilan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan akan sangat
bergantung dengan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional dan kejiwaan peserta didik.Manajemen peserta didik merupakan penataan
dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari
siswa itu masuk sampai dengan keluar dari suatu sekolah
Manajemen peserta didik bertujuan mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib dan teratur.Tujuan
manajemen peserta didik adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang
baik serta agar siswa dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran
yang efektif dan efisien. Agar tercapainya Tujuan pengajaran yang efektif dan efisien
maka diperlukan perencanaan peserta Didik yang baik dan matang. Perencanaan
peserta didik berupaya mengisi kekurangan dalam pelayanan terhadap peserta didik,
dari mulai peserta didik itu masuk ke lembaga sekolah, sampai peserta didik itu dapat
menyelesaikan studi di sekolah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perencanaan peserta didik?
2. Bagaimana langkah-langkah dan kegiatan dalam perencanaan peserta didik?
3. Bagaimana kebijakan penyusunan program pada perencanaan peserta didik?
4. Apa pengertian sensus sekolah?
5. Bagaimana penentuan jumlah peserta didik yang diterima?
6. Bagaimana pendekatan perencanaan penerimaan peserta didik?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perencanaan peserta didik
2. Mengetahui langkah-langkah dan kegiatan dalam perencanaan peserta didik
3. Mengetahui kebijakan penyusunan program pada perencanaan peserta didik
4. Mengetahui pengertian sensus sekolah
5. Mengetahui penentuan jumlah peserta diidk yang diterima
6. Mengetahui pendekatan perencanaan penerimaan peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan Peserta Didik

Perencanaan memegang peranan penting dalam ruang lingkup pendidikan


karena menjadi penentu sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin
dicapai.Dengan perencanaan yang matang, suatu pekerjaan tidak akan berantakan dan
tidak terarah perencanaan yang matang dan disusun dengan baik akan memberi
pengaruh terhadap ketercapaian tujuan1.Perencanaan mempunyai beberapa makna
yang luas, tergantung dari sudut pandang mana kita mengartikannya Adapun
pengertian perencanaan dari beberapa sumber dan para ahli adalah :

1. Perencanaan Menurut Bintoro Tjokroaminoto ialah proses mempersiapkan


kegiatan - kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentukan.

2. Perencanaan Menurut Prajudi Atmosudirojo ialah perhitungan dan penentuan


tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu,siapa siap yang melakukan nya, bilamana,dimana,dan bagaimana cara
melakukannya.

3. Perencanaan Menurut Siagian ialah keseluruhan proses pemikiran dan


penentuan secara matang manyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa
mendatang dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumnya2.

Dari beberapa pengertian perencanaan di atas dapat disimpulkan bahwasanya


perencanaan ialah suatu kegiatan dimana kita membuat suatu penentuan atau sketsa
secara matang dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.

Selain perencanaan sebagai langkah awal, perencanaan juga merupakan


aktivitas untuk memilih sebagai alternatif tindakan yang bermuara pada target yang
harus di capai.pelaksanasn rencana tertuju pada sasaran yang jelas atau tidak
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.penerimaan peserta didik baru
merupakan titik awal yang menentukan kelancaran tugas sekolah, sukses atau
tidaknya usaha pendidikan di sekolah yang bersangkutan.penerimaan peserta didik
1
Sarbini dan Neneng Linda, Perencanaan Pendidikan, (Bandung : Pustaka setia,2011) hal 13
2
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan Edisi 3,(Jakarta : PT Bumi Aksara ,2010) hal
65-66
ketua salah satu aktivitas penting dalam manajemen Paserta didik.sebab aktivitas
penerimaan ini menentukan sebagai kualitas input yang dapat diterima oleh sekolah
tersebut.Rekruitmen peserta didik memiliki proses pencarian, menentukan dan
menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik disekolah lembaga
tersebut.

Soetjipto dan Kosasi penerimaan peserta Didik adala prosesor pencatatan dan
layanan kepada siswa yang baru masuk sekolah. setelah mereka memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah di tentukan oleh sekolah itu. Penerimaan siswa
baru dimaksudkan agar sekolah dapat menerima siswa sesuai dengan daya tampung,
ketersediaan fasilitas, staf dan tenaga pengajar dan kesiapan siswa untuk belajar pada
sekolah yang dituju3.

Dapat disimpulkan bahwa perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas


memikirkan tentang hal- hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di
sekolah, sejak peserta didik akan memasuki sekolah sampai akan lulus dari sekolah.

B. Langkah Langkah dan Kegiatan dalam Perencanaan peserta didik

1. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan peserta didik.
Langkah-langkah tersebut meliputi perkiraan (forcasting), perumusan tujuan
(objective), kebijakan (policy), pemrograman (programming), menyusun langkah-
langkah (procedure), penjadwalan (schedule), dan pembiayaan (bugetting). Secara
lebih rinci, langkah-langkah perencanaan peserta didik dikedepankan sebagai
berikut: Perkiraan (forcasting) adalah menyusun suatu perkiraan dengan
mengantisipasi ke depan. Ada tiga dimensi waktu yang disertakan dalam hal ini,
yakni dimensi kelampauan, dimensi terkini, dan dimensi keakanan.

a) Dimensi Kelampauan

Berkenaan dengan pengalaman-pengalaman masa lampau kesuksesan


penanganan peserta didik. Kesuksesan-kesuksesan penanganan peserta didik
pada masa lampau harus selalu diingatkan dan diulang kembali, sementara
kegagalan penanganan peserta didik pada masa lampau hendaknya selalu
diingat dan dijadikan pelajaran.Dengan menyebutkan kesuksesan dan
kegagalan masa lampau ini, perencanaan akan mempunyai landasan berpijak
3
Soetjipto dan Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta,2009) hlm.165
dalam pemikiran penanganan peserta didiknya. Hal-hal yang pernah
dilakukan, baik yang mendapatkan respons positif atau negatif dari peserta
didik, dapat dijadikan pegangan dan pijakan dalam memikirkan peserta didik.
Dengan berpijak pada pengalaman masa lampau inilah, perencanaan akan
dapat memperkirakan, jenis aktivitas apakah yang dapat mensejahterakan
peserta didik.

b) Dimensi Kekinian

Berkaitan erat dengan faktor kondisional dan situasional peserta didik


di masa sekarang ini. Keadaan peserta didik yang senyatanya sekarang ini
haruslah diketahui oleh perencanaan peserta didik. Semua keterangan,
informasi dan data mengenai peserta didik haruslah dikumpulkan, agar dapat
ditetapkan kegiatannya, dan konsekuensi dari kegiatan tersebut menyangkut
pada biayanya, tenaganya, dan sarana prasarananya.Data-data yang dilihat dari
sensus sekolah, ukuran sekolah dan kelas, kebijakan berkenaan dengan peserta
didik, sistem penerimaan peserta didik, organisasi-organisasi yang boleh
diikuti dan didirikan oleh peserta didik, semuanya haruslah diketahui oleh
perencana. Dengan demikian, perencana akan dapat memperkirakan, kira-kira
kegiatan apa saja yang dapat direncanakan. Keterangan-keterangan penting
yang berkenaan dengan faktor kondisional dan situasional peserta didik di
masa kini haruslah dikuasai dan bahkan disebutkan dalam perkiraan, agar
diketahui oleh mereka yang konsen terhadap layanan peserta.

c) Dimensi Keakanan

Berkenaan dengan antisipasi ke depan peserta didik. Hal-hal yang


dapat diidealkan dari peserta didik di masa depan, haruslah dapat dijangkau
seberapapun jangkauannya. Pemikiran mengenai peserta didik dalam
perkiraan ini, tidak saja untuk hal-hal yang sekarang saja, melainkan yang juga
tak kalah pentingnya adalah kaitannya dengan peserta didik di masa depan.
Jangkauan ke depan ini juga mengandung arti bahwa semua layanan yang
dipikirkan haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik di masa depan.

2. Perumusan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hanya sekedar dapat dituju dan oleh karena itu ia
tidak dapat dicapai. Supaya dapat dicapai, umumnya tujuan tersebut dijabarkan ke
dalam bentuk target-target. Oleh karena itu, tujuan lazimnya bersifat umum dan
abstrak, tidak jelas apakah kriteria tercapai atau tidak, sedangkan target
dirumuskan secara jelas, dapat diukur pencapaiannya. Lazimnya perumusan target
ini diawali dengan huruf ter. Misalnya saja, terlaksananya, terbacanya, tertulisnya,
terealisasinya, dan sebagainya.

Tujuan ini dapat dirumuskan secara berbeda-beda sesuai dengan sudut


kepentingannya. Ada rumusan tujuan jangka panjang, kemudian dijabarkan ke
dalam tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek. Ada tujuan yang
digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Ada juga rumusan tujuan
final atau akhir yang dijabarkan ke dalam tujuan sementara.Di antara penjabaran
dan penggolongan yang dipakai, tentu berdasarkan faktor kondisional dan
situasional peserta didik di sekolah tersebut. Demikian juga periodisasi
pencapaiannya, dapat berupa tahunan, semesteran, periodisasi waktu yang pendek,
haruslah dalam kerangka pencapaian tujuan dalam periodisasi waktu yang lebih
panjang.

3. Kebijakan

Kebijakan adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dapat dipergunakan


untuk mencapai target atau tujuan. Bisa jadi, satu tujuan membutuhkan banyak
kegiatan; sebaliknya, bisa juga beberapa tujuan atau target membutuhkan satu
kegiatan.Kegiatan-kegiatan demikian harus diidentifikasi karena tidak ada tujuan
atau target yang dapat dicapai tanpa kegiatan. Identifikasi kegiatan perlu
dilakukan secermat mungkin agar dapat dipergunakan untuk mencapai
targetnya.Kegiatan-kegiatan demikian harus diidentifikasi karena tidak ada tujuan
atau target yang dapat dicapai tanpa kegiatan. Identifikasi kegiatan perlu
dilakukan secermat mungkin agar dapat dipergunakan untuk mencapai targetnya.
Para policy ini, kegiataan yang dapat dipergunakan untuk mencapai target perlu
diidentifikasi sebanyak mungkin karena semangkin banyak, akan semakin
representatif dalam rangka mencapai target.

4. Pemprograman (Penyusunan Program)


Penyusunan program adalah suatu aktifitaas yang bermaksud memilih kegitan-
kegiatan yang sudah diidentifikasi sesuai dengan langkah kebijakan. Pemilihan
demikian harus dilakukan karena tidak semua kegiatan yang diidentifikasi tersebut
nantinya dapat dilaksanakan. Dengan kata lain, penyusunan program berarti
seleksi atas kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi dalam kebijakan.Ada
beberapa pertimbangan dalam seleksi kegiatan ini. Pertama, berkaitan dengan
pertanyaan: apakah kegiatan-kegiatan yang dipilih tersebut, memang paling besar
kontribusinya terhadap pencapaian target. Kedua, berkaitan dengan pertanyaan:
mungkinkah kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan segi
tenaga, biaya dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah? Atau dengan kata lain
seberapa besar dampak positif kegiatan tersebut bagi perserta didik? Ketiga,
berkaitan dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dapat dilaksanakan
mengingat waktu yang tersedia? Keempat, berkaitan dengan pertanyaan: apakah
tidak ada faktor-faktor penghambat untuk mencapainya? Kalau ada apakah
mungkin hal tersebut dapat diatasi berdasarkan estimasi-estimasi dan
pertimbangan-pertimbangan yang telah dibuat.Pertimbangan-pertimbangan
tersebut perlu dilakukan agar apa yang direncanakan memang benar-benar
mencapai targetnya. Dengan demikian, kegiatan yang diprogramkan tersebut
benar-benar realistik dan mungkin dapat dilaksanakan. Kegiatan yang
diprogramkan tersebut juga berbobot, karena memiliki kontribusi yang jelas bagi
pencapaian target atau tujuan. Program kegiatan yang realistik dan berbobot
sangatlah berperan bagi penggalakan sumber daya yang tersedia

5. Langkah-Langkah

Langka-langkah (procedur) adalah merumuskan langkah-langkah. Ada tiga


aktifitas dalam hal ini, yakni aktifitas pembuatan skala prioritas, aktifitas
pengurutan dan aktifitas menyusun langkah-langkah kegiatan.

a) Pembuatan skala prioritas adalah menetapkan rumusan. Faktor-faktor yang


harus dijadikan penentu dalam membuat skala prioritas ini adalah sebagai
berikut:
- Seberapa jauh kegiatan tersebut memberikan kontribusi bagi pencapaian
targetnya.
- Seberapa jauh kegiatan tersebut mendesak untuk dilaksanakan dilihat dari
segi kebutuhan.
- Apakah kegiatan tersebut mengikuti periode waktu tertentu, misalnya saja
periode bulan dan tanggal.
- Apakah dukungan tenaga, biaya, prasarana dan sarananya bagi kegiatan
tersebut cocok dengan waktunya.
b) Pengurutan kegiatan dilakukan dengan mengulang sesuatu yang
diprioritaskan. Pengulangan demikian, bukan dimaksudkan untuk
pemborosan, melainkan memberi ketegasan kembali mengenai urutan
pelaksanaan kegiatan. Penegasan demikian perlu dilakukan, agar jelas
mana kegiatan yang menjadi skala prioritas dan yang tidak menjadi skala
prioritas serta agar prioritas sekolah tidak mudah dilupakan oleh personalia
sekolah.

c) Pembuatan langkah-langkah ini perlu dilakukan, agar personalia sekolah


dan atau tenaga kependidikan di sekolah tersebut, mengetahui apa yang
harus dilakukan terlebih dahulu, dan apa yang baru boleh dilakukan
kemudian. Langkah-langkah demikian juga sekaligus membimbing
mereka yang masih pemula, agar mereka tertuntun untuk melaksanakan
kegiatan berdasarkan yang direncanakan.

6. Penjadwalan

Schedule adalah penjadwalan. Kegiatan kegiatan yang telah ditetapkan urutan


prioritasnya, dan langkah-langkahnya agar jelas pelaksananya, dan di mana
dilaksanakan. Dengan adanya jadwal ini semua personalia yang bertugas dan
memberikan bantuan di bidang manajemen peserta didik akan mengetahui tugas
dan tanggung jawabnya serta kapan harus melaksanakan kegiatan tersebut.Yang
tercantum dalam jadwal adalah jenis-jenis kegiatannya secara urut, kapan
dilaksanakan, siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan, bahkan kalau
perlu di mana kegiatan tersebut harus dilaksanakan. Dengan jadwal demikian,
diharapkan kegiatan yang direncanakan akan dapat dilaksanakan. Adanya jadwal
demikian, juga memberikan kemungkinan bagi yang konsen untuk memberikan
bantuan, baik bantuan yang sifatnya pemikiran maupun ketenagaan, prasarana dan
biaya.
7. Pembiayaan

Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan, yaitu:

a. Mengalokasi biaya. Alokasi di sini adalah perincian mengenai biaya yang


dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah dijadwalkan.
Pengalokasian di sini hendaknya dibuat serinci dan serealistik mungkin.
Semakin rinci dan realistik rincian biaya yang dibuat akan semakin baik,
sebab siapa pun yang membacanya akan memandang bahwa untuk
membiayai kegiatan yang sudah dirinci pada langkah-langkah sebelumnya,
memang membutuhkan anggaran sesuai dengan alokasi anggaran tersebut.

b. Menentukan sumber biaya. Sumber biaya demikian perlu disebutkan


secara jelas, agar mudah menggalinya. Pada sumber-sumber biaya yang
bersifat primer dan ada sumber-sumber biaya yang termasuk sekunder.
Baik sumber biaya primer maupun sumber biaya sekunder haruslah sama-
sama dicantumkan, agar dapat memberi petunjuk kepada mereka yang
terkait untuk melaksankan kegitan tersebut.4

Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut perencanaan


penerimaan siswa baru, kelulusan, jumlah putus sekolah dan kepindahan.
Khusus mengenai perencanaan peserta didik akan langsung berhubungan
dengan kegiatan penerimaan dan proses pencatatan atau dokumentasi data
pribadi siswa, yang kemudian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
pencatatan atau dokumentasi data hasil belajar dan aspek-aspek lain yang
diperlukan dalam kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler. Langkah yang pertama
yaitu perencanaan terhadap peserta didik, yang meliputi kegiatan;

a) Analisis kebutuhan peserta didik

Analisis kebutuhan peserta didik yaitu penetapan siswa yang


dibutuhkan oleh lembaga pendidikan yang meliputi; (1) merencanakan jumlah
peserta didik yang akan diterima dengan pertimbangan daya tampung
kelas/jumlah kelas yang tersedia, serta pertimbangan rasio murid dan guru.
Secara ideal rasio murid dan guru adalah 1:30; (2) menyusun program
kegiatan kesiswaan yaitu visi dan misi sekolah, minat dan bakat siswa, sarana
4
Ali Imron, Manajemen peserta didik Berbasis sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara,2011) hlm.21
dan prasarana yang ada, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan yang
tersedia5.

b) Rekrutmen peserta didik

Rekruitmen peserta didik pada hakikatnya proses pencarian,


menentukan peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta didik di
lembaga sekolah yang bersangkutan. Langkah-langkah dalam kegiatan ini
adalah (1) membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang meliputi
dari semua unsur guru, tenaga TU dan dewan sekolah/komite sekolah; (2)
pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang
dilakukan secara terbuka. Informasi yang harus ada dalam pengumuman
tersebut adalah gambaran singkat lembaga, persyaratan pendaftaran siswa baru
(syarat umum dan syarat khusus), cara pendaftaran, waktu pendaftaran, tempat
pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat seleksi dan pengumuman
hasil seleksi.

c) Seleksi peserta didik

Seleksi peserta didik merupakan kegiatan pemilihan calon peserta


didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah (1) melalui tes atau
ujian, yaitu tes psikotest, tes jasmani, tes kesehatan, tes akademik, atau tes
ketrampilan; (2) melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan
pada prestasi yang diraih oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau
kesenian; (3) berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.6

d) Orientasi

Orientasi peserta didik baru merupakan kegiatan mengenalkan situasi


dan kondisi lembaga pendidikan tempat peserta didik menempuh pendidikan.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik sekolah dan lingkungan
sosial sekolah. Tujuan dengan orientasi tersebut adalah agar siswa mengerti
dan mentaati peraturan yang berlaku di sekolah, peserta didik dapat aktif
5
Dadi H.Affifudin, berbagai proses belajar dan mengajar, (Bandung: Insan Mandiri,2005) hlm.6
6
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,1997) hlm.7
dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah, dan siap menghadapi
lingkungan baru secara fisik, mental dan emosional.

e) Penempatan peserta didik

Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas) yaitu kegiatan


pengelompokan peserta didik yang dilakukan dengan sistem kelas,
pengelompokan peserta didik bisa dilakukan berdasarkan kesamaan yang ada
pada peserta didik yaitu jenis kelamin dan umur. Selain itu juga
pengelompokan berdasar perbedaan yang ada pada individu peserta didik
seperti minat, bakat dan kemampuan.

f) Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik


diterima di sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan
pencatatan tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga mampu
melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan pelaporan
dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam perkembangan
peserta didik di sebuah lembaga. Adapun pencatatan yang diperlukan untuk
mendukung data mengenaisiswa adalah (1) buku induk siswa, berisi catatan
tentang peserta didik yang masuk di sekolah tersebut, pencatatan diserta
dengan nomor induk siswa/no pokok; (2) buku klapper, pencatatannya diambil
dari buku induk dan penulisannya diurutkan berdasar abjad; (3) daftar
presensi, digunakan untuk memeriksa kehadiran peserta didik padakegiatan
sekolah; (4) daftar catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik
beserta riwayat keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini
mendukung program bimbingan dan penyuluhan disekolah.7

C. Kebijakan Penyusunan Program

Penyusunan program adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk memilih


kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi sesuai dengan langkah kebijakan. Kegiatan
tersebut perlu dilakukan karena tidak semua kegiatan yang diidentifikasi tersebut nantinya
dapat dilaksanakan. Penyusunan program juga berarti seleksi terhadap kegiatan-kegiatan

7
Muhammad Khoirul Umam," Peningkatan Mutu pendidikan Melalui Manajemen peserta didik", Jurnal Al-
Hikmah Vol.6.No.2 (Oktober 2018) :62-76
yang sudah diidentifikasi dalam suatu kebijakan. Ada beberapa pertimbangan dalam
seleksi dalam kegiatan ini. Pertimbangan-pertimbangan tersebut perlu dilakukan agar apa
yang direncanakan akan tercapai sesuai target yang telah ditentukan sebelumnya.
Kegiatan yang telah diprogramkan tersebut harus realistik dan benar-benar dilaksanakan.

Untuk mencapai sebuah tujuan, perlu diperinci sebuah program (kegiatan) dengan
cara menetapkan sebuah kebijakan. Yang nantinya akan menjadi sebuah pedoman dan
bersifat mengikat. Kegiatan-kegiatan tersebut harus diidentifikasi secermat mungkin agar
bisa mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Pada saat menetapkan dan menyeleksi
sebuah kegiatan tadi, harus memperhatikan kegiatan yang memiliki kontribusi besar
(kegiatan prioritas) dengan mempertimbangkan waktu dan dana serta dampaknya
terhadap pencapaian tujuan.

Selain itu, juga harus memperhatikan adanya faktor penghambat dan faktor
pendukung, dan juga kegiatan yang berdampak positif bagi peserta didik. misalnya
menyusun program kegiatan kesiswaan seperti visi dan misi sekolah, minat dan bakat
siswa, sarana dan prasarana yang ada, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan
yang tersedia.8

Menurut Roe dan Norton, kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh adanya
pengelolaan program sekolah. pengelolaan program sekolah adalah pengkoordinasian dan
penyerasian secara holistik dan integratif yang meliputi perencanaan, pengembangan, dan
evaluasi program. Perencanaan program meliputi (1) kepala sekolah bersama stakeholder
sekolah membuat visi sekolah dan mengembangkannya, (2) kepala sekolah bersama
stakeholder sekolah membuat misi sekolah dan mengembangkannya, (3) kepala sekolah
bersam stakeholder sekolah membuat tujuan sekolah dan mengembangkannya, (4) kepala
sekolah bersama stakeholder sekolah membuat rencana kerja sekolah.9 Hal ini didukung
oleh PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam
standar proses: “setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.10

8
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara) Hlm. 22-24
9
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Hlm. 588-590
10
PP. RI. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2005) Hlm.
14
Dalam evaluasi program, sekolah diberi wewenang untuk melakukan evaluasi,
khusunya evaluasi yang dilakukan secara internal. Evaluasi internal dilakukan oleh warga
sekolah untuk mengevaluasi hasil dari program-program yang telah dilaksanakan.
Evaluasi semacam ini sering disebut sebagai evaluasi diri.11

D. Sensus Sekolah

Sensus sekolah adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang


berguna untuk perencanana dalam berbagai kegiatan pada program sekolah. (Atkinson
1965). Sedangkan menurut Yeager (1945) Sensus sekolah berarti pencatatan tiap-tiap
siswa yang berada pada usia sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa sensus sekolah
adalah sebuah aktifitas yang dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan sebuah
informasi mengenai anak usia sekolah disuatu daerah tertentu yang mana data dari hasil
sensus tersebut dapat dipergunakan untuk merencanakan layanan kepada peserta didik.

Sensus sekolah merujuk kepada kegiatan pendataan tentang jumlah dan kualifikasi
tenaga pendidik dan tenaga administrasi yang dimiliki suatu sekolah, jumlah siswa yang
lulus atau tamat sekolah, jumlah siswa yang masih tinggal dan mengulang di kelas, serta
jumlah dan keberfungsian sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah pada saat ini.

Penetapan jumlah siswa baru yang akan diterima nantinya, sangat bergantung
kepada hasil dari sensus sekolah terutama yang berkaitan dengan ketenagaan dan
ketersediaan serta keberfungsian sarana dan prasarana sekolah, walaupun tetap terbuka
kemungkinan bagi pengadaan tenaga kerja dan sarana prasarana yang baru.12

Adapun data-data yang dijaring melalui sensus sekolah yaitu :

1. Data mengenai identitas diri anak


2. Data mengenai identitas orang tua
3. Keterangan-keterangan mengenai lingkungan anak.13

Penanggung jawab sensus sekolah secara formal adalah kepala sekolah,


sedangkan tanggung jawab materialnya adalah wakil kepala sekolah urusan
peserta didik, sedangkan yang dapat dijadikan sebagai tenaga sensus adalah
tenaga kependidikan di sekolah. fungsi umum sensus sekolah adalah sebagai dasar

11
Rohiat, Manajemen Sekolah Teori dan Praktik (Bandung: Refika Aditama, 2008) Hlm. 65
12
Rusdiana Navlia Khulasie, Marketing of Islamic Education 4.0 Buku Wajib bagi Para Marketer Pendidikan
(Madura: Duta Media Publishing, 2019) Hlm. 31-32
13
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara) Hlm. 22
pembagian anggaran belanja dan sarana untuk mendapatkan dana bantuan
pendidikan.

Menurut Calvin Greader (1981), fungsi khusus sensus sekolah adalah sebagai
berikut :

1. Penentuan kebutuhan program sekolah


2. Penentuan bidang school attendance
3. Pemberian fasilitas transportasi
4. Perencanaan program pendidikan dan pelayanan dan melayani kebutuhan-
kebutuhan yang diperlukan.
5. Membuat persyaratan kehadiran dan undang-undang kerja bagi anak
6. Menyediakan fasilitas pendidikan
7. Menganalisis kemajuan daerah sekolah setempat
8. Mengadakan pendaftaran terhadap sekolah privat
9. Mendapatkan informasi dari berbagai macam kesejahteraan masyarakat, yayasan,
dan sebagainya.

Menurut Yeager (1945), sensus sekolah mempunyai fungsi khusus sebagai berikut :

1. Menentukan layanan pendidikan yang benar-benar dibutuhkan


2. Menyajikan data yang berguna untuk perencanaan program sekolah
3. Menilai pelaksanaan kewajiban belajar
4. Mengumumkan jumlah anak yang akan masuk sekolah
5. Menempatkan anak yang keluar-masuk sekolah
6. Menyajikan data jumlah anak yang akan masuk sekolah
7. Mengecek anak yang masuk dan tidak masuk
8. Mengatur pengelompokan peserta didik
9. Memperluas lokasi tanggung jawab orang tua
10. Mengecek kondiis rumah dan memperbaiki hubungan sekolah dan rumah
11. Memberikan pengertian dan menyajikan informasi tentang sekolah
12. Menemukan kasus ketidakhadiran di sekolah
13. Mengecek sebab-sebab keterlambatan.14

E. Penentuan Jumlah Peserta Didik yang Diterima

14
Ibid, Hlm 25-27
Dalam proses penerimaan peserta didik baru merupakan kegiatan utama yang
dilakukan dalam manajemen kesiswaan. Dalam proses penerimaan peserta didik ini
terdapat beberapa kegiatan pendaftaran, seleksi dan kelulusan dari calon siswa-siswi.
Penerimaan peserta didik baru dibentuknya panitia yang akan bertugas melakukan
pendaftaran siswa baru dan melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah dengan kriteria
yang memiliki kemampuan dan pengalaman15.

Terdapat tiga macam penentuan peserta didik yang pertama, kriteria acuan
patokan (standard criterion referenced) merupakan pencarian peserta didik yang
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dalam sekolah seperti
kemampuan minimal yang terdapat di sekolah tersebut. Kedua, kriteria acuan norma
(norma criterian referenced) merupakan penjaringan peserta didik berdasarkan
prestasi keseluruhan siswa yang mengikuti proses seleksi. Ketiga, kriteria berdasarkan
daya tamping dari pihak sekolah. Sekolah dapat menentukan jumlah daya tampung
sekolah yang sesuai dengan kapasitas sekolah. Selanjutnya, meranking prestasi siswa
mulai dari yang tertinggi sampai terendah16.

Menurut Kompri (2015), kegiatan analisis penerimaan peserta didik baru


merupakan merencanakan jumlah siswa siswi yang akan diterima merupakan daya
tamping sekolah dan kelas, guru dan rasio peserta didik dengan tujuan
membandingkan antara jumlah peserta didik dan guru agar seimbang sehingga
berjalannya visi misi dan tujuan sekolah, minat bakat peserta didik dan sarana
prasarana, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan17.

Perencanaan peserta didik dilakukan sebuah Lembaga Pendidikan yang


dilakukan secara optimal. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam dalam
penentuan jumlah peserta didik sebagai berikut:

a. Rasio perbandingan antara Murid dan guru.

b. Daya tampung kelas berdasarkan jumlah kelas yang tersedia berdasarkan


kebijakan pemerintah 40-45 peserta didik. Sedangkan rombongan belajar yang

15
Arifin Suking, Sistem Penerimaan Siswa Baru di Sekolah Efektif, (Surabaya: Prosiding 2015). Hal 155
16
Analisis Teoritik Manajemen Peserta Didik, (UIN Sunan Gunung Djati: Bandung) hal 23-24.
17
Nurdian Ramadhani ansar, Ratmawati T, Andi Wahed. Implementasi manajemen Penerimaan Peserta Didik
Baru Berbasis Online di SMK Negeri 6 Makassar, ( Jurnal dinamika manajemen Pendidikan vol 4 no 1 2019)
hal 4
ideal berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 jumlah maksimal peserta
didik per kelas:

 SD/MI: 28 siswa

 SMP/MTS: 32 siswa

 SMA/MA: 32 siswa

 SMK/MAK: 32 siswa18

c. Penentuan (perhitungan) daya tampung ini dapat menggunakan rumus sebagai


berikut:
DT= (B x M-TM)
Keterangan:
DT=Daya Tampung
B= Banyak
M= Muatan Bangku
TM= Banyaknya siswa yang tinggal kelas19
F. Pendekatan Perencanaan Penerimaan Perserta Didik
Berkaitan dengan perencanaa penerimaan peserta didik terdapat beberapa
pendekatan yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Pendekatan Formal
Pendekatan melalui menyebarkan brosur, memasang spanduk dan
baliho, serta siaran melalui televisi, radio dan media massa.
2. Pendekatan Sosial
Pendekatan yang ditempuh dengan kepedulian sosial seperti pemberian
santunan pada anak yatim piatu pada saat peringatan hari penting.
3. Pendekatan Kultural
Pendekatan yang ditempuh berdasarkan kultur masyarakat sekitar.
4. Pendekatan rasional-profesional
Pendekatan yang ditempuh dengan menunjukan kelebihan Lembaga
Pendidikan yang akan dikelola.
5. Pendekatan Ideologis
18
Saihudin, Manajemen Institusi Pendidikan, (Uwais Inspirasi Indonesia: Ponorogo 2018) hal. 37-38
19
Endang Sri Budi Herawati, Adiman. “Tata Kelola Administrasi Persekolahan”, (Pasuruan: Qiara Media
2020), Hal 101
Pendekatan yang ditempuh dengan menggunakan “Bahasa agama”
untuk menentukan Lembaga Pendidikan yang akan dipilih20.

BAB III
20
Iwan Aprianto, dkk. Manajemen Peserta didik, (Klaten: Anggota IKAPI 2020) hal 37-38.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan tentang hal- hal yang
harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, sejak peserta didik akan
memasuki sekolah sampai akan lulus dari sekolah.
2. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan peserta didik meliputi
perkiraan (forcasting), perumusan tujuan (objective), kebijakan (policy), pemrograman
(programming), menyusun langkah-langkah (procedure), penjadwalan (schedule), dan
pembiayaan (budgetting).
3. Penyusunan program berarti seleksi terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah
diidentifikasi dalam suatu kebijakan. Untuk mencapai sebuah tujuan, perlu diperinci
sebuah program (kegiatan) dengan cara menetapkan sebuah kebijakan. Yang nantinya
akan menjadi sebuah pedoman dan bersifat mengikat.
4. Sensus sekolah adalah sebuah aktifitas yang dilakukan dengan maksud untuk
mengumpulkan sebuah informasi mengenai anak usia sekolah disuatu daerah tertentu
yang mana data dari hasil sensus tersebut dapat dipergunakan untuk merencanakan
layanan kepada peserta didik. Adapun data-data yang dijaring melalui sensus sekolah
yaitu (1) Data mengenai identitas diri anak, (2) Data mengenai identitas orang tua, (3)
Keterangan-keterangan mengenai lingkungan anak.
5. Terdapat tiga macam penentuan peserta didik. Pertama, kriteria acuan patokan
(standard criterion referenced) merupakan pencarian peserta didik yang berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dalam sekolah seperti kemampuan minimal
yang terdapat di sekolah tersebut. Kedua, kriteria acuan norma (norma criterian
referenced) merupakan penjaringan peserta didik berdasarkan prestasi keseluruhan siswa
yang mengikuti proses seleksi. Ketiga, kriteria berdasarkan daya tamping dari pihak
sekolah. Sekolah dapat menentukan jumlah daya tamping sekolah yang sesuai dengan
kapasitas sekolah.
6. Beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penerimaan peserta
didik yaitu : (1) Pendekatan Formal yaitu melalui menyebarkan brosur, memasang
spanduk dan baliho, serta siaran melalui televisi, radio dan media massa. (2) Pendekatan
Sosial yang ditempuh dengan kepedulian sosial seperti pemberian santunan pada anak
yatim piatu pada saat peringatan hari penting. (3) Pendekatan Kultural yang ditempuh
berdasarkan kultur masyarakat sekitar. (4) Pendekatan rasional-profesional yang
ditempuh dengan menunjukan kelebihan Lembaga Pendidikan yang akan dikelola. (5)
Pendekatan Ideologis yang ditempuh dengan menggunakan Bahasa agama untuk
menentukan Lembaga Pendidikan yang akan dipilih .
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih banyak terjadi kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Penulis menghimbau kepada pembaca agar memahami secara
mendalam materi tentang perencanaan peserta didik. Serta mencari referensi dari buku,
jurnal, maupun artikel sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap guna
menambah wawasan tentang materi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Affifudin, Dadi H. 2005. Berbagai Proses Belajar dan Mengajar Bandung: Insan Mandiri
Aprianto, Iwan dkk. 2020. Manajemen Peserta didik. Klaten: Anggota IKAPI
Budi Herawati, Endang Sri dan Adiman. 2020. Tata Kelola Administrasi Persekolahan.
Pasuruan: Qiara Media
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Khoirul Umam, Muhammad "Peningkatan Mutu pendidikan Melalui ManajemenPpeserta
Didik", Jurnal Al-Hikmah Vol.6.No.2 (Oktober 2018)
Khulasie, Rusdiana Navlia. 2019. Marketing of Islamic Education 4.0 Buku Wajib bagi Para
Marketer Pendidikan Madura: Duta Media Publishing
PP. RI. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta: Redaksi
Sinar Grafika
Ramadhani Ansar, Nurdian dkk. Implementasi manajemen Penerimaan Peserta Didik Baru
Berbasis Online di SMK Negeri 6 Makassar, (Jurnal dinamika manajemen Pendidikan vol 4
no 1 (2019)
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori dan Praktik Bandung: Refika Aditama
Saihudin. 2018. Manajemen Institusi Pendidikan Uwais Inspirasi Indonesia: Ponorogo
Sarbini dan Neneng Linda. 2011. Perencanaan Pendidikan Bandung : Pustaka Setia
Soetjipto dan Kosasi. 2009. Profesi Keguruan Jakarta : Rineka Cipta
Suking, Arifin. 2015. Sistem Penerimaan Siswa Baru di Sekolah Efektif Surabaya: Prosiding
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah Jakarta: Rineka Cipta
Usman, Husaini. 2010. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan Edisi 3 Jakarta : PT
Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai