Dosen Pembimbing :
DR.Ridwan,M.Si
Dosen Pembimbing :
Ust kusnan imran SEI. MM.
Disusun Oleh :
1. M.Fachdy Mahyan
2. Hari Mulyono
3. Fausi Santoso
4. M.Rasyid Ridho
5. Bahrul Ulum
1|Page
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL QUDWAH
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR
Jakarta, 13 Oktober
Penulis,
2|Page
BAB I PENDAHULUAN
Latar
belakang 4
Rumusan masalah 4
Tujuan penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Perencanaan 5
Jenis-jenis Perencanaan 6
Sifat-sifat Perencanaan 7
Cara-cara Membuat
Perencanaan 8
Pengertian Perencanaan
Pendidikan 8
Prinsip-prinsip Perencanaan
Pendidikan 8
Pendekatan Perencanaan
Pendidikan 9
Teori Perencanaan
Pendidikan 11
Dimensi
Perencanaan 12
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan 13
Saran 13
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Individual maupun organisasi keduanya membutuhkan perencanaan. Perencanaan
merupakan proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan cara pencapaiannya.
Kebutuhan akan perencanaan ada pada setiap semua tingkatan manajemen, dan semakin
meningkat pada tingkatan manajemen yang lebih tinggi. Dimana, perencanaan itu mempunyai
kemungkinan dampak yang paling besar bagi pada keberhasilan organisasi.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan segala sesuatunya akan berjalan tersendat-sendat. Rencana dapat berupa rencana
informal dan rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan
merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana formal adalah rencana tertulis
yang sudah dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan terjadi pada semua kegiatan, perencanaan merupakan proses awal dimana
manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan merupakan hal yang
sangat esensial karena dalam kenyataannya memegang peranan lebih penting bila disbanding
dengan fungsi-fungsi manajemen yang lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian Perencanaan?
2. Apa Saja Jenis-jenis Perencanaan?
3. Bagaimana Sifat-sifat Perencanaan?
4. Bagaimana Cara-cara Membuat Perencanaan?
5. Apakah Pengertian Perencanaan Pendidikan?
6. Apa Saja Prinsip-prinsip Perencanaan Pendidikan?
7. Apa Saja Pendekatan Perencanaan Pendidikan?
8. Adakah Teori Perencanaan Pendidikan?
9. Apakah Dimensi Perencanaan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Perencanaan.
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Perencanaan.
3. Untuk mengetahui Sifat-sifat Perencanaan.
4. Untuk mengetahui Cara-cara Membuat Perencanaan.
5. Untuk mengetahui Pengertian Perencanaan Pendidikan.
6. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Perencanaan Pendidikan.
7. Untuk mengetahui Pendekatan Perencanaan Pendidikan.
8. Untuk mengetahui Teori Perencanaan Pendidikan.
9. Untuk mengetahui Dimensi Perencanaan.
4|Page
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PERENCANAAN
Fungsi manajemen yang paling utama adalah perencanaan. Perencanaan
atau Planning berasal dari kata plan artinya rencana, rancangan, maksud, niat. Perencanaan
adalah proses kegiatan, sedangkan rencana merupakan hasil perencanaan. Perencanaan adalah
kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan program yang didalamnya memuat segala
sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh,
prosedur dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan[1]. Roger A. Kaufman
(Harjanto, 1997: 2) mengemukakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi (perkiraan)
tentang segala sesuatu yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang absah dan bernilai.
Perencanaan juga sering disebut juga sebagai jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau
jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang akan datang. Adapun pengertian
perencanaan menurut M. Fkiry (1987) yaitu proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, perencanaan adalah upaya untuk memadukan cita-cita nasioanal
dan resourses yang ada (Udin Syaefuddin Su’ud, 2007: 5).
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa perencanaan memuat unsur :
sesuatu yang berhubungan dengan masa depan, seperangkat kegiatan, proses yang sistematis,
hasil dan tujuan tertentu yang hendak dicapai. Intinya, perencanaan adalah serangkaian proses
menuju tujuan yang hendak dicapai. Dalam pendidikan, perencanaan merupakan langkah
pertama yang harus diperhatikan oleh manajer dan para pengelola pendidikan. Kesalahan
dalam menentukan perencanaan akan mengganggu keberlangsungan pendidikan. Allah
memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana yang
dilakukan pada kemudian hari sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat
18
ُ ُۢ ِٱَّللَ َخب
١٨ َير بِ َما ت َ ۡع َملُون َۚ َّ ْس َّما قَ َّد َم ۡت ِلغَ ٖۖد َوٱتَّقُوا
َّ َّٱَّللَ إِن ُ ٱَّللَ َو ۡلتَن
ٞ ظ ۡر نَ ۡف َّ ْيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُواْ ٱتَّقُوا
yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),
dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh Allah maha teliti terhadapa apa yang kamu
kerjakan”. Dari ayat tersebut tersirat bahwa setiap orang hendaknya memperhatikan segala
yang telah direncanakan untuk hari esoknya. Seorang manajer hendaknya memerhatikan
perencanaan yang telah dibuatnya. Dalam manajemen diperlukan perencanaan dan setelah itu
perlu memperhatikan semua hal yang telah direncanakannya. Dengan demikian, pendidikan
membutuhkan manajemen. Inti dari manajemen adalah perencanaan, tanpa perencanaan atau
salah dalam merencankan pendidikan akan berakibat buruk terhadap keberlangsungan
pendidikan. Dapat dipahami bahwa perencanaan dalam menejemen pendidikan merupakan
kunci utama dalam aktifitas berikutnya, aktifitas lain tidak akan berjalan dengan baik, bahkan
mungkin gagal jika tidak didahului oleh perencanaan. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa
perencanaan merupakan “ruh” manajemen. Jika tidak ada perencanaan, semua aktifitas dalam
pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Sedangkan lainnya hanya bersifat menjalankan,
meskipun bagian yang lain pun mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan tujuan
dari pendidikan[2].
5|Page
2. JENIS-JENIS PERENCANAAN
Jenis-jenis perencanaan atau planning adalah sebagai berikut[3] :
a. Jenis Perencanaan Menurut Penggunaannya
1) Single Use Planning, yaitu perencanaan untuk sekali pakai. Jika pelaksanaan telah selesai,
perencanaan tersebut tidak dipakai kembali. Misalnya perencanaan yang berhubungan dengan
kepanitiaan kegaiatan tertentu.
2) Repeats Planning, yaitu perencanaan yang dipergunakan untuk keperluan yang berulang-
ulang. Rencana ini terus menerus atau berulang dipergunakan sehingga bersifat permanen.
b. Jenis Perencanaan Menurut Prosesnya
1) Policy Planning (merupakan kebijakan), yaitu planning yang hanya berisi kebijakan tanpa
dilengkapi oleh teknis pelaksanaannya secara sistematis, seperti perencanaan yang berkaitan
dengan garis besar proses pengorganisasian Negara (GBHN).
2) Program Planning, yaitu perencanaan yang merupakan penjelasan dan perincian
dari policy planning. Program planning dibuat oleh badan-badan khusus yang mempunyai
wewenang untuk melaksanakan policy planning. Misalnya BAPPENAS
3) Operational Planning (perencanaan kerja), yaitu planning yang memuat rencana
mengenai cara-cara melakukan pekerjaan tertentu agar lebih berhasil dalam pencapaian tujuan
dengan daya guna yang lebih tinggi (efektif dan efesien). Dalam operational planning lebih
dititikberatkan pada kecakapan dan keterampilan kerja.
6|Page
3) Industrial planning, yaitu perencanaan yang menyangkut kegiatan industri yang
direncanakan sedemikian rupa agar terhindar dari hambatan dan rintangan dalam pencapaian
tujuan.
4) Educational planning, yaitu perencanaan dalam kegiatan pendidikan
(misalnya, planning mengenai pendidikan SMK, SMA, dan lain-lain)
3. SIFAT-SIFAT PERENCANAAN
Perencanaan harus bersifat berikut[4] :
a) Faktual
Perencanaan yang bersifat pertimbangan faktual, yakni didasarkan pada hasil temuan
dilapangan, fakta-fakta yang telah dikumpulkan dan dijadikan data serta diolah secara rasional,
dan jika perlu dikaji secara ilmiah.
b) Rasional
Perencanaan harus masuk akal, bukan merupakan angan-angan. Rasionalisasi terhadap
berbagai fakta dan data dianalisis dengan cara mengklasifikasi permasalahan yang
berkembang, menafsirkan data dan fakta, membandingkan antar fakta, menghubungkan
antarpengertian.
c) Fleksibel
Perencanaan tidak kaku, tetapi mengikuti perkembangan zaman dan perubahan situasi dan
kondisi sehingga pelaksanaannya tidak terjebak dalam keadaan yang statis.
d) Berkesinambungan
Perencanaan dibuat secara kontinu, artinya berkelanjutan mengikuti kebutuhan organisasi
dan tidak dibatasi oleh absolutisme ruang dan waktu.
e) Dialektis
Perencanaan harus dibuat dengan memikirkan peningkatan dan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan masa yang akan datang. perencanaan yang dialektik tidak terpaku pada
pendekatan antitetis yang melawan arus perubahan dan perkembangan zaman, tetapi lebih
mengutamakan pendekatan sintesis dan kompromistik terhadap keadaan dengan tetap
berprinsip terhadap keadaan dengan tetap berprinsip pada prinsip-prinsip manajmen yang
sudah ditetapkan.
7|Page
4. CARA-CARA MEMBUAT PERENCANAAN
Rudyard Kipling, sastrawan Inggris yang terkenal mengatakan bahwa cara-cara yang
terbaik dalam membuat perencanaan adalah mengawalinya dengan pertanyaan berikut[5] :
1) What, apa yang akan direncanakan?
2) When, kapan rencana tersebut akan dilaksanakan?
3) Where, dimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan?
4) How, bagaimana cara melaksanakan rencana yang dimaksudkan?
5) Who, siapa yang akan melaksanakan rencana bersangkutan?
6) Why, untuk apa rencana tersebut dilaksanakan, mengapa dilaksanakan?
5. PERENCANAAN PENDIDIKAN
Guruge (1972) yang dikutip Abin menjelaskan perencanaan pendidikan sebagai “A simple
definition of educational planning is the process of preparing decisions for action in the future
in the field of educational development is the function of educational planning” (proses
mempersiapkan kegiatan pada mas depan dalam bidang pembangunan pendidikan sebagai
tugas dari perencanaan pendidikan).
Albert Waterston (dalam Don Adams, 1975), menjelaskan bahwa, “functional planning
involvesthe application of a rational system of choises among feasibel cources of educational
investment and the other development actions based on a consideration of economic and social
cost and benefits” (investasi pendidikan yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan
biaya serta keuntungan sosial).
Ada 4 hal yang dibahas dalam perencanaan pendidikan, yaitu :
1) Tujuan apa yang akan dicapai dengan perencanaan itu?
2) Status posisi sistem pendidikan yang ada, bagaimanakah keadaan yang ada sekarang?
3) Kemungkinan pilihan alternative kebijakan dan prioritas untuk mencapai tujuan.
4) Strategi, penentuan cara terbaik untuk mencapai tujuan. (Udin Syaefuddin dan Abin
Ayamsudin, 2005: 9)
8|Page
sumber daya yang diperkirakan dapat disediakan, tetapi mengacu [pada sumber daya dan dana
yang nyata.
4) Perencanaan hendaknya mempertimbangkan kondisi sosiobudaya masyarakat, baik yang
mendukung maupun menghambat pelaksanaan rencana. Kondisi sosiobudaya tersebut
misalnya sistem nilai, adat istiadat, keyakinan, dan cita-cita. Terhadap kondisi sosiobudaya
yang mendukung pelaksanakan rencana, hendaknya telah direncanakan cara memanfaatkan
secara maksimal faktor pendukung itu. Adapun terhadap kondisi sosiobudaya yang
menghambat, hendaknya telah direncanakan cara untuk mengantisipasinyadan menekannya
menjadi sekecil-kecilnya.
5) Perencanaan hendaknya fleksibel. Meskipun berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan
rencana yang telah dipertimbangkan. Masih mungkin terjadi hal-hal diluar perhitungan
perencana ketika rencana itu dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam membuat perencanaan,
hendaknya disediakan ruang gerak bagi kemungkinan penyimpangan dari rencana sebagai
antisipasi terhadap hal-hal yang terjadi diluar perhitungan perencana.
9|Page
3) Pendekatan SP4 (Perencanaan, Penyusunan Program, dan Penganggaran)
Perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran dipandang sebagai sistem integral,
yang berusaha menetapkan tujuan, mengembangkan program-program pendidikan dengan
proses penganggaran yang efisisen serta merefleksikan kegiatan program jangka panjang.
10 | P a g e
8. TEORI PERENCANAAN PENDIDIKAN
Made Pidarta (2004:22), menguraikan lima teori perencanaan pendidikan, yaitu radical,
advocacy, transactive, synoptic, dan incremental. Kelima teori tersebut adalah sebagi
berikut[9]:
a. Teori radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk
melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dengan cepat mengubah keadaan
lembaga sehingga sesuai dengan kebutuhan. Pandangan para penganut teori ini adalah tidak
ada lembaga pendidikan atau organisasi pendidikan lokal yang persis sama sama dengan yang
lain. Oleh sebab itu, apabila perencanaan tidak dilakukan oleh lembaga atau organisasi lokal
itu, ia merupakan perencanaan yang naïf, hanya perencanaan yang bersifat desentralisasi
dengan partisipasi maksimum dari individu dan minimum dari pemerintah pusat tertinggilah
yang dapat dipandang perencanaan yang benar.
Partisipasi maksimum individu lembaga pendidikan lembaga pendidikan lokal
dimaksudkan untuk mempercepat perkembangan personalia agar mampu menangani lembaga
sendiri, terutama dalam perencanaan. Partisipasi mengacu kepada pentingnya kerjasama
antarpersonalia. Dengan kata lain, teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat
mandiri menangani lembaganya. Begitupula, pendidikan daerah dapat mandiri menangani
pendidikannya (Made Pidarta, 2004: 23)
b. Teori advocacy
Teori advocacy menekankan hal-hal yang bersifat umum atau jamak. Perbedaan lembaga,
perbedaan lingkungan, dan perbedaan daerah tidak begitu dihiraukan. Dasar perencanaan tidak
bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis,
dan bernilai.
Kebaikan teori ini adalah ditujukan untuk kepentingan umum secara nasional karena ia
meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap
minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang
memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah atau badan pusat (Made Pidarta, 2004:
24).
c. Teori transactive
Teori ini menekankan sifat perencanaan yang desentralisasi, suatu desentralisasi yang
transactive, yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti
penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan mengadakan
perencanaan. Perencanaan yang dilakukan oleh personalia lembaga pendidikan itu
menunjukkan perkembangan lebih maju, berarti didalamnya terkandung pula usaha untuk
mengembangkan organisasi pendidikan dari dalam (Made Pidarta, 2004: 25).
d. Teori synoptic
Teori synoptic ini sering disebut juga sistem planning. Teori ini memakai model model
berfikir sistem dalam perencanaan. Objek yang direncanakan dipandang sebagai satu kesatuan
yang bulat, dengan tujuannya yang disebut misi. Proses perencanaan synoptic menerangkan
langkah-langkah sebagai berikut: mengenalkan problem dan lingkungan, mengestimasi ruang
lingkup problem dan lingkungan, menginvestigasi problem dan lingkungan, memprediksi
alternative, mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian yang spesifik (Made Pidarta, 2004: 27).
11 | P a g e
e. Teori incremental
Teori incremental dalam perencanaan berpegang pada kemampuan lembaga dan performan
para personalianya. Alasan perencanaan ini menekankan jangka pendek karena jangka pendek
lebih real dan lebih mudah diwujudkan daripada jangka panjang. Cunningham menyebut teori
ini “art of deal” terhadap perencanaan sistem yang berjangka panjang. Selanjutnya, teori ini
disebut disjointed-incrementalist model, yaitu konsep pembentukan yang kontinu pada situasi
yang sedang berlangsung, setapak demi setapak dan dengan tingkat perubahan yang kecil.
Situasi yang sedang berlangsung adalah situasi sekarang, yang dapat diartikan masa
perencanaan yang pendek, yakni satu tahun.
12 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPUL
Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu
aspek terpenting yang harus dibuat dalam suatu lembaga pendidikan. Tanpa membuat
perencanaan dalam suatu lembaga maka lembaga tersebut tidak dapat terorganisir dan tidak
mampu bersaing dengan lembaga lain karena tidak adanya perencanaan itu sendiri. Dalam
artian bahwa perencanaan menentukan berhasil tidaknya suatu program, program yang tidak
melalui perencanaan yang baik cenderung gagal. Kegiatan sekecil apapun dan sebesar apapun
kemungkinan besar berpeluang gagal jika tanpa adanya perencanaan.
B. SARAN
Dalam dunia pendidikan hendaknya setiap lembaga mempersiapkan perencanaan yang
matang, karena perencanaan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT telah
menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa betapa pentingnya perencanaan untuk hari esok dan
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, apabila ada kesalahan-kesalahan mohon
dikoreksi dan diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012) hlm 211
[2] http://riwayatattubani.blogspot.com/2017/05/perencanaan-dalam-lembaga-pendidikan.html
[3] Saefullah, ibid hlm 222
[4] Ibid, hlm 225
[5] Ibid, hlm 227
[6] http://qym7882.blogspot.com/2017/05/perencanaan-pendidikan16.html
Ibid, hlm 238
[7] Ibid, hlm 239
[8] http://gunungadpend.blogspot.com/2017/05/jenis-pendekatan-perencanaan.html
13 | P a g e