Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN KURIKULUM PAI DI INDONESIA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu: Dr. Abdul Rahman, M.Ag

Disusun Oleh:

1. Badrul Ahadi (1600118025)


2. Fathiya Fauziati Rosyida (1600118026)

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017
KAJIAN KURIKULUM PAI DI INDONESIA

A. PENDAHULUAN
Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,pemahaman,dan penanaman
nilai-nilai keagamaan,serta pengalaman nilai-nilai tersebutdalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakatan.Peningkatan potensi spiritual tersebut
pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang di miliki
manusia yang actualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk Tuhan.
Pendidikan agama islam diberikan dengan memberikan tuntunan bahwa
agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlaq mulia ,serta bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang jujur,adil,berbudi pekerti ,etis saling menghargai,
disiplin, harmonis dan produktip,baik personal maupun social. Tuntutan ini
mendorong dikembangkanya standar kompetensi sesuai dengan jenjang
persekolahan yang secara nasional.
Konsep kurikulum Pendidikan Agama Islam yang berlaku di Indonesia
dapat dilihat dari definisi kurikulum yang terdapat dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional 2003 pasal 1 ayat11, yang berbunyi: “Kurikulum adalh
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belahar
mengajar”.1
Pada prinsipnya kurikulum berkisar pada pengembangan aspek ilmu
pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangi perkembangan pendidikan.
Manusia, disisi lain sering kali memiliki keterbatasan kemampuan untuk

1
Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum Terpadu IPTEK dan IMTAQ, PT. Ciputat Press Group,
Ciputat, 2006, h. 26

1
menerima, menyampaikan dan mengolah informasi, karenanya diperlukan proses
pengembangan kurikulum yang akurat dan terseleksi dan memiliki tingkat
relevansi yang kuat. Dalam hal ini akan dibahas Kajian Kurikulum PAI di
Indonesia.
B. PEMBAHASAN
1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Kurikulum dan Unsur-Unsurnya
Kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani yang semula
digunakan dalam bidang olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh
lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari
start hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang
pendidikan.2
Hilda taba dalam bukunya Curriculum Develoment menuliskan
“curriculum is after all, a way of preparing young to participate as
productive members of our culturer” artinya : Kurikulum adalah cara
mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota yang
produktif dar suatu budaya.
Dalam perspektif mikro, kurikulum merupakan suatu sistem yang
memiliki beberapa komponen yaitu, tujuan, materi, strategi pembelajaran
(KBM), dan evaluasi.3
Pada Prinsip dasarnya Kurikulum sebagai program pendidikan
mencakup:
1) Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan
2) Pengalaman belajar atau kegiatan belajar
3) Program belajar (plan of learning) bagi siswa
4) Hasil belajar yang diharapkan.4
Unsur-Unsur Kurikulum secara garis besar meliputi :

2
Prof. Dr.H.Muhaimin, M.A, Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (di
Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi), (PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2012), h.1
3
Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Semarang: CV. Karya
Abadi Jaya, 2015), Cet. 1. hlm.106
4
Drs.H.M.Arsyad Meru, M.Ag, Pengembangan Kurikulum (STAI As’adiyah, Sengkang:
2008) h.3

2
1) Goal (Cita-Cita/Tujuan) : Tujuan pendidikan nasional dan Tujuan
lembaga pendidikan
2) Matter (Bahan Pelajaran) : Sesuai dengan tujuan, silabus pelajaran, dan
pengetahuan ilmiah.
3) Organizing (Strategi Pelaksanaan Kurikulum)
4) Evaluating (Evaluasi Kurikulum) : Penilaian terhadap Input
pelajaran(semua SDA sebelum menempuh program berupa dana,
sarana prasarana dan siswa.), Proses pembelajaran, Out put
pembelajaran (Penilaian terhadap lulusan pendidikan ) dan Out come
pembelajaran (Kemampuan lulusan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab) .5
Kurikulum ini bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta
melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Dengan
pengetahuan yang dimiliki diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-
cara yang dapat dikembangkan dalam masyarakat yang luas. 6
b. Dasar Kurikulum PAI
Penting sekali untuk mengetahui yang menjadi dasar dalam
pengembangan kurikilum PAI selain itu, dasar ini juga yang melatar
belakangi pentingnya kurikulum PAI tersebut dikembangkan pada dunia
pendidikan di indonesia. Dasar pengembangan kurikulum PAI adalah:
1) Agama merupakan hak asasi manusia.
2) Dasar Negara kita Pancasila sila Pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”
3) Undang-undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat 1 dan 2 tentang hak dan
kebebasan menjalankan agama.
4) Undang -undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3.7
Sedangkan menurut Dr. Armai Arief, M. A. dasar-dasar kurikulum
PAI antara lain adalah:

5
S.Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, (Bumi Aksara, Jakarta : 2008),h.6
6
Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, h.92
7
Drs. H. Hamdan, M.Pd, Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum(Teori dan Praktek
Kurikulum PAI), Banjarmasin, 2009, h. 40

3
1) Dasar Agama
Kurikulum diharapkan dapat menolong siswa untuk membina iman
yang kuat, teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan
melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat didunia dan diakhirat.
2) Dasar falsafah
Pendidikan islam harus berdasarkan wahyu tuhan dan tuntunan nabi
Muhammad SAW serta warisan ulama terdahulu.
3) Dasar psikologis
Kurikulum tersebut harus sejalan dengan ciri perkembangan siswa,
tahap kematangan dan semua segi perkembangannya
4) Kurikulum yang diharapkan
Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarkatan
terhadap siswa, penyesuaian mereka dengan lingkungannya,
pengetahuan dan kemahiran yang ada yang akan menambah
produktifitas dan keikut sertaan mereka dalam membina ummat dan
bangsa.
Semua dasar yang dikemukakan diatas idealnya dapat “mewarnai”
penyusunan kurikulum PAI, agar semua aspek kemanusiaan anak didik
dapat terkembangkan dengan baik, menuju manusia paripurna
sebagaimana yang dicita-citakan dalam pendidikan islam.8
c. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dan peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2005 menetapkan Pengertian kurikulum
sebagai "Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu",9 dengan kata lain Kurikulum adalah seperangkat
rencana pengajaran yang digunakan guru sebagai pedoman dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
8
Dr. Armai Arief, M.A., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pres,
Jakarta Selatan, 2002, h. 34-35
9
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat 13

4
Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Hilda Taba, bahwa
: “ A curriculum is a plan for learning: therefore, what is known about the
learning process and depelopment of the individual has bearing on the
shaping of a curriculum”.10 Kurikulum merupakan rencana untuk belajar
yang diwujudkan dalam proses pembelajaran.
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj
yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak
didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
mereka. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirosah) dalam
kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-
tujuan pendidikan.11
Pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan program
pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang
studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat
meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di
sekolah tetapi juga di luar sekolah.
Jika diaplikasikan dalam pendidikan Agama Islam, maka kurikulum
berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk
membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan agama
Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dalam hal ini proses pendidikan agama Islam bukanlah suatu proses yang
dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada
konseptualisasi manusia paripurna (insan kamil) yang strateginya telah
tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan agama Islam.

10
Hilda Taba, Curriculum Development : Theory and Practice. (New York: Harcourt, Brace &
World, Inc. 1962)
11
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012) h.34.

5
d. Ruang Lingkup Kurikulum PAI
Sebagai sebuah sistem, kurikulum terdiri dari beberapa komponen
yang saling terkait dan terintegrasi. Terkait dengan komponen-komponen
tersebut Ralph W. Tayler menyajikannya dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang mendasar 12:
1. What educational purpose should the school seek to attain?
2. What educational experiences can be provide that are likely to attain
these purpose?
3. How can these educational experiences be effectively organized?
4. How can we determine wheter these purpose are being attained?
Pertanyaan pertama pada hakikatnya sebagai landasan penentuan
arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran (al-ahdaf al-
Ta’limiyah), Pertanyaan kedua berkenaan dengan materi pembelajaran
yang akan diberikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan (al-
muhtawa), pertanyaan ketiga adalah bagaimana strategi atau metode yang
digunakan untuk menyampaikan materi yang telah dikembangkan (turuqu
tadris wawasailihi), dan pertanyaan keempat berkenaan dengan evaluasi
atau penilaian (al-taqwim), terkait pertimbangan dalam menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan.
Kurikulum PAI mencakup usaha untuk mewujudkan keharmonisan,
keserasian, kesesuaian, dan keseimbangan antara:
1. Hubungan manusia dan Sang Pencipta (Allah SWT.)
Sejauh mana kita sebagai hamba Allah SWT. telah melaksanakan
segala kewajiban yang diperintahkan-Nya? Dan setaat kita telah
mematuhi segala dalam islam dalam kehidupan sehari-hari? Banyak
sekali ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi yang menegaskan
kewajiban seorang hamba dengan sang Khalik yaitu Allah SWT.
2. Hubungan manusia dengan manusia.

12
Ralph W. Tyler, Basic Principles Of Curriculum And Instruction, (Chicago & London; The
University Of Chicago Press, 1949) h.1.

6
Apakah kita seorang muslim yang menjadikan orang lain merasa
tentram berapa didekat kita? Sejauh mana hak-hak orang lain telah kita
tunaikan? Jangan sampai kita merugikan apalagi mendholimi atau
menganiaya hak-hak orang lain.
3. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam
Kita sebagai khlifah dibumi, tentu mempunyai tugas dan tanggung
jawab mengelola dan melestarikan alam dan memakmurkan bumi
jangan sampai alam dan makhluk lain terpedaya dan terusik karena
keberadaan kita yang akibatnya akan kembali kepada manusia itu
sendiri
4. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (berakhlak dengan diri
sendiri)
Penghargaan orang lain terhadap diri kita, sangat tergantung kepada
sejauh mana kita menghargai atau dengan kata lain berakhlak kepada
diri sendiri.
Keempat hubungan tersebut diatas, tercakup dalam kurikulum PAI
yang tersusun dalam beberapa mata pelajaran, yaitu:
1) Mata pelajaran akidah akhlak,
2) Mata pelajaran ibadah syariah (fiqh),
3) Mata pelajaran Al-Qur’an hadits
4) Mata pelajaran sejarah dan kebudayaan islam (SKI), dan
5) Mata pelajaran bahasa arab
Mata-mata pelajaran tersebut yang merupakan scope atau ruang
lingkup kurikulum PAI yang disajikan pada sekolah-sekolah yang berciri
khas agama islam atau madrasah, sementara ruang lingkup kurikulum PAI
pada sekolah-sekolah umum adalah mata pelajaran pendidikan agama
islam yang bentuk kurikulumnya Broad Field atau in one system.
Ruang lingkup kurikulum PAI dilembaga pondok-pondok pesantren
tentu lebih banyak lagi mata pelajaran, umumnya kurikulum PAI pada
pondok pesantren terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah

7
(separated subject curriculum), seperti: tauhid, tajwid, fiqih, ushul fiqih,
ilmu hadits, tarikh, dan lain-lain.13
Ada beberapa karakteristik kurikulum pendidikan Agama Islam di
antaranya; memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan
fitrah manusia; harus mewujudkan tujuan pendidikan Agama Islam; harus
realistis dan tidak bertentangan dengan niali-nilai Islam; harus
memperhatikan aspek pendidikan prilaku yang bersifat aktivitas
14
langsung.
e. Perbedaan PAI dengan Pendidikan Islam
Tafsir (2004) membedakan antara Pendidikan Agama Islam (PAI)
dan Pendidikan Islam (PI). PAI dibakukan sebagai nama kegiatan
mendidikkan Agama Islam.Kata “Pendidikan” ini ada pada dan mengikuti
setiap mata pelajaran, dalam hal ini PAI sejajar atau sekatagori dengan
Pendidikan Matematika, Pendidikan Olahraga, Pendidikan Biologi dan
seterusnya.15 Jadi PAI dipandang sebagai Mata Pelajaran yang isinya
berupa kegiatan mendidikkan Agama Islam, diantaranya : Al-Qur’an
Hadist, Fiqih, Akidah Ahlaq dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Sedangkan PI adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang
islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan
mendukung terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan, teori-teorinya
disusun berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.16
f. Fungsi Kurikulum PAI
Adapun fungsi kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah :
1) Bagi Madrasah yang bersangkutan
a. Alat untuk mencapai tujuan PAI yang diinginkan
b. Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan PAI
c. Menghindari keterulangan yang memboroskan waktu
d. Menjaga kesinambungan

13
Drs. H. Hamdan, M.Pd, Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum, h. 41-42
14
Abdul Majid, op.cit, hh.45-46.
15
Prof.Dr.H.Muhaimin, M.A, Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, h.6
16
Prof.Dr.H.Muhaimin, M.A, Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, h.6

8
2) Bagi Masyarakat
a. Masyarakat sebagai pengguna lulusan (User), Oleh karena itu
Madrasah / Sekolah harus meengetahui kebutuhan masyarakat
dalam konteks pengembangan PAI
b. Kerjasama yang harmonis dalam pengembangan kurikulum PAI
dengan Sekolah/Madrasah
g. Proses Pengembangan Kurikulum PAI
Pengembangan Kurikulum PAI ialah Kegiatan menghasilkan
Kurikulum PAI dengan mengaitkan satu komponen dengan komponen
lainnya berupa kegiatan penyusunan (Desain), pelaksanaan, penilaian dan
penyempurnaan kurikulum PAI untuk menghasilkan Kurikulum PAI yang
lebih baik.17
1. Perencanaan => Ide (Asal dari : (1) Visi (pernyataan tentang harapan
yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam jangka
panjang) (2) Kebutuhan pengguna (pelajar, masyarakat,pengguna
lulusan) dan studi lanjut (3) Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan
tuntutan perkembangan iptek juga zaman. (4) Pandangan para Ahli
pendidikan (5) Era globalisasi. => 5 ide diatas akan dievaluasi untuk di
kembangkan menjadi Program berupa Dokumen/Berkas yang berisi :
Informasi dan jenis dokumen, Format silabus dan komponen
kurikulum yang harus dikembangkan.
2. Implementasi => Melakukan sosialisasi dan pengembangan Program
berupa pengembangan kurikulum dalam bentuk RPP atau SAP (Satuan
Acara Pembelajaran), proses pembelajaran di dalam dan diluar kelas,
serta evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat efektivitas dan
efisiensi Program tersebut.
3. Evaluasi => dari evaluasi ini akan di peroleh feedback (umpan balik)
yang akan digunakan dalam penyempurnaan kurikulum berikutnya.18

17
Prof.Dr.H.Muhaimin, M.A, Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, h.10
18
Prof.Dr.H.Muhaimin, M.A, Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,.h.12-13

9
2. Pengembangan PAI
a. PAI dalam Sorotan
Tingginya kasus korupsi dan Krisis akhlak yang terjadi di
Indonesia seperti yang kita ketahui, secara langsung atau tidak
berhubungan dengan persoalan “pendidikan”. Hal ini pun menimbulkan
opini mengenai kegagalan PAI sebagai faktor utama krisis ini, mengingat
PAI yang seharusnya menciptakan akhlakul karimah bagi para peserta
didiknya.
Namun, Opini ini tidak boleh kita telan mentah-mentah begitu saja
karena Krisis moral yang terjadi bukan karena kegagalan PAI saja namun
begitu juga dengan pendidikan yang lainnya, dan sangat tidak adil jika
mengkambinghitamkan PAI yang hanya beberapa jam di sekolah untuk
menghadapi arus globalisasi yang menyeret pada dekadensi moral
tersebut, sekiranya lingkungan masyarakat dan keluarga memiliki peran
yang lebih besar dalam peningkatan akhlak para peserta didik dan
masyarakat.
b. Berbagai Kritik terhadap PAI
Selama ini pelaksanaan pendidikan agama yang ada disekolah
masih banyak kelemahan. Mochtar Buchori (1922) menilai pendidikan
agama masih gagal.kegagalan ini disebabkan karena praktik
pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari
pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama) , dan mengabaikan pembinaan
aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.akibatnya terjadi kesenjangan
antara pengetahuan dan pengamalan.19
Dalam konteks system pembelajaran, agaknya titik lemah
pendidikan agama lebih terletak pada komponen metodologinya.titik
kelemahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

19
S.Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, h. 23

10
1. Kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi
makna dan nilai atau kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai
keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik
2. Kurang dapat berjalan bersama dan bekerjasama dengan program-
program pendidikan non-agamaKurang mempunyai relevansi terhadap
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi
konteks sosial budaya, dan atau bersifat statis skontekstual dan lepas
dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai
agama sebagai nilai hidup dalam keseharian.
Dan pemunduran peran PAI dalam meningkatkan nilai dan moral
juga di karenakan budaya rasionalisme yang semakin besar pengaruhnya
dalam era globalisasi dan merasuk kedalam pemikiran-pemikiran para
masyarakat Modern , Zaman ini.Jadi jika kita tidak ingin terbebani dan
terbawa arus globalisasi dan budaya-budaya buruk kita harus memfilter
diri dengan pengalaman agama yang baik.
c. Paradigma Pengembangan PAI
Ada 3 paradigma pengembangan pendidikan agama islam20 :
1. Paradigma Dikotomis
Didalam paradigma ini , semua aspek kehidupan dipandang
dengan 2 sisi yang berbeda dan berlawanan, seperti laki-laki dan
perempuan. Dan PAI hanya dipandang sebagai pendidikan yang
berkonsentrasi pada bidang agama, ritual dan spritual saja.
Implikasi dari paradigma ini peserta didik diarahkan untuk
menjadi pelaku (aktor) dan loyal (setia) , memiliki sifat komitmen ,
dan dedikasi yang tinggi terhadap agama yang dipelajari. Sementara
kajian-kajian keilmuan yang bersifat empiris , rasional, analitis-kritis,
dianggap dapat menggoyahkan iman, sehingga perlu ditindih oleh
pendekatan keagamaan yang normatif dan doktriner tersebut.

20
Prof.Dr.H.Muhaimin, M.A, Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, h. 31

11
2. Paradigma Mekanisme
Di dalam KBBI berarti : hal kerja mesin, cara kerja suatu
organisasi, atau hal saling bekerja seperti mesin , yang mssing-masing
bergerak sesuai dengan fungsinya. Implikasi dari paradigma ini para
guru /dosen agama harus menguasai ilmu agama dan memahami
substansi ilmu-ilmu umum, sebaliknya dosen / guru umum dituntut
untuk mengeuasai ilmu yang di ampuhnya dan ilmu agama, guru/dosen
dituntut untuk mampu menyusun buku-buku teks keagamaan yang
dapat menjelaskan hubungan antar keduanya.
3. Paradigma Organism
Dalam konteks pendidikan islam paradigma organism bertolak
dari pandangan bahwa aktivitas kependidikan merupakan suatu sistem
yang terdiri atas komponen-komponen yang hidup bersama dan
bekerja sama secara terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu terwujudnya
hidup yang religius atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama.
Paradigma tersebut tampaknya mulai dirintis dan dikembangkan
dalam sistem pendidikan di madrasah, yang dideklarasikan sebagai
sekolah umum yang berciri khas agama Islam. Dalam hal ini
madrasah membuat kebijakan yang terdiri atas 3 kepentingan utama :
a) Sebagai wahana membina ruh dan praktik hidup keislaman
b) Mempertegas keberadaan madrasah sederajat dengan sistem
sekolah, sebagai wahana pembinaan masyarakat yang
berkepribadian , berpengetahuan , cerdas dan bermoral
c) Mampu merespon tuntutan masa depan, dan menghadapi Era
globalisasi.
d. Penciptaan Suasana Religius
Dalam menciptakan suasana religius di sekolah PAI merupakan
icon yang sangat besar perannya dalam hal ini , berbagai persfektif tentang
PAI yang berkembang tentunya telah membuka paradigma baru tentang
penciptaan suasana religius di sekolah/madrasah dan perguruan tinggi,
terutama karena disiplin ilmu yang di olah didalamnya adalah bersifat

12
spiritual yang mengatur segala muamalah dan sistem sosial masyarakat
secara teratur dan sistematis. Guru PAI dalam hal ini memiliki peran yang
sangat besar demi terwujudnya suasana religius di sekolah/madrasah dan
perguruan tinggi.
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Prinsip-Prinsip
Pengembangannya
a. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlaq pada berbagai tujuan, kandungan,
metode, alat dan teknik bercorak agama.
2. Meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya.
3. Ciri-ciri keseimbangan yang relative diantara kandungan kurikulum dari
ilmu dan seni atau kemesti-mestian, pengalaman dan kegiatan pengajaran
yang bermacam.
b. Prinsip Umum dan Khusus Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Islam
1. Berasaskan Islam
2. Mengarah pada tujuan
3. Prinsip integritas antar mata pelajaran
4. Relevansi pendidikan dengan kehidupan dan tuntutan masa depan
5. Fleksibilitas dalam peimlihan program maupun pengembangan
pengajaran
6. Integritas kurikulum dengan strutur kehidupan akhirat
7. Efisiensi/ daya guna
8. Kontuniutas
9. Individualitas dalam memerhatikan objek kurikulum
10. Demokratis
11. Dinamis dengan era
c. Kategori (Komponen) Kurikulum PAI
Kategori disebut juga dengan komponen Ahmad Tafsir (2006) menjelaskan:
1. Tujuan yang ingin dicapai
2. Isi Kurikulum

13
3. Media (sarana dan prasarana)
4. Strategi
5. Proses pembelajaran
6. Evaluasi
4. Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAI
Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat pendekatan
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu : pendekatan
subjek akademis; pendekatan humanistis ; pendekatan teknologis ; pendekatan
rekonstruksi social.21
a. Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplim ilmu masung-
masing.Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang
saling berbeda.pengembangan kurikulum dilakukan dengan menetapkan
lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta
didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Misalnya, untuk aspek keimanan atau mata pelajaran akidah
menggunakan sistematisasi ilmu tauhid, aspek/mata pelajaran Al-Qur’an
menggunakan sistematisasi ilmu Al-Qur’an atau Tafsir, Akhlaq
menggunakan sistematisasi ilmu Akhlaq, Ibadah /Muamalah
menggunakan sistematisasi Ilmu Fiqih,Tarikh/Sejarah menggunakan
sistematisasi Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam. Namun demikian, dalam
pembinaannya harus memperhatikan kaitan antara aspek /mata pelajaran
yang satu dengan lainnya.
b. Pendekatan Humanistis
Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulim bertolak dari
ide “memanusiakan manusia” .Penciptaan konteks yang akan memberi
peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat
manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar
pengembangan program pendidikan.Dalam kaitannya dengan penentuan

21
Prof.Dr.H.Muhaimin,M.A, Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam… h. 139

14
strategi pembelajaran PAI, maka pendekatan humanistis lebih menekankan
kepada “pembelajaran aktif” dimana dalam proses pembelajaran peserta
didik di posisikan sebagai orang yang berpengetahuan dan berpengalaman
dan guru sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan
pembelajaran ; memposisikan pelajar sebagai orang yang belajar ,
mengaktualisasi dan membangun segala potensi-potensi peserta didik.
c. Pendekatan Teknologis
Kurikulum Berbasis Kompetensi termasuk dalam kategori
pendekatan teknologis karena materi yang diajarkan, kriteria evaluasi
sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas
tersebut.Dalam pengembangan kurkikulum PAI , pendekatan tersebut
dapat digunakan untuk pembelajaran PAI yang menekankan pada cara
menjalankan tugas-tugas tertentu . misalnya cara menjalankan shalat, haji,
puasa, zakat, mengkafani mayit, shalat jenazah, dan seterusnya.
d. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Dalam menyusun kurikulum pendekatan ini bertolak pada masalah-
masalah yang dihadapi masyarakat .Proses pendidikan atau pengalaman
peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang
mengutamakan kerjasama , antar peserta didik , dan peserta didik dengan
guru .Karena itu dalam menyusun kurikulum PAI bertolak dari problem
masyarakat sebagai isi PAI ,sedangkan pengalaman peserta didik adalah
dengan cara memerankan ilmu-ilmu dan teknologi , serta bekerja sama
secara berkelompok untuk memecahkan masalah menuju pembentukan
masyarakat yang lebih baik.Guru melakukan kegiatan penilaian sepanjang
kegiatan belajar.
5. Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Islam
a. Pengembangan dan Kriteria Penetapan Materi Pendidikan Islam
Ruang lingkup pendidikan agama islam dalam pengembangnanya meliputi
keserasian, keselaransan dan keseimbangan antara lain :
1) Hubungan Manusia dengan Allah SWT
2) Hubungan manusia dengan sesama manusia

15
3) Hubungan manusia dengan diri sendiri
4) Hubungan manusia dengan mahluk lain dan lingkungannya
b. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Islam
Dalam pelaksanaan pendidikan agama islam pada sekolah emnengah
umum tidak lepas dari bagaimana penggunaan strategi pendekatan antara
lain :
1) Pendekatan pengalaman, : memberikan pengalaman keagamaan
kepada siswa
2) Pendekatan pembiasaan : kesempatan pada siswa untuk melaksanakan
ajaran agama secara kontinyu
3) Pendekatan emosional : menggugah perasaan siswa dalam myakini
kebenaran agama
4) Pendekatan fungsional untuk menekankan segi kemanfaatannya bagi
siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan tingkat perkembangannya.22
c. Ciri-Ciri Khusus Kurikulum Pendidikan Islam
1) Kurikulum PAI harus menonjol pada mata pelajaran agama (ibadah,
muamalah, syariah)
2) Kurikulum PAI memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek
pribadi siswa yakni jasmani, akal, dan rohani.
3) Kurikulkum PAI memperhatikan keseimbangan antara peribadi dan
msyarakat dunia dan akhirat jasmani dan rohani serta akal manusia
4) Kurikulkum PAI memperhatikan seni dan budaya yang terdapat
ditengah masyarakat.23
6. Implementasi Kurikulum PAI dalam Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik, mengatakan bahwa implementasi kurikulum
mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi. Pengembangan program mencakup program
pembelajaran, program bimbingan dan konseling atau remedial. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi proses interaksi antara peserta didik dengan
22
Sayyid Sabiq , Unsur-Unsur Dinamika dalam Islam ,(Intermasa, Jakarta :1981), h.52
23
Drs. Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama
Islam, (Friska Agung Insani,Jakarta:2000). H.117

16
lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku yang lebih baik. Sementara
evaluasi adalah proses penilaian yang dilakukan sepanjang pelaksanaan
kurikulum.24
Salah satu bentuk implementasi kurikulum adalah pelaksanaan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada program
pembelajaran yang disusun oleh guru, di antaranya dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Komponen RPP harus mencakup
perencanaan seluruh kegiatan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tujuan
yang telah ditetapkan.
Dalam pengimplementasian kurikulum diperlukan komitmen semua
pihak yang terlibat, seperti dukungan kepala sekolah, guru dan dukungan
internal dalam kelas. Peran guru dalam implementasi kurikulum di sekolah
sangat menentukan sekali. Bagaimanapun baiknya sarana dan prasarana
pendidikan, jika guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka
impelementasi kurikulum tidak akan berhasil secara maksimal.
Sejak tahun 2006 Sistem Pendidikan Nasional menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum KTSP memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya memberikan keleluasan kepada Stake holder
sekolah/madrasah untuk meningkatkakan kreativitasnya, termasuk guru.
Keleluasan tersebut tentunya memberikan peluang bagi guru untuk
menciptakakan proses pembelajaran yang lebih menarik. Peluang ini belum
sepenuhnya dimanfaatkan guru. Guru masih terjebak dalam keasyikan
menggunakan metode lama, salah satu yang paling populer adalah metode
ceramah.
Hal ini tentunya berimplikasi terhadap proses pembelajaran yang
monoton dan cenderung kurang menarik, karena bersifat teoritis dan tidak
menyentuh aspek pembentukan pribadi dan akhlak.
Demikian pula dengan pendekatan pembelajaran yang lebih
menekankan pada penguasaan apek kognitif seperti hapalan dan pengetahuan.

24
H. Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h.238.

17
Sementara afektif dan psikomotorik siswa jarang tersentuh, akibatnya
pembelajaran jadi kurang bermakna. Padahal agama adalah akhlak yang
berkaitan dengan sikap, perkataan, dan prilaku keseharian.
Selain itu, sebagian guru agama masih terpaku pada ketuntasan
kurikulum. Sehingga beranggapan, bahwa pembelajaran dianggap sukses jika
target kurikulum tercapai. Oleh karena itu tidak heran jika selama ini
pembelajaran hanya sebatas pengajaran bukan pendidikan, sebatas transfer of
knowledge belum menyentuh transfer of value.
Faktor lain yang menjadi kendala dalam implementasi kurikulum
Pendidikan Agama Islam adalah keterbatasan waktu pelaksanaan
pembelajaran terutama di sekolah umum yang hanya diberikan dua jam
pelajaran dalam satu minggu. Dengan muatan pelajaran yang banyak, tentunya
tidak cukup untuk menyampaikan materi yang sangat kompleks.
Kondisi lainnya adalah adanya paradigma dikotomis, aspek kehidupan
dipandang dengan sangat sederhana, dan kata kuncinya adalah dikotomi atau
diskrit, sehingga dikenal ada istilah pendidikan agama dan pendidikan umum.
Karena itu, pengembangan pendidikan agama Islam hanya berkisar pada aspek
kehidupan ukhrowi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek
kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Pendidikan
(agama) Islam hanya mengurusi persoalan ritual dan spiritual, sementara
kehidupan ekonomi, politik, seni-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni dan sebagainya dianggap sebagai urusan duniawi yang menjadi
bidang garap pendidikan non agama.
Kondisi di atas tentu saja menjadikan pendidikan Agama Islam menjadi
tidak maksimal dan wajar jika belum bisa membentuk pribadi siswa yang
berakhlak mulia. Hal ini tentu harus disadari semua pihak, terutama guru
sebagai pemeran utama dalam implementasi kurikulum.
C. PENUTUP
Dalam suatu negara bisa berkembang apabila pendidikan di dalam cukup
baik, karana pendidikan merupakan salah satu faktor penentu, dalam negara-
negara maju yang pertama kali mereka titik tekankan adalah bagaimana

18
pendidikan itu berkembang, salah satu cara mereka mengembangkan kurikulum,
karna pendidikan bisa berkembang apanbila kurikulumnya itu baik karena
krikukulum meliputi rencana, tujuan, isi, organisasi, strategi dalam pendidikan.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama
hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Pengembangan kurikulum adalah
kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah
penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode
tertentu, pengembangan kurikulum berarti perubahan dan peralihan total dari satu
kurikulum ke kurikulum lain, dan perubahan ini berlangsung dalam waktu
panjang.
Secara garis besar (umum) tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa
terhadap ajaran agama Islam, sehingga ia menjadi manusia muslim yang bertakwa
kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia baik dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kurikulum PAI untuk sekolah atau madrasah berfungsi sebagai
Pengembangan, Penanaman Nilai, Penyesuaian Mental, Perbaikan, Pencegahan,
Pengajaran dan Penyaluran.
Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan yang lebih menekankan
pada pendidikan agama. Kurikulum PAI di Madrasah memiliki suatu hal yang
lebih pokok yang memang diharapkan dan bukan hanya dalam target tujuan PAI
tapi juga sebagai pendidikan yang lahir dari agama islam diharapkan dapat
berkompetensi jasmani dan rohani, artinya berkompetensi dalam hal sikap, skill,
pengetahuan secara afektif, kognitif, psikomotorik sesuai dengan ajaran agama
islam dalam aspek jasmani. Dan dengan adanya kurikulum madrasah diharapkan
menjadikan anak didik menjadi makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah serta senatiasa mau mengamalkan apa yang telah diajarkan di dalam
madrasah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012

Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Semarang: CV. Karya
Abadi Jaya, 2015

Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam Edisi Revisi . Jakarta : PT.Bumi Aksara.
2003

Armai, Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta Selatan.
Ciputat Pres. 2002

Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama
Islam, Friska Agung Insani,Jakarta:2000

Hamdan, Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum (Teori dan Praktek


Kurikulum PAI). Banjarmasin. 2009

Hamalik Oemar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT. Remaja


Rosdakarya, 2009

Hilda Taba, Curriculum Development : Theory and Practice. New York: Harcourt,
Brace & World, Inc. 1962

M.Arsyad Meru, M.Ag, Pengembangan Kurikulum STAI As’adiyah, Sengkang:


2008

Muhaimin. Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (di Sekolah,


Madrasah dan Perguruan Tinggi). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2012

Muhaimin, dkk,. Paradigma Pendidikan Islam , Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.


2002

Nasution, S. Asas-Asas Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara. 2008

Sabiq, Sayyid. Unsur-Unsur Dinamika dalam Islam .Jakarta : Intermasa. 1992

Syaifuddin Sabda. Model Kurikulum Terpadu IPTEK dan IMTAQ. Ciputat. PT.
Ciputat Press Group. 2006

Syar’i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Pirdaus . 2005

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

20

Anda mungkin juga menyukai