Anda di halaman 1dari 21

MODUL 1

FIKIH
HAJI DAN UMRAH

Oleh :
SYARKAWI M, SH, MM

SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA


ACEH TAMIANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Islam sebagai agama samawi telah dinyatakan oleh Allah SWT sebagai agama
yang sempurna melalui rasulnya Muhammad SAW. Sebagai agama yang sempurna,
Islam dilengkapi dengan Rukun Iman dan Rukun Islam. Rukun Islam terdiri dari 5 rukun
yang wajib dipenuhi oleh seseorang yang beragam Islam, yaitu; 1. Syahadatain, 2.
Sholat, 3. Zakat, 4. Puasa, 5. Haji. Dalam modul ini akan dijelaskan secara rinci satu dari
lima rukun Islam yang ada yaitu Haji.
Haji adalah sengaja mengunjungi Ka’bah dan tempat-tempat lainnya dengan niat
beribadah pada waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu
pula. Adapun umrah adalah ziarah ke ka’bah, thawaf, sa’i dan tahallul dan dilakukan
sewaktu-waktu di luar waktu haji. Haji mempunyai aturan tertentu untuk dapat melakukannya,
karena merupakan ibadah maka haji mempunyai syarat wajib, syarat sah, rukun, bacaan,
larangan, denda dan urutan dalam pelaksanaannya. Demikian pula dengan umrah, walaupun
umrah tidak masuk dalamrukun Islam dan bukan merupakan ibadah mahdoh, namun ketentuan
dalam pelaksanaan umroh penerapannya disamakan dengan pada saat melaksanakan ibadah
haji, seperti thawaf,sa’I dan tahalul
Setelah membaca dan mempelajari modul ini, diharapkan siswa dapat mengerti
tentang hukum Haji dan Umroh, bagaimana tata cara mengerjakannya serta mengetahui
ketentuan-ketentuan tertentu tentang Haji dan Umroh.

Aceh Tamiang, Oktober 2019

MUTTAQIN, S.Pd, M.Pd


Kepala Sekolah

2
DAFTAR ISI

Judul ………………………………………………………………………………………………… Halaman 1


Kata Pengantar dan Pengesahan …………………………………………………………. Halaman 2
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………….. Halaman 3
Daftar Informasi Visual ……………………………………………………………………….. Halaman 4
Daftar Lampiran …………………………………………………………………………………. Halaman 5
Petunjuk Penggunaan Modul ……………………………………………………………….. Halaman 6
Pendahuluan ……………………………………………………………………………………… Halaman 7
A. Latar Belakang Modul ……………………………………………………………….. Halaman 7
B. Deskripsi Singkat Modul ……………………………………………………………. Halaman 7
C. Tujuan Pembelajaran ……………………………………………………………….. Halaman 7
D. Materi Pokok dan Sub Materi …………………………………………………….. Halaman 8
E. Latihan ……………………………………………………………………………………. Halaman 18
F. Rangkuman …………………………………………………………………………….. Halaman 18
G. Evaluasi ………………………………………………………………………………….. Halaman 18
H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………………………………………………….. Halaman 19
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………. Halaman 20
Glossary …………………………………………………………………………………………….. Halaman 21

3
DAFTAR INFORMASI VISUAL

4
DAFTAR LAMPIRAN

5
Petunjuk Penggunaan Modul
1. Sebelum pembelajaran
 Modul ini terdiri dari 1 kegiatan pebelajaran. Sebelum masuk ke materi, akan
disajikan pendahuluan terlebih dahulu.
 Silabus yang terdiri dari kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu yang
disajikan pada awal bab, sebagai pedoman bagi pangguna modul untuk
mencapai arah dan tujuan pembelajaran.
2. Selama pembelajaran
 Pendalaman materi pada modul.
 Mempelajari, mencatat, dan bertanya mengenai materi.
 Pengawasan kegiatan belajar dan menjawab pertanyaan.
 Latihan soal (evaluasi) yang diajukan pada akhir pembahasan.
 Mengevaluasi jawaban pada lembar jawaban dengan kunci jawaban.
3. Setelah pembelajaran
 Menerima keputusan guru untuk meneruskan belajar pada materi selanjutnya
atau tetap pada materi yang sama.

6
Pendahuluan
A. Latar Belakang Modul
Modul ini dibuat sebagai penunjang bahan pembalajaran pada mata pelajaran Fikih
pada Bab 6 Menggapai Kesempurnaan Islam melalui Ibadah Haji dan Umrah Sub
Bab Haji dan Umrah untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Pada modul ini pembahasan mengenai haji dan umroh dibahas secara rinci dari
mulai dasar hukumnya, tata cara mengerjakannya serta ketentuan-ketentuan
tertentu yang terdapat pada pelaksanaan haji dan umroh.
B. Deskripsi Singkat Modul
Modul ini akan menjelaskan tentang pengertian haji dan umrah, syarat wajib haji,
syarat sah haji, rukun haji, wajib haji, sunah haji, bacaan haji, larangan-larangan
dalam haji, denda/dam jika melakukan larangan haji dan tata cara urutan haji.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Memahami hukum Islam tentang haji dan umrah
2. Indikator Keberhasilan
Siswa mampu menjelaskan tentang haji dan umroh
D. Materi Pokok dan Sub Materi

7
HAJI DAN UMRAH
A. Pengertian Haji Dan Umrah
1. Haji
Haji menurut bahasa adalah menyengaja. Adapaun menurut istilah, haji
adalah sengaja mengunjungi Ka’bah dan tempat-tempat lainnya dengan niat
beribadah pada waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara
tertentu pula. Sayyid Sabiq dalam fiqh sunnah menjelaskan bahwa Haji adalah
menyengaja ke Makkah untuk menunaikan ibadah thawwaf, sa’i, wukuf di Arafah
dan menunaikan rangkaian manasik dalam rangka memenuhi perintah Allah dan
mencari ridhaNya.
Mengerjakan haji hukumnya wajib ‘ain bagi orang yang telah memenuhi
syarat-syaratnya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
َّ ‫سبّيال ً َو َمن َك َف َر َف ّإ‬
ٌّ ‫ن هللا َغ ّن‬ ّ ‫ع إّلَ ْي‬
َ ‫استَطَا‬
ْ ‫َن‬ ُّ ‫ح‬
ّ ‫ج ْالبَ ْي‬ ‫َلِل َعلَى ال َّن‬
ّ ‫و ّ ه‬...
ّ ‫ي َع‬
‫ن‬ َ ‫ه‬ ّ ‫تم‬ ّ ‫اس‬
ّ
﴾٩٧﴿ َ‫مين‬ ّ َ‫ْال َعال‬
Artinya,“….mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS. Ali Imran,3:97).
Melaksanakan ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup bagi
mereka yang telah memenuhi syarat-syarat wajib haji, selebihnya hukumnya
sunah. Karena Rasulullah sendiri selama hidupnya hanya melakukan ibadah haji
sekali saja.

2. Umrah
Umrah secara bahasa adalah ziarah. Adapun menurut istilah umrah adalah
ziarah ke ka’bah, thawaf, sa’i dan tahallul, atau dengan pengertian lain,
bahwa umrah adalah ibadah yang dilakukan dengan ihram dari miqat, kemudian
thawaf, sa’i dan diakhiri dengan tahallul (mencukur/mengunting rambut) serta
dilakukan dengan tertib. Jika haji hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup
dan waktunya tertentu saja, maka Umrah dapat dikerjakan sewaktu-waktu di
luar waktu mengerjakan haji.

8
B. Syarat Wajib Dan Syarat Sah Haji
1. Syarat Wajib Haji
Syarat wajib haji adalah syarat-syarat yang apabila terpenuhi, maka
wajiblah orang tersebut untuk melaksanakan haji. Sebaliknya apabila syarat-
syaratnya tidak terpenuhi, maka gugurlah kewajiban haji tersebut. Para ahli fiqh
sepakat bahwa syarat-syarat wajib seseorang untuk melaksanakan haji adalah
sebagai berikut:
a. Islam
b. Berakal sehat
c. Baligh (dewasa)
d. Merdeka, bukan hamba sahaya
e. Istitha’ah (mampu), baik biaya, kesehatan, maupun keamanan dalam
perjalanan
2. Syarat Sah Haji
a. Agama Islam
b. Dewasa / Baligh (bukan mumayyis)
c. Tidak Gila / Waras
d. Bukan Budak (merdeka).

C. Rukun Haji
Rukun Haji adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan atau
dikerjakan sewaktu melaksanakan ibadah haji, dan apabila ditinggalkan ibadah
hajinya tidak sah, yaitu :
1. Ihram
2. Wukuf di Arafah
3. Thawaf ifadah
4. Sa’i
5. Tahallul (mencukur atau mengunting rambut sedikitnya 3 helai).
6. Tertib.
1. Ihram
Ihram adalah berniat memulai mengerjakan haji atau umrah atau
keduanya sekaligus. Ihram wajib dimulai dari miqat zamani maupun miqat
makani. Sebelum memulai ihram disunnahkan mandi, membersihkan badan,
9
memotong kuku, mencukur kumis, dan memakai wangi-wangian pada tubuh dan
rambut. Setelah memakai pakaian ihram disunahkan shalat dua rakaat dan selalu
membaca talbiah.
Pakaian ihram bagi pria, memakai dua helai kain yang tidak terjahit, satu
diselendangkan dan satu lagi sarungkan. Pakaian ihram disunatkan yang
berwarna putih. Boleh memakai ikat pinggang yang tidak disimpul mati, tetapi
tidak boleh memakai baju dan celana dalam. Sedangkan bagi wanita, memakai
pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.
2. Wukuf di Arafah
Wukuf adalah hadir dan berada di padang Arafah yang dilakukan pada
waktu yang telah ditentukan, yaitu mulai tergelincirnya matahari tanggal 9
Dzulhijjah sampai terbitnya fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Artinya orang yang
sedang mengerjakan haji wajib berada di padang Arafah pada waktu tersebut. Hal
ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW :
‫ أ ه‬:‫عن عبد الرحمن ابن يعمر‬
‫ن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال الح ه‬
‫ج عرفة من جاء لـيلة‬
)‫جمع قـبل طلوع الفجر فقد أدرك (رواه أحمد وأصحاب السنن‬
Artinya: ”Dari Abdurrahman bin Ya’mur, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
Haji itu wukuf di Arafah. Barang siapa yang datang pada tanggal 10 Dzulhijjah
sebelum terbit fajar, sesungguhnya ia telah mendapatkan waktu yang sah (haji).
(HR. Ahmad dan ashhabus Sunan).
Wukuf dilakukan setelah shalat jama’ taqdim zhuhur dan ashar. Wukuf
dapat dilaksanakan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri, dengan
memperbanyak dzikir, istighfar, dan do’a. Sesuai dengan sunnah Rasul, wukuf
dilakukan dengan berjamaah kemudian diberikan khutbah. Dalam wukuf, jama’ah
haji tidak disyaratkan suci dari hadats. Oleh karena itu wanita-wanita yang sedang
haid atau nifas boleh melakukan wukuf. Pelaksanaan wukuf jamaah yang sakit
dilakukan dengan pelayanan khusus sesuai dengan kondisi kesehatannya, yang
penting berada di Arafah sebagaimana yang telah diisyaratkan Rasul. Bagi yang
tidak melakukan wukuf di Arafah maka hajinya tidak sah. Berarti masih
berkewajiban melaksanakan haji di tahun-tahun berikutnya apabila memiliki
kemampuan.

10
3. Thawaf Ifadah
Thawaf adalah perbuatan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Thawaf
ada empat macam yaitu thawaf rukun yang disebut thawaf ifadhah, sehingga
apabila ditinggallkan atau tidak dikerjakan hajinya tidak sah/batal. Sedangkan tiga
yang lainnya adalah thawaf qudum (thawaf selamat datang), thawaf
wada’ (thawaf selamat tinggal) yang oleh madzhab syafi’i dimasukkan sebagai
wajib haji sehingga apabila ditinggalkan dikenakan dam, serta
thawaf Tathawwu’ atau thawaf sunah.
Adapun syarat-syarat orang yang melakukan thawaf adalah sebagai
berikut:
a. Suci dari hadats (hadats kecil maupun besar) dan najis
b. Menurut aurat
c. Sempurna tujuh kali putaran. Apabila ragu mengenai jumlah putarannya maka
hitunglah jumlah yang sedikit, kemudian tambah putarannya sampai
mencukupi tujuh kali.
d. Thawaf dimulai dari hajar Aswad dan diakhiri pula di hajar Aswad.
e. Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang thawaf, apabila berada di sebaliknya
maka thawafnya tidak sah.
f. Thawaf itu di luar Ka’bah dan masih berada di dalam Masjidil Haram.
4. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh
kali. Adapun syarat-syarat Sa’i adalah sebagai berikut:
a. Waktu sa’i hendaknya dilakukan setelah thawaf.
b. Sa’i hendaknya dilakukan tujuh kali.
c. Sa’i dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah.
5. Tahallul (mencukur atau mengunting rambut sedikitnya 3 helai)
Mencukur rambut adalah salah satu rukun haji yang berfungsi sebagai
bagian dari tahallul (penghalal) terhadap beberapa hal yang diharamkan dalam
haji. Dalam mencukur rambut paling sedikit tiga helai rambut. Bagi wanita tidak
perlu mencukur rambut tetapi cukup memotong atau digunting. Hal ini didasarkan
pada hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,
Rasulullah bersabda ”Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur
rambut (Muhallaqin), lalu para sahabat bertanya apa juga termasuk orang yang
11
memotong rambut ya Rasul, yang diulang-ulang sampai tiga kali. Beliau pun
mengulang jawaban sampai tiga kali, Allah merahmati orang yang mencukur,
baru beliau menjawab yang keempat kalinya, semoga juga orang yang memotong
rambut (muqashirin)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebab dari diulang-ulangnya doa yang diucapkan Rasulullah bagi orang-
orang yang mencukur (muhallaqin), menandakan bahwa mencukur atau
memotong rambut itu wajib dilakukan, seperti hadits tersebut di atas. Hal itu juga
diisyaratkan Al-Qur’an dalam Surat Al-Fath (48) Ayat (27). Adapun orang
melakukan pemotongan itu haruslah orang lain yang sudah haji atau sudah
tahalul lebih dahulu.
6. Tertib
Menertibkan rukun artinya mendahulukan rukun yang semestinya lebih
dahulu dikerjakan. Seperti mendahulukan ihram dari rukun-rukun lain,
mendahulukan wukuf di Arafah daripada thawaf, mendahulukan Sa’i daripada
bercukur (tahallul).

D. Wajib Haji
Wajib haji adalah ketentuan-ketentuan haji baik berupa perbuatan maupun
perkataan yang wajib dilaksanakan dalam ibadah haji, jika ditinggalkan hajinya tetap
sah tetapi wajib membayar dam (denda). Wajib haji itu meliputi Ihram dari miqat,
mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melempar jumrah, menjauhkan diri dari hal-hal
yang dilarang selama ihram, serta thawaf wada’.
1. Ihram dari Miqat
Disini yang menjadi wajib haji adalah dari miqat-nya dan bukan ihramnya
karena ihram sendiri termasuk rukun haji. Yang dimaksud Miqat adalah tempat
dan waktu yang ditentukan untuk mengerjakan haji. Ihram dari miqat artinya niat
haji dan atau umrah dari miqat, baik miqat makani maupun miqat zamani.
Diantara miqat makani (tempat memulai ihram) adalah Bir Ali, Ji’ronah, Tan’im,
dan Bandara King Abdul ’Aziz.
2. Mabit (bermalam) di Muzdalifah
Secara harfiah mabit berarti bermalam. Adapun menurut istilah, mabit di
muzdalifah adalah berada di Muzdalifah hingga lewat tengah malam, boleh dalam
kondisi jaga maupun tidur. Mabit di Muzdalifah dilakukan setelah wukuf di Arafah,
12
yaitu sesudah terbenam matahari tanggal 9 Dzulhijjah. Pada saat mabit di
Muzdalifah biasanya dipergunakan untuk mengambil kerikil sebanyak 49 buah
atau 70 buah guna melempar jumrah. Jamaah haji yang tidak melakukan mabit di
Muzdalifah diwajibkan membayar dam.
3. Melempar Jumrah
Melempar jumrah yaitu melempar tugu/jumroh yang telah ditentukan
sebanyak tujuh kali lemparan dengan menggunakan kerikil/batu kecil. Pada
tanggal 10 Dzulhijjah, melempar jumroh yang wajib dilakukan jamaah haji
hanyalah melempar jumroh ’aqabah sebanyak tujuh kali lontaran hingga
mengenai tugu aqabah atau minimal masuk pada kubangan yang ada pada tugu
tersebut dengan niat mengusir syaitan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan
tahallul awal yang ditandai dengan pemotongan rambutnya oleh orang yang
sudah berhaji guna memperoleh halalnya semua larangan-larangan haji, selain
larangan bersetubuh. Adapun waktu yang syah untuk melempar dimulai setelah
lewat tengah malam sampai terbenam matahari, sedangkan waktu yang paling
utama dalam melempar jumrah Aqabah adalah waktu dhuha.
Sedangkan melempar jumroh yang disyariatkan pada tanggal 11, 12, dan
13 Dzulhijjah, pada setiap harinya ada tiga jumroh yaitu jumroh ula, jumroh
wustha, dan jumroh ’aqabah yang utamanya dilaksanakan sesudah tergelincir
matahari (matahari mulai condong ke barat). Masing-masing jumroh dilempar
sebanyak tujuh kali, dengan setiap lemparan satu kerikil. Melempar jumroh itu
boleh hanya sampai pada tanggal 12 Dzulhijjah saja lalu kembali ke Mekkah yang
disebut nafar awal. Dan bagi orang yang ingin menyempurnakannya sampai
tanggal 13 Dzulhijjah disebut nafar tsani.
4. Mabit (bermalam) di Mina
Pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah diwajibkan bermalam di Mina atau
berada di Mina hingga lewat tengah malam. Bagi yang nafar awal boleh bermalam
di Mina hanya pada malam 11 dan 12 Dzulhijjah saja.
5. Menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang (muharramat)
Menjauhkan diri dari muharramat artinya meninggalkan atau menghindar-
kan diri dari melakukan hal-hal yang terlarang dalam haji. Orang yang melanggar
hal-hal yang terlarang, wajib baginya membayar denda (dam).

13
6. Thawaf Wada’
Thawaf Wada’ (thawaf perpisahan) dilakukan ketika akan meninggalkan
baitullah di Mekkah. Cara melakukannya sama dengan thawaf yang lain, yaitu
mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran.

E. Sunah Haji
Sunah haji adalah hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan dalam haji guna
kesempurnaan ibadah haji dan apabila ditinggalkan hajinya tetap syah. Adapun hal-
hal termasuk sunnah haji, yaitu:
1. Membaca talbiyah dengan suara nyaring bagi laki-laki dan dibaca dengan suara
pelan bagi perempuan. Waktu membacanya yaitu sejak ihram sampai saat
melempar jumrah ’aqabah pada hari raya qurban. Lafadz talbiyah sebagai
berikut:
ّ ‫ لبّـيك ال شريـك لـك لبّـيك‬,‫لبّـيك اللّه ّم لبّـيك‬
‫ان الحمـد و النّعـمة لك والملك ال شريك لك‬
Artinya, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi
panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu,
Sesungguhnya segala puji dan kebesarannya untuk-Mu. Tidak ada sekutu bagi-
Mu”.
2. Membaca shalawat dan do’a sesudah membaca talbiyah.
3. Melaksanakan thawaf qudum. Thawaf qudum disebut juga dengan thawaf
talbiyah, karena thawaf ini adalah thawaf penghormatan kepada Ka’bah.
4. Masuk ke Ka’bah (baitullah) dari Hijir Ismail, hal ini sesuai hadits yang
diriwayatkan oleh Baihaqi.

F. Bacaan-bacaan Haji
Terlampir

G. Larangan-Larangan Bagi Orang Yang Melakukan Haji


1. Memakai pakain yang dijahit (menyarung), kecuali wanita.
2. Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka bagi wanita. (boleh melakukan
sesuatu yang tidak dianggap tidak menutup, misalnya meletakkan tangan di atas
kepala).

14
3. Memotong atau mencabut kuku kecuali jika kuku itu pecah dengan sendirinya
dan pecahnya itu menganggu terlaksananya amalan ihram maka boleh
menghilangkan kuku yang pecah itu.
4. Memotong atau mencabut atau menyisir rambut.
5. Memakai wangi-wangian.
6. Berburu binatang yang halal dimakan dagingnya.
7. Memotong pohon yang tumbuh di tanah haram.
8. Nikah atau menikahkan.
9. Bersetubuh.
10. Bersentuhan kulit dengan maksud menyalurkan nafsu sahwat.

H. Dam (Denda)
Denda atau tebusan bagi mereka yang menunaikan haji atau umrah tetapi
melakukan pelanggaran ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan.
Pelanggaran itu misalnya melakukan larangan-larangan Ihram atau tidak dapat
menyempurnakan wajib haji seperti mabit di Mina atau Muzdalifah. Para Ulama tela
sepakat bahwa seseorang yang menunaikan ibadah haji akan dikenakan Dam
apabila melakukan antara lain pelanggaran-pelanggaran sebagai berikut:
1. Melakukan Haji Qiran atau Tamattu.
2. Tidak Ihram dari Miqat.
3. Tidak Mabit I di Muzdalifah.
4. Tidak Mabit II di Mina.
5. Tidak melontar Jumrah.
6. Tidak melakukan Tawaf Wada.
Pembayaran dam dibedakan menurut pelanggaran yang dilakukan, terdapat 4
macam dam pada pelksanaan haji, yaitu :
1. Dam Takhyir Ta’dil
Yaitu membayar dam untuk kesalahan melakukan salah satu dari dua perkara
yaitu: memburu binatang darat yang boleh dimakan dagingnya, atau menebang,
memotong dan mencabut tanaman di tanah suci. Dendanya adalah salah satu
berikut ini : Memotong seekor kambing atau memberi Fidayah kepada fakir
miskin senilai satu kambingitu atau berpuasa selama 10 hari.

15
2. Dam Takhyir Takdir
Yaitu membayar denda karena melakukan satu dari larangan-larangan berikut :
a. Memotong ,mencabut rambut atau bulu badan
b. Mengenakan pakaian terlarang sewaktu ihram.
c. Memakai minyak wangi pada rambut atau jenggot.
d. Memakai wewangian pada badan atau pakaian.
e. Bersetubuh sebelum Tahallul kedua.
Dam yang dikenakan terhadap pelanggaran tersebut adalah memotong seekor
kambing atau memberi makan fakir miskin senilai kambing itu atau berpuasa
selama 10 hari.
3. Dam Tartib Ta’dil
Yaitu membayar denda karena bersetubuh dengan istri sebelum tahallul, yaitu
dengan menyembelih seekor unta atau 7 ekor kambing atau memberi makan
fakir miskin senilai satu unta atau berpuasa selama 10 hari.
4. Dam Tartib Takdir yaitu membayar denda karena melakukan salah satu perkara –
perkara sebagai berikut:
a. Melakukan Haji Tamattu atau Qiran.
b. Tidak melakukan Wukuf di Arafah.
c. Tidak Melontar Jumrah.
d. Tidak Mabit di Muzdalifah.
e. Tidak Mabit di Mina.
f. Tidak Ihram di Miqat.
g. Tidak melakukan Tawaf Wada.
h. Tidak memenuhi nazar yang diikrarkan.
Dam yang dikenakan terhadap pelanggaran tersebut adalah memotong seekor
kambing atau memberi makan fakir miskin senilai kambing itu atau berpuasa
selama 10 hari.

I. Tata Urutan Melakukan Ibadah Haji


1. Melakukan ihram dari miqat
2. Wukuf di Arrafah
3. Mabit di Muzdalifah, Mekah
4. Melempar jumrah ‘aqabah
16
5. Tahalul
6. Mabit di Mina
7. Tawaf ifadah

17
E. Latihan
Jika memungkinkan lakukan simulasi ibadah haji di Dinas Syariat Islam, Aceh
Tamiang karena terdapat miniature Ka’bah.

F. Rangkuman
Haji adalah sengaja mengunjungi Ka’bah dan tempat-tempat lainnya dengan
niat beribadah pada waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara
tertentu pula. Adapun umrah adalah ziarah ke ka’bah, thawaf, sa’i dan tahallul dan
dilakukan sewaktu-waktu di luar waktu haji.
Haji mempunyai aturan tertentu untuk dapat melakukannya, karena merupakan
ibadah maka haji mempunyai syarat wajib, syarat sah, rukun, bacaan, larangan, denda dan
urutan dalam pelaksanaannya. Demikian pula dengan umrah, walaupun umrah tidak masuk
dalamrukun Islam dan bukan merupakan ibadah mahdoh, namun ketentuan dalam
pelaksanaan umroh penerapannya disamakan dengan pada saat melaksanakan ibadah haji,
seperti thawaf,sa’I dan tahalul.
Perbedaan yang sangat terlihat anatara haji dan umrah adalah dari sisi waktu
dimana haji sudah dutentukan pada bulan Dzulhijjah sedangkan umrah bisa kapan saja
kecuali pada waktu pelaksanaan haji. Pada ibadah haji terdapat syarat sah dan rukun
tertentu, namun pada pelaksanaan umrah tidak demikian. Dam atau denda terdapat pada
ibadah haji karena melakukan pelanggaran tertentu, hal ini tidak berlaku untuk pelaksanaan
umrah.

G. Evaluasi
1. Sebutkan apa yang di maksud dengan haji ?
2. Sebutkan apa yang di maksud dengan Dam ?
3. Sebutkan larangan-larangan melakukan Haji ?
4. Sebutkan perbedaaan antara haji dan umrah ?
Kunci Jawaban :
1. Haji menurut bahasa menyengaja. Sedangkan menurut istilah, haji adalah
sengaja mengunjungi Ka’bah dan tempat-tempat lainnya dengan niat beribadah
pada waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu pula.
2. Dam (denda) ialah tebusan bagi mereka yang menunaikan haji atau umrah tetapi
melakukan pelanggaran ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan.
3. Larangan-larangan melakukan Haji yaitu:
18
 Memakai pakain yang dijahit (menyarung). Kecuali wanita.
 Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka bagi wanita. (boleh
melakukan sesuatu yang tidak dianggap tidak menutup, misalnya meletakkan
tangan di atas kepala).
 Memotong atau mencabut kuku kecuali jika kuku itu pecah dengan sendirinya
dan pecahnya itu menganggu terlaksananya amalan ihram maka boleh
menghilangkan kuku yang pecah itu.
 Memotong atau mencabut atau menyisir rambut.
 Memakai wangi-wangian.
 Berburu binatang yang halal dimakan dagingnya.
 Memotong pohon yang tumbuh ditanah haram.
 Nikah atau menikahkan.
 Bersetubuh.
 Bersentuhan kulit dengan maksud menyalurkan nafsu sahwat.
4. Perbedaan antara haji dan umrah ialah, Haji hanya diwajibkan sekali dalam
seumur hidup dan waktunya tertentu saja, sedangkan Umrah dapat dikerjakan
sewaktu-waktu di luar waktu mengerjakan haji.

H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


1. Apakah siswa mampu menjelaskan tentang haji dan umrah
Jika siswa tidak mampu menjelaskan tentang haji dan umrah maka modul
pembelajaran haji dan umrah diulang sekali lagi.
2. Apakah siswa mengerti berbedaan haji dan umrah
Jika siswa tidak mengerti perbedaan haji dan umrah maka modul pembelajaran
haji dan umrah diulang sekali lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Fikih Buku Siswa Kelan 8-VIII Kurikulum 2013 Revisi, Kementrian Agama Republik
Indonesia, Jakarta, Cetakan Ke-1, 2015
2. Buku Panduan Lengkap Haji dan Umrah sesuai Sunnah, Syaikh Badr al-Failakawi,
Pustaka Qur’an Sunnah, Yogyakarta, 2019
3. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim, Muhammad Fuad Abdul Baqi’, Insan Kamil,
Jakarta, 2015

20
GLOSSARY

Ibadah Mahdoh = Ibadah Besar


Rahmatan lil ‘alamin = Keselamatan bagi semua alam

21

Anda mungkin juga menyukai