Anda di halaman 1dari 100

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TAMANSISWA JETIS

Proposal Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta


untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
GUSTI MAULANA SUPRIYADI
NIM 14504244016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir Skripdi dengan Judul

MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Gusti Maulana Supriyadi


NIM 14504244016

telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan

penelitian Tugas Akhir Skripsi bagi yang bersangkutan.

Yogyakarta, .............................................

Mengetahui, Disetujui,
Ketua Program Studi, Dosen Pembimbing,

Dr. Zainal Arifin, M.T. Drs. Sudiyanto, M.Pd.


NIP. 19690312 200112 1 001 NIP. 1954022 1198502 1 001

ii
DAFTAR ISI

Halaman
MANAJEMEN PESERTA DIDIK ........................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1


B. Identifikasi Masalah.................................................................................... 9
C. Fokus Masalah ......................................................................................... 11
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Sekolah Menengah Kejuruan ................................................................... 13


B. Manajemen Peserta Didik ........................................................................ 15
1. Pengertian Manajemen Peserta Didik .................................................. 15
2. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik...................................... 20
3. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik ............................................ 22
4. Pendekatan Manajemen Peserta Didik ................................................ 24
5. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik ........................................... 25
a. Perencanaan Peserta Didik .............................................................. 28
b. Penerimaan Peserta Didik Baru ....................................................... 29
c. Orientasi Peserta Didik Baru ............................................................ 36
d. Pengelompokan dan Penempatan Kelas Peserta Didik (Pembagian
Kelas) ............................................................................................... 39
e. Pencatatan dan Pelaporan Kehadiran Peserta Didik ........................ 41
f. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik ................................ 52
g. Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik................................................. 64
h. Mutasi Peserta Didik ........................................................................ 71
i. Kelulusan dan Alumni ...................................................................... 72
C. Evaluasi Program ..................................................................................... 73
D. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................................ 78

iii
E. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 80
BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 84


B. Setting Penelitian ..................................................................................... 85
C. Sumber Data ............................................................................................ 86
D. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 88
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 92
F. Uji Keabsahan Data Penelitian ................................................................. 93
G. Teknik Analisis Data Penelitian ................................................................ 95

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan di berbagai bidang merupakan dampak nyata yang


dirasakan oleh seluruh masyarakat karena pengaruh dari adanya globalisasi.
Globalisasi berpengaruh terhadap perkembangan teknologi dan informasi
yang menuntut masyarakat untuk selalu berpikir kritis dan tanggap dalam
menerima setiap hal-hal yang dirasakan. Untuk mencapai pemikiran manusia
yang kritis dan rasional, maka aspek pendidikan merupakan faktor penting
untuk mencapainya hal tersebut. Pendidikan merupakan usaha nyata dalam
memperoleh pengetahuan yang diperlukan bagi seluruh warga negara.
Melalui pendidikan, setiap warga dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam dirinya,
sehingga nantinya dapat dimanfaatkan untuk mencapai pembangunan
nasional dan kemajuan bangsa.
Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan, dan menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1, pasal
1, dan ayat (1) dijelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Di Indonesia sendiri terdapat tolak ukur atau standarisasi pendidikan
yang mengacu pada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang telah
disahkan oleh Presiden RI melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

1
Standar Nasional Pendidikan mempunyai kriteria minimum yang seharusnya
dipenuhi oleh setiap penyelenggara pendidikan. Standar Nasional Pendidikan
tersebut meliputi: (1) Standar Kompetensi Lulusan; (2) Standar Isi; (3)
Standar Proses; (4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan; (5)
Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar
Pembiayaan Pendidikan; dan (8) Standar Penilaian Pendidikan. Akhir-akhir
ini pendidikan di Indonesia mengalami suatu pembaharuan. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional di dalam lampiran penjelasan mengemukakan bahwa
pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui
visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan
nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dengan visi
pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut :
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan
untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konstelasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja, seperti di
keluarga yang disebut pendidikan informal, di sekolah yang disebut

2
pendidikan formal, dan di lingkungan masyarakat yang disebut pendidikan
non formal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab 1, pasal 11, pasal 12, dan
pasal 13 menjelaskan tentang pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Dan
pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Sekolah merupakan tempat untuk melaksanakan pendidikan secara
formal. Pada zaman modern seperti sekarang ini, peran sekolah menjadi
sangat penting dalam mencetak generasi muda yang memiliki kepribadian
yang baik dan kompetensi yang mampu bersaing secara global. Selain itu
peran lain dari sekolah adalah mencetak lulusan yang siap melakukan proses
pembangunan di masyarakat. Sedangkan pembangunan di Indonesia sendiri
lebih menekankan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada. Dan
salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
adalah melalui pendidikan, yang di mana salah satunya didapatkan di sekolah.
Hal ini merupakan kesinambungan dan saling berkaitan satu sama lain.
Melalui pendidikan diharapkan peserta didik nantinya menjadi masyarakat
yang mempunyai kemampuan akademik yang baik, sikap profesional dan
kepemimpinan, serta kemampuan kompetensi yang mumpuni sehingga dapat
melaksanakan pembangunan di Indonesia.
Untuk melaksanakan pendidikan formal yang berbentuk persekolahan
tidak terlepas dari adanya pengelolaan sekolah di dalamnya. Pengelolaan
sekolah adalah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara
optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Pengaturan yang
dilakukan yaitu mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi. Rangkaian pengaturan tersebut diterapkan pada
semua bidang garapan manajemen sekolah. Pengelolaan sekolah meliputi
beberapa bidang garapan, yaitu manajemen kurikulum, manajemen peserta

3
didik, manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen sarana dan
prasarana pendidikan, manajemen tata laksana sekolah, manajemen
pembiayaan, pengorganisasian sekolah, serta hubungan sekolah dengan
masyarakat.
Salah satu jenjang pendidikan formal yaitu pendidikan menengah.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang
pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk
siap bekerja. Jadi, selain fokus kepada mata pelajaran adaptif dan normatif,
sekolah menengah kejuruan juga fokus kepada mata pelajaran produktif
sesuai kompetensi yang diminati oleh peserta didik. Sehingga diharapakan
peserta didik nantinya mengusai setiap kompetensi-kompetensi yang
diharapkan oleh dunia usaha atau dunia industri, dan dapat bekerja pada
bidang pekerjaan tertentu sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuni.
Maka sekolah menengah kejuruan sebagai sub sistem pendidikan nasional
seharusnya mengutamakan mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu
memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi, dan mengembangkan
dirinya dengan sukses di lapangan kerja yang cepat berubah dan berkembang
seiring berjalan waktu. Tercapai tidaknya tujuan di atas sangat tergantung pada
masukan dan sejumlah variabel dalam proses pendidikan. Salah satu variabel
dalam proses pendidikan yang menentukan ketercapaian tujuan SMK adalah
kerja sama antara SMK dengan dunia usaha dan dunia pendidikan tinggi.
Semakin erat hubungan antara SMK dengan dunia pendidikan tinggi,
logikanya semakin baik kualitas tamatannya, yang berarti kualitas tamatan
dapat ditingkatkan karena di dunia pendidikan tinggi, ilmu dan teknologi akan
berkembang.
SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta merupakan salah satu sekolah
menengah kejuruan swasta yang terdapat di provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta terbagi 2 wilayah, yaitu
wilayah pusat dan wilayah bengkel. Wilayah pusat SMK Tamansiswa Jetis
Yogyakarta terletak di jalan Pakuningratan No. 34 A, Cokrodiningratan, Jetis,
Yogyakarta. Dan untuk wilayah bengkel terletak di jalan Bintaran Wetan,

4
Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta. SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta
memiliki 4 jurusan yang semuanya berakreditasi A, yaitu jurusan Teknik
Kendaraan Ringan, Teknik Instalasi dan Tenaga Listrik, Teknik Komputer
Jaringan, dan Multimedia. Di mana pada tahun ajaran 2018/2019 besuk akan
dibuka jurusan baru yang serumpun dengan Teknik Kendaraan Ringan, yaitu
jurusan Teknik dan Bisnis Sepeda Motor. SMK Tamansiswa
Data dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengenai peringkat SMK di Yogyakarta yang diambil berdasarkan nilai Ujian
Nasional (UN) tahun 2017, menunjukkan bahwa SMK Tamansiswa Jetis
Yogyakarta di daftar SMK swasta berada pada peringkat 20 dari 23 SMK
swasta di kota Yogyakarta dengan jumlah peserta didik 138 dan rerata 50,96,
yang mana peringkat ini turun satu peringkat dari tahun 2016. Berikut daftar
peringkat SMK swasta se-kota Yogyakarta dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Tabel 01. Peringkat SMK Swasta Terbaik Kota Yogyakarta Tahun 2017
Tahun 2017 Tahun 2016
Sekolah Jumlah
Rank Rerata Rank Retata
Siswa
SMK Indonesia 1 179 77.08 1 79.10
SMK Cipta Bhakti Husada 2 99 65.04 2 67.36
SMK Bopkri 1 3 60 61.25 3 61.08
SMK Insan Mulia 4 54 59.90 6 59.40
SMK Muhammadiyah 1 5 137 57.33 7 59.29
SMK Marsudi Luhur I 6 54 56.51 8 57.19
SMK Koperasi 7 121 56.00 4 59.84
SMK Muhammadiyah 2 8 70 55.82 11 55.99
SMK Bopkri 2 9 31 55.80 9 56.40
SMK Perkebunan Mm 52 10 53 55.21 15 53.82
SMK Piri 2 11 15 54.43 12 55.46
SMK Perindustrian 12 66 54.37 14 54.23
SMK Berbudi 13 16 54.29 18 52.45
SMK Piri 1 14 158 54.19 16 53.68
SMK Muhammadiyah 3 15 404 54.08 13 54.54
SMK Muhammadiyah 4 16 30 53.93 5 59.41

5
SMK Piri 3 17 43 53.39 10 56.03
SMK Ibu Pawiyatan
18 10 51.81 21 49.73
Tamansiswa
SMK Ma’arif 1 19 39 51.03 17 52.67
SMK Tamansiswa 20 138 50.96 19 52.08
SMK Islam 21 12 47.30 20 51.47
SMK Pembangunan 22 23 45.68 22 46.39
SMK Panca Sakti 23 4 45.60 23 45.69

Dan untuk daftar SMK se-kota Yogyakarta menunjukkan bahwa


peringkat SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta berada pada peringkat 28 dari 31
SMK se-kota Yogyakarta, yang mana peringkat ini juga menurun satu
peringkat dari tahun 2016. Berikut ini daftar peringkat SMK se-kota
Yogyakarta, baik SMK negeri maupun SMK swasta.

Tabel 02. Peringkat SMK Negeri dan SMK Swasta Terbaik Kota Yogyakarta
Tahun 2017

Tahun 2017 Tahun 2016


Sekolah Jumlah
Rank Rerata Rank Retata
Siswa
SMK Indonesia 1 179 77.08 2 79.10
SMK Negeri 7 2 250 76.68 3 76.20
SMK Negeri Teknologi
3 218 76.67 1 79.76
Industri
SMK Negeri 1 4 187 72.39 4 74.47
SMK Negeri 2 5 646 71.64 5 72.53
SMK Cipta Bhakti Husada 6 99 65.04 8 67.36
SMK Negeri 6 7 380 64.75 6 68.99
SMK Negeri 3 8 561 64.13 9 65.07
SMK Negeri 4 9 494 63.28 7 67.63
SMK Bopkri 1 10 60 61.25 11 61.08
SMK Negeri 5 11 382 60.03 10 63.27
SMK Insan Mulia 12 54 59.90 14 59.40
SMK Muhammadiyah 1 13 137 57.33 15 59.29
SMK Marsudi Luhur I 14 54 56.51 16 57.19

6
SMK Koperasi 15 121 56.00 12 59.84
SMK Muhammadiyah 2 16 70 55.82 19 55.99
SMK Bopkri 2 17 31 55.80 17 56.40
SMK Perkebunan Mm 52 18 53 55.21 23 53.82
SMK Piri 2 19 15 54.43 20 55.46
SMK Perindustrian 20 66 54.37 22 54.23
SMK Berbudi 21 16 54.29 26 52.45
SMK Piri 1 22 158 54.19 24 53.68
SMK Muhammadiyah 3 23 404 54.08 21 54.54
SMK Muhammadiyah 4 24 30 53.93 13 59.41
SMK Piri 3 25 43 53.39 18 56.03
SMK Ibu Pawiyatan
26 10 51.81 29 49.73
Tamansiswa
SMK Ma’arif 1 27 39 51.03 25 52.67
SMK Tamansiswa 28 138 50.96 27 52.08
SMK Islam 29 12 47.30 28 51.47
SMK Pembangunan 30 23 45.68 30 46.39
SMK Panca Sakti 31 4 45.60 31 45.69

Dari kedua data di atas, selama dua tahun terakhir ini, peringkat SMK
Tamansiswa di antara sekolah swasta di Yogyakarta selalu berada di posisi
bawah. Dan yang perlu menjadi sorotan adalah penuruan rerata dari tahun 2016
sebesar 52.08 dan tahun 2017 turun menjadi 50.96. Kondisi ini cukup
memprihatinkan jika terus terjadi seperti ini, pihak sekolah bersama-sama
dengan orang tua peserta didik perlu melakukan evaluasi dan cara untuk
meningkatkan prestasi SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta melalui peserta
didiknya. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar peserta didik di SMK
Tamansiswa Jetis Yogyakarta tergolong rendah. Apabila hal ini terus terjadi,
maka setiap tahun hasil belajar peserta didik akan semakin rendah, sehingga
peringkatnya akan terus menurun, dan akan membuat masyarakat tidak
percaya kembali dengan SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta sehingga
nantinya tidak akan ada peserta didik yang mendaftar di SMK tersebut.
Beberapa permasalahan di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta bukan
hanya terletak pada prestasi belajar peserta didik yang rendah, melainkan

7
terdapat beberapa sumber permasalahan yang terdapat di SMK Tamansiswa
Jetis Yogyakarta ini. Salah satunya adalah kondisi sarana dan prasarana di
SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta. Sarana dan prasarana di SMK
Tamansiswa tergolong tidak memadai untuk peserta didik dan proses
pembelajaran. Dilihat dari hal yang sederhana saja, seperti tempat atau lahan
parkir kendaraan bermotor yang tidak mencukupi untuk menampung
kendaraan bermotor dari peserta didik, guru pamong, maupun staf dari SMK
Tamansiswa Jetis Yogyakarta ditambah dengan SMA Taman Madya Jetis
Yogyakarta, yang mana posisi SMK dan SMA yang berada di satu gedung.
Sehingga dengan demikian, kendaraan bermotor terpaksa diparkirkan di
lapangan sekolah yang seharusnya tempat tersebut digunakan untuk proses
upacara bendera setiap hari Senin atau hari besar lainnya. Selain itu, kendaraan
bermotor juga diparkirkan di teras-teras sekolah, depan ruang guru, depan lab
komputer, dan bahkan di sepanjang jalan raya Pakuningratan. Hal ini
karenakan lahan parkir yang tidak mencukupi untuk menampung semua
kendaraan bermotor peserta didik, guru pamong, dan staf SMK dan SMA.
Dampak yang terjadi akibat permasalahan ini adalah terganggunya proses
pembelajaran di kelas dan mengurangi kefokusan peserta didik dalam
memahami materi pelajaran, karena jika terdapat kelas yang sudah selesai
dengan proses pembelajaran dan peserta didik akan pulang ke rumah, maka
akan menimbulkan suara berisik dan gaduh dari suara kendaraan bermotor
yang dinyalakan serta dijalankan.
Selain itu, kondisi sarana dan prasarana yang dirasa kurang memadai
adalah sarana dan prasarana praktik setiap jurusan yang terdapat di SMK
Tamansiswa Jetis Yogyakarta. Pada proses pembelajaran praktik, terdapat
sarana dan prasarana yang tidak berfungsi atau berjalan dengan baik, terdapat
juga sarana dan prasarana yang memang tidak dimiliki oleh jurusan tersebut
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Masalah sarana dan prasarana yang
tampak nyata terdapat di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta, yaitu tidak
tersedianya Unit Kesehatan Siswa (UKS) dan lapangan olahraga sebagai
tempat istirahat. Padahal fungsi dari UKS ini sangat penting berada di SMK,

8
karena proses pembelajaran yang berhubungan dengan praktik yang mungkin
dapat terjadi kecelakaan kerja ketika proses pembelajaran praktik berlangsung,
sehingga dengan terdapatnya ruang UKS maka dapat dilakukan penanganan
sederhana kepada peserta didik yang mengalami kecelakaan kerja. Selain itu
lapangan olahraga yang tidak tersedia, menyebabkan pihak sekolah harus
mencari lapangan yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran olahraga
bagi peserta didik. Sehingga peserta didik harus menggunakan kendaraan
bermotor untuk menuju ke lapangan olahraga yang jaraknya cukup jauh dari
sekolah. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran terganggu ketika
pembelajaran olahraga selesai, peserta didik membutuhkan banyak waktu
untuk kembali ke sekolah dan siap mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar
Nasional Pendidikan pada pasal 1 ayat (9) menjelaskan bahwa setiap satuan
pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah,
tempat berkreasi, tempat bermain, dan ruang/tempat lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Jika
dilihat peraturan pemerintah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi
sarana dan prasarana SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta kurang memadai
untuk pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi berbagai permasalahan sebagai berikut.
1. Sebagai sekolah kejuruan yang terdapat mata pelajaran produktif dan
kegiatan praktik untuk menunjang pemahaman mata pelajaran produktif,
maka diperlukan sarana dan prasarana praktik yang lengkap sesuai dengan
standar sarana dan prasarana setiap jurusan. Akan tetapi, kondisi sarana
dan prasarana sekolah kurang memadai untuk melaksanakan proses

9
pembelajaran. Sehingga akan berdampak peserta didik tidak dapat
melakukan praktik sesuai dengan kompetensi dasar. Oleh sebab itu, perlu
adanya sarana dan prasarana praktik yang memadai untuk setiap
kompetensi dasar.
2. Proses pembelajaran yang berhasil adalah ketika peserta didik memahami
materi yang disampaikan dan hasil belajarnya baik atau meningkat. Akan
tetapi di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta ini, hasil belajar peserta didik
tergolong rendah bahkan menurun dari tahun sebelumnya, bahkan nilai
UTS dan UAS banyak yang di bawah KKM. Hal ini akan berdampak
kepada kenaikan peserta didik dan masa depan peserta didik. Sehingga
perlu adanya perbaikan dari segi guru pamong dan dari segi peserta didik
dalam proses pembelajaran, seperti metode pembelajaran, strategi
pembelajaran, atau materi pelajaran.
3. SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta merupakan sekolah kejuruan yang
menerapkan Sistem Among di dalam proses pembelajaran, yang mana
sistem ini lebih menekankan terhadap perubahan pribadi, karakter, sifat,
sikap, watak, perilaku peserta didik yang lebih baik. Akan tetapi, di SMK
Tamansiswa Jetis Yogyakarta ini, perilaku, sikap, sifat, dan watak peserta
didik yang kurang baik terhadap sesama teman atau bahkan antara guru
pamong, serta banyak peserta didik yang melanggar tata tertib yang ada.
Sehingga kerap sekali timbul permasalahan pada peserta didik. Hal ini
akan berakibat pada reputasi peserta didik dan reputasi sekolah. Sehingga
perlu adanya tindak tegas dari semua guru-guru pamong dalam hal
mendisiplinkan peserta didik.
4. Manajemen peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan
diperlukan oleh sekolah, terutama juga oleh SMK Tamansiswa Jetis
Yogyakarta. Namun, penerapan manajemen peserta didik masih belum
terlalu maksimal. Hal ini berdampak langsung pada peserta didik, banyak
peserta didik yang bebas melakukan apapun di sekolah tanpa melihat
aturan yang ada, dan tanpa teguran dari guru pamong. Oleh sebab itu,

10
perlu adanya perbaikan pada sistem manajemen peserta didik agar
nantinya memiliki pribadi dan karakter yang baik.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas dan agar
penelitian ini lebih dapat fokus, maka peneliti membatasi dan menfokuskan
permasalahan peneliti pada manajemen peserta didik yang meliputi kegiatan
proses perencanaan peserta didik baru, sistem penerimaan peserta didik baru,
pelaksanaan orientasi peserta didik baru, penempatan dan pengelompokan
kelas peserta didik, pencatatan dan pelaporan kehadiran peserta didik,
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan peserta didik, evaluasi hasil
belajar peserta didik, mutasi peserta didik, serta kelulusan dan alumni. Yang
mana setiap kegiatan dari manajemen peserta didik ditelusuri mulai dari
perencanaannya, pelaksanaannya, evaluasi dari pelaksanaannya, dan tindak
lanjut dari hasil evaluasinya. Karena dengan meneliti tentang manajemen
peserta didik, maka seluruh aspek permasalahan yang telah dipaparkan di
indentifikasi masalah juga dapat dibahas secara mendalam, karena di dalam
manajemen peserta didik ini akan membahas mulai dari perencanaan peserta
didik baru sampai dengan kelulusan peserta didik, yang mana di dalamnya
juga terdapat pembinaan dan pengembangan peserta didik untuk membentuk
karakter, watak, sifat, kepribadian peserta didik, dan juga terdapat evaluasi
hasil belajar peserta didik guna mengetahui sejauh mana kemampuan dari
peserta didik.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
batasan masalah di atas, maka permsalahan dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana perencanaan manajemen peserta didik di SMK Tamansiswa
Jetis Yogyakarta ?
2. Bagaimana pelaksanaan manajemen peserta didik di SMK Tamansiswa
Jetis Yogyakarta ?

11
3. Bagaimana evaluasi dari hasil pelaksanaan manajemen peserta didik di
SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta ?
4. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi manajemen peserta didik di SMK
Tamansiswa Jetis Yogyakarta ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perencanaan manajemen peserta didik di SMK
Tamansiswa Jetis Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen peserta didik di SMK
Tamansiswa Jetis Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui evaluasi dari hasil pelaksanaan manajemen peserta
didik di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.
4. Untuk mengetahui tindak lanjut dari evaluasi manajemen peserta didik di
SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang
pengelolaan sekolah yang berfokus pada manajemen peserta didik yang
dilakukan di sekolah kejuruan swasta.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini sebagai masukan untuk meningkatkan kemampuan
mengelola sekolah dalam melaksanakan manajemen peserta didik.
Penelitian ini juga dapat menambah wawasan bagi kepala sekolah ataupun
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah tentang manajemen
peserta didik, serta dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
memperbaiki pengelolaan sekolah yang sebelumnya telah dilakukan
mengenai manajemen peserta didik.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sekolah Menengah Kejuruan

1. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Sekolah Menengah Pertama

Tujuan dari pembangunan nasional yang mana tertulis di dalam

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu memajukan kesejahteraan

13
umum, mencerdaskan kehidupan bangsan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial. Oleh sebab itu, pendidikan memegang peranan yang

sangat penting di dalam pembangunan nasional dan pemerintah

mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan pendidikan agar

tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai. Sehingga arah dari

kebijakan pendidikan merupakan upaya untuk melaksanakan nilai-nilai

yang terkandung di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Menurut penjelasan yang tertulis di dalam Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 15,

diungkapkan bahwa: (Undang-undang, 2003: 27)

“Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang


mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu”.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari

sistem pendidikan nasional pada jenjang menengah yang lebih

mengutamakan pengembangan kemampuan dan menguasai di

bidang keahlian tertentu kepada peserta didik, sehingga nantinya

diharapkan peserta didik dapat bekerja di dunia usaha/ dunia industri

sesuai bidang keahlian yang dipelajari. Menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Guru pada pasal 1

ayat 22, menjelaskan bahwa “Sekolah Menengah Kejuruan yang

selanjutnya disingkat SMKadalah salah satu bentuk satuan pendidikan

formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk

lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama

atau setara SMP atau MTs”. (Peraturan Pemerintah, 2017:7)

14
Fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional, termasuk juga dengan

pendidikan menengah kejuruan telah dijelaskan pada Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal 3 (Undang-undang, 2003: 4), yaitu

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan


dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

B. Manajemen Peserta Didik

1. Pengertian Manajemen Peserta Didik

Menurut Hasibuan (Badrudin, 2014: 2) menjelaskan bahwa

manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan

efisien untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sagala (Badrudin, 2014:

2-3) menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu sistem tingkah

laku manusia yang kooperatif dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang teratur melalui usaha

yang terus-menerus dilandasi tindakan yang rasional. Menurut Terry

(Badrudin, 2014: 3) menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu

kegiatan yang mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan dan

dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang

terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut James Stoner (Badrudin, 2014: 3) menjelaskan

manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin, dan mengendalikan berbagai upaya dari anggota

15
organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi

demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut

George R. Terry (Badrudin, 2014: 3) menjelaskan manajemen sebagai

proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Sedangkan menurut Purwanto (Badrudin, 2014: 3) menjelaskan

manajemen adalah proses untuk menyelenggarakan dan mengawasi

suatu tujuan tertentu. Menurut Siagan (Ali Imron, 2011: 4)

mendefinisikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan

untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan.

Menurut Koontz dan Cyril O'Donel (Suwardi dan Daryanto, 2017: 98)

mendefinisikan manajemen sebagai usaha mencapai tujuan tertentu

melalui kegiatan orang lain. Menurut Andrew F. Silika (Suwardi dan

Daryanto, 2017: 98) mengemukakan bahwa manajemen pada

umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,

pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,

pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk

mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara

efisien.

Dari seluruh pendapat di atas mengenai manajemen, maka dapat

disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu kegiatan proses

16
pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara

bersama-sama atas dasar aturan-aturan yang telah ditetapkan dengan

proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,

dan evaluasi yang sehingga nantinya akan tercapai tujuan yang

ditetapkan bersama-sama.

Peserta didik merupakan salah satu komponen yang penting di

dalam pendidikan. Karena pendidikan tidak mungkin dapat terlaksana

jika tidak adanya peserta didik di dalamnya. Menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

menjelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada

jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pengertian tersebut selaras

dengan pengertian peserta didik pada Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Menurut Suharsimi Arikunto (Badrudin, 2014: 20) peserta didik

adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga

pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (Badrudin, 2014: 22) peserta

didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan

yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi

manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Menurut Suwardi dan Daryanto (2017: 2) secara sederhana peserta

didik adalah seorang yang sedang ingin mengetahui sesuatu hal yang

baru atau sedang melakukan pelajaran, secara etimologi peserta didik

adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu, dan secara

17
terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang

mengalami perubahan dan perkembangan sehingga masih

memerlukan bimbingan serta arahan dalam.membentuk kebripadian.

Dari beberapa pendapat di atas tentang peserta didik, maka dapat

disimpulkan bahwa peserta didik seseorang yang terdaftar atau

mengikuti program pendidikan pada suatu sekolah atau dalam suatu

jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu yang selalu ingin

mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya baik pada aspek

akademis maupun nonakademis melalui proses pembelajaran yang

diselenggarakan sehingga nantinya akan menjadi manusia yang

berkualitas dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Setelah mengerti dan memahami pengertian dari manajemen

serta peserta didik, maka akan lebih mudah memahami pengertian

dari manajemen peserta didik. Manajemen peserta didik merupakan

penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan

peserta didik mulai dari saat peserta didik masuk sekolah hingga

peserta didik keluar dari sekolah. Manajemen peserta didik

menunjuk pada kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan

pencatatan peserta didik sejak proses penerimaan sampai saat di

mana peserta didik meninggalkan sekolah karena sudah tamat

mengikuti pendidikan pada sekolah tersebut. Selain melakukan

pencatatan data peserta didik, manajemen peserta didik juga meliputi

aspek-aspek yang secara operasional dapat digunakan untuk

membantu kelancaran pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

melalui proses pendidikan yang terdapat pada sekolah tersebut.

18
Menurut Mulyono (Badrudin, 2014: 23) manajemen peserta didik

adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan

secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh

peserta didik dalam lembaga bersangkutan agar proses pembelajaran

berjalan efektif dan efisien. Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty

Soemanto (Badrudin, 2014: 23) manajemen peserta didik adalah

suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan

dengan peserta didik mulai masuknya peserta didik sampai dengan

keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu

lembaga pendidikan. Menurut Knezevich (Badrudin, 2014: 23)

manajemen peserta didik (pupil personel administration) merupakan

suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,

pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas, seperti:

pengenalan, pendaftaran, layanan individual se UIperti

pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai

peserta didik matang di sekolah. Menurut Tim Dosen Aspen UPI

(Badrudin, 2014: 24) manajemen peserta didik merupakan upaya

untuk memberikan layanan sebaik mungkin kepada peserta didik sejak

proses penerimaan sampai saat peserta didik meninggalkan lembaga

pendidikan karena sudah tamat/ lulus mengikuti pendidikan pada

lembaga pendidikan tersebut. Menurut Ali Imron (Ali Imron, 2011: 6)

manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan

terhadap peserta didik , mulai dari peserta didik tersebut masuk

sekolah sampai dengan mereka lulus.

19
Dari berbagai pendapat di atas mengenai manajemen peserta

didik yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa manajemen peserta didik adalah suatu kegiatan

berupa pencatatan data peserta didik sejak proses penerimaan

peserta didik sampai peserta didik itu meninggalkan sekolah karena

sudah tamat/ lulus serta proses pembinaan dan pengembangan

kemampuan peserta didik yang dilakukan secara kontinu melalui

proses pendidikan dan pembelajaran yang terdapat di sekolah

tersebut.

2. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik

Menurut Badrudin (Badrudin, 2014:24) manajemen peserta didik

bertujuan mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar menunjang

proses pembelajaran di sekolah/ madrasah sehingga proses

pembelajaran berjalan lancar, tertib, teratur, dan dapat memberikan

kontribusi bagi pencapaian tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah/

madrasah secara efektif dan efisien. Menurut Tim Dosen UPI

(Badrudin, 2014: 24) tujuan manajemen peserta didik yaitu mengatur

kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang

proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah) lebih lanjut

proses pembelajaran di lembaga (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib,

dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian

tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Menurut Ali

Imron (Ali Imron,2014 :11) menjelaskan tujuan umum dari manajemen

peserta didik, yaitu mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar

20
kegiatan peserta didik tersebut dapat menunjang proses belajar

mengajar di sekolah dan dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur

sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan

sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Di lain sisi

manajemen peserta didik bertujuan mengatur berbagai kegiatan dalam

bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib,

dan teratur. Beberapa ahli berpendapat mengenai tujuan manajemen

peserta didik yaitu untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah

yang baik serta agar siswa dapat belajar dengan tertib sehingga

tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien (Cepi Safruddin

Abdul Jabar, 2016: 69).

Selain tujuan umum tentang manajemen peserta didik, maka

terdapat tujuan khusus dari manajemen peserta didik. Tujuan khusus

manajemen peserta didik adalah sebagai berikut: (Ali Imron, 2011: 12)

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan psikomotorik


peserta didik.
b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum
(kecerdasan), bakat, dan minat dari peserta didik.
c. Menyalurkan aspirasi, harapan, dan memenuhi kebutuhan
peserta didik.
d. Dengan terpenuhinya poin 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta
didik dapat mencapai kebahagian dan kesejahteraan hidup yang
lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita
mereka.

Dari tujuan umum dan tujuan khusus di atas, maka terdapat tiga

tugas utama dalam bidang manajemen peserta didik untuk dapat

mencapai tujuan tersebut, yaitu penerimaan peserta didik, kegiatan

kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin peserta

didik (Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2014: 69).

21
Selain tujuan manajemen peserta didik, terdapat juga fungsi dari

manajemen peserta didik. Fungsi manajemen peserta didik secara

umum adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk

mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan

dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan,

dan segi-segi potensi siswa lainnya (Badrudin, 2014: 24). Sedangkan

untuk fungsi manajemen peserta didik secara khusus telah

dirumuskan sebagai berikut: (Ali Imron, 2011: 12-13)

a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas


peserta didik, adalah agar mereka dapat mengembangkan
potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat.
Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi kemampuan umum
(kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan
lainnya.
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial
peserta didik adalah agar peserta didik dapat mengadakan
sosialisasi dengan sebayanya, orang tua dan keluarganya,
lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial
masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakikat peserta
didik sebagai makhluk sosial.
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan
harapan peserta didik adalah agar peserta didik tersalur hobi,
kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan, dan minat
peserta didik demikian patut disalurkan. Oleh karena ia juga
dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik
secara keseluruhan.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan peserta didik adalah agar peserta didik sejahtera
dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena
dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan
sebayanya.

3. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik

Prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam

melaksanakan tugas (Badrudin, 2014: 25). Apabila sesuatu tersebut

tidak dipedomani lagi, maka akan hal itu bukanlah suatu prinsip.

Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam

22
rangka memanajemen peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di

bawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Prinsip-prinsip

manajemen peserta didik tersebut adalah sebagi berikut: (Ali Imron,

2011: 13-14)

a. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari


keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus
mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap
tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral
manajemen peserta didik tetap ditempatkan dalam kerangka
manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem
manajemen sekolah.
b. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah
mengembang misi pendidikan dan dalam ramgka mendidik para
peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat,
disukai, atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan
untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
c. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan
untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka
ragam latar belakang dan memiliki banyak perbedaan.
Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak
diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan
justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
d. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai
upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Makna
membimbing merujuk pada ketersediaan pihak yang dibimbing
yang dalam hal ini adalah peserta didik. Tidak mungkin
pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik, jika peserta
didik enggan menerimanya.
e. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan
memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian
akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya di sekolah,
melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini
mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah
sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan
manajemen peserta didik.
f. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu
diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah
fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah, lebih-lebih
di masa depan.

Selain itu, dalam melaksanakan pelayanan manajemen peserta

didik terdapat prinsip-prinsip yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.

Tim Dosen UPI menjelaskan beberapa prinsip-prinsip manajemen

23
pelayanan peserta didik yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai

berikut: (Badrudin, 2014: 26)

a. Dalam membangun program manajemen peserta didik,


penyelenggaraan harus mengacu pada peraturan yang berlaku
pada saat program dilaksanakan.
b. Manajemen peserta didik dipandang sebagai keseluruhan
manajemen sekolah. Oleh karena itu harus mempunyai tujuan
yang sama dan/ atau mendukung terhadap tujuan manajemen
sekolah secara keseluruhan.
c. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah
mengembang misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta
didik.

Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional mengemukakan

prinsip dasar dalam manajemen peserta didik, yaitu:

a. Peserta didik harus diperlukan sebagai subjek dan bukan objek,


sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap
perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan
kegiatan mereka.
b. Kondisi peserta didik sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,
kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat, dan lain-lain. Oleh
karena itu diperlukan wahana yang beragam, sehingga setiap
peserta didik memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
c. Peserta didik termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa
yang mereka kerjakan.

4. Pendekatan Manajemen Peserta Didik

Di dalam manajemen peserta didik terdapat pula pendekatan

manajemen peserta didik. Terdapat 3 jenis pendekatan di dalam

manajemen peserta didik, yaitu: (Badrudin, 2014: 27-28)

a. Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif ini lebih menitikberatkan pada
segi-segi administratif dan birokratik lembaga pendidikan,
sehingga peserta didik diharapkan banyak memenuhi
tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di

24
tempat peserta didik tersebut berada. Wujud pendekatan
kuantitatif ini dalam manajemen peserta didik secara
operasional adalah: 1) mengharuskan kehadiran secara mutlak
bagi peserta didik di sekolah; 2) memperketat presensi; 3)
penuntutan disiplin yang tinggi; 4) menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan kepadanya.
b. Pendekatan kualitatif
Pendekatan kualitatif ini yaitu pendekatan yang lebih
menitikberatkan pada memberikan perhatian untuk
kesejahteraan peserta didik, dengan begitu peserta didik akan
senang dan sejahtera sehingga dapat belajar dengan baik dan
senang mengembangkan diri mereka sendiri di sekolah.
Pendidikan ini menekankan penyediaan iklim yang kondusif
dan menyenangkan bagi peserta didik.
c. Pendekatan padu
Pendekatan padu merupakan penggabungan dari
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada pendekatan padu ini,
peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
birokratik dan administratif sekolah tetapi juga dari sekolah
menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraannya. Misalnya peserta didik
diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, tetapi selain
itu peserta didik juga disediakan iklim yang kondusif dan
menyenangkan umtuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

5. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

Ruang lingkup manajemen peserta didik sebenarnya meliputi

pengaturan aktivitas-aktivitas peserta didik, sejak saat peserta didik

masuk ke sekolah hingga peserta didik tamat dari sekolah. Secara

rinci, ruang lingkup manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:

(Ali Imron, 2011: 18)

a. Perencanaan peserta didik, termasuk di dalamnya adalah school


census, school size, dan effective class.
b. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan: kebijakan
penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik,
kriteria penerimaan peserta didik, prosedur penerimaan peserta
didik, pemecahan problema-problema penerimaan peserta didik.
c. Orientasi peserta didik, meliputi pengaturan: hari-hari pertama
peserta didik di sekolah, pekan orientasi peserta didik,
pendekatan yang dipergunakan dalam orientasi peserta didik,
dan teknik-teknik orientasi peserta didik.

25
d. Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah.
Termasuk di dalamnya adalah peserta didik yang membolos,
datang terlambat, dan meninggalkan sekolah sebelum waktunya.
e. Mengatur pengelompokan peserta didik, baik yang berdasarkan
pada fungsi persamaan, maupun berdasarkan pada fungsi
perbedaan. Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar, bimbingan dan
penyuluhan untuk kepentingan promosi peserta didik.
f. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik.
g. Mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out.
h. Mengatur kode etik, pengadilan, dan peningkatan kedisiplinan
pada peserta didik.

Menurut Eka Prihatin (Badrudin, 2014: 28) ruang lingkup peserta

didik mencakup:

a. Perencanaan peserta didik


b. Penerimaan peserta didik
c. Pengelompokan peserta didik
d. Kehadiran peserta didik
e. Pembinaan disiplin peserta didik
f. Kenaikan kelas dan penjurusan peserta didik
g. Perpindahan peserta didik
h. Kelulusan dan alumni
i. Kegiatan ekstrakulikuler
j. Tata laksana manajemen peserta didik
k. Peranan kepala sekolah dalam manajemen peserta didik
l. Mengatur layanan peserta didik

Berikut tabel ruang lingkup manajemen peserta didik yang

merupakan penjabaran dari penjelasan di atas, yaitu sebagai berikut:

(Badrudin, 2014: 28-29)

Tabel 04. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

No Ruang Lingkup Uraian Kegiatan


1 Perencanaan a. Sensus sekolah
peserta didik b. Penentuan jumlah peserta didik yang
diterima
2 Penerimaan peserta a. Kebijakan dalam penerimaan peserta
didik didik

26
b. Sistem penerimaan peserta didik baru
c. Orientasi
3 Pengelompokan a. Kelas
peserta didik b. Bidang studi
c. Spesialisasi
d. Sistem kredit
e. Kemampuan
f. Minat
4 Kehadiran peserta a. Rekap kehadiran
didik b. Faktor-faktor penyebab ketidakhadiran
c. Sumber-sumber penyebab
ketidakhadiran
5 Pembinaan disiplin a. Pengertian disiplin
peserta didik b. Konsepsi disiplin kelas
c. Teknik pembinaan disiplin kelas
6 Kenaikan kelas dan a. Pendataan nilai peserta didik lengkap
penjurusan dan objektif
b. Pendayagunaan fungsi dan peranan
Bimbingan dan Penyuluhan (BP)
7 Perpindahan peserta a. Perpindahan peserta didik dari suatu
didik sekolah ke sekolah lain yang sejenis
b. Perpindahan peserta didik dari suatu
jenis program ke program lain
8 Kelulusan dan a. Kelulusan
alumni b. Alumni
9 Kegiatan a. Kegiatan ekstrakulikuler
ekstrakulikuler b. Kegiatan kokurikuler
10 Tata laksana a. Pengertian tata laksana
manajemen peserta b. Manfaat tata laksana
didik c. Macam/ jenis tata laksana
11 Peranan kepala a. Pengarah
sekolah dalam b. Pengawas dan pengendali
manajemen peserta c. Pengambil keputusan
didik
bersambung

sambungan
No Ruang Lingkup Uraian Kegiatan
12 Mengatur layanan a. Layanan bimbingan akademis dan
peserta didik administratif
b. Layanan bimbingan dan konseling
peserta didik
c. Layanan kesehatan (fisik dan mental)
d. Layanan kafetaria
e. Layanan koperasi

27
f. Layanan perpustakaan
g. Layanan laboratorium
h. Layanan asrama
i. Layanan transportasi

Untuk lebih jelas dan memahami masing-masing ruang lingkup

manajemen peserta didik, berikut penjabaran dari masing-masing

ruang lingkup manajemen peserta didik.

a. Perencanaan Peserta Didik

Perencanaan peserta didik merupakan langkah yang

paling utama dan pertama yang harus dilakukan dalam

manajemen peserta didik. Perencanaan peserta didik adalah

suatu aktivitas memikirkan dimuka tentang hal-hal yang harus

dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik

sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka

akan lulus dari sekolah, dan yang direncanakan adalah hal-hal

yang harus dikerjakan berkenaan dengan penerimaan peserta

didik sampai dengan pelulusan peserta didik (Ali Imron, 2011:

21). Perencanaan pesera didik di sini menyangkut

perencanaan penerimaan peserta didik baru, kelulusan,

jumlah putus sekolah, dan kepindahan. Perencanaan peserta

didik berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses

pencatatan atau dokumentasi data pribadi peserta didik, data

hasil belajar peserta didik, dan aspek-aspek yang terkait

dengan kegiatan kurikuler dan kokurikuler.

Perencanaan peserta didik mencakup kegiatan analisis

kebutuhan peserta didik. Analisis kebutuhan peserta didik

28
yaitu penetapan peserta didik yang dibutuhkan oleh lembaga

pendidikan yang meliputi: 1) merencanakan jumlah peserta

didik yang akan diterima dengan pertimbangan daya tampung

kelas atau jumlah kelas yang tersedia serta pertimbangan

rasio peserta didik dengan guru, di mana secara ideal jumlah

perbandingan guru dengan peserta didik adalah 1 : 30 yang

mana artinya 1 guru melayani kurang lebih 30 peserta didik; 2)

menyusun program kegiatan peserta didik, yaitu visi dan misi

sekolah, bakat dan minat peserta didik, sarana dan prasarana

pembelajaran, anggaran dana sekolah yang tersedia, dan

tenaga kependidikan yang tersedia (Badrudin, 2014: 32).

b. Penerimaan Peserta Didik Baru

Penerimaan peserta didik baru merupakan salah satu

kegiatan dalam manajemen peserta didik yang sangat penting,

karena jika tidak terdapat peserta didik yang diterima di

sekolah, maka tidak ada yang harus ditangani atau di atur.

Pada penerimaan peserta didik baru ini terdapat beberapa hal

yang perlu dibahas, yaitu: 1) kebijakan penerimaan peserta

didik; 2) sistem penerimaan peserta didik; 3) kriteria

penerimaan peserta didik baru; 4) prosedur penerimaan

peserta didik baru.

1) Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru

Kebijakan penerimaan peserta didik baru harus

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak

29
sekolah, walaupun setiap peserta didik baru mempunyai

hak yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan,

tetapi tidak secara langsung dapat diterima di suatu

lembaga pendidikan apabila tidak memenuhi persyaratan

yang ditentukan.

Kebijakan penerimaan peserta didik baru memuat

aturan mengenai jumlah peserta didik yang dapat diterima

di suatu sekolah, sistem pendaftaran, seleksi atau

penyaringan yang akan diberlakukan kepada peserta didik

baru, waktu pendaftaran, dan personalia yang terlibat di

dalam pendaftaran, selesai, serta penerimaan peserta

didik baru (Badrudin, 2014: 38).

Kebijakan penerimaan peserta didik baru juga

memuat petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan oleh

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. Petunjuk

tersebut haruslah menjadi pedoman baku, karena dibuat

dalam rangka mendapatkan calon peserta didik yang baik

dan ideal (Ali Imron, 2011: 42).

2) Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru

Di dalam penerimaan peserta didik baru terdapat

dua cara atau dua sistem yang digunakan pihak sekolah

dalam mencari atau menerima peserta didik baru, yaitu

sistem promosi dan sistem seleksi (Badrudin, 2014: 38).

30
Sistem promosi adalah penerimaan peserta didik

baru tanpa menggunakan tahapan seleksi, dan peserta

didik yang mendaftar di sekolah tersebut akan langsung

diterima begitu saja. Sistem promosi ini diberlakukan pada

sekolah-sekolah yang jumlah pendaftarnya sedikit atau

kurang dari jatah dan daya tampung yang telah ditentukan

oleh sekolah tersebut (Badrudin, 2014: 38). Kelemahan

dari sistem promosi ini adalah pihak sekolah tidak

mengetahui secara jelas kemampuan dari masing-masing

peserta didik yang mendaftar.

Sistem yang selanjutnya adalah sistem seleksi.

Pada sistem seleksi ini dapat digolongkan menjadi

beberapa macam, yaitu: a) sistem seleksi berdasarkan

nilai UN; b) sistem seleksi berdasarkan penelusuran minat

dan kemampuan (PMDK/ jalur prestasi) ; dan c) sistem

seleksi berdasarkan hasil tes masuk (Ali Imron, 2011: 43).

Sistem seleksi berdasarkan nilai UN adalah sistem

seleksi yang paling banyak digunakan di sekolah-sekolah.

Peserta didik yang bobot nilai UN memiliki berada pada

rangking yang telah ditentukan maka akan diterima di

sekolah tersebut, sedangkan yang tidak memenuhi atau

sudah melebihi daya tampung yang ditentukan, maka

tidak diterima di sekolah tersebut (Ali Imron, 2011: 43).

Sistem ini tergolong mudah karena hanya perlu

merangking bobot nilai UN setiap peserta didik baru dari

31
yang tertinggi hingga terendah sesuai standar dan daya

tampung kelas atau sekolah yang telah ditetapkan oleh

pihak sekolah.

Sistem seleksi berdasarkan penelusuran minat dan

kemampuan (PMDK) dilakukan dengan cara mengamati

secara menyeluruh prestasi peserta didik pada sekolah

sebelumnya (Ali Imron, 2011: 44). Prestasi tersebut dapat

dilihat melalui buku rapor dari semester pertama hingga

semester terakhir pada sekolah sebelumnya. Sistem ini

sangat menguntungkan kepada peserta didik unggulan

pada sekolah sebelumnya yang tergolong sekolah favorit.

Bagi peserta didik baru yang nilai rapornya dari cenderung

baik dari semester awal hingga semester akhir akan

mempunyai kesempatan diterima, sedangkan bagi

peserta didik yang nilai rapornya dari semester awal

hingga akhirnya jelek, maka akan kecil kesempatan untuk

diterima.

Sistem seleksi berdasarkan hasil tes masuk adalah

sistem yang mana peserta didik yang akan mendaftar di

sekolah tersebut terlebih dahulu diwajibkan

menyelesaikan serangkaian soal-soal tes dari pihak

sekolah (Ali Imron, 2011: 44). Apabila peserta didik baru

dapat menyelesaikan soal-soal tersebut berdasarkan

kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah,

maka peserta didik baru tersebut akan diterima.

32
Sedangkan yang belum mampu menyelesaikan soal-soal

tersebut dengan baik, maka tidak diterima sebagai peserta

didik baru di sekolah tersebut.

Dari sistem seleksi berdasarkan hasil tes dilakukan

melalui dua tahap, yaitu seleksi administratif dan

kemudian seleksi akademik. Seleksi administratif adalah

seleksi atas kelengkapan-kelengkapan administrasi

peserta didik baru, sedangkan akademik adalah suatu

aktivitas yang bermaksud mengetahui kemampuan

akademik peserta didik baru (Ali Imron, 2011: 44-45).

Kelengkapan-kelengkapan administrasi yang dimaksud

yaitu berkas-berkas atau surat-surat penting yang harus

dipenuhi oleh peserta didik baru untuk dapat mengikuti

seleksi akademik. Apabila peserta didik baru tidak dapat

memenuhi kelengkapan administrasi yang ditentukan

maka peserta didik baru tidak doperbolehkan mengikuti

seleksi akademik. Dan untuk seleksi akademik ini

bermaksud untuk mengetahui kemampuan akademik

yang telah ditentukan juga oleh pihak sekolah. Apabila

peserta didik baru memenuhi standar akademik yang telah

ditentukan sekolah, maka peserta didik baru dapat

diterima di sekolah tersebut. Tetapi sebaliknya, apabila

peserta didik baru tidak memenuhi standar akademik yang

telah ditentukan, maka peserta didik baru tidak dapat

diterima di sekolah tersebut.

33
3) Kriteria Penerimaan Peserta Didik Baru

Kriteria penerimaan peserta didik baru merupakan

sebuah patokan-patokan yang menentukan bisa atau

tidaknya peserta didik baru diterima sebagai peserta didik

di sekolah yang bersangkutan. Terdapat tiga macam

kriteria penerimaan peserta didik baru, yaitu: (Ali Imron,

2011: 45-46)

a) Kriteria acuan patokan (standard criterian referenced),

yaitu suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan

atas patokan-patokan yang telah ditentukan

sebelumnya. Di dalam hal ini, pihak sekolah terlebih

dahulu menentukan kriteria bagi calon peserta didik

dengan kemampuan minimal setingkat dengan

sekolah yang menerima peserta didik baru.

Konsekuensi dari penerimaan ini, apabila semua

peserta didik memenuhi kriteria minimal yang telah

ditentukan maka semua peserta didik baru tersebut

harus diterima, begitupun sebaliknya.

b) Kriteria acuan norma (norm criterian referenced),

yaitu penerimaan calon peserta didik yang didasarkan

atas keseluruhan prestasi calon peserta didik baru

yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini, pihak sekolah

menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan

prestasi keseluruhan peserta didik baru, lalu

dijumlahkan kemudian dicari rata-ratanya. Sehingga

34
untuk peserta didik baru yang nilainya berada di atas

rata-rata, maka peserta didik baru tersebut diterima

menjadi peserta didik, begitupun sebaliknya.

c) Kriteria yang didasarkan pada daya tampung sekolah.

Di dalam hal ini, pihak sekolah menetapkan jumlah

daya tampung atau berapa calon peserta didik baru

yang diterima. Setelah itu, sekolah melakukan

perangkingan prestasi calon peserta didik baru dari

nilai tertinggi hingga nilai terendah. Dan peserta didik

baru yang diterima sesuai dengan jumlah daya

tampung yang telah ditentukan pihak sekolah. Tetapi,

apabila di antara peserta didik baru memiliki rangking

yang sama dan berada di posisi kritis, maka sekolah

dapat mengambil kebijakan kepada peserta didik baru

tersebut, seperti mengamati kembali prestasi dari

kedua peserta didik baru tersebut dan memilih salah

satu yang terbaik, atau menempatkan kedua peserta

didik baru tersebut di dalam daftar cadangan

mengantisipasi apabila terdapat peserta didik baru

yang mengundurkan diri.

4) Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru

Terdapat beberapa prosedur dalam penerimaan

peserta didik baru, yaitu pembentukan panitia penerimaan

peserta didik baru, rapat penentuan peserta didik baru,

pembuatan pengumuman, pemasangan pengumuman,

35
pengiriman pemasangan, pendaftaran peserta didik baru,

seleksi peserta didik baru, penentuan peserta didik baru

yang diterima, pengumuman peserta didik baru yang

diterima, dan registrasi ulang peserta didik yang diterima

(Ali Imron, 2011: 47-48).

c. Orientasi Peserta Didik Baru

Masa orientasi peserta didik baru merupakan masa di

mana peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan di sekolah

yang baru dengan tujuan untuk mengenalkan lingkungan

sekolah yang baru kepada peserta didik, seperti suasana

pembelajaran di kelas, suasana lingkungan sekolah, kondisi

guru-guru mata pelajaran, dan sebagainya.

Orientasi peserta didik baru ini dilakukan setelah peserta

didik baru telah melaksanakan daftar ulang. Orientasi peserta

didik baru ini dilakukan di minggu pertama peserta didik baru

memasuki sekolah. Di dalam orientasi peserta didik baru ini

hal yang akan dibahas, yaitu: 1) alasan dan batasan orientasi

peserta didik baru; 2) tujuan dan fungsi orientasi peserta didik

baru; 3) hari-hari pertama di sekolah; dan 4) plan orientasi

peserta didik baru. Berikut penjelasan dari masing-masing hal

di atas (Ali Imron, 2011: 72).

1) Alasan dan Batasan Orientasi Peserta Didik Baru

Alasan orientasi peserta didik baru perlu dilakukan

adalah dikarenakan pergantian lingkungan sekolah

36
peserta didik baru dari lingkungan sekolah yang lama ke

lingkungan sekolah yang baru, sehingga perlu memahami

dan mengetahui kondisi serta budaya sekolah yang baru

tersebut. Menurut Ali Imron (2011: 73) dengan orientasi ini,

peserta didik akan siap menghadapi lingkungan dan

budaya baru di sekolah, yang dapat saja berbeda jauh

dengan sebelumnya.

Batasan orientasi peserta didik baru ini meliputi

lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah.

Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana

sekolah serta fasilitas-fasilitas lain yang terdapat di

sekolah. Sedangkan untuk lingkungan sosial sekolah

seperti kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah,

guru-guru setiap mata pelajaran, staf-staf sekolah, teman

seangkatan, dan peserta didik lain yang di bawah tingkat

maupun di atas tingkat di sekolah (Ali Imron, 2011: 73).

2) Tujuan dan Fungsi Orientasi Peserta Didik Baru

Tujuan dari orientasi peserta didik baru ini adalah

sebagai berikut: (Ali Imron, 2011: 74)

a) Agar peserta didik mengenal lebih dekat mengenai


diri mereka sendiri di tengah-tengah lingkungan
barunya.

37
b) Agar peserta didik mengenal lingkungan sekolah, baik
lingkungan fisiknya maupun lingkungan sosialnya.
c) Pengenalan lingkungan sekolah demikian sangat
penting bagi peserta didik dalam hubungannya
dengan:
(1) Pemanfaatan sebaik mungkin terhadap layanan
yang dapat diberikan oleh sekolah.
(2) Sosialisasi diri dan pengembangan diri secara
optimal.
d) Menyiapkan peserta didik baru secara fisik, mental,
dan emosional agar siap menghadapi lingkungan
sekolah baru dan siap dalam proses pembelajaran.

Selain tujuan, terdapat fungsi dari orientasi peserta

didik baru. Adapun fungsi dari orientasi peserta didik baru

dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut (Ali

Imron, 2011: 74-75).

a) Bagi peserta didik baru, orientasi peserta didik


berfungsi sebagai:
(1) Wahana untuk menyatakan dirinya dalam
konteks keseluruhan lingkungan sosialnya.
(2) Wahana untuk mengenal siapa lingkungan
barunya sehingga dapat dijadikan pedoman
dalam menentukan sikap.
b) Bagi personalia sekolah dan atau tenaga
kependidikan, orientasi peserta didik berfungsi
sebagai titik tolak dalam memberikan
layanan-layanan yang mereka butuhkan.
c) Bagi peserta didik senior, orientasi peserta didik baru
memiliki fungsi untuk mengetahui lebih dalam
mengenai peserta didik penerusnya di sekolah
tersebut. Hal ini berkaitan dengan kepemimpinan
estafet organisasi peserta didik di sekolah tersebut.

3) Pekan Orientasi Peserta Didik Baru

Menurut Ali Imron (2011: 77) pekan orientasi peserta

didik baru merupakan kelanjutan dari orientasi hari

pertama masuk sekolah. Apabila pada hari pertama

peserta didik diperkenalkan dengan lingkungan fisik dan

38
lingkungan sosial sekolah, maka pada pekan orientasi ini

akan memperkenalkan secara lebih detail dan rinci

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sekolah

tersebut. Adapun lingkungan sekolah yang diperkenalkan

secara rinci seperti peraturan dan tata tertib sekolah, guru

dan personalia sekolah, perpustakaan sekolah,

laboratorium sekolah, bengkel sekolah, kafetaria sekolah,

bimbingan dan konseling sekolah, layanan kesehatan

sekolah, layanan asrama sekolah, orientasi program studi

atau jurusan, cara belajar yang efektif dan efisien di

sekolah, ekstrakulikuler sekolah dan organisasi peserta

didik di sekolah.

d. Pengelompokan dan Penempatan Kelas Peserta Didik

(Pembagian Kelas)

Menurut Badrudin (2014: 40) penempatan peserta didik

baru yaitu kegiatan pengelompokan peserta didik baru yang

dilakukan dengan sistem kelas, di mana penempatan ini

dilakukan sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.

Pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan kesamaan yang

ada pada peserta didik baru, seperti jenis kelamin atau umur,

tetapi pengelompokan juga dapat didasarkan pada perbedaan

individu peserta didik baru tersebut, seperti minat, bakat, dan

kemampuan (Badrudin, 2014: 40).

39
Menurut William A. Jeager (Badrudin,2014: 40)

pengelompokan peserta didik baru dapat didasarkan pada

fungsi integrasi dan fungsi perbedaan. Fungsi integrasi yaitu

pengelompokan yang didasarkan pada kesamaan-kesamaan

yang ada pada peserta didik baru, sehingga pengelompokan

ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.

Sedangkan fungsi perbedaan yaitu pengelompokan peserta

didik baru berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada di

dalam peserta didik baru, sehingga pengelompokan ini akan

menghasilkan pembelajaran yang bersifat individual.

Menurut Ali Imron (2011: 95) menjelaskan bahwa

sejatinya pengelompokan atau penempatan peserta didik baru

bukan bermaksud untuk mengotak-atik kan peserta didik,

melainkan untuk membantu keberhasilan peserta didik.

Mitchun (Badrudin, 2014: 98-99) mengemukakan dua jenis

pengelompokan peserta didik, yaitu ability grouping dan

sub-grouping with ini the class. Yang dimaksud dengan ability

grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan di

dalam sekolah, sehingga pengelompokan ini yaitu

mengelompokkan peserta didik yang pandai dengan yang

pandai dan yang kurang pandai dengan yang kurang pandai.

sedangkan sub-grouping with in the class adalah

pengelompokan kemampuan peserta didik di dalam kelas.

Pengelompokan dan penempatan peserta didik berlaku di

semua jenjang pendidikan, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah

40
Menengah seperti SMP, SMA, ataupun SMK. Untuk Sekolah

Menengah Atas (SAMA) dan atau Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), pengelompokan atau penempatan peserta

didik baru lebih dikenal dengan istilah penjurusan. Ali Imron

(2014: 113) menjelaskan bahwa penjurusan tidak jauh

berbeda dengan pengelompokan atau penempatan, tetapi

penjurusan itu lebih diorientasikan kepada tujuan dan

prospektif peserta didik setelah lulus.

e. Pencatatan dan Pelaporan Kehadiran Peserta Didik

Kehadiran peserta didik di sekolah sangatlah penting,

karena apabila peserta didik tidak hadir di sekolah, maka

aktivitas pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Menurut Ali

Imron (2011: 82) menjelaskan bahwa kehadiran peserta didik

di sekolah adalah suatu kondisi yang memungkinkan

terjadinya interaksi belajar mengajar. Sehingga perlu adanya

kegiatan pencatatan dan pelaporan peserta didik di dalam

suatu sekolah. Menurut Badrudin (2014: 41) menjelaskan

pencatatan peserta didik bertujuan agar lbaga dapat

memberikan bimbingan yang optimal terhadap peserta didik,

dan pelaporan peserta didik dilakukan dengan maksud untuk

membentuk tanggung jawab lembaga dalam perkembangan

peserta didik di sebuah lembaga tersebut. Pencatatan dan

pelaporan peserta didik ini dilakukan mulai sejak awal peserta

didik diterima di sekolah sampai nantinya peserta didik tamat

41
atau meninggalkan sekolah. Peralatan dan perlengkapan yang

diperlukan dalam mendukung pencatatan dan pelaporan

peserta didik, yaitu sebagai berikut: (Badrudin, 2014: 41-47)

1) Buku Induk Siswa

Buku induk siswa merupakan buku yang berisi catatan

tentang peserta didik yang masuk di sekolah, yang

memuat nomor induk siswa dan data-data lain setiap

peserta didik (Badrudin, 2014: 41). Suryosubroto

(Badrudin, 2014: 41) menjelaskan bahwa selain identitas

peserta didik, buku induk siswa juga berusia prestasi

belajar peserta didik (daftar nilai rapor) dari tahun ke tahun

selama belajar di sekolah tersebut dan catatan di dalam

buku induk harus bersih dan jelas. Penanggungjawab dari

buku induk siswa ini adalah kepala sekolah yang nantinya

penggarapannya dapat diserahkan kepada pegawai

sekolah yang dirasa mampu.

2) Buku Klapper

Buku Klapper merupakan buku yang berfungsi untuk

membantu buku induk memuat data murid yang penting

dan pencatatan buku Klapper ini diambil dari buku induk,

tetapi penulisannya disesuaikan berdasarkan abjad

dengan maksud agar mudah dalam pencarian data

peserta didik sewaktu diperlukan (Badrudin, 2014: 41).

3) Daftar Presensi

42
Daftar presensi adalah daftar yang digunakan untuk

memberikan kehadiran peserta didik pada kegiatan

sekolah (Badrudin, 2014: 42). Daftar hadir peserta didik ini

memiliki keberadaan yang sangat oenting, karena

frekuensi kehadiran peserta didik dapat diketahui atau

dikontrol.

4) Daftar Catatan Pribadi

Daftar catatan pribadi peserta didik merupakan daftar

yang berisi identitas peserta didik, riwayat keluarga

peserta didik, riwayat pendidikan peserta didik, hasil

belajar peserta didik, keadaan jasmani dan rohani peserta

didik, data psikologis (sikap, minat, dan cita-cita) peserta

didik, serta kegiatan peserta didik di luar sekolah. Daftar

catatan pribadi peserta didik ini berfungsi untuk

mendukung program bimbingan dan penyuluhan di

sekolah dan disimpan di ruang BK, serta dikerjakan

langsung oleh petugas BK.

5) Daftar Mutasi Peserta Didik

Daftar Mutasi peserta didik merupakan buku yang

berfungsi untuk mengetahui keadaan jumlah peserta didik

dengan persis dan untuk mencatat keluar masuknya

peserta didik dalam setiap bulan, semester, maupun

setahun (Badrudin, 2014: 44). Daftar mutasi peserta didik

ini dibuat karena keadaan peserta didik yang tidak tetap,

43
ada peserta didik pindahan dan ada pula peserta didik

yang keluar.

6) Daftar Nilai

Daftar nilai merupakan buku yang digunakan untuk

mencatat hasil tes setiap peserta didik pada bidang

studi/mata pelajaran tertentu, dan daftar nilai ini dimiliki

oleh setiap guru bidang studi atau mata pelajaran

(Badrudin, 2014: 44). Daftar nilai ini bertujuan untuk

mengetahui kemajuan belajar setiap peserta didik, dan

nilai-nilai yang tercatat di dalam daftar nilai ini digunakan

sebagai bahan olahan nilai di dalam rapor.

7) Buku Leger

Buku Leger merupakan kumpulan nilai-nilai dari seluruh

bidang studi atau mata pelajaran untuk setiap peserta

didik sebagai bahan pengisian rapor, dan pengisian atau

pencatatan nilai-nilai seluruh bidang studi atau mata

pelajaran dilakukan satu tahun dua kali yang dilakukan

oleh wali kelas yang bersangkutan (Badrudin, 2014: 44).

8) Buku Rapor

Buku rapor merupakan alat untuk melaporkan prestasi

belajar, kehadiran, tingkah laku (kepribadian), dan

aktivitas ekstrakulikuler peserta didik kepada orang tua/

wali peserta didik, dan diberikan dua kali dalam setahun

yaitu setiap akhir UAS (Ujian Akhir Semester) (Badrudin,

2014: 45).

44
9) Tata Tertib Sekolah

Menurut instruksi menteri pendidikan dan kebudayaan

tanggal 1 Mei 1974 Nomor 14/U/1974, tata tertib sekolah

adalah ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah

sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap

pelanggarannya (Badrudin, 2014: 47). Tata tertib sekolah

terdiri dari tata tertib peserta didik, tata tertib guru, dan tata

tertib tenaga administratif. Kewajiban dalam menaati tata

tertib sekolah adalah hal yang penting karena merupakan

bagian dari sistem sekolah dan bukan hanya sekedar

pelengkap sekolah (Badrudin, 2014: 47). Dengan adanya

tata tertib sekolah maka kehidupan sekolah dapat diatur

sedemikian rupa sesuai dengan situasi, kondisi, dan

budaya sekolah, dan dengan menaati tata tertib sekolah

maka situasi, kondisi, dan budaya sekolah yang

diharapkan dapat terwujud serta proses pembelajaran

dapat berjalan maksimal.

Dalam hal pencatatan dan pelaporan peserta didik, hal

yang menjadi tolak ukur penting di dalamnya adalah

mengenai kehadiran peserta didik. Peserta didik yang jarang

untuk hadir di sekolah maka akan mengalami ketertinggalan

materi mata pelajaran, dan nanti ketika diadakan tes maka

nilai yang didapat juga tidak dapat maksimal. Kehadiran

peserta didik di sekolah (school attandence) adalah

kehadiran dan keikutsertaan peserta didik secara fisik dan

45
mental terhadap aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di

sekolah, sedangkan ketidakhadiran peserta didik di sekolah

adalah ketiadaan partisipasi secara fisik peserta didik

terhadap kegiatan-kegiatan sekolah (Ali Imron, 2011: 83).

Pada jam-jam efektif sekolah, peserta didik memang

harus berada di sekolah, apabila tidak maka harus

memberikan keterangan kepada pihak sekolah yang

diketahui oleh orang tua/ wali peserta didik. Hal ini sangat

dipentingkan, karena terdapat beberapa peserta didik yang

tidak hadir di sekolah tanpa keterangan bahkan tanpa

sepengetahuan orang tua/ walinya. Terdapat banyak sumber

penyebab mengapa peserta tidak hadir di sekolah, yaitu

ketidakhadiran peserta didik yang bersumber dari lingkungan

keluarga, ketidakhadiran yang bersumber dari peserta didik

itu sendiri, dan ketidakhadiran peserta didik yang bersumber

dari sekolah.

Menurut Ali Imron (2011: 84) ketidakhadiran peserta didik

yang bersumber dari lingkungan keluarga disebabkan karena

keluarga tidak mendukung peserta didik untuk berada di

sekolah, bahkan menjadi perintang bagi peserta didik untuk

hadir di sekolah. Adapun penyebab ketidakhadiran peserta

didik yang bersumber dari keluarga adalah sebagai berikut.

(Ali Imron, 2011: 85-86)

1) Kedua orang tuanya sibuk bekerja, hal demikian bisa


saja terjadi, mengingat peserta didik tersebut tidak
mendapat pengawasan dan perhatian dari kedua orang
tua dikarenakan sibuk bekerja. Selain itu, bisa jadi

46
peserta didik yang bersangkutan memang disuruh untuk
menjaga rumah sehingga tidak perlu bersekolah.
2) Terdapat kegiatan keagamaan di rumah sehingga
menyebabkan peserta didik tidak hadir di sekolah.
3) Terdapat persoalan atau permasalahan di lingkungan
keluarga, seperti pertengkaran antara ayah dan ibu yang
mempengaruhi jiwa peserta didik sehingga tidak hadir di
sekolah.
4) Terdapat kegiatan darurat di rumah, sehingga memaksa
peserta didik untuk turut menyelesaikan sesegera
mungkin.
5) Terdapat keluarga yang pindah rumah, yang menjadikan
peserta didik untuk turut serta membantu atau
menghadirinya.
6) Terdapat musibah kematian dari keluarga peserta didik.
7) Letak rumah yang jauh dari sekolah, sehingga peserta
didik merasa malas untuk berangkat ke sekolah.
8) Terdapat anggota keluarga yang sakit atau dirawat di
rumah sakit.
9) Tidak memiliki seragam sekolah sehingga peserta didik
enggan untuk ke sekolah.
10) Kekurangan makanan yang sehat, yang terjadi di
daerah-daerah kantong kemiskinan, sehingga peserta
didik memilih untuk bekerja daripada bersekolah dengan
tujuan untuk membantu kedua orang tua.
11) Pergi berlibur bersama orang tua atau keluarga, yang
mana hari libur orang tua bertepatan dengan hari aktif
sekolah, sehingga menyebabkan peserta didik untuk ikut
berlibur dan tidak hadir di sekolah.

Penyebab yang kedua yaitu ketidakhadiran yang

disebabkan oleh peserta didik itu sendiri. Hal demikian bisa

saja terjadi pada peserta didik yang tidak mendapat

pengawasan dari orang tua atau keluarga. Adapun

penyebab-penyebab ketidakhadiran yang disebabkan oleh

peserta didik itu sendiri adalah sebagai berikut (Ali Imron,

2011: 87).

1) Lupa tidak bersekolah

47
2) Moral atau sikap peserta didik yang bersangkutan tidak
baik.
3) Terjadi perkelahian antar peserta didik.
4) Sakit yang tidak diketahui kapan sembuhnya.
5) Anggota kelompok atau temen-teman peserta didik
yang memang sering tidak hadir di sekolah.
6) Peserta didik yang bersangkutan memang suka
membolos.
7) Prestasi peserta didik yang lemah.

Dan yang ketiga, yaitu ketidakhadiran peserta didik

yang bersumber dari sekolah. Hal ini disebabkan karena

persepsi dari peserta didik sendiri yang merasa sekolah

tidak mengakomodasi keinginan peserta didik. Adapun

penyebab-penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah

yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah sebagai

berikut (Ali Imron, 2011: 87).

1) Lokasi sekolah yang tidak menyenangkan dan tidak


nyaman.
2) Program yang dimiliki sekolah tidak efektif atau tidak
menarik bagi peserta didik.
3) Terlalu sedikit peserta didik yang masuk sekolah.
4) Biaya sekolah yang tergolong terlalu mahal.
5) Transportasi sekolah yang tidak memadai.
6) Fasilitas yang dimiliki sekolah kurang.
7) Bimbingan guru yang kurang terhadap peserta didik.
8) Suasana sekolah yang tidak kondusif.

Dan yang terakhir, yaitu ketidakhadiran peserta didik

yang bersumber dari masyarakatnya. Adapun

penyebab-penyebab ketidakhadiran tersebut adalah

sebagai berikut (Ali Imron, 2011: 88).

1) Terjadinya ledakan jumlah penduduk, sehingga


terbatasnya sumber-sumber yang dapat dipergunakan
oleh peserta didik untuk hadir di sekolah.
2) Situasi genting yang ada di dalam masyarakat.
3) Kemacetan jalan.

48
4) Adanya pemogokan massal yang umumnya dilakukan
sebagai bentuk solidaritas.
5) Adanya peperangan atau konflik yang terjadi di
lingkungan masyarakat, sehingga demi keamanan
peserta didik tidak hadir di sekolah.

Selain karena ketidakhadiran peserta didik yang

menjadi masalah utama dalam pencatatan dan pelaporan

peserta didik, tetapi terdapat faktor yang mempengaruhi

pencatatan dan pelaporan peserta didik, yaitu peserta didik

yang datang terlambat. Peserta didik yang datang terlambat

ini dapat dikategorikan sebagai ketidakhadiran peserta didik,

karena pada jam awal pelajaran peserta didik tidak berada

di sekolah, dan baru berada di sekolah di jam pelajaran

berikutnya. Faktor lain yang mempengaruhi pencatatan dan

pelaporan peserta didik yaitu adanya peserta didik yang

membolos. Peserta didik yang membolos juga dapat

dikategorikan tidak hadir, karena di awal pelajaran peserta

didik yang bersangkutan hadir di sekolah, tetapi pada jam

pelajaran berikutnya peserta didik tersebut tidak berada di

sekolah.

Untuk peserta didik yang datang terlambat di sekolah,

maka pihak sekolah berhak mengirimkan surat kepada

orang tua atau wali peserta didik agar orang tua atau wali

peserta didik tersebut lebih memperhatikan mengenai

kehadiran peserta didik di sekolah dengan waktu yang tepat

(Ali Imron, 2011: 89). Selain itu, peserta didik yang datang

terlambat harus menjelaskan alasan yang logis dan

49
masuk akal mengapa terlambat, serta perlu diberikan sanksi

karena telah melanggar tata tertib sekolah tentang jam

masuk sekolah. Pemberian sanksi ini bermaksud agar

nantinya peserta didik tidak mengulangi lagi keterlambatan

yang pernah dilakukan. Dan untuk peserta didik yang

meninggalkan sekolah sebelum waktunya, maka pihak

sekolah juga berhak memberikan surat pemberitahuan

kepada orang tua atau wali peserta didik bahwa peserta

didik yang nersamgkutan membolos sekolah, agar nantinya

orang tua juga dapat mengetahui sikap dan kondisi anaknya

ketika berada di sekolah, serta agar nantinya orang tua atau

wali dapat menasehati peserta didik yang bersangkutan

agar tidak mengulangi kesalahan yang sama (Ali Imron,

2011: 89). Peserta didik yang membolos juga harus

mendapat sanksi agar tidak mengulang untuk membolos

lagi.

Untuk mengatasi masalah ketidakhadiran peserta didik

yang berbagai faktor tersebut, maka dilakukan berbagai

usaha-usaha pencegahan. Usaha-usaha yang dapat

dilakukan adalah dengan melihat kasus per kasus yang

terjadi pada peserta didik, karena setiap peserta didik

mempunyai masalah yang berbeda-beda (Ali Imron, 2011:

90). Menurut Ali Imron (2011: 90) upaya yang dapat

dilakukan secara massal untuk mengatasi permasalahan

ketidakhadiran peserta didik di sekolah adalah dengan

50
memperhatikan sumber-sumber penyebabnya dan

melakukan perbaikan, seperti perbaikan lingkungan rumah,

perbaikan lingkungan sekolah, perbaikan diri peserta didik

sendiri, dan perbaikan lingkungan masyarakat. Hal ini

dikarenakan, faktor terbesar peserta didik tidak hadir di

sekolah adalah karena lingkungan sekitar yang tidak

mendukung, sehingga perlunya perbaikan lingkungan

sekitar peserta didik.

Untuk lingkungan rumah atau lingkungan keluarga,

usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Ali

Imron, 2011: 90-91).

1) Mengantarkan peserta didik ke sekolah tepat pada


waktunya.
2) Peserta didik diberi pekerjaan tertentu dan
memerintahkannya untuk mengumpulkannya ke
sekolah.
3) Orang tua berusaha memantau waktu tidur anaknya
agar tidur tepat waktu dan bangun tepat waktu juga.
4) Mengupayakan agar peserta didik memahami sedalam
mungkin mengenai tata tertib sekolah.

Sedangkan untuk lingkungan sekolah, perbaikan

kondisi sekolah yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut (Ali Imron, 91-92).

1) Menggunakan tata tertib sekolah sebagai salah satu


pendekatan untuk meningkatkan kehadiran peserta
didik di sekolah.
2) Memberikan pengertian kepada peserta didik akan
pentingnya kehadira mereka.
3) Menjadikan kehadiran peserta didik di sekolah sebagai
prasyarat untuk mengikuti ujian, atau menjadikan
kehadiran peserta didik sebagai bahan dari
perhitungan nilai ujian di sekolah.
4) Memperbaiki kondisi sekolah agar peserta didik tertarik
pada lingkungan sekolah.

51
5) Melibatkan guru secara aktif dalam upaya peningkatan
kehadiran peserta didik.
6) Selalu mempresensi peserta didik pada saat awal
masuk kelas, baik saat jam pertama maupun saat
jam-jam setelah istirahat atau pergantian jam.

Dan menurut Ali Imron (2011: 92) perbaikan terhadap

peserta didik itu sendiri dapat dilakukan secara preventif,

kuratif, dan preservatif, yang dilakukan oleh sekolah,

keluarga, dan masyarakat. Pengawasan yang dilakukan

oleh pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat kepada

peserta didik membuat mereka tidak dapat berkutik. Dan

ketika peserta didik akan membolos atau menyembunyikan

diri akan diketahui oleh sekolah, keluarga, dan juga

masyarakat. Begitupun juga dengan perbaikan terhadap

lingkungan masyarakat. Harus terjalin kerja sama yang erat

antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta

perlunya mendukung satu sama lain untuk mewujudkan

kehadiran peserta didik di sekolah.

f. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik

Melalui pendidikan, potensi sumber daya manusia

diaktualisasikan secara optimal dan seluruh aspek kepribadian

dikembangkan secara terpadu. Sejalan dengan peningkatan

mutu sumber daya manusia, Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan terus berupaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah-sekolah dengan menyangkut aspek

akademis dan nonakademis yang dilakukan dalam bentuk

52
kegiatan kurikuler maupun ekstrakulikuler yang dilakukan

dalam bentuk program kegiatan yang sistematis (Badrudin,

2014: 48).

Sehingga dengan upaya seperti itu, peserta didik

diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar yang utuh

dan maksimal hingga seluruh modalitas belajarnya

berkembang secara optimal yang mana dapat digunakan

sebagai bekal kehidupan di masa yang akan datang.

Pembinaan dan pengembangan peserta didik dapat dilakukan

dengan mengadakan kegiatan kurikuler ataupun

ekstrakulikuler. Menurut Badrudin (2014: 48) kegiatan kurikuler

adalah kegiatan yang telah ditentukan di dalam kurikulum yang

pelaksanaannya dilakukan pada jam-jam pelajaran melalui

pelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran atau bidang

studi di sekolah atau madrasah, dan peserta didik wajib

mengikuti kegiatan kurikuler tersebut. Sedangkan menurut

Badrudin (2014: 48) kegiatan ekstrakulikuler merupakan

kegiatan peserta didik yang dilaksanakan di luar ketentuan

yang ditentukan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kegiatan

ekstrakulikuler ini biasanya dilakukan dalam rangka merespon

kebutuhan peserta didik dan menyalurkan serta

mengembangkan hobi, minat, dan bakat peserta didik. Dan

peserta didik tidak diwajibkan mengikuti semua kegiatan

ekstrakulikuler tetapi cukup memilih kegiatan ekstrakulikuler

yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

53
Menurut Badrudin (2014: 49) menyatakan bahwa pada

aktivitas manajemen peserta didik tidak boleh adanya

anggapan bahwa kegiatan kurikuler lebih penting dari kegiatan

ekstrakulikuler atau sebaliknya, melainkan kegiatan kurikuler

dan ekstrakulikuler ini harus dilaksanakan karena saling

menunjang dalam proses pembinaan dan pengembangan

kemampuan peserta didik, serta keberhasilan pembinaan dan

pengembangan peserta didik diukur melalui proses penilaian

yang dilakukan oleh lembaga pendidikan (guru, pembina,

instruktur, fasilitator, atau pelatih). Dengan demikian, program

kegiatan pembinaan dan pengembangan peserta didik

melibatkan peserta didik sebagai sasaran utama, guru sebagai

mediasi atau sasaran antara (tidak langsung), dan sasaran

akhirnya adalah perkembangan peserta didik yang optimal

sesuai dengan karakteristik pribadi, tugas perkembangan,

kebutuhan, bakat, minat, dan kreativitasnya.

Pembinaan dan pengembangan peserta didik memiliki

fungsi dan tujuan, di mana fungsi dan tujuan akhir pembinaan

peserta didik secara umum sesuai dengan fungsi dan tujuan

pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum di dalam

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Bab III, Pasal 3, yang berbunyi sebagai

berikut:

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan


kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

54
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Adapun secara khusus, pembinaan dan pengembangan

peserta didik ditujukan untuk memfasilitasi perkembangan

peserta didik melalui penyelenggaraan program bimbingan,

pembelajaran, dan pelatihan, agar peserta didik dapat

mewujudkan kegiatan-kegiatan di bawah ini: (Badrudin, 2014:

53-54)

1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa


Bentuk kegiatannya antara lain: a) pelaksanaan
ibadah yang sesuai dengan ajaran agama masing-masing;
b) kegiatan-kegiatan keagamaan; c) peringatan hari-hari
besar keagamaan; d) perbuatan amaliah; e) bersikap
toleran terhadap penganut agama lain; f) kegiatan seni
bernapaskan keagamaan; dan g) lomba-lomba yang
bersifat keagamaan.
2) Kepribadian yang utuh dan budi pekerti yang luhur
Kegiatannya dapat dalam bentuk pelaksanaan: a) tata
tertib sekolah; b) tata krama dalam kehidupan sekolah;
dan c) sikap hormat terhadap guru, orang tua, sesama
siswa, dan lingkungan masyarakat.
3) Kepemimpinan
Kegiatan kepemimpinan antara lain siswa dapat
berperan aktif di dalam OSIS, kelompok belajar, kelompok
ilmiah, latihan dasar kepemimpinan, forum diskusi, dan
sebagainya.
4) Kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan
Dalam hal ini bentuk kegiatannya antara lain: a)
keterampilan menciptakan suatu barang menjadi lebih
berguna; b) kreativitas dan keterampilan di bidang
elektronika, pertanian/perkebunan, pertukangan kayu dan
batu, tata laksana rumah tangga (PKK), dan sebagainya; c)
kerajinan dan keterampilan tangan; d) koperasi sekolah
dan unit produksi; e) praktik kerja nyata; dan f)
keterampilan baca dan tulis.
5) Kualitas jasmani dan kesehatan
Kegiatan dapat dalam bentuk: a) berperilaku hidup
sehat di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat; b)
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); c) kantin sekolah; d)
kesehatan mental; e) upaya pencegahan dari

55
penyalahgunaan narkoba; f) pencegahan penularan
HIV/AIDS; g) olahraga; h) Palang Merah Remaja (PMR); i)
Patroli Keamanan Sekolah (PKS); j) pembiasaan 5K
(keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan
kekeluargaan); dan k) peningkatan kemampuan
psikososial untuk mengatasi berbagai tantangan hidup.
6) Seni Budaya
Kegiatannya dapat dilakukan dalam bentuk: a)
wawasan keterampilan peserta didik di bidang seni suara,
tari, rupa, musik, drama, fotografi, sastra, dan oertunjukan;
b) penyelenggaraan sanggar seni; c)
pementasan/pameran berbagai cabang seni; d)
pengenalan dan apresiasi seni budaya bangsa.
7) Pendidikan pendahuluan bela negara dan wawasan
kebangsaan
Bentuk kegiatannya antara lain: a) upacara bendera;
b) bakti sosial/masyarakat; c) pertukaran pelajar; d)
baris-berbaris; e) peringatan hari besar bersejarah bangsa;
f) wisata alam (alam, tempat bersejarah); g) pecinta alam;
h) Napak tilas; i) pelestarian lingkungan.

Pada dasarnya kegiatan pembinaan dan pengembangan

peserta didik ini direncanakan dan dikoordinasikan oleh Wakil

Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, tetapi menjadi tanggung

jawab semua tenaga kependidikan di sekolah tersebut, yaitu

guru. Sehingga guru sebagai pendidik bertanggung jawab atas

terselenggaranya kegiatan pembinaan dan pengembangan

peserta didik di sekolah, baik melalui bimbingan, pengajaran,

dan/atau pelatihan. Seluruh tanggung jawab tersebut

dilaksanakan dalam upaya memfasilitasi peserta didik agar

kompetensi dan segala aspek pribadinya berkembang secara

optimal. Dengan demikian, setiap guru harus memahami,

menguasai, dan menerapkan kompetensi bidang pembinaan

dan pengembangan peserta didik. Dalam rangka berpikir dan

bertindak seperti itulah dikembangkan standar kompetensi

56
guru bidang pembinaan dan pengembangan peserta didik

yang dirinci ke dalam sub-sub kompetensi, indikator-indikator,

dan materi-materi sebagai rujukan dan acuan sekolah untuk

menyelenggarakan kegiatan pembinaan dan pengembangan

peserta didik. Pernyataan-pernyataan tentang kompetensi,

subkompetensi, indikator, dan materi yang dimaksud tertuang

di dalam matriks di bawah ini: (Badrudin, 2014: 50-56)

Tabel 05. Standar Kompetensi Bidang Pembinaan dan Pengembangan Peserta


Didik

Kompetensi Subkompetensi Indikator Materi


Memahami a. Karakteristik a. Tahap-tahap a. Tahap-tahap
perkembangan perkembangan perkembangan dan tugas-tugas
peserta didik peserta didik peserta didik perkembangan
b. Perkembangan b. Pemahaman peserta didik
fisik psikomotorik gejala b. Perkembangan
c. Perkembangan perubahan fisik fisik
sosial emosional dan perilaku psikomotorik
d. Perkembangan motorik c. Perkembangan
intelektual, bakat c. Kehidupan sosial
dan minat sosial dan emosional
e. Perkembangan emosional d. Perkembangan
kreativitas berkelompok intelektual,
d. Prestasi bakat, dan
akademis dan minat
nonakademis e. Perkembangan
e. Orisinalitas dan kreativitas
fleksibilitas,
pembaharuan
bersambung

sambungan
Kompetensi Subkompetensi Indikator Materi
Memahami a. Ketakwaan kepada a. Terdapat a. Pembinaan
ruang lingkup Tuhan YME pelaksanaan ketakwaan
pembinaan b. Kepribadian dan sosial kepada Tuhan
peserta didik budi pekerti keagamaan, YME
c. Kepemimpinan adanya toleransi b. Pembinaan

57
d. Kreativitas, kehidupan kepribadian dan
keterampilan, beragama, budi pekerti
kewirausahaan terdapat kegiatan c. Pembinaan
e. Kualitas jasmani hari besar kepemimpinan
dan kesehatan keagamaan, d. Pembinaan
f. Seni budaya adanya kegiatan kreativitas,
seni dan budaya keterampilan,
keagamaan kewirausahaan
b. Terlaksananya e. Pembinaan
tata tertib dan kualitas jasmani
tata krama dalam dan kesehatan
kehidupan sosial f. Pembinaan seni
di sekolah, sikap budaya
saling
menghormati
antar masyarakat
sekolah
c. Terlaksananya
aktivitas OSIS,
kelompok belajar,
latihan dasar
kepemimpinan,
forum diskusi
d. Ada dan
terlaksananya
koperasi sekolah,
adanya kumpulan
hasil karya dan
prestasi peserta
didik
e. Adanya aktivitas
PMR, kantin
sekolah,
olahraga, UKS,
kegiatan sosial,
kegiatan 6K
f. Adanya berbagai
aktivitas seni dan
budaya
bersambung

sambungan
Kompetensi Subkompetensi Indikator Materi
Memahami g. Pendidikan g. Terlaksananya g. Pembinaan
ruang lingkup pendahuluan bela upacara bendera, pendidikan
pembinaan negara dan peringatan pendahuluan
peserta didik wawasan hari-hari besar bela negara dan
kebangsaan nasional, bakti wawasan

58
sosial, wisata kebangsaan
alam, napak tilas,
pelestarian alam,
taat tata tertib
Mampu a. Merancang a. Terdapat rencana a. Rancangan
merancang strategi tertulis strategi
dan pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan
melaksanakan pembinaan pembinaan pembinaan
strategi peserta didik kesiswaan peserta didik
pembinaan b. Merancang b. Ada program b. Rancangan
peserta didik kegiatan kegiatan kegiatan
ekstrakulikuler ekstrakulikuler ekstrakulikuler
c. Merancang c. Ada c. Rancangan
kegiatan program-program kegiatan
ekstrakulikuler pelatihan ekstrakulikuler
melalui latihan kegiatan melalui latihan
terprogram ekstrakulikuler terprogram dan
d. Menciptakan d. Terdapat pembelajaran
kegiatan kegiatan d. Rancangan
kompetensi kompetisi kegiatan
kompetisi
Mampu a. Mengembangkan a. Terdapat a. Pengembangan
mengembangk jenis-jenis kegiatan berbagai jenis model-model
an kegiatan pembinaan kegiatan outbound
pembinaan peserta didik pembinaan b. Program
peserta didik peserta didik, edutainment
baik di dalam c. Pembinaan
maupun di luar mental agama
lingkungan dan kegiatan
sekolah, dan waktu luang
terdapat berbagai
kegiatan
pembinaan
peserta didik
yang bersifat
edutainment,
pembinaan
mental-agama,
kempetitif,
pelatihan, dan
ekspose
bersambung
sambungan
Kompetensi Subkompetensi Indikator Materi
Mampu a. Memahami konsep a. Adanya a. Konsep dasar
merancang dasar dan jenis instrumen dan jenis
dan evaluasi kegiatan evaluasi proses evaluasi kegiatan
mengembangk pembinaan dan hasil, baik pembinaan
an evaluasi peserta didik dalam bentuk tes peserta didik

59
kegiatan b. Mampu maupun nontes. b. Rancang
pembinaan merancang instrumen
peserta didik instrumen evaluasi evaluasi kegiatan
kegiatan pembinaan
pembinaan peserta didik
peserta didik
Profesionalitas a. Pribadi yang a. Menunjukkan a. Ciri-ciri pribadi
pribadi profesional dan karakteristik jujur, tanggung
pembinaan integritas pribadi yang jujur, jawab, komitmen,
peserta didik tanggung jawab, empati, simpati,
komitmen, humoris, inovatif,
empati, simpati, kreatif, teladan,
humoris, inovatif, respek, mudah
kreatif, teladan, bergaul, disiplin
respek, mudah b. Berpengalaman
bergaul, disiplin, dan mampu
dan mampu membuat jejaring
membuat jejaring
b. Berpengalaman
dalam bidang
pembinaan
peserta didik

Menurut Badrudin (2014: 59-61) selain kegiatan-kegiatan

di atas, pembinaan dan pengembangan peserta didik juga

meliputi layanan-layanan khusus yang menunjang manajemen

peserta didik. Karena dengan layanan yang baik yang ada di

sekolah akan membuat kompetensi dan segala aspek yang

ada pada peserta didik dapat berkembang. Layanan-layanan

yang diperlukan peserta didik di sekolah, yaitu:

1) Layanan Bimbingan dan Konseling

Menurut Badrudin (2014: 59) layanan bimbingan dan

konseling (BK) merupakan proses pemberian bantuan

terhadap peserta didik agar perkembangannya optimal

60
sehingga peserta didik dapat mengarahkan dirinya dalam

bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi

lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Fungsi

dari bimbingan adalah untuk membantu peserta didik

dalam memilih jenis sekolah lanjutannya, memilih program,

memilih lapangan pekerjaan sesuai bakat, minat, dan

kemampuan. Selain itu, juga membantu guru dalam

menyesuaikan program pengajaran yang disesuaikan

dengan bakat dan minat peserta didik, serta membantu

peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan bakat dan

minat mereka untuk mencapai perkembangan yang

optimal.

Tujuan dilakukannya bimbingan dan konseling di

sekolah, antara lain: (Tim Dosen AP UPI, 2014: 215)

a) Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri.


b) Mengembangkan pengetahuan tentang jenjang
pendidikan, jenis pekerjaan, serta nilai dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat.
c) Mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
d) Mengembangkan kemampuan merencanakan masa
depan sesuai dengan bakat, minat, dan kompetensi
yang dimiliki.
e) Mengatasi kesulitan dalam memahami diri sendiri,
lingkungan, menyalurkan minat dan bakat, serta
dalam hal belajar dan berhubungan sosial.

2) Layanan Perpustakaan

Menurut Badrudin (2014: 60) layanan perpustakaan

diperlukan untuk memberikan layanan dalam menunjang

proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi yang

61
dibutuhkan, serta memberikan layanan rekreatif melalui

koleksi bahan pustaka. Perpustakaan menyediakan bahan

pustaka bagi peserta didik yang akan memperkaya dan

memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan

keterampilan, membantu dalam penelitian, serta

meningkatkan minat baca.

Tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut.

(Tim Dosen AP UPI, 2014: 216)

a) Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan


membaca.
b) Mendidik peserta didik agar mampu memelihara dan
memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan
efisien.
c) Meletakkan dasar ke arah belajar mandiri.
d) Memupuk bakat dan minat peserta didik.
e) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
yang dihadapi sehari-hari.

3) Layanan Kantin

Menurut Badrudin (2014: 60) layanan kantin diperlukan

di sekolah agar kebutuhan peserta didik terhadap

makanan yang bersih, bergizi, dan higienis tersedia

sehingga kesehatan peserta didik selama di sekolah

terjamin dengan baik, selain itu keberadaan kantin di

sekolah juga bertujuan agar peserta didik tidak berkeliaran

mencari makanan di luar lingkungan sekolah.

4) Layanan Kesehatan

Menurut Badrudin (2014: 60) layanan kesehatan

bertujuan untuk meningkatkan dan membina kesehatan

peserta didik dan lingkungan hidupnya. Layanan

62
kesehatan di sekolah biasanya dibentuk dalam sebuah

wadah yang bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Penyelenggara UKS memerlukan kerja sama antara

seluruh warga sekolah. Dan hendaknya setiap wagra

sekolah menjalankan tugas sebaik-baiknya.

5) Layanan Transportasi

Menurut Badrudin (2014: 60) layanan transportasi

bertujuan sebagai sarana penunjang untuk kelancaran

proses pembelajaran. Peserta didik akan merasa aman

dan dapat masuk/pulang sekolah dengan tepat waktu.

Penyelenggaraan transportasi sebaiknya dilaksanakan

oleh sekolah yang bersangkutan.

6) Layanan Asrama

Menurut Badrudin (2014: 61) layanan asrama sangat

diperlukan oleh peserta didik yang jauh dari keluarga

sebagai tempat beristirahat yang nyaman. Manfaat

asrama bagi peserta didik, yaitu: (Tim Dosen AP UPI,

2014: 222)

a) Tugas sekolah dapat dikerjakan dengan cepat dan


sebaik-baiknya.
b) Sikap dan tingkah laku peserta didik dapat diawasi
oleh pihak sekolah.
c) Meringankan kecemasan orang tua terhadap
anaknya.
d) Sebagai pengendali tingkah laku peserta didik yang
kurang baik.

7) Layanan Ekstrakulikuler

Layanan ekstrakulikuler di sekolah bertujuan untuk

mengembangkan minat, bakat, hobi dan kemampuan dari

63
setiap peserta didik. Dengan adanya layanan

ekstrakulikuler ini, maka peserta didik dapat menyalurkan

minat, bakat, hobi, dan kemampuan yang dimilikinya di

dalam kegiatan ekstrakulikuler ini. Kegiatan ekstrakulikuler

yang terdapat di sekolah sangat beragam, sehingga

peserta didik cukup memilih kegiatan ekstrakulikuler yang

sesuai dengan minat, bakat, hobi, dan kemampuan

peserta didik yang bersangkutan.

g. Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik

Menurut Wand dan Brown (Badrudin, 2014: 61) evaluasi

adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan

nilai dari sesuatu. Evaluasi peserta didik berarti kegiatan

menilai proses dan hasil belajar peserta didik baik yang berupa

kegiatan kurikuler, kokulikuler, maupun ekstrakulikuler. Tujuan

dari evaluasi peserta didik adalah untuk melihat kemajuan

belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran

yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan, serta melihat perkembangan peserta didik dari

waktu ke waktu. Pasaribu dan Simanjuntak (Badrudin, 2014:

61) menyatakan bahwa:

1) Tujuan umum evaluasi peserta didik adalah:


a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf
kemajuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
b) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas atau
pengalaman yang didapat.
c) Menilai metode mengajar yang digunakan.

64
2) Tujuan khusus evaluasi peserta didik adalah: (Suwardi
dan Daryanto, 2017: 115)
a) Merangsang kegiatan peserta didik.
b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
belajar peserta didik.
c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan, dan bakat peserta didik
yang bersangkutan untuk memperbaiki mutu
pelajaran, cara belajar, dan metode mengajar.
d) Untuk memperbaiki mutu pembelajaran/ cara belajar
dan metode mengajar.

Berdasarkan dari tujuan penilaian hasil belajar tersebut,

maka terdapat beberapa fungsi penilaian, yaitu antara lain:

(Suwardi dan Daryanto, 2017: 116)

1) Fungsi selektif, dengan mengadakan evaluasi maka guru


mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap peserta didiknya. Evaluasi di dalam hal
ini memiliki tujuan untuk memilih peserta didik yang dapat
diterima di sekolah tertentu, memilih peserta didik yang
dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, memilih peserta
didik yang mendapat beasiswa, memilih peserta didik
yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan lain
sebagainya.
2) Fungsi diagnostik, evaluasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui kelemahan peserta didik. Apabila alat yang
digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan,
maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui
kemampuan dan atau kelemahan peserta didik. Sehingga
dengan demikian, akan lebih mudah untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
3) Fungsi penempatan, evaluasi ini bertujuan untuk
menentukan dengan pasti kelompok mana seorang
peserta didik harus ditempatkan. Dengan cara melalui
pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan
kemampuan peserta didik.
4) Fungsi pengukur keberhasilan program, evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan. Sehingga nantinya dapat
memilih atau menyeleksi alat-alat evaluasi yang cocok
dan sesuai dengan kondisi peserta didik agar diperoleh
kualitas yang baik.

65
Menurut Badrudin (2014: 62) terdapat dua macam alat

evaluasi, yaitu tes dan nontes. Dalam penggunaan alat

evaluasi yang berupa tes, hendaknya guru membiasakan diri

tidak hanya menggunakan tes objektif atau pilihan ganda saja,

tetapi juga diimbangi dengan tes uraian. Tes adalah penilaian

yang komprehensif terhadap seorang individu atau

keseluruhan usaha evaluasi program. Menurut Suwardi dan

Daryanto (2017: 117) di dalam suatu kelas, tes mempunyai

fungsi ganda, yaitu untuk mengukur keberhasilan peserta

didik dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur keberhasilan

peserta didik, terdapat tiga jenis tes, yaitu: (Badrudin, 2014:

62-63)

1) Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan peserta didik sehingga nantinya
guru dapat memberikan perlakuan yang tepat kepada
peserta didik tersebut. Dengan demikian, maka akan
ditemukan kesulitan belajar pada peserta didik dan cara
mengatasi permasalahan tersebut dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan belajar.
2) Tes formatif
Tes formatif adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk
setelah mengikuti suatu program tertentu. Selain itu, tes
ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.
3) Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan setelah
berakhirnya pemberian sekelompok program atau pokok
bahasan. Tes ini berfungsi untuk menentukan angka
kemajuan hasil belajar peserta didik. Jadi, tes ini dilakukan
atau diberikan setelah pemberian materi oleh guru.

66
Setelah peserta didik melakukan suatu evaluasi, maka akan

didapat sebuah hasil evaluasi terhadap peserta didik dari

evaluasi yang telah diberikan. Kemudian dari hasil evaluasi

tersebut ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik.

Menurut Badrudin (2014: 63) terdapat dua kegiatan dalam

menindaklanjuti hasil penilaian peserta didik, yaitu program

remidial dan program pengayaan.

1) Program remidial

Belajar tuntas merupakan kriteria keberhasilan

kegiatan belajar mengajar. Tingkat ketuntasan ini

bermacam-macam dan merupakan persyaratan minimum

yang harus dikuasai peserta didik. Apabila peserta didik

tidak dapat menguasai persyaratan minimum yang telah

ditentukan, maka terdapat kesulitan belajar pada peserta

didik. Menurut (2014: 63) biasanya penanganan masalah

kesulitan belajar dapat dilakukan melalui pendekatan

pengajaran remidial, bimbingan dan penyuluhan,

psikoterapi, atau pendekatan lainnya. Dalam hal

pengajaran remidial, kegiatan ini dilakukan dengan

beberapa alasan, antara lain: (Badrudin, 2014: 63-64)

a) Masih banyak peserta didik yang belum mencapai


prestasi belajar yang diharapkan.
b) Guru bertanggung jawab atas seluruh proses
pendidikan, yang berarti bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui pencapaian
standar kompetensi yang diharapkan.
c) Pengajaran remidial diperlukan dalam rangka
melaksanakan proses belajar yang sebenarnya, yaitu
sebagai proses perubahan tingkah laku secara
keseluruhan.

67
d) Pengajaran remidial merupakan salah satu bentuk
pelayanan bimbingan dan penyuluhan melalui interaksi
belajar mengajar.

Menurut Badrudin (2014: 64) pengajaran remidial

adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang secara umum

bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki

sebagian atau keseluruhan kesulitan belajar yang dihadapi

oleh peserta didik dan kepribadian peserta didik, sehingga

dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Dan

secara khusus pengajaran remidial memiliki tujuan agar

peserta didik: (Badrudin, 2014: 64)

a) Memahami diri sendiri, hal ini menyangkut prestasi


belajarnya dari segi kekuatan, kelemahan, jenis, dan
sifat kesulitannya.
b) Dapat mengubah atau memperbaiki cara-cara belajar
ke arah yang lebih sesuai dengan kesulitan yang
dihadapinya.
c) Dapat memiliki materi dan fasilitas belajar yang tepat.
d) Dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar
belakang kesulitannya.
e) Dapat mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan
yang baru yang dapat mendorong tercapainya hasil
belajar yang lebih baik.
f) Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang
diberikan.

Menurut Badrudin (2014: 64-65) langkah dalam

pengajaran remidial, antara lain:

a) Memahami dan mengidentifikasi kembali kasus dan


permasalahannya.
b) Menentukan alternatif pilihan tindakan yang akan
dilakukan.
c) Melaksanakan layanan bimbingan dan penyuluhan
atau psikoterapi.
d) Melaksanakan pengajaran remidial.
e) Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali.
f) Mengadakan reevaluasi dan rediagnostik.

68
Sasaran akhir dari kegiatan remidial adalah pengajaran

biasa, yaitu membantu setiap peserta didik dalam

batas-batas normal iyaa tertentu agar dapat

mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat

mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan tertentu,

sekurang-kurangnya sesuai dengan batas kriteria

keberhasilan belajar yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan program pengajaran remidial, juga

terdapat strategi-strategi dalam pendekatannya. Menurut

Badrudin (2014: 65-68) terdapat beberapa strategi yang

dapat dilakukan dalam pengajaran remidial, yaitu:

a) Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat

kuratif, strategi ini dilakukan setelah selesai program

pembelajaran utama. Pendekatan pengajaran yang

dapat diterapkan, antara lain:

(1) Pengulangan, dapat dilakukan pada setiap akhir

jam pertemuan. Pelaksanaan layanan ini dapat

diberikan dengan cara perorangan apabila peserta

didik yang memerlukan bantuan jumlahnya

terbatas, dan kelompok apabila terdapat sejumlah

peserta didik yang mempunyai jenis/sifat kesulitan

yang sama. Waktu dan pelaksanaannya dapat

diatur sedemikian rupa sesuai dengan situasi dan

kondisi yang ada.

69
(2) Pengayaan, dilakukan kepada peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar ringan. Teknik

pelaksanaannya dengan cara memberi tugas

pekerjaan rumah atau tugas yang dikerjakan di

kelas pada jam pelajaran tersebut.

(3) Percepatan, yaitu memberikan layanan kepada

kasus berbakat tetapi kesulitan psikososial atau

ego emosional, dengan mengadakan akselerasi

atau promosi pada program PBM utama berikut

yang lebih tinggi. Terdapat dua kemungkinan

pelaksanaan yaitu promosi penuh status

akademisnya ke tingkat yang lebih tinggi apabila

peserta didik menguasai seluruh bidang studi yang

ditempuh dengan luar biasa, dan maju

berkelanjutan apabila peserta didik menguasai

beberapa bidang studi tertentu saja, status

akademisnya tetap sama dengan teman

sekelasnya.

b) Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat

preventif, teknik layanan. Pengajaran yang digunakan

adalah layanan kepada kelompok belajar homogen,

layanan pengajaran individual, dan layanan pengajaran

secara kelompok dengan kelas khusus remidial dan

pengayaan.

70
c) Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat

pengembangan, yaitu agar peserta didik dapat segera

mengatasi kesulitan yang dialami selama

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Metode yang

digunakan antara lain pemberian tugas, diskusi, tanya

jawab, kerja kelompok, tutor teman sebaya, dan

pengajaran individual.

2) Program pengayaan

Menurut Badrudin (2014: 68) program pengayaan

adalah kegiatan yang diberikan kepada peserta didik

kelompok cepat sehingga peserta didik tersebut menjadi

lebih kaya pengetahuan dan keterampilannya atau lebih

mendalami bahan pelajaran yang sedang dipelajari.

Program pengayaan ini bertujuan agar peserta didik yang

sudah menguasai bahan pelajaran lebih dahulu tidak

berhenti perkembangannya. Strategi program pengayaan

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kegiatan

pengayaan yang berhubungan dengan topik modul pokok

atau kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan

topik modul pokok.

h. Mutasi Peserta Didik

71
Menurut Badrudin (2014: 69) mutasi peserta didik dapat

diartikan sebagai proses perpindahan peserta didik dari

sekolah satu ke sekolah lain atau perpindahan peserta didik

yang berada di dalam satu sekolah. Oleh karena itu, terdapat

dua jenis mutasi peserta didik, yaitu: (Badrudin, 2014: 69-73)

1) Mutasi Eksternal, yaitu perpindahan peserta didik dari satu


sekolah ke sekolah yang lain. Adapun tujuan mutasi
eksternal adalah:
a) Mutasi didasarkan pada kepentingan peserta didik
untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah sesuai
dengan keadaan dan kemampuan peserta didik serta
lingkungan yang mempengaruhinya.
b) Memberikan perlindungan kepada sekolah tertentu
untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar
sesuai keadaan, kemampuan sekolah, serta
lingkungan yang mempengaruhinya.
2) Mutasi Internal, yaitu perpindahan peserta didik dalam
suatu sekolah, seperti kenaikan kelas atau pindah ke
jurusan atau program studi lain yang masih dalam satu
sekolah.

i. Kelulusan dan Alumni

Proses kelulusan merupakan kegiatan paling akhir dari

manajemen peserta didik. Menurut Tim Dosen Administrasi

Pendidikan UPI (2014: 214) kelulusan adalah pernyataan dari

lembaga pendidikan (sekolah) tentang telah diselesaikannya

program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik.

Setelah peserta didik selesai mengikuti seluruh program

pendidikan di suatu lembaga pendidikan dan berhasil lulus

ujian akhir, maka peserta didik akan mendapat surat

keterangan lulus atau sertifikat, biasanya Ijazah atau Surat

Tanda Tamat Belajar (STTB).

72
Setelah lulus, hubungan peserta didik dengan lembaga

pendidikan dapat dinyatakan telah selesai. Namun demikian,

hubungan peserta didik dengan lembaga pendidikan dapat

terus dijalin dan dilanjutkan melalui wadah ikatan alumni

(Badrudin, 2014: 69). Pihak sekolah dapat memperoleh

keuntungan dengan adanya hubungan dengan alumni, seperti

informasi tentang materi pelajaran mana yang sangat

membantu untuk studi selanjutnya atau informasi tentang

lapangan pekerjaan yang bisa dijangkau bagi alumni lainnya.

Hubungan antara sekolah dengan para alumni dapat

dijaga melalui pertemuan yang diselenggarakan oleh para

alumni yang biasa disebut dengan reuni. Dan prestasi para

alumni perlu dicatat karena akan berguna bagi lembaga

pendidikan dalam mempromosikan lembaga pendidikannya.

C. Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation, yang

kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “evaluasi”.

Menurut Suchman (Arikunto, 2004: 1) memandang evaluasi sebagai

sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa

kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.

Menurut Worthen dn Sanders (Arikunto, 2004:1) mengatakan bahwa

evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang

sesuatu, seperti mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai

73
keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi

yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Menurut

Stufflebeam (Arikunto, 2004: 1) mengatakan bahwa evaluasi

merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian

informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam

menentukan alternatif keputusan. Dan menurut Arikunto (2014: 1-2)

evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan

untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah

keputusan. Dari beberapa pengertian tentang evaluasi di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah kegiatan

menggali informasi dan atau menentukan hasil dari apa yang sudah

direncanakan dengan tujuan menentukan keputusan yang akan

digunakan.

Menurut Arikunto (2014: 2-3) terdapat dua pengertian program,

yaitu pengertian program secara khusus dan umum. Secara umum

program dapat diartikan sebagai rencana, dan secara khusus program

adalah suatu unin atau kesatuan kegiatan yang dilakukan bukan

hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Dari pengertian di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa program merupakan rangkaian

kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus.

Dari pengertian evaluasi dan program di atas, maka dapat

diperoleh pengertia dari evaluasi program. Menurut Ralph Tyler

(Arikunto, 2014: 4) mengatakan bahwa evaluasi program adalah

proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat

74
terealisasikan. Sedangkan menurut Cronbach dan Stufflebeam

(Arikunto, 2014: 4) mengemukakan bahwa evaluasi program adalah

upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil

keputusan. Dan menurut Arikunto (2014: 3) menjelaskan evaluasi

program sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan

realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan. Dari beberapa

pengertian di atas, evaluasi program merupakan suatu kegiatan yang

mencari informasi dari rangkaian kegiatan yang ada apakah sudah

sesuai dengan tujuan yang direncanakan untuk kemudian diambil

keputusan mengenai rangkaian kegiatan tersebut.

Manajemen peserta didik merupakan suatu program yang

dilakukan secara terus-menerus setiap tahunnya di sekolah mulai dari

perencanaan peserta didik baru hingga peserta didik tersebut lulus dan

meninggalkan sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi dari

kegiatan manajemen peserta didik pada setiap aspek manajemen

peserta didik, seperti perencanaan peserta didik baru, penerimaan

peserta didik baru, orientasi peserta didik baru, penempatan dan

pengelompokan kelas peserta didik, pencatatan dan pelaporan

kehadiran peserta didik, pembinaan dan pengembangan peserta didik,

evaluasi hasil belajar peserta didik, mutasi peserta didik, serta

kelulusan dan alumni. Antara program manajemen peserta didik dan

evaluasi program merupakan dua hal yag saling terikat dan saling

berpengaruh satu dengan yang lain. Dengan adanya evaluasi program

manajemen peserta didik ini, diharapkan dapat terjadinya perbaikan

pada program ini di tahun-tahun berikutnya dikarenakan kesalahan

75
pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga pelaksanaan program

manajemen peserta didik akan semakin baik dan lancar.

2. Tujuan Evaluasi Program

Setiap program kegiatan pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin

dicapai, demikian juga dengan evaluasi program pendidikan. Menurut

Chester T. Mc Nerney (Rusdiana, 2017: 23), tujuan evaluasi program

pendidikan sebagai berikut:

"The purpose of any program of evaluation is to discover the needs


of the individuals being evaluated and then design learning
experiences that will satisfy these needs."

Tujuan evaluasi program adalah sebagai pengarah kegiatan

evaluasi program dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan

efektivitas evaluasi program. Menurut Arikunto (2014: 35) tujuan

evaluasi terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus, berikut tujuan

pelaksanaan evaluasi program.

a. Memberi masukan untuk perencanaan program


b. Memberi masukan untuk kelanjutan, perluasan, dan penghentian
pogram.
c. Memberi masukan untuk modifikasi program
d. Memperoleh informasi tentang faktor pendorong dan penghambat
program
e. Memberi masukan untuk motivasi dan pembinaan pengelolaan dan
pelaksanaan program
f. Memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi
evaluasi program

3. Kriteria Evaluasi Program

Dalam pelaksanaan evaluasi program harus didasarkan pada

kriteria-kriteria sebagai arahan untuk menentukan data yang harus

dikumpulkan dan sebagai dasar pula untuk menginterpretasikan data

76
yang talg diperoleh. Menurut Rusdiana (2017: 24) dalan

mengembangkan kriteria perlu diperhatikan pada faktor-faktor primer

bukan faktor-faktor sekunder, karena agar hasil evaluasi program

dapat mencapai keobjektifan yang tinggi. Secara umum evaluasi

program harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Rusdiana, 2017:

25).

a. Mengukur tujuan yang ingin dicapai


b. Objektif
c. Lebih didasarkab atas observasi daripada hasil interpretasi
d. Mengukur proses dab hasil
e. Dilaksanakan dengan penuh kerja sama

4. Prinsip Evaluasi Program

Menurut Mada Sutapa (Rusdiana, 2017: 27-28) evaluasi program

memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Komprehensif, yaitu evaluasi program harus mencakup bidang


sasaran yang luas atau menyeluruh.
b. Komparatif, yaitu dalam mengadakan evaluasi program harus
dilaksanakan dengan kerja sama di antara semua orang yang
terlibat dalam aktivitas program tersebut.
c. Kontinu, yaitu evaluasi program hendaknya dilakukan secara
terus-menerus selama proses pelaksanaan program.
d. Objektif, yaitu evaluasi program harus dinilai sesuai dengan
kenyataan yang ada berdasarkan data dan atau fakta yang
diperoleh.
e. Valid, yaitu evaluasi program harus memiliki kriteria yang
digunakan agar hasil dari evaluasi memiliki standar yang jelas.
f. Fungsional, yaitu evaluasi program dapat digunakan untuk
memperbaiki situasi yang ada pada saat itu.
g. Diagnostik, yaitu evaluasi program hendaknya mampu
mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan program yang
dievaluasi sehingga dapat memperbaikinya.

5. Proses Evaluasi Program

Proses evaluasi program pada dasarnya berupa prosedur,

tahapan-tahapan, atau langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam

77
mengevaluasi keberhasilan suatu program pendidikan. Menurut

Rusdiana (2017: 31-33) yang bersumber dari Diknas, 2009: 11-14,

langkah-langkah yang ditempuh dalam evaluasi program, yaitu

merumuskan tujuan evaluasi, menyeleksi alat-alat evaluasi, menyusun

alat-alat evaluasi, menerapkan alat evaluasi, mengolah hasil evaluasi,

menyimpulkan hasil evaluasi, dan follow up.

6.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Nanik Istiroah (2015), “Manajemen Peserta Didik di Sekolah

Menengah Atas Patria Bantul”, penelitian ini memiliki tujuan untuk

mendeskripsikan: (1) perencanaan peserta didik; (2) pembinaan peserta

didik; (3) evaluasi peserta didik; (4) mutasi peserta didik; dan (5) hambatan

manajemen peserta didik di SMA Patria Bantul. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, dan guru. Data diperoleh

dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Uji keabsahan data

dilakukan dengan triangulasi teknik dan sumber. Teknik Analisis data

menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman melalui tahap

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: (1) perencanaan

peserta didik di SMA Patria dimulai dari kegiatan analisis kebutuhan

78
peserta didik, rekrutmen peserta didik, seleksi peserta didik, orientasi

peserta didik, penempatan peserta didik, pencatatan dan pelaporan

peserta didik. (2) Pembinaan dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler dan

kookurikuler. (3) Evaluasi peserta didik dilakukan melalui evaluasi formatif

dan sumatif, kemudian tindak lanjut dari hasil evaluasi berupa kegiatan

remidi dan pengayaan. (4) Mutasi peserta didik dilakukan melalui kegiatan

mutasi intern, mutasi eksternal, dan drop out. (5) Hambatan manajemen

peserta didik di SMA Patria yaitu: (a) kuota yang disediakan untuk peserta

didik baru jarang terpenuhi sehingga sistem seleksi menggunakan sistem

promosi pada penerimaan peserta didik baru, (b)pencatatan buku induk

tidak berjalan karena siswa susah mengumpulkan data pribadi, (c)tidak

mempunyai tenaga pengampu dan sarana untuk menyelenggarakan

kegiatan ekstrakurikuler,(d)layanan perpustakaan, kantin, dan UKS tidak

berjalan maksimal karena sarana dan personalia yang kurang mendukung,

(e)rendahnya motivasi siswa dalam memperbaiki nilai yang belum tuntas,

dan (f) terjadi penundaan kenaikan kelas untuk siswa yang belum

menuntaskan nilainya.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan pengelolaan

sekolah yang difokuskan pada manajemen peserta didik. Ruang lingkup

manajemen peserta didik yang akan diteliti meliputi proses perencanaan

peserta didik baru, sistem penerimaan peserta didik baru, pelaksanaan

orientasi peserta didik baru, penempatan dan pengelompokan kelas

peserta didik, pencatatan dan pelaporan kehadiran peserta didik,

pelaksanaan pembinaan dan pengembangan peserta didik, evaluasi hasil

belajar peserta didik, mutasi peserta didik, serta kelulusan dan alumni.

79
Penelitian akan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

manajemen peserta didik berdasar ruang lingkupnya.

E. Pertanyaan Penelitian

1. Perencanaan peserta didik baru di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta

a. Bagaimana proses perencanaan pada kegiatan perencanaan

peserta didik baru ?

b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan perencanaan peserta didik

baru ?

c. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan kegiatan perencanaan

peserta didik baru ?

d. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi kegiatan perencanaan

peserta didik baru ?

2. Sistem penerimaan peserta didik baru di SMK Tamansiswa Jetis

Yogyakarta

a. Bagaimana perencanaan sistem penerimaan peserta didik baru ?

b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan penerimaan peserta didik baru ?

c. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan kegiatan penerimaan

peserta didik baru ?

d. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi kegiatan penerimaan peserta

didik baru ?

3. Pelaksanaan orientasi peserta didik baru di SMK Tamansiswa Jetis

Yogyakarta

a. Bagaimana perencanaan orientasi peserta didik baru ?

b. Bagaimana pelaksanaan orientasi peserta didik baru ?

80
c. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan orientasi peserta didik

baru ?

d. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi kegiatan orientasi peserta

didik baru ?

4. Penempatan dan pengelompokan kelas di SMK Tamansiswa Jetis

Yogyakarta

a. Bagaimana perencanaan mengenai penempatan dan

pengelompokan kelas peserta didik, baik yang baru masuk

maupun yang naik kelas ?

b. Bagaimana pelaksanaan dari perencanaan mengenai penempatan

dan pengelompokan kelas peserta didik ?

c. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan mengenai penempatan dan

pengelompokan kelas peserta didik ?

d. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi penempatan dan

pengelompokan peserta didik ?

5. Pencatatan dan pelaporan kehadiran peserta didik di SMK

Tamansiswa Jetis Yogyakarta

a. Bagaimana perencanaan mengenai pencatatan dan pelaporan

kehadiran peserta didik ?

b. Bagaimana pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kehadiran

peserta didik ?

c. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pencatatan dan pelaporan

kehadiran peserta didik ?

d. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi pencatatan dan pelaporan

peserta didik ?

81
6. Pembinaan dan pengembangan peserta didik di SMK Tamansiswa

Jetis Yogyakarta

a. Bagaimana perencanaan pembinaan dan pengembangan peserta

didik, baik kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler,

maupun layanan sekolah ?

b. Bagaimana pelaksanaan pembinaan dan pengembangan peserta

didik ?

c. Bagaimana evaluasi dari kegiatan pembinaan dan pengembangan

peserta didik ?

d. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi pembinaan dan

pengembangan peserta didik ?

7. Evaluasi hasil belajar peserta didik di SMK Tamansiswa Jetis

Yogyakarta

a. Bagaimana perencanaan kegiatan evaluasi hasil belajar peserta

didik ?

b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan evaluasi hasil belajar peserta

didik ?

c. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan evaluasi hasil belajar

peserta didik ?

d. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi mengenai evaluasi hasil

belajar peserta didik ?

8. Mutasi peserta didik di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta

a. Bagaimana perencanaan sistem mutasi peserta didik, baik itu

mutasi intern maupun mutasi ektern ?

b. Bagaimana pelaksanaan mutasi peserta didik ?

82
c. Bagaimana evaluasi kegiatan mutasi peserta didik ?

d. Bagaimana tindak lanjut dari evaluasi mutasi peserta didik ?

9. Kelulusan dan alumni di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta

a. Bagaimana perencanaan kelulusan dan alumni peserta didik ?

b. Bagaimana pelaksanaan kelulusan dan alumni peserta didik ?

c. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan kelulusan dan alumni

peserta didik ?

d. Bagaimana tindak lanjut mengenai evaluasi kelulusan dan alumni

peserta didik ?

BAB III

METODE PENELITIAN

83
A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan usaha peneliti untuk menetapkan

sudut pandang atau cara mendekati persoalan yang dipilih oleh peneliti

sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Usaha yang

dimaksud yaitu saat melaksanakan kegiatan pengumpulan data dan

analisis data. Menurut Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati membagi

pendekatan penelitian menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Pendekatan kuantitatif, adalah pendekatan penelitian yang diarahkan

untuk pencapaian tujuan memperoleh penjelasan yang luas, tentang

fenomena yang ditetapkan sebagai objek penelitian. Melihat

keterkaitan antar variabel lebih banyak menggunakan berpikir deduktif.

2. Pendekatan kualitatif, adalah pendekatan penelitian yang diarahkan

untuk pencapaian tujuan memperoleh penjelasan secara mendalam

atas penerapan sebuah teori. Dengan demikian, lebih banyak

menggunakan berpikir induktif (empiris).

3. Pendekatan campuran, adalah pendekatan penelitian yang

mengombinasikan dan mengasosiasikan pendekatan kualitatif dan

kuantitatif, baik secara bersamaan maupun berurutan.

Dari ketiga pendekatan di atas, berkembang metode penelitian yang

selanjutnya masong-maaing memiliki bentuk penyajian yang berbeda

dalam merumuskan desain penelitian. Hal ini dikarenakan setiap metode

penelitian memiliki karakteristik dan tradisi yang berbeda-beda dalam

melaksanakan tahapan penelitian yang dilakukan.

Di dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan ini cocok karena data-data yang

84
diperoleh berupa data kualitatif. Selain itu, penelitian kualitatif digunakan

di dalam penelitian ini bertujuan untuk memastikan kebenaran data yang

diperoleh dan memahami makna dibalik data yang tampak secara lebih

mendalam. Kemudian, data akan disajikan secara deskriptif yaitu

penelitian akan memaparkan secara sistematis tentang hal-hal yang

berkaitan dengan manajemen peserta didik di SMK Tamansiswa Jetis

Yogyakarta mulai dari perencanaan peserta didik baru, penerimaan

peserta didik baru, orientasi peserta didik baru, penempatan dan

pengelompokan peserta didik, pencatatan dan pelaporan peserta didik,

pembinaan dan pengembangan peserta didik, evaluasi peserta didik,

mutasi peserta didik, serta hambatan pelaksanaan manajemen peserta

didik di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan disatu tempat, yaitu SMK Tamansiswa

Jetis Yogyakarta yang beralamat di Jalan Pakuningratan No 34 A,

Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. Penelitian tentang manajemen

peserta didik di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta ini dilakukan secara

bertahap. Tahap pertama yaitu observasi sebelum pembuatan proposal

penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran secara umum

tentang SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta, termasuk permasalahan

yang terdapat di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta. Dan tahap kedua

adalah pembuatan proposal yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian

yang sesungguhnya dengan tujuan untuk memperoleh data-data dan

informasi mengenai manajemen peserta didik di SMK Tamansiswa Jetis

85
Yogyakarta. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017

hingga Maret 2018.

C. Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat dikumpulkan atau

diperoleh dari berbagai sumber data. Menurut Eko Putro Widoyono (2015:

29) sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh, dan

sumber data sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan

subjek di mana data melekat dan berdasarkan wilayah sumber data.

Berdasarkan subjek di mana data melekat sumber data dapat

diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

1. Person, yaitu sumber data yang datanya berupa jawaban lisan melalui

wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Sumber data ini

disebut dengan responden.

2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan

diam, misalnya kelengkapan alat, wujud benda, warna, kondisi

ruangan, dan lain sebagainya.

3. Processed, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa

keadaan bergerak, misalnya aktivitas belajar peserta didik, kinerja laju

kendaraan, gerak tarian, sajian film, dan lain sebagainya.

4. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, gambar, atau simbol-simbol lain, misalnya naskah, dokumen,

foto, gambar, dan lain sebagainya.

Pada penelitian tentang manajemen peserta didik ini, sumber data

yang digunakan untuk mengumpulkan data-data penelitian adalah:

86
1. Narasumber (informan)

Di dalam suatu penelitian, sumber data yang berasal dari manusia

(person) disebut dengan responden. Tetapi pada penelitian kualitatif

posisi narasumber sangat penting, karena narasumber merupakan

pemilik informasi, sehingga disebut dengan informan. Karena informan

ini juga sebagai aktor atau pelaku yang ikut melakukan berhasil

tidaknya penelitian berdasarkan informasi yang diberikan. Dalam

penelitian manajemen peserta didik ini, yang akan dijadikan

responden adalah Kepala Sekolah SMk Tamansiswa Jetis Yogyakarta,

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Tamansiswa Jetis

Yogyakarta, Guru BK SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta, beberapa

Guru Pamong SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta, dan beberapa

peserta didik di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.

2. Peristiwa atau aktivitas

Dari peristiwa atau aktivitas ini, peneliti dapat mengetahui proses

bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan

sendiri secara langsung. Dengan mengamati sebuah peristiwa atau

aktivitas ini, peneliti dapat melakukan cross check terhadap informasi

verbal yang diberikan oleh responden. Dalam penelitian manajemen

peserta didik ini, peristiwa atau aktivitas yang diamati adalah aktivitas

pembelajaran peserta didik, mulai dari kegiatan kurikuler maupun

ekstrakulikuler.

3. Dokumen atau arsip

Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis atau benda yang

berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dengan

87
mengamati dokumen atau arsip, maka peneliti juga dapat memastikan

tentang sesuatu peristiwa atau aktivitas berdasarkan informasi dari

responden. Dalam penelitian manajemen peserta didik ini, dokumen

atau arsip yang diamati merupakan dokumen atau arsip yang

berkaitan dengan manajemen peserta didik, mulai dari perencanaan

sampai dengan kelulusan peserta didik, seperti buku induk, daftar

presensi, daftar mutasi, daftar nilai, buku rapor, dan masih banyak lagi.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan sesuatu yang penting dalam

penelitian, karena metode ini merupakan strategi atau cara yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penelitiannya (Eko Putro Widoyoko, 2015: 33). Menurut Sugiyono (2016:

225) dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik

pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan

observation), wawancara mendalam (in depth interview), pengamatan

dokumentasi/berkas, dana triangulasi/gabungan. Pada penelitian tentang

manajemen peserta didik ini, metode pengumpulan data yang digunakan

adalah sebagai berikut.

1. Observasi Non Partisipan

Menurut Uhar Suharsaputra (2014: 209) mendefinisikan observasi

ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk

memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Sedangkan menurut

Eko Putro Widoyono (2015: 46) menjelaskan bahwa observasi dapat

88
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek

penelitian. Menurut Guna & Lincoln (Imam Gunawan, 2013: 144)

alasan observasi dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif karena

mempunyai manfaat sebagai berikut.

a. Pengamatan merupakan pengalaman langsung, dan pengalaman


langsung dinilai merupakan alat yang ampuh untuk memperoleh
kebenaran.
b. Dengan pengamatan, dimungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat kejadian sebagaimana yang
sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang
berkaitan dengan pengetahuan yang relevan sesuai teori yang
ada.
d. Dengan pengamatan, dimungkinkan memperoleh informasi atau
data yang terhindar dari bias atau penyimpangan yang
menyebabkan keraguan.
e. Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi-situasi yang rumit.
f. Pengamatan menjadi alat yang bermanfaat apabila alat yang lain
tidak memungkinkan untuk diterapkan.

Observasi dapat dikelompokkan berdasarkan dua hal, yaitu

berdasarkan proses pengumpulan data dan berdasarkan instrumen

yang digunakan. Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi

dapat dibedakan menjadi 2, yaitu observasi berperan serta (participan

observation) dan observasi non partisipan (non participan observation).

Dan berdasarkan instrumen yang digunakan dapat dibedakan menjadi

observasi sistematis (systematic observastion) dan observasi tidak

sistematis (non systematic observation) (Eko Putro Widoyoko, 2015:

47).

Pada penelitian tentang manajemen peserta didik ini, jenis

observasi yang digunakan yaitu observasi non partisipan dan

89
observasi sistematis. Observasi non partisipan adalah observasi yang

mana peneliti tidak turut ambil bagian dalam kegiatan atau tidak

terlibat secara langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang

diobservasi, dan peneliti hanya sebagai pengamat independen (Eko

Putro Widoyoko, 2015: 48). Dan observasi sistematis adalah observasi

yang telah dirancang secara sistematis, karena peneliti telah

mengetahui aspek-aspek apa saja yang relevan dengan masalah

serta tujuan penelitian (Eko Putro Widoyoko, 2015: 48). Observasi

yang dilakukan yaitu berkaitan dengan manajemen peserta didik,

meliputi kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan

layanan-layanan di sekolah.

2. Wawancara Mendalam

Menurut Rully Indrawan & Poppy Yaniawati (2016: 136)

wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan.

Informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada

narasumber atau informan. Menurut Eko Putro Widoyoko (2015: 40)

wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara

lisan antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sedangkan menurut Kartono (Imam

Gunawan, 2013: 160) wawancara adalah suatu percakapan yang

diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya

jawab lisan, di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara

fisik.

90
Wawancara yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu

wawancara mendalam dengan tujuan agar memperoleh informasi

mengenai seluruh aspek di dalam manajemen peserta didik secara

mendalam, rinci, lengkap, dan akurat. Wawancara yang dilakukan

untuk memperoleh informasi secara mendalam dengan kepala

sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan terkait dengan

perencanaan peserta didik baru, penerimaan peserta didik baru, dan

orientasi peserta didik baru. Lalu dengan guru BK terkait dengan

pencatatan dan pelaporan kehadiran peserta didik dan pelayanan BK.

Lalu dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan guru-guru

pamong terkait pembinaan dan pengembangan peserta didik, meliputi

kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan evaluasi hasil

belajar peserta didik. Serta dengan Kepala Bagian Tata Usaha terkait

mutasi peserta didik, kelulusan dan alumni.

3. Studi Dokumen atau Berkas

Menurut Sugiyono (2016: 240) studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil

penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau

dapat dipercaya apabila didukung oleh dokumen, berkas, atau arsip

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan studi dokumen ini

berarti peneliti akan menelaah catatan tertulis, dokumen, berkas, atau

arsip terkait masalah yang diteliti.

Pada penelitian ini, studi dokumen yang ditelaah meliputi data-data

peserta didik, buku induk, buku rapor, presensi, buku mutasi, rekap

nilai, dan lain-lain yang berkaitan dengan manajemen peserta didik.

91
E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2016: 102) instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Menurut Rully Indrawan & Poppy Yaniawati (2016: 112) instrumen

penelitian merupakan alat bagi peneliti yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan permasalahan

penelitian.

Dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian yang utama adalah

peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian jelas, maka

kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian yang lain, yang

diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data

yang telah ditemukan dalam observasi dan wawancara (Sugiyono, 2016:

223). Di dalam penelitian tentang manajemen peserta didik ini, instrumen

penelitian yang digunakan adalah:

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan ketika melaksanakan

wawancara, sehingga nantinya tidak terjadi penyimpangan dengan

maksud dan tujuan penelitian dalam wawancara. Di dalam pedoman

wawancara ini juga terdapat daftar check list agar penelitian

mengetahui pertanyaan mana yang sudah ditanyakan dan mana yang

belum ditanyakan kepada informan.

2. Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan sebagai acuan pada saat melakukan

observasi agar penelitian dapat melakukan observasi sesuai dengan

92
maksud dan tujuan penelitian. Di dalam pedoman observasi juga

terdapat check list observasi guna membantu peneliti untuk

mengetahui mana saja yang sudah dilakukan observasi dan mana

yang belum dengan memberi tanda.

3. Daftar Check list dokumen

Daftar check list dokumen digunakan sebagai acuan pengumpulan

dokumen, berkas, atau arsip terkait manajemen peserta didik. Di

dalamnya terdapat sistematika data hasil analisis yang berfungsi

sebagai hasil analisis dari dokumen, berkas, arsip, dan lain

sebagainya yang telah ditelaah dan diamati.

F. Uji Keabsahan Data Penelitian

Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran secara objektif

sehingga penting sekali dalam mengupayakan keabsahan data. Menurut

Moleong (2005: 327) teknik pemeriksaan keabsahan data meliputi:

perpanjangan keikutsertaan, ketekunan/keajegan pengamatan, triangulasi,

pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan

anggota, uraian rinci, dan auditing. Menurut Moleong (2005: 330)

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Denzim

(Moleong, 2005: 330) teknik triangulasi dibedakan menjadi 4 macam, yaitu

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Menurut Patton

(Moleong, 2005: 330) triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

93
dan mengecek tingkat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda.

Triangulasi dengan metode, menurut Patton (Moleong, 2005: 331)

terdapat 2 cara, yaitu: (1) penengecekan derajat kepercayaan penemuan

hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan

derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik keabsahan data melalui

triangulasi. Triangulasi dilakukan untuk pengecekan data dari berbagai

sumber, berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi yang digunakan

oleh peneliti yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi

teknik, dalam hal ini peneliti menguji kredibilitas data dengan mengecek

data kepada sumber yang 80 persen sama tetapi dengan teknik yang

berbeda misalnya data diperoleh dengan wawancara kemudian peneliti

mengecek dengan observasi dan dokumentasi, bila hasilnya

berbeda-beda maka peneliti dapat melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data mana yang paling benar.

Triangulasi sumber dalam hal ini peneliti mengecek dari berbagai

sumber, untuk mengetahui bagaimana kegiatan manajemen peserta didik

di sekolah inklusif yang mencakup perencanaan, pembinaan, evaluasi dan

mutasi peserta didik. Sumber data utamanya kepala sekolah, wakil kepala

sekolah bidang kesiswaan, dan guru, sedangkan sumber data

pendukungnya adalah peserta didik berkebutuhan khusus. Data yang

diperoleh dari kepala sekolah kemudian didukung/dikroscek dengan data

yang diperoleh dari sumber data pendukung yaitu peserta didik

berkebutuhan khusus. Data yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut

94
sama. Data kemudian di analisis oleh peneliti sehingga menghasilkan

suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga

sumber data tersebut.

G. Teknik Analisis Data Penelitian

Miles and Huberman (Sugiyono, 2012: 334) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Tahapan dalam teknik analisis data menggunakan model interaktif dari

Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusing

drawing/ verification. Langkah-langkah analisis data model interaktif dapat

digambarkan dengan skema berikut ini;

Gambar 01. Komponen dalam analisis data (interactive model)

Adapun rincian dari gambar/ skema analisis data di atas sebagai

berikut:

1. Data collection (pengumpulan data), peneliti mengadakan

pengumpulan data penelitian, langsung ke lingkungan penelitian

dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil

95
pengumpulan data berupa catatan lapangan atau hasil observasi,

transkrip wawancara, dan dokumen-dokumen dikumpulkan serta

diberi nomor halaman berdasarkan kronologis waktu

pengumpulannya.

2. Data reduction (reduksi data), data yang diperoleh selama melakukan

penelitian dikelompokkan berdasarkan sumber data, peneliti

mengadakan kegiatan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pemilihan, dan transformasi data mentah yang mucul dari berbagai

catatan lapangan atau observasi, transkrip wawancara, dan

pencermatan dokumen dirangkum serta dipilih hal-hal yang pokok

untuk difokuskan pada kesesuaian tujuan penelitian.

3. Data Display (penyajian data), berisi sekumpulan pokok informasi

yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data yang

diperoleh. Penyajian data disampaikan secara naratif. Setelah peneliti

menemukan hubungan, persamaan, dan hal-hal yang sering muncul.

4. Conclution Drawing/ verification (penarikan kesimpulan) merupakan

proses pemaknaan terhadap temuan penelitian, dan peneliti selalu

mengadakan verifikasi secara lebih mendalam. Verifikasi data,

membutuhkan kepastian dari suatu temuan.

96

Anda mungkin juga menyukai