Anda di halaman 1dari 7

tujuan pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil yang mulia didunia dan akhirat,

sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qurân surat al-Hujarat ayat 13: ...‫هللا عند اكرمكم ان‬
‫اتقكم‬...( ‫الحجرات‬: ١٣( Artinya: “…sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah SWT
adalah orang yang paling takwa diantara kamu…” (Q.S. Al-Hujarat: 13)

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pendidik merupakan salah satu faktor yang
mempunyai peranan besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dicanangkan.
Idealnya pendidik harus memfasilitasi dirinya dengan berbagai kompetensi agar dapat
menjalankan profesinya secara profesional, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Para ahli pendidikan banyak yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah sebagai
seorang pendidik yang professional, yaitu seorang pendidik yang disamping harus menguasai
materi pengajaran, juga harus menguasai teknik mengajar yang efisien dan efektif serta
berakhlak mulia.

Rasulullah menyadari bahwa para peserta didiknya (sahabat) adalah pemegang kendali segala
permasalahan ummat. Merekalah yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan di
masa depan nanti dan di tangan merekalah kelak yang akan menggerakkan lajunya kehidupan
masyarakat serta mengatur segala urusan-urusan agama dan risalah Islam ini. Karena itu
beliau sebagai pendidik 77 Karakteristik Rasulullah Sebagai Pendidik Itqan, Vol. VI, No. 2,
Juli - Desember 2015 terlebih dahulu menunjukkan contoh dan karakter yang dapat di ikuti
oleh peserta didiknya (As-Sayyid, 1993: 13) Oleh sebab itu, sebagai seorang pendidik sudah
sepatutnya seorang guru menerapkan dan melaksanakan karakteristik seorang pendidik ini
agar pembelajaran yang dilakukannya berhasil dengan baik. Berikut beberapa karakteristik
Rasulullah saw. sebagai seorang pendidik.

1. Serasi Antara Ucapan dan Perbuatan Dalam sebuah pengajaran, kesesuaian antara
ucapan dan perbuatan lebih cepat dapat diterima oleh peserta didik ketimbang hanya
sekedar ucapan saja tanpa dibarengi oleh tindakan nyata. Ketika Rasulullah saw.
memerintahkan manusia melakukan kebaikan dan beliau adalah orang yang paling
pertama kali melakukannya. Beliau melarang manusia dari keburukan dan beliau
adalah orang yang paling pertama kali menghindari dan menjauhinya. Ini adalah
kesempurnaan akhlak beliau. Rasulullah SAW adalah sosok pribadi pendidik yang
serasi antara ucapan dan perbuatan. Keteladanan yang baik seperti ini akan dapat
memberikan efek pengaruh yang kuat dibandingkan sekedar ucapan. Begitu
pentingnya keserasian antara ucapan dan perbuatan itu bagi seorang pendidik, maka
menurut Fu’ad ibn ‘Abdul ‘Aziz asy-Syalhub, seorang pendidik adalah orang yang
paling membutuhkan konsistensi dalam menjalani keserasian antara ucapan dan
perbuatan dalam kehidupannya sehari-hari, karena dia adalah contoh yang diteladani
oleh siswanya. Karena itu, Allah swt. sangat mengecam keras orang yang mengatakan
sesuatu tetapi ia sendiri tidak melakukan apa yang ia katakan sebagaimana termaktub
dalam Q.S. Aṣ-Ṣaf/61: 3. “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
2. Bersikap Adil Terhadap Murid Adil adalah akhlak yang mulia, sifat yang agung,
dicintai semua orang, dan memberikan harapan bagi orang-orang yang disakiti (As-
Sirjani, 2011: 36). Oleh karena itu, dengan sangat jelas di dalam Alquran Allah
memberikan perintah untuk berlaku adil. Allah berfirman, artinya: “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. An-
Nahl/16: 90). Rasulullah memberi perhatian yang besar dalam mengajarkan nilai
keadilan kepada para sahabatnya, dengan menjelaskan kepada mereka betapa besar
pahala berlaku adil pada hari kiamat. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang-
orang yang berlaku adil di dunia berada di atas mimbarmimbar dari mutiara pada hari
kiamat di hadapan Allah Yang Maha Pengasih, karena keadilan yang mereka lakukan
di dunia.” (Muslim, No. 1827). Demikianlah Rasulullah saw. menanamkan sifat adil
dalam hati para sahabatnya. Kemudian beliau pun langsung menjadi contoh ideal
dalam melakukan semua perintah-perintahnya, sehingga sifat adil menjadi hal yang
naluriah untuk beliau, semenjak usianya yang masih sangat muda (As-Sirjani, 2011:
38). Perlakuan yang berbeda dan tidak adil terhadap peserta didik, menyebabkan
terjadi saling memusuhi di antara mereka, dan akan tercipta jurang pemisah antara
guru dan peserta didik lainnya yang terzalimi. Oleh sebab itu, seorang pendidik harus
konsisten menerapkan sikap adil di antara peserta didiknya supaya rasa persaudaraan
dan saling cinta membudaya di antara mereka (AsySyalhub: 11).
3. Berakhlak Mulia dan Terpuji Dapat dipastikan bahwa kata yang baik dan tutur bahasa
yang bagus dan santun mampu memberikan pengaruh terhadap jiwa, mendamaikan
hati, serta menghilangkan dengki dan dendam dari dada. Rasulullah saw. adalah sosok
yang paling suci dari segi ruh dan jiwa. Beliau adalah manusia yang paling agung
akhlaknya, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Qalam ayat 4. Beliau bukanlah
sosok yang bersikap keras lagi berhati kotor, dan tidak pula berlaku ekstrim,
melainkan beliau adalah sosok yang ramah, lemah lembut, dan penuh kasih sayang.
4. 4. Humoris Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, humor adalah
komunikasi yang dilakukan guru dengan menggunakan sisipan kata-kata, bahasa dan
gambar yang mampu menggelitik siswa untuk tertawa. Humor atau bercanda adalah
bersenda gurau dengan orang lain tanpa mencela dan menghinanya. Sedangkan humor
atau canda yang dilarang adalah yang berlebihan dan yang terus-menerus, karena akan
melahirkan banyak tawa dan menyebabkan kerasnya hati serta menyibukkan diri dari
mengingat AllahAdapun yang selamat dari perkara-perkara tersebut, maka merupakan
canda yang boleh, yang Rasulullah saw. pernah melakukannya sesekali waktu untuk
suatu kemaslahatan, yaitu membuat lawan bicara merasa nyaman dan akrab dan
merupakan sunnah yang dianjurkan (Asy-Syalhub: 18) Ketika bercanda, beliau selalu
menyampaikan kebaikan kepada para sahabatnya atau selalu membuat mereka
senang. Beliau ingin selalu membuat mereka senang dan bahagia.
5. Sabar dan Mampu Mengendalikan Emosi. pelajaran dari Rasulullah saw. yakni
kemampuan sikap menahan diri dan tidak emosi terhadap perlakuan orang-orang jahil
dan tidak melayani mereka dengan kejahatan serupa tetapi membalas keburukan yang
dilakukannya dengan kebaikan. Beliau membalas amarah orang 87 Karakteristik
Rasulullah Sebagai Pendidik Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015 tersebut
dengan senyum persahabatan. Adapun rekasi Rasulullah terhadap polahtingkah badui
tersebut menunjukkan kesabaran menahan emosi dan kebijaksanaan beliau dalam
mendidik orang-orang dusun seperti itu (Ahmad, 1992: 599). Seseorang yang
memiliki kemampuan mengendalikan amarah merupakan tanda kekuatan sebagai
pendidik. Guru yang mudah marah dan tidak sabaran akan menyebabkan dirinya
mudah kehilangan kontrol diri. Akibatnya ia akan kesulitan untuk melihat kebenaran.
Kekuatan seorang pendidik tergantung bagaimana ia mampu mengendalikan amarah
dan menguasai akal sehatnya.
6. Murah Senyum dan Tutur Kata yang Baik. Rasulullah dalam kehidupan sehari-
harinya adalah orang yang paling mudah tersenyum dan memiliki kepribadian yang
paling bagus (Al-Mu’az, 2002: 115). Itulah kemuliaan nilai-nilai akhlak yang
disandang oleh Rasulullah yang ia dapatkan dari pemberian Tuhannya yang telah
mengutusnya untuk menyempurnakan akhlak. Metode yang sangat lembut inilah, para
umat rabbani belajar akan indahnya persahabatan, jujurnya pertemanan dan kebaikan
dalam kesendirian dan bersama kawan.

Banyak diantara ahli pendidikan yang mengatakan bahwa Rasulullah adalah pendidik professional,
karna keberhasilan beliau dalam menyampailan risalah Islam, mengajak kepada ketauhidan,
memperbaiki ibadah dan akhlak manusia pada waktu itu. Disamping itu Rasulullah juga menguasai
materi yang disampaikan dengan menggunakan berbagai strategi dan metode yang bervariasi, dan
yang paling penting adalah peran beliau sebagai suri teladan yang baik. Dalam konsep pendidikan
sekarang, proses pendidikan akan berjalan efektif apabil guru mempunyai empat kompetensi yaitu
kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru dituntut untuk memiliki
kemampuan yang mumpuni kaena sebagai penyampai materi dan pesan pembelajaran. Jika kita
melihat lebih jauh di masa lampau, dalam Islam sebenarnya empat kompetensi tersebut sudah ada
dalam diri Rasulullah sebagai seorang utusan Allah. Jauh sebelum peraturan pemerintah dan undang
undang tentang guru dibuat, maka Islam telah mengajarkan bahwa dalam diri Rasulullah ada
keteladanan yang diambil. Rasulullah sebagai pendidik pertama umat Islam sepatutnya dicontoh dan
diaplikasikan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah Sebagai Pendidik
(Menginspirasi dan Meneladani Sang Pendidik Sejati)
Ahmad Yani, MA
Setiap metodologi dapat diukur kebenarannya dengan ukuran keberhasilan dan hasil-hasil yang
dicapainya. Dan bila kaedah ini diterapkan dalam mengukur metodologi Rasulullah Saw dalam
mendidik, maka akan ditemukan keberhasilan pendidikan yang begitu menakjubkan yang tidak
pernah dicapai siapapun sepanjang sejarah.

Pendidikan dalam bahasa arab adalah tarbiyah yang berarti membentuk manusia ke arah
kesempurnaan yang diridhai Allah SWT. Menuju ke arah kesempurnaan dan bukan mencapai
kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kemaksuman (bebas dari
salah dan dosa) adalah milik Rasulullah.

Menyingkap kepribadian Rasulullah Saw sebagai pendidik menuntut kita untuk mengangkat
sifat Rasulullah Saw yang mengantarkannya menjadi pendidik sejati, juga metodologi
pendidikan Rasulullah yang dengan metode tersebut beliau mendidik sehingga berhasil dengan
kesuksesan yang menakjubkan atas izin Allah SWT.

Sifat-sifat Sang Pendidik


1. Kasih Sayang
Sifat ini harus ada dalam jiwa pendidik. Orang yang keras hatinya tidak cocok menjadi
pendidik. Rasulullah Saw pernah meringankan shalat lantaran ada seorang anak yang
menangis. Bagaimana beliau pernah ditimpa berbagai penyiksaan dan aniaya dari pihak Kufar
Quraisy dan penduduk Thaif, namun beliau tetap berharap kebaikan bagi mereka: “Semoga
Allah melahirkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah kepadaNya. Dalam
sebuah riwayat disebutkan, dari Anas bin Malik beliau berkata: “Aku tidak pernah melihat
orang yang lebih pengasih kepada keluarganya dari pada Rasulullah Saw”. (HR. Muslim).

2. Sabar
Sabar adalah bekal utama setiap pendidik. Pendidik yang tidak memiliki sifat sabar bagai
musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Rasulullah Saw mencontohkan kesabaran
yang sangat tegar. Beliau bersabar atas penyiksaan jasmani dan jiwa dari kaumnya, kondisi ini
terus terjadi hingga menjadi jelas maksud dan risalah yang dibawa, dan pada akhirnya
kebencian berubah menjadi cinta dan penyiksaan berubah menjadi penghormatan. Namun
sabar perlu dipahami dengan baik. Sabar perlu diiringi dengan ikhtiar dan doa.

3. Rendah Hati
Seorang pendidik harus memiliki sifat rendah hati (tawadhu) terhadap para anak didiknya,
karena kesombongan dan tinggi hati menyebabkan adanya jurang pemisah yang jauh antara
dirinya dan anak didik. Dan ini menyebabkan hilangnya pengaruh dalam pendidikannya.

Rasulullah Saw adalah sosok manusia renah hati. Beliau mengucapkan salam kepada anak-
anak. Anak-anak sering mengambil tangan Rasulullah Saw dan membawa beliau sesuai
kehendak mereka. Bila seseorang bersalaman dengan Rasulullah Saw, beliau tidak akan
menarik tangannya terlebih dahulu sebelum orang tersebut melepas tangannya, dan tidak
memalingkan wajah sebelum orang tersebut memalingkan wajahnya.

4. Cerdas
Pendidik dituntut cerdas dan pintar. Ia dituntut bisa memahami karakter, kondisi dan
permasalahan anak didik secara detil. Dengan pemahaman tersebut, pendidikan yang diberikan
bisa lebih memiliki peluang keberhasilan dan kesuksesan daripada sekedar mendidik tanpa
paham tentang anak didik juga kondisinya. Seorang pendidik diharapkan bisa
mempertimbangkan setiap perkara yang cocok dan tidak cocok bagi anak didiknya. Dan ini
bisa dilakukan jika ia mengetahui kondisi anak didiknya.

5. Lembut dan Pemaaf


Kesalahan dan sikap buruk anak didik tidak sepatutnya membangkitkan emosi dan amarah
seorang pendidik. Dia dituntut mampu keluar dari kemarahan sehingga bisa berpikir dengan
jernih, guna mencari solusi atas permasalahan. Sifat lembut ini juga diiringi dengan sifat
pemaaf ketika mendapat perlakuan buruk dan keji. Satu kisah Rasulullah Saw yang
diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. Anas bin Malik berkata: “Aku berjalan bersama
Rasulullah Saw, dan beliau memakai jubah Najran yang kasar sisi pinggirnya. Seorang Arab
Badui menemuinya dan menarik selendang beliau dengan keras, hingga aku melihat leher
Rasulullah Saw berbekas karena tarikan yang sangat keras. Badui itu berkata: “Wahai
Muhammad perintahkanlah agar harta milik Allah SWT yang ada padamu untuk diberikan
kepadaku karena kamu tidak membawa hartamu dan harta bapakmu untukku. Rasulullah
menoleh kepadanya dan tersenyum, kemudian memerintahkan Sahabat untuk memberinya
sesuatu”. (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Kepribadian dan Wibawa yang Kuat


Seorang pendidik harus berkepribadian kuat, tidak ragu-ragu dan kurang percaya diri, agar
dapat memberikan pengaruh pada anak didiknya. Kepribadian yang kuat tidak membutuhkan
banyak hukuman dalam proses mendidik, bisa meminimalkan terjadinya penyimpangan, dan
menanamkan kepuasan dalam jiwa. Dalam gambaran kewibawaan Rasulullah disebutkan
bahwa: “Siapapun yang melihat Rasulullah Saw, maka dia pasti mengaguminya”.

Cara Rasulullah Mendidik


1. Pembentukan Jiwa Terlebih Dahulu
Rasulullah memandang bahwa pendidikan harus diawali dengan pembentukan jiwa dan
keimanan terlebih dahulu. Bila pendidikan tidak diawali dengan pembentukan jiwa dan
keimanan maka segala tampilan luar dari hasil pendidikan bukanlah tampilan yang sebenarnya.
Penanaman keimanan terhadap prinsip-prinsip yang mensucikan jiwa dan menjadikan prilaku
lurus menjadi prioritas program, seperti penanaman keimanan agar mencintai kebaikan dan
membenci kezaliman dan kekejian.

Rasulullah memerintahkan para orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya shalat pada usia
tujuh tahun. Hal ini harus dilakukan dan diteruskan dengan pengarahan dan penanaman tentang
kepuasan dan keimanan dalam jiwa anak terhadap urgensi shalat dan kewajibannya hingga tiga
tahun berikutnya. Dan bila anak meninggalkan shalat pada usia sepuluh tahun, dia diberi
sanksi. Dari Amru bin Syuaib, beliau berkata: “Rasulullah Saw bersabda:“Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena
meninggalkannya pada usia sepuluh tahun dan pisahkan mereka dari tempat tidur”. (HR. Abu
Dawud).

2. Penerapan Praktis
Iman di hati dan penerapan praktis adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan, keduanya saling
membutuhkan. Dengan maksud tersebut Allah SWT mengaitkan iman dengan amal shaleh
lebih dari lima puluh lima ayat Al-Qur’an. Metodologi Rasulullah dalam pendidikan adalah
dukungan teori ilmiah dengan penerapan praktis, karena buah pendidikan sebenarnya lahir dari
penerapan praktis, bukan teori ilmiah.

3. Berbicara dan Berdialog Sesuai Tingkat Pemahaman


Jika seorang pendidik berbicara kepada anak didiknya dengan bahasa yang tidak dipahaminya,
maka bisa menimbulkan salah paham, dan menimbulkan salah penerapan. Karena itu, pendidik
harus memperhatikan tingkat pemahaman akal anak didiknya, sehingga tidak mengajarkan dan
mengarahkannya dengan bahasa yang tidak dipahaminya. Imam Muslim berkata:
“Sesungguhnya Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidaklah kamu berbicara dengan suatu kaum
menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh akal mereka, melainkan ia menadi fitnah bagi
sebagian mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Mengutamakan yang Lebih Penting dari yang Penting


Kaidah urutan prioritas penting diterapkan dalam proses pendidikan. Tidak sepatutnya seorang
pendidik lebih fokus mengarahkan anak didik untuk melakukan amal sunah namun tidak
memberikan arahan semestinya tehadap amalan wajib. Diriwayatkan dari Anas bin Malik
berkata: “Sesungguhnya seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah Saw: “Kapan
Kiamat terjadi?”, Rasulullah menjawab: “Apa yang telah kamu persiapkan untuk
menghadapinya? Dia menjawab: “Tidak ada, kecuali aku mencintai Allah SWT dan
RasulNya”. Rasulullah Saw bersabda: “Kamu bersama siapa yang kamu cintai”. (HR.
Bukhari dan Muslim). Seakan-akan Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa pengetahuan
terhadap Kiamat tidak akan berfaedah jika tidak disertai dengan keimanan dan amal saleh, serta
persiapan diri untuk menghadapinya.

5. Memilih Kondisi yang Tepat untuk Memberikan Peringatan


Memilih kondisi yang tepat untuk memberikan pengarahan dan nasihat adalah langkah yang
penting agar arahan dan nasihat mendapatkan pengaruhnya dalam jiwa anak didik. Inilah salah
satu hikmah Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sesuai dengan kejadian dan sababun
nuzuul (sebab turunnya). Rasul Saw juga demikian, karena itu ada sababul wuruud (sebab
datang) hadits. Para Ulama telah banyak mengarang berbagai kitab tentang sebab-sebab
turunnya ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw.

Diantara hadits Rasul Saw yang datang karena sababul wuruud (sebab datang), Hakim bin
Hizam ra, berkata: “Aku memohon kepada Rasulullah Saw harta, kemudian beliau
memberikannya kepadaku, kemudian aku memohon kepadanya, kemudian ia memberikannya
kepadaku, kemudian aku memohon kepadanya harta, kemudian ia memberikannya kepadaku.
Kemudian Rasulullah bersabda: “Wahai Hakim sesungguhnya harta benda itu hijau dan
manis. Barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang terhormat, maka dia akan
diberkahi di dalamnya. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang berlebihan
dan tamak, maka tidak akan diberkahi. Bagaikan orang yang makan tetapi tidak merasa
kenyang. Dan tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah”. (HR. Bukhari
dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai