Dosen Pengampu
1. HASLINDA (20300118078)
2. ANDI UMI RAHAYU (20300118085)
3. MUH. RIZKY AQSA K (20300117068)
4. MAHRUF (20300115049)
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Perkantoran, selain itu
makalah ini juga bertujuan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami secara
jelas mengenai hubungan karyawan dengan lingkungan kantor, membangun motivasi
karyawan, supervisi perkantoran, supervisi efektif. Kami sangat menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa
adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan terimakasih kepada Ibu
Dra. Kasmawati, M.M selaku dosen Mata Kuliah Manajemen Perkantoran.
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun kami
harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya.
Kelompok 13
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................1
C. TUJUAN........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
KESIMPULAN..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan karyawan dengan lingkungan kantor?
2. Bagaimana membangun motivasi karyawan?
3. Apa supervisi perkantoran dan supervisi efektif?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan karyawan dengan lingkungan kantor.
2. Untuk mengetahui cara membangun motivasi karyawan.
3. Untuk mengetahui supervisi perkantoran dan supervisi efektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkungan kerja fisik dapat di artikan semua keadaan yang ada disekitar
tempat kerja, yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Sedarmayanti
(2009:22) yang dimaksud lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan berbentuk fisik
yang terdapat disekitar tempat kerja dimana dapat mempengaruhi kerja karyawan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Sihombing (2004:175)
lingkungan kerja fisik adalah salah satu unsur yang harus digunakan perusahaan
sehingga dapat menimbulkan rasa aman, tentram dan dapat meningkatkan hasil kerja
yang baik untuk peningkatan kinerja karyawan. Selanjutnya menurut Nitisemito
(2000:184) beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik meliputi
warna, kebersihan, sirkulasi udara, penerangan dan keamanan. Sedangkan menurut
Setiawan (2008:83) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu lingkungan
3
kerja diantaranya adalah temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis dan keamanan.
Sumber daya manusia merupakan sebuah aset yang sangat penting dalam
kemajuan sebuah perusahaan. Nah, salah satu yang terpenting dan yang berkaitan
dengan sumber daya manusia adalah permasalahan kinerja karyawan. Setiap
4
karyawan dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar dapat mewujudkan
keberhasilan di sebuah perusahaan.
Demikian pula halnya terhadap mental kerja yang dimiliki karyawan yang
sangat mempengaruhi kinerja karyawan pada perusahaan. Hal ini disebabkan
pimpinan yang selalu memberikan tekanan kepada karyawan untuk terus
meningkatkan kinerja tetapi dengan cara penyampaian yang kurang tepat, tak jarang
perkataan dari pimpinan bisa membuat mental para karyawan menjadi terpuruk
sehingga membuat karyawan tersebut tidak bersemangat untuk bekerja dan
mengakibatkan kurang baiknya kinerja karyawan di perusahaan tersebut.
5
individu demi terpadunya keinginan bersama. Dan Menurut Davis (2009) hubungan
antar manusia adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain baik dalam situasi
tentang kerja atau dalam organisasi kekaryaan.
3. Etika. Pelanggaran etika dapat menyebabkan stres dan tekanan dalam diri
seorang karyawan yang berdampak pada kinerja karyawan yang menurun.
6
5. Perasaan. Menunjukkan rasa empati dan memberi perhatian kepada seluruh
karyawan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
membangun hubungan antara perusahaan atau organisasi dan karyawan.
7. Harapan yang jelas. Di mata karyawan, mengetahui apa yang diinginkan dari
mereka dapat membuat karyawan mengurangi stres dan membantu karyawan
untuk tetap fokus pada pekerjaan yang diberikan kepadanya.
8. Pemecahan konflik. Menyelesaikan konflik yang timbul dengan cara yang adil
dan cepat, merupakan salah satu harapan utama suatu organisasi bila ingin
menciptakan employee relation yang baik dalam organisasi.
7
melakukan tugas kewajibannya sehari-hari termasuk kondisi ruang yaitu baik dari
kantor maupun pabrik.
Menurut Rivai dalam bukunya "Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan", menyebutkan Lingkungan Kerja merupakan elemen-elemen organisasi
sebagai system sosial yang mempunyai pengaruh yang kuat di dalam pembentukan
perilaku individu pada organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi organisasi..
Dikutip oleh Soleh Purnomo (2004 : 36), menyatakan bahwa motivasi adalah
daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela
untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga
8
dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2003 : 58), menyatakan bahwa motivasi
adalah merupakan proses pemberian dorongan kepada karyawan supaya dapat bekerja
sejalan dengan batasan yang diberikan guna mencapai tujuan organisasi secara
maksimal. Berdasarkan dari beberapa pendapat tokoh diatas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi merupakan upaya mendorong dan mempengaruhi seseorang untuk
bekerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi
secara optimal.
Sunarti (2003 : 22) menyatakan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
motivasi yaitu perbedaan karakteristik individu, perbedaan karakteristik pekerjaan,
dan perbedaan karakteristik lingkungan kerja. Dalam rangka mendorong tercapainya
produktivitas kerja yang optimal maka seorang manajer harus dapat
mempertimbangkan hubungan antara ketiga faktor tersebut dan hubungannya
terhadap perilaku individu. Pada dasarnya motivasi individu dalam bekerja dapat
memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal
ini akan meningkatkan produktivitas kerja individu yang berdampak pada pencapaian
tujuan dari organisasi.
Soleh Purnomo (2004 : 37) menyatakan ada tiga faktor sebagai sumber
motivasi yaitu :
9
3. Apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan
tempat mereka bekerja.
10
Pemenuhan kebutuhan karyawan merupakan fundamen yang mendasari
perilaku kerja. Pimpinan tidak mungkin dapat memotivasi kerja karyawan tanpa
memperhatikan apa yang dibutuhkan. Abraham Maslow dalam Mangkunegara
(2009 : 101), menyatakan beberapa hierarki kebutuhan karyawan, sebagai
berikut :
11
mengungkapkan keahliannya di atas kanvas, kebutuhan yang
memotivasi seseorang untuk bekerja pada siang hari dan kemudian
mengikuti kuliah sore untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. Dalam
hubungannya dengan kebutuhan ini di dalam perusahaan atau
organisasi, pemimpin perlu memberi kesempatan kepada
karyawan/bawahan agar mereka dapat mengaktualisasikan diri secara
baik dan wajar di lingkungan perusahaan.
A = Attention (Perhatian)
I = Interest (Minat)
D = Desire (Hasrat)
D = Decision (Keputusan)
A = Action (Aksi/Tindakan)
S = Satisfaction (Kepuasan)
12
mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendaki. Motivasi dirumuskan
sebagai aktivitas individu untuk mencapai tujuan organisasi. Hasibuan (2007 : 97),
menyatakan beberapa tujuan diadakannya motivasi kerja karyawan adalah :
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.
6. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan.
9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
10. Mempertinggi rasa tanggungjawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
11. Meningkatkan efisiensi
13
seorang pengawas dipandang sebagai di bawah tingkat pemimpin (executive).
Pekerjaan pengawas adalah sama dengan pekerjaan pemimpin, tetapi ruang lingkup
pekerjaan, masalah-masalah atas mana keputusan-keputusan harus dibuat, dan
pekerjaan memimpin secara keseluruhan adalah tidak sama luasnya.
Hal utama yang menjadi dasar dalam pemilihan seorang pengawas adalah
mempunyai kesempatan yang cukup guna mengamati kinerja pegawai dalam periode
waktu tertentu. Beberapa orang yang dapat dijadikan penilai menurut Gomez-Mejia,
Balkin, dan Cardy (2003) adalah:
a. Supervisor, yang mempunyai kesempatan lebih banyak dan bertanggung
jawab atas kinerja langsung anak buahnya. Hal inilah yang mendasari
kontrol dari supervisor banyak dipakai setiap organisasi.
b. Teman kerja, yang didasari atas kenyataan tidak setiap saat atasan dapat
memonitori kinerja anak buahnya, dan yang merasakan baik tidaknya
kinerja seorang pegawai adalah teman sekerjanya, terlebih mereka
tergabung dalam sebuah tim kerja. Hendaknya penilaian atau kontrol oleh
teman kerja bukanlah secara umum, namun hal khusus yang berkaitan
dengan kesediaan yang bersangkutan untuk membantu yang lain.
c. Bawahan, banyak studi menemukan bahwa pengawasan yang diberikan
oleh bawahan berdampak positif terhadap kinerja atasan. Misalnya
mengenai efektivitas mereka berkomunikasi dengan bawahan maupun
jenis kepemimpinan yang dimiliki, sedikit banyak akan mempengaruhi
kinerja pegawai administrasi. Untuk itulah, pengawas yang dilakukan
bawahan perlu dipertimbangkan oleh sebuah organisasi.
d. Menilai diri sendiri, yang bisa dijadikan bahan untuk perbaikan proses
kerja sesuai dengan harapan pegawai dan bisa mengurangi sikap defensif
mereka dalam proses pengawasan. Kontrol terhadap diri sendiri ini juga
baik sebagai bahan konseling bagi pegawai dalam pengembangan dirinya.
e. Pelanggan, pengawasan yang dilakukan pelanggan akan menunjukkan
seberapa puas mereka terhadap layanan yang diberikan, terutama oleh
14
pegawai yang dimaksud. Hal ini akan meningkatkan loyalitas pelanggan,
karena rasa memiliki terhadap organisasi atau perusahaan tersebut.
f. Komputer, merupakan salah satu pengawas terbaru pada administrasi
perkantoran. Hal ini didasari adanya kenyataan bahwa pengguna internet
untuk keperluan pribadi lebih kurang 6 jam dalam seminggu. Komputer
juga dapat digunakan untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan seorang
pegawai dalam menyelesaikan transaksi yang menggunakan sistem
terintegrasi, yang membuat Mananajer Administrasi bisa menganalisisn
kemacetan penanganan pelanggan terjadi pada bagian atau pegawai mana,
sehingga penanganan bisa cepat dilakukan.
g. Umpan balik 360 derajat, ada beberapa alasan bagi popularitas
pemggunaan pengawasan dari seluruh sisi ini, yaitu penggunaan kontrol
dari dimensi yang berbeda dapat menangkap kompleksitas kinerja seorang
pegawai, kontrol dari atasan akan semakin kuat apabila semua pihak
menyatakan hal yang sama dan bersangkutan akan lebih menyadari
kondisi kinerjanya sekarang, dsb.
2. Tugas Pengawas Perkantoran
Adapun uraian tugas pengawas kantor adalah sebagai berikut:
a. Tugas pokok
1) Memberi perintah untuk melaksanakan pekerjaan.
2) Mengawasi dan memastikan bahwa pegawai sudah melaksanakan
pekerjaannya.
3) Melatih pegawai untuk melaksanakan pekerjaaan karena ujung
tombak organisasi adalah karyawan operasional.
4) Memelihara hubungan yang baik antar pegawai dengan bijaksana
sehingga dapat diandalkan dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Tugas dalam hubungannya dengan pekerjaan
1) Merencanakan pekerjaan seksi/unit. Misalnya, perintah
perhitungan gaji harus selesai pada tanggal 26 setiap bulan.
15
2) Mengusahakan agar pekerjaan selesai tepat waktu sehingga harus
memahami tahapan-tahapan yang harus dilewati.
3) Menjamin adanya ketelitian. Misalnya, pegawai hafal mengetik 10
jari dengan cepat dan tepat.
4) Mengoordinasikan pekerjaan dengan seksi lain.
5) Membagi pekerjaan secara adil/semerata mungkin.
6) Mengembangkan metode-metode baru untuk melaksanakan
pekerjaan (kreatif dan inovatif).
c. Tugas dalam hubungannya dengan bawahan
1) Melatih bawahan agar mampu melaksanakan tugas.
2) Mengembangkan latihan dengan sistem magang (appreticeship)
3) Mendelegasikan tanggung jawab dengan memberi kesempatan
kepada bawahan untuk berbuat salah selama masih bisa
ditoleransi.
4) Mendamaikan perselisihan perorangan karena memengaruhi
produktivitas kerja.
5) Memelihara disiplin, memberi teguran, atau memberi pujian jika
perlu.
6) Melaksanakan tugas dalam hubungannya dengan atasan, seperti
meminta rekap daftar hadir keryawan pada tanggal tertentu.
7) Bekerja dengan pengawas lain yang selevel.
8) Mengizinkan dan mendorong pertukaran pegawai.
9) Melaksanakan kebijakan perusahaan. Sebagai contoh, kertas absen
cukup dibuat dengan continuous form sehingga tidak perlu
memakai laser printer.
16
3. Unsur-Unsur Pengawasan
Menurut Quible (2001), proses pengawasan akan kurang optimal jika unsur-
unsur di bawah ini dihilangkan:
a. Faktor-faktor yang diawasi. Sebelum pengawasan dilakukan
seyogyanya stakeholder internal diberikan pemahaman tentang faktor-
faktor apa saja yang diawasi. Tentu saja pengawasan terhadap faktor
yang tidak terlalu penting akan mengakibatkan waktu dan tenaga
terbuang sia-sia.
b. Identifikasi hasil yang diharapkan. Identifikasi parameter yang kurang
jelas mengenai hasil yang diinginkan dari aktivitas pekerjaan yang
dilakukan membuat pengawasan tidak akan berjalan dengan efektif.
Untuk itulah, keterlibatan semua pihak (termasuk pihak yang akan
diawasi) mutlak diperlukan, bila perlu organisasi dapat mengundang
konsultan untuk menentukan alat ukur yang akan diberikan.
c. Pengukuran kinerja. Sebelum hasil actual dari hasil yang diinginkan
dibandingkan, hasil actual harus diukur. Dalam beberapa hal,
pengukuran ini juga menjelaskan output kuantitas. Dalam organisasi
yang menerapkan konsep TQM, pengukuran lebih ditekankan pada
seberapa baik pelanggan dilayani oleh organisasi.
d. Aplikasi tindakan pembenahan. Apabila hasil actual kurang dari hasil
yang diharapkan, perlu dilakukan tindakan koreksi untuk memperkecil
gap yang terjadi dengan mengimplementasikan hal yang dianggap
perlu.
4. Proses Pengawasan
Berdasarkan pendapat Cascio (2003), ada proses yang harus dilakukan dalam
mengontrol pekerjaan administrasi kantor:
a. Mengidentifikasi parameter pekerjaan yang akan diawasi. Hal ini akan
membantu pegawai untuk mengetahui tingkat kinerja yang diharapakan
17
terhadap mereka dan secara efektif dapat mencapainya. Manajer dapat
melakukannya dengan melakukan hal-hal berikut:
1) Penetapan tujuan, tujuan yang telah ditetapkan dapat meningkatkan
kinerja pegawai, peningkatan ini diperoleh karena pegawai cenderung
memberikan perhatian lebih dan mendorong mereka untuk mencapai
tujuan atau target yang harus dicapai dijelaskan secara detail.
2) Standar ukuran, merupakan syarat mutlak agar pegawai dapat
mencapai kinerja yang diharapkan apabila alat ukurny ditetapkan
secara objektif. Untuk itu, tujuan hendaknya ditetapkan sedetail
mungkin sehingga pengukuran yang objektif dapat dilakukan. Menurut
Leonard dan Hilgert (2004), terdapat dua standar yang dapat
digunakan oleh organisasi:
a) Standar terukur, merupakan standar yang dapat diidentifikasi
dan diukur dengan mudah. Misal teller di sebuah bank
ditergetkan untuk melayani 20 orang dalam menyelesaikan
transaksi, sehingga rata-rata nasabah dapat dilayani selama 3
menit.
b) Standar tak terukur, merupakan standar kerja yang sulit untuk
dikuantifikasikan dan biasanya berhubungan dengan
karakteristik hubungan manusia, seperti sikap terhadap
pelanggan, tingkat moral yang tinggi, dan tingkat kepuasan
terhadap pelayanan administrasi kantor.
3) Pengukuran, merupakan inti dari pengontrolan administrasi kantor.
Hendaknya pengukuran ini dilakukan secara regular, bisa per kuartal
maupun semester, untuk menjamin tercapainya tujuan secara
konsisten. Apabila penetapan tujuan maupun ukuran telah dilakukan
dengan baik, namun proses pengukuran kinerja tidak dilakukan
sebagaimana mestinya, maka akan menyebabkan keseluruhan proses
pengontrolan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
18
b. Memfasilitasi kinerja yang hendak dicapai. Manajer administrasi hendaknya
memberikan feedback kepada pegawai mengenai apa yang harus dilakukan
untuk meningkatkan kinerja mereka sesuai dengan target yang ditetapkan.
Pemberian umpan balik ini hendaknya diiringi dengan pemberian fasilitas
yang memadai bagi karyawan untuk mencapainya. Beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain:
1) Mengurangi hambatan yang ada, misalnya perlatan yang ada sudah out
of date, kurang efisiennya desain tempat kerja, atau bisa juga
disebabkan kurang efektifnya desain kerja. Untuk itulah, hendaknya
Manajer Administrasi senantiasa mendengarkan pendapat atau keluhan
dari bawahan guna mengurangihambatan dalam mencapai tujuan.
2) Menyediakan sumber daya yang memadai untuk penyelesaian
kinerja, misalnya sumber daya modal, bahan, maupun manusia.
3) Memberikan perhatian penuh dalam perekrutan pegawai, hal
ini didasari bahwa tujuan hendaknya dicapai pada saat yang
tepat, tempat yang sesuai, dan orang yang tepat. Hendaknya
perekrutan juga tidak hanya mendasar pada srata pendidikan
yang dimiliki pelamar, namun faktor lain yang juga perlu
dipertimbangkan, seperti pengalaman kerja, kompetensi yang
dimiliki, dsb.
c. Memotivasi pegawai, yang harus dilakukan oleh Manajer Administrasi agar
pegawai senantiasa tertantang untuk mencapai target yang ditetapkan dan
secara konsisten serta persisten mencapainya. Beberapa hal yang harus
dilakukan adalah:
1) Memberikan imbalan yang dihargai oleh pegawai, pemberian ini harus
didiskusikan terlebih dahulu dengan pegawai mengenai apa yang
penting buat mereka, apakah peningkatan gaji, fasilitas, cuti,
pengakuan, dll. Hasil survei ini akan dijadikan bahan penentuan sistem
19
imbalan bagi pegawai, dan imbalan tersebut dapat menyerap keinginan
dari para pegawai;
2) Memberikan imbalan secara tepat dalam hal jumlah dan waktunya,
apabila pegawai memenuhi target yang ditetapkan, organisasi harus
memberikannya secara tepat sesuai dengan yang dituangkan dalam
peraturan. Hal ini sangat penting untuk menjaga kredibilitas organisasi
di mata pegawai dan memberikan motivasi bagi pegawai untuk selalu
mencapai target yang telah ditetapkan;
3) Memberikan imbalan secara adil, hal ini penting dilakukan untuk
menjaga ketidakpuasan dari masing-masing pihak. Apabila pencapaian
kerja dilakukan secara berkelompok, hendaknya Manajer Administrasi
juga mendapatkan input dari masing-masing anggota kelompok
mengenai kinerjanya. Masukan ini dapat dijadikan dasar pemberian
imbalan yang adil bagi setiap anggota kelompok kerja yang dimaksud.
5. Pengawasan Kualitas
Untuk menghasilkan pengukuran yang baik, evaluasi harus didasarkan pada
data yang akurat. Kontrol terhadap kualitas mencakup evaluasi atas keakuratan
pekerjaan yang dilakukan, dan kontrol kuantitas lebih mengarah pada kuantifikasi
komponen-komponen evaluasi agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Beberapa cara atau teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan pengawasan
kualitas (Leonard dan Hilgert, 2004) adalah:
a. Inspeksi total, berupa pengecekan menyeluruh terhadap seluruh unit kerja atau
tugas yang dilakukan oleh pegawai dan menjelaskan apakah standar kualitas
minimum sudah tercapai, dan bila belum, bagaimana memperbaikinya.
b. Pengecekan pada area tertentu, dilakukan melalui pengecekan kinerja pegawai
di suatu departemen atau divisi tertentu, seperti departemen keuangan, yang
dilakukan secara periodik. Penggunaan komponen statistik akan menambah
validitas data yang diperoleh dalam fungsi pengawasan.
20
c. Pengontrolan kualitas dengan statistik. Apabila inspeksi total belum
diperlukan dan pengecekan pada divisi tertentu tidak terlalu akurat, Manajer
Administrasi dapat menggunakan teknik ini dengan memakai data yang
berbasis sampel yang dipilih untuk menjamin validitas dan reliabilitas hasil
pengukuran.
d. Kesalahan nihil, merupakan teknik preventif terhadap potensi kesalahan yang
dilakukan oleh pegawai sejak pertama kali mengerjakan tugasnya. Hal ini juga
dapat memotivasi pegawai untuk selalu bebas dari kesalahan. Ketika teknik
ini diterapkan, mereka seyogyanya diberikan imbalan yang setimpal atas
tiadanya kesalahan yang dilakukan dan peningkatan kinerja yang telah
dilakukan.
6. Pengawasan Kuantitas
21
potensi penurunan produktivitas jika terdapat penambahan jam kerja bagi
pegawai karena rasa lelah yang menyertainya.
b. Temporary help. Jika penambahan jam kerja kurang memadai atau kurang
tepat dilakukan, pemakaian tenaga terporer dalam menghadapi peak season
dapat dilakukan. Solusi yang paling tepat adalah dengan mengangkat tenaga
temporer dengan durasi kerja sepanjang peak season yang diperkirakan akan
terjadi.
c. Part-timer help. Jika fluktuasi terjadi secara reguler, menyewa tenaga paruh
waktu juga dapat dilakukan.
d. Floating work unit. Beberapa organisasi telah mengembangkan unit kerja
yang akan dipakai jika mereka memang diperlukan dalam penyelesaian
proyek dengan volume kerja yang tinggi atau time limit yang terbatas.
e. Cycle billing. Banyak organisasi yang mempunyai jumlah pelanggan yang
besar mengimplementasikan teknik ini untuk mengurangi antrian layanan
yang akan dilakukan
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Suatu kondisi lingkungan kerja dapat dikatakan baik apabila lingkungan kerja
tersebut sehat, nyaman, aman dan menyenangkan bagi karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaannya. lingkungan kerja didesain sedemikian rupa agar dapat
tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan lingkungan. Lingkungan kerja
yang menyenangkan dapat membuat para karyawan merasa betah dalam
menyelesaikan pekerjaannya serta mampu mencapai suatu hasil yang optimal.
Sebaliknya apabila kondisi lingkungan kerja tersebut tidak memadai akan
menimbulkan dampak negatif dalam penurunan tingkat produktifitas kinerja
karyawan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arik Prasetya, Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Linerja Karyawan, Jurnal vol. 8
(2):2-4, 2014.
Hisabuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. 2009.
Ida Nuraida, Manajemen Administrasi Perkantoran, Yogyakarta: Kanisuis, 2014.
Mukiyat, Tata Laksana Kantor, Manajemen Perkantoran, Bandung: Mandar Maju,
1995.
Siagian. Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
2012.
24